Anda di halaman 1dari 15

TUGAS AKIDAH AKHLAK

MAKALAH FATIMAH AZ-ZAHRA

DISUSUN OLEH
NAMA : ZASKI RAMADHANI
KELAS : XI MIA IT

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKANBARU


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Saya ucapkan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan, rahmat, hidayah, dan inyah-Nya kepada
kita, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Fatimah Az-Zahra”. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Akidah Akhlak .
Makalah ini berisi tentang seorang wanita sholehah bernama Fatimah binti Muhammad atau
lebih dikenal dengan Fatimah Az-Zahra putri bungsu Nabi Muhammad SAW dari perkawinannya
dengan istri pertamanya yaitu Khadijah.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya
sampaikan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai usaha kita. Aamiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Pekanbaru , 16 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Lahirnya Siti Fatimah Az-Zahra ...................................................................................... 2
B. Keutamaan Akhlak Siti Fatimah Az-Zahra ...................................................................... 3
C. Pernikahan dan Keluarganya ........................................................................................ 8
D. Gelar yang Dimiliki Siti Fatimah ..................................................................................... 9
E. Keutamaan dan Keistimewaannya ............................................................................... 9
F. Kematian Siti Fatimah Az-Zahra .................................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada zaman dahulu tepatnya pada zaman jahiliyah banyak perempuan dipandang rendah,
layaknya seperti hewan. Pada saat itu perempuan tak ubahnya seperti harta benda atau bagian dari
kekayaan laki-laki. Bangsa Arab jahiliyah pada saat itu menganggap perempuan sebagai aib oleh
karena itu mereka menguburkan setiap anak perempuan baik yang baru lahir maupun anak-anak
perempuan yang sedang dalam masa pertumbuuhan. Tak hanya itu para perempuan remaja
maupun perempuan dewasa dijadikan sebagai budak diperjual belikan demi kepentingan materi dan
syahwat laki-laki.
Keadaan tersebut membuat Rasulullah Muhammad SAW bertindak, sehingga status dan
derajat kaum perempuan sama halnya seperti laki-laki. Sampai pada akhirnya muncullah sosok
perempuan yang tangguh, seperti Siti Khadijah, Siti Aisyah, Fatimah Az-Zahra, dan yang lainya. Dalam
makalah ini penulis akan menampilkan sosok perempuan yang menjadi salah satu tokoh perempuan
yang sangat berpengaruh bagi Islam yakni Fatimah Az-Zahra.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah lahirnya Siti Fatimah Az-Zahra ?
2. Bagaimana perjalanan hidup Fatimah Az-Zahra ?
3. Bagaimana akhlak Siti Fatimah Az-Zahra ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lahirnya Siti Fatimah Az-Zahra


Lahirnya Siti Fatimah Az Zahra r.a merupakan rahmat yang telah dilimpahkan Ilahi kepada
Nabi Muhammad SAW. Ia telah menjadi wadah suatu keturunan yang suci. Ia laksana benih yang
akan menumbuhkan pohon besar penyambung keturunan Rasulullah SAW. Ia satu-satunya yang
menjadi sumber keturunan paling mulia yang dikenali umat Islam di seluruh dunia. Siti Fatimah Az
Zahra r.a (Fatimah yang selalu berseri) dilahirkan di Makkah, pada hari Jum’at, 20 Jumadil Akhir,
lebih kurang lima tahun sebelum Rasulullah SAW di angkat menjadi Rasul.
Nama Fatimah berasal dari kata Fathmana yang artinya sama dengan Qath’an atau man’an,
yang berarti memotong, memutuskan, mencegah. Ia dinamakan Fatimah karena Allah SWT
mencegah dirinya dari api neraka. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa
Nabi bersabda, “ sesungguhnya Fatimah adalah orang yang suci farajnya, maka Allah haramkan atas
dia dan keturunannya akan api neraka.
Siti Fatimah Az Zahra r.a membesar di bawah naungan wahyu Ilahi, di tengah kancah
pertarungan sengit antara Islam dan jahiliyah, di kala sedang hebatnya perjuangan para perintis
iman melawan penyembah berhala. Dia menyaksikan keteguhan dan ketegasan orang-orang
mukmin dalam perjuangan gagah berani menghadapi komplot-komplot Quraisy. Suasana perjuangan
itu membekas sedalam-dalamnya pada jiwa Siti Fatimah Az Zahra r.a dan memainkan peranan
penting dalam pembentukan peribadinya, serta mempersiapkan kekuatan rohaniah bagi
menghadapi kesukaran-kesukaran di masa depan.
Kehadiran Fatimah laksana bunga yang mekar dengan begitu indahnya. Semerbak harumnya
membuat jiwa-jiwa yang lunglai menjadi tercerahkan kembali. Kelahirannya mengakhiri seluruh
pandangan dan keyakinan yang batil tentang perempuan. Saat Fatimah terlahir, Rasulullah pun
menengadahkan kedua tangannya kelangit dan melantunkan do’a syukur yang begitu indah. Dengan
penuh suka cita, ia peluk si kecil Fatimah. Ia cium keningnya dan menatap wajahnya yang
memancarkan cahaya kedamaian. Siti Fatimah Az-Zahra mendapat julukan Ummu Aimmah,
Sayyidatu Nisyail Alamin, Ummu Abiha, Al-Batul, At-Thahirah.
Rasulullah SAW sangat mencintai puterinya ini. Siti Fatimah Az Zahra r.a adalah puteri
bungsu yang paling disayang dan dikasihani junjungan kita Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW
merasa tidak ada seorang pun di dunia, yang paling berkenan di hati baginda dan yang paling dekat
di sisinya selain puteri bungsunya itu.

2
Sorotan mata Fatimah, membuat kalbu Rasulullah menjadi amat bahagia lahirnya
perempuan suci itu, Allah swt sepertinya membukakan khazanah harta karun alam semesta kepada
sang Nabi saw. Sungguh benar apa yang dikatakan Al-Quran, bahwa Fatimah adalah Al-Kautsar. Allah
swt berfirman : “ Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu Al-Kaustar, nikmat yang banyak,
maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang
membenci kamu dialah yang berputus.”
Surat pendek ini merupakan pesan illahi yang membuat hati Rasulullah menjadi begitu
gembira dan ia benar-benar meyakini janji ilahi. Fatimah terlahir ke dunia untuk menjadi pimpinan
kaum perempuan dan dari keturunanya akan lahir para manusia-manusia agung penegak agama
illahi dan keadilan. Salam atasmu Fatimah Az-Zahra as, perempuan yang paling utama. Salam atasmu
Fatimah Az-Zahra as, perempuan yang paling utama salam atasmu wahai manusia yang paling
dicintai Nabi, salam atasmu wahai Fatimah, manusia sempurna. Rasulullah saw bersabda, “Putriku
yang mulia, Fatimah adalah pemimpin perempuan dunia di seluruh zaman dan generasi. Ia adalah
pemimpin perempuan dunia di seluruh zaman dan generasi. Ia adalah bidadari berwajah manusia.
Yang mulia, Fatimah adalah pemimpin perempuan dunia. Ia adalah bidadari berwajah
manusia. Setiap kali ia beribadah di mihrab dihadapan Tuhannya, cahaya wujudnya menyinari
malaikat. Layaknya bintang-gemintang yang bersinar menerangi bumi”. Fatimah Az-Zahra
Rasulullah mengucapkan rasa cintanya kepada putrinya tatkala diatas mimbar:”Sungguh
Fatimah bagian dariku, Siapa yang membuatnya marah”. Dan dalam riwayat lain disebutkan,”
Fatimah bagian dariku, aku merasa terganggu bila ia diganggu dan aku merasa sakit jika ia disakiti.”

B. Keutamaan Akhlak Siti Fatimah Az-Zahra


1. Keberanian Siti Fatimah Az-Zahra
Sejak masa kanak-kanak, dalam usia dini, Fatimah r.a telah memahami serangan yang
dilancarkan kaum Quraisy kepada ayahnya. Jika ayahnya bepergian, Fatimah mengikuti dan
menyertainya. Akhirnya, terjadilah suatu peristiwa yang takkan terlupakan. Suatu kali, ketika
ayahnya sedang sujud di Masjidil Haram, sedangkan disekelilingnya adalah kaum musyrikin
Quraisy datang membawa bangkai kambing. Dia melemparkan nya ke punggung Nabi saw,
Rasullullah tidak dapat mengangkat kepalanya hingga Fatimah datang dan menyingkirkan
semua bangkai itu tanpa ada rasa jijik sedikitpun dari punggung Rasullullah dan dengan
lantangnya ia menyebutkan orang yang telah melakukan perbuatan keji kepada Ayahnya.
Pasca wafatnya Rasulullah saw, umat Islam berada dalam situasi Islam berada dalam
situasi perselisihan yang amat kusial dan terancam pecah serta terjerumus dalam kesehatan.
Namun dengan pemikiran yang jernih, Sayyidah Fatimah membaca kondisi umat Islam saat itu
3
dengan penuh bijaksana, namun ia pun tak segan-segan untuk mengungkapkan titik lemah dan
kelebihan umat Islam di masa itu. Dia sangat menghawatirkan masa depan umat dan
memperingatkan masyarakat agar wasapada terhadap faktor-faktor yang bisa menyesatkan
umat. Dalam khotbah bersejarahnya, pasca kepergian Rasulullah saw, Sayyidah Fatimah as
menegaskan bahwa jalan yang bisa menyelamatkan manusia adalah berpegang diri pada agama
illahi dan menaati perintah-perintahnya.

2. Pandai Menjaga Rahasia dan Dapat Dipercaya


Ketika panas badan Rasulullah saw sangat tinggi, Fatimah menjenguknya, Rasulullah tidak
bangun dan tidak lagi menciumnya. Beliau hanya memandangi saja dan tidak berkata apa-apa.
Disebabkan itu, Fatimahlah yang mencium beliau. Dalam keadaan demikian payah, beliau masih
sempat berkata kepada Fatimah supaya duduk disamping beliau. Rasulullah saw berkata kepada
Fatimah dengan berbisik-berbisik dikuping sebelah kanannya, bahwa “ wahai Fatimah, sudah
sampai masanya untuk baginda mengadap Tuhan” Fatimah pun menangis dan sangat sedih.
Setelah Rasulullah saw melihat Fatimah menangis, beliau berkata lagi kepadanya dengan
berbisik-bisik dikuping sebelah kirinya, bahwa ia adalah orang yang pertama yang akan
menyusuli baginda, sehingga Fatimah tersenyum. Melihat Rasulullah saw berbisik-bisik dengan
putri beliau, Aisyah yang senantiasa mendampingi beliau merasa curiga karena ia tidak tahu apa
yang beliau bisikan kepada putri beliau itu.
Disebabkan hal itu, bertanyalah Aisyah kepada Fatimah,” Hai Fatimah, apakah yang telah
dibisikkan Rasulullah saw kepadamu?” Fatimah menjawab, ”Aku tidak akan membuka suatu
rahasia yang beliau perintahkan kepadaku, dan menyuruhku untuk menyimpannya baik-baik.”

3. Memiliki Jiwa Tanggung Jawab yang Tinggi


Selepas kepergian sang ibunda, membuat tanggung jawab Sayyidah Fatimah untuk
merawat ayahandanya, Rasulullah saw kian bertambah. Di masa-masa yang penuh dengan
cobaan dan tantangan itu, Sayyidah Fatimah menyaksikan secara langsung pengorbanan dan
perjuangan yang di lakukan ayahandanya demi tegaknya agama illahi.
Begitu juga dengan masa-masa awal pernikahannya dengan Imam Ali as saat berada di
Madina. Dimasa itu, Sayyidah Fatimah juga melewati masa-masa sulit peperangan dengan kaum
musyrikin. Ia pun selalu menjadi tumpuan hati Imam Ali di masa-masa yang kritis saat itu. Saat
suaminya pergi ke medan laga, ia menangani seluruh urusan rumah tangganya, merawat dan
mendidik putra-putrinya sebaik mungkin. Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, ia

4
senantiasa berusaha menjadi pendamping yang selalu tulus mendukung perjuangan Rasulullah,
dan suaminya, Imam Ali as dalam menegakan ajaran Islam.
Beliau adalah panutan dan suri teladan dalam segala hal. Di kala masih gadis, ia
senantiasa menyertai sang ayah dan ikut serta merasakan kepedihannya. Pada saat menjadi istri
Ali as, beliau selalu merawat dan melayani suaminya, serta menyelesaikan segala urusan rumah
tangganya, hingga suaminya merasa tentram bahagia di dalamnya. Demikian pula ketika beliau
menjadi seorang ibu. Beliau mendidik anak-anaknya sedemikian rupa atas dasar cinta, kebaikan,
keutamaan, dan akhlak yang luhur dan mulia.

4. Kelembutan Hatinya
Pada suatu ketika lain, Siti Fatimah r.a menyaksikan ayahandanya pulang dengan tubuh
penuh dengan kotoran kulit janin unta yang baru dilahirkan. Yang melemparkan kotoran atau
najis ke punggung Rasulullah SAW itu adalah Uqbah bin Mu’aith, Ubay bin Khalaf dan Umayyah
bin Khalaf. Melihat ayahandanya berlumuran najis, Siti Fatimah r.a segera membersihkannya
dengan air sambil menangis.
Pada suatu hari Siti Fatimah Az Zahra r.a menyaksikan ayahnya pulang dengan kepala dan
tubuh penuh pasir, yang baru saja dilemparkan oleh orang-orang Quraisy, di saat ayahandanya
sedang sujud. Dengan hati remuk-redam laksana disayat sembilu, Siti Fatimah r.a segera
membersihkan kepala dan tubuh ayahandanya. Kemudian diambilnya air untuk mencucinya. Dia
menangis tersedu-sedu menyaksikan kekejaman orang-orang Quraisy terhadap ayahnya.
Membuat anaknya bersedih luar biasa.
Nabi Muhammad rupa-rupanya menganggap perbuatan ketiga kafir Quraisy itu sudah
keterlaluan. Kerana itulah maka pada waktu itu baginda memanjatkan doa ke hadrat Allah SWT:
“Ya Allah, celakakanlah orang-orang Quraisy itu. Ya Allah, binasakanlah Uqbah bin Mu’aith, ya
Allah binasakanlah Ubay bin Khalaf dan Umayyah bin Khalaf.”
Masih banyak lagi pelajaran yang diperolehi Siti Fatimah dari penderitaan ayahandanya
dalam perjuangan menegakkan kebenaran Allah. Semuanya itu menjadi bekal hidup baginya
untuk menghadapi masa mendatang yang berat dan penuh ujian. Kehidupan yang serba berat
dan keras di kemudian hari memang memerlukan kekuatan jiwa dan mental.

5. Kerendahan Hatinya
Jiwa dan kepribadian Fatimah mengenal konsepsi kehidupan yang paling luhur di rumah
wahyu, di sisi pribadi agung Rasulullah sa. Setiap kali Rasulullah memperoleh wahyu, dengan
penuh seksama Sayyidah Fatimah mendengarkan ajaran hikmah yang disampaikan oleh sang
5
Ayah kepadanya. Sebegitu mendalamnya cinta kepada Allah swt. Ketika Rasulullah saw berkata
kepadanya, “Wahai Fatimah, apapun yang kamu pinta saat ini, katakanlah. Sebab Malaikat
pembawa wahyu disisiku.” Namun Fatimah menjawab, ”Kelezatan yang aku peroleh dari
berhikmat kepada Allah, membuat diriku tak menginginkan apapun kecuali agar aku selalu bisa
memandang keindahan Allah swt.” Dunia tidak ada apa-apanya.
Fatimah puteri Rasulullah adalah seorang wanita mulia yang menempuh berbagai ujian
yang memerlukan pengorbanan yang cukup besar dalam hidupnya. Walaupun beliau adalah
puteri Rasulullah, namun hidupnya bukannya disaluti kemewahan dan kesenangan, tetapi
kemiskinan dan kesusahan. Apabila berkahwin dengan Saidina Ali, kehidupannya tetap susah.
Walaupun Rasulullah pemilik kepada seluruh kekayaan di muka bumi tapi baginda tidak pernah
mendidik anaknya dengan kemewahan.

6. Kedermawanannya
Sewaktu menjadi isteri Sayyidina Ali, Siti Fatimah menguruskan sendiri keperluan rumah
tangganya. Sayyidina Ali sering tiada kerana keluar berjuang bersama Rasulullah SAW. Setiap
hari, Siti Fatimah mengangkut air dari sebuah perigi yang jauhnya dua batu dari rumahnya.
Beliau mengisar tepung untuk keperluan makanan keluarganya. Dalam serba susah dan miskin,
beliau tetap ingin bersedekah walaupun hanya dengan sebelah biji kurma. Siti Fatimah tidak
pernah mengeluh atau menyalahkan suaminya terhadap kesusahan yang terpaksa dihadapinya.
Beliau adalah ahli infak yang senantiasa bersedekah dan sanggup berkorban apa saja.
Contohnya, pernah suatu ketika, ada seorang yang datang berada didepan rumahnya. Karena
tidak memiliki apa-apa, tanpa pikir panjang sayyidina Fatimah memberikan pakaian
pengantinnya kepada orang itu. Beliau tidak pernah menolak untuk membantu dari segi harta
kepada orang-orang yang memerlukan dan telah menjadi kebiasaan untuk hidup sederhana dan
jauh dari kesenangan dan kekayaan, serta menjalani hidup dengan keindahan akhlak, kasih
sayang dan kerjasama.

7. Kesabaran yang Tinggi


Ketika masih kanak-kanak, Siti Fatimah Az Zahra r.a sudah mengalami penderitaan,
merasakan kehausan dan kelaparan. Dia berkenalan dengan pahit getirnya perjuangan
menegakkan kebenaran dan keadilan. Lebih dari tiga tahun, dia bersama ayah bundanya hidup
menderita dibuang daerah akibat pemboikotan orang-orang kafir Quraisy terhadap keluarga
Bani Hasyim.

6
Setelah bebas penderitaan setelah 3 tahun diboikot, datang pula ujian berat atas diri Siti
Fatimah Az Zahra r.a, apabila wafatnya ibunda tercinta, Siti Khadijah r.a. Perasaan sedih selalu
saja menyelubungi hidup sehari-harinya dengan putusnya sumber kecintaan dan kasih sayang
ibu.
Fatimah tidak menyesali diri atau menceritakan kepada ayahnya tentang penderitaan
yang dialami di rumah suaminya. Fatimah adalah seorang ibu yang utama dan istri yang taat
lagi sabar. Dia mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya dan menumbuhkan mereka dengan
sempurna. Siang hari bekerja dan malam hari berjaga hingga dia mempersembahkan untuk
umat manusia pemuda terbaik ahli surga, yaitu Hasan dan Husain.

8. Sosok yang sangat Pemalu


Saat itu, Fatimah sedang menggiling gandum dalam keadaan letih dan jemu. Sayyidina Ali
pun tidak tega melihatnya dan segera Ali menyuruhnya kerumah sang Ayah agar ia diberi
seorang pelayan untuk membantu istrinya dirumah dan Ali tidak mau melihat sang istri letih.
Fatimah pun bangkit dan merapikan kerudungnya. Berangkatlah ia menuju rumah ayahnya
dengan langkah perlahan dan hati-hati. Rasulullah pun melihatnya dengan penuh gembira lalu
bertanya ” hai anakku ada apa ?” Fatimah menjawab, “Aku datang hanya untuk menyampaikan
salam kepadamu”. Rasa malu menahannya untuk menyampaikan keperluan yang karenanya dia
menemui Ayahnya.
Fatimah kembali kerumahnya dan menyampaikan kepada suaminya bahwa ia malu untuk
meminta sesuatu kepada ayahnya. Fatimah adalah manusia yang sangat pemalu dan paling
dekat dengan kalbunya.

9. Sangat Menjaga Maruahnya


Sifat pemalu dan kesucian sayyidinah Zahra menjadi buah mulut semua orang. Walaupun
apabila berdepanan dengan orang buta dia tetap memelihara hijabnya. Contoh, dihadapan
lelaki buta, Sayyidina Fatimah sangat melindungi dan memelihara maruahnya. Rasul Allah
bertanya kepadanya, “ mengapa anda berhijab, sedangkan orang itu buta ?” Fatimah memberi
respon dengan berkata, “ walaupun dia tidak nampak melihat saya, tetapi saya melihatnya,
serta dia boleh mencium bauku”. Rasulullah pun bersabda, “ saya naik saksi bahwa kamu
adalah cebisan dari diriku.”
Amru bin Dinar meriwayatkan dari Aisyah berkata : “ tidak pernah aku melihat seseorang
pun yang lebih benar daripada Fatimah sallamulla’alaihi selain daripada Ayahnya.”

7
10. Kemuliaan Hatinya
Pada suatu hari Siti Fatimah berada dirumahnya, tiba-tiba ketika itu Rasulullah SAW
datang kerumah Siti Fatimah. Ketika itu Siti Fatimah memakai seuntai kalung emas pemberian
suaminya Ali bin Abi Thalib. Ketika Rasulullah melihat kalung itu, lalu Nabi SAW bersabda, “ Hai
anakku aakah engkau bangga disebut orang sebagai Putri Muhammad, sedangkan engkau
sendiri memakai jaababirah (perhiasan yang biasa dipakai oleh putrid bangsawan) ?. ketika itu
juga Siti Fatimah langsung melepaskan kalungnya itu, dan menjualnya. Hasil dari harga kalung
tersebut ia gunakan untuk membeli seorang hamba dan hamba tersebut dimerdekakan. Ketika
Rasulullah mendengar berita tersebut Nabi SAW amat bergembira dan mendo’akan Siti Fatimah
sekeluarga.

C. Pernikahan dan Keluarganya


Ketika usianya beranjak dewasa, Fatimah Az-Zahra dipersunting oleh salah satu sepupuh,
sahabat sekaligus orang kepercayaan Rasulullah, Ali bin Thalib. Ali bin Abi Thalib datang kepada
Rasulullah untuk melamar, lalu ketika Nabi bertanya “apakah mempunyai sesuatu?”. Tidak ada ya
Rasulullah”. Jawabku.”. dimana pakaian perangmu yang hitam, yang saya berikan kepadamu”. Tanya
beliau.” Masih ada wahai Rasulullah”. Kata beliau.
Lalu bergegas pulang dan membawa baju besinya, lalu Nabi menyuruh menjualnya dan baju
besi itu dijual kepada Utsman bin Affan seharga 470 dirham, kemudian diberikan kepada Rasulullah
dan diserahkan kepada bilal untuk membeli perlengkapan pengantin. Sejak pertama kali
menginjakkan kaki dirumah suaminya, Fatimah mengetahui bahwa dia memiliki kewajiban yang
besar terhadap suaminya. Dia mengetahui kondisi ekonimi suaminya, mengetahui bagian dalamnya,
serta mengetahui beban dan tugas yang dituntut oleh kehidupan.
Masa-masa awal pernikahannya dengan Imam Ali as saat berada di Madina. Dimasa itu,
Sayyidah Fatimah juga melewati masa-masa sulit peperangan dengan kaum musyrikin. Ia pun selalu
menjadi tumpuan hati Imam Ali di masa-masa yang kritis saat itu. Saat suaminya pergi ke medan
laga, ia menangani seluruh urusan rumah tangganya, merawat dan mendidik putra-putrinya sebaik
mungkin. Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, ia senantiasa berusaha menjadi pendamping
yang selalu tulus mendukung perjuangan Rasulullah, dan suaminya, Imam Ali as dalam menegakan
ajaran Islam.
Dari penikahannya dengan Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az-Zahra memiliki 4 anak, 2 putra dan
2 putri yaitu Hasan dan Husain. Sedangkan yang putri yaitu bernama Muhsin, tetapi Muhsin
meninggal dunia saat masih kecil. Pernikahannya mengatur rumah tangganya, dan pendidikan anak-
anaknya berada didalam rumah seorang pribadi terbesar dalam kedua dalam Islam, yaitu imam Ali
8
bin Abi Thalib. Dan dalam masa hidupnya yang singkat itu, Dia mempersembahkan kepada
masyarakat dua orang Imam yang maksum, Imam Hasan dan Imam Husain, serta dua orang wanita
pemberani yang rela berkorban, Zainab dan Ummu Kaltsum.

D. Gelar yang Dimiliki Siti Fatimah


1. Az-Zahra
Fatimah adalah seorang manusia bidadari yang tidak haid dan tidak pula mengeluarkan kotoran
bagaikan bidadari surga. Karena itulah ia dinamakan Az-Zahra atau yang suci, sebab ia tidak
pernah mengeluarkan darah, baik dalam haid maupun melahirkan (nifas).
2. Al-Batul
Wanita yang paling menonjol dimasanya dalam hal keutamaan, agama, dan keturunan atau
orang yang suci.
3. Sayyidatu Nisail ‘alamin
Penghulu (pemimpin) semua perempuan atau wanita-wanita penghuni surga. Siti Fatimah
dikenal sebagai seorang yang berakhlak mulia, sopan santun, tidak sombong dan rendah hati.
Walaupun beliau putri seorang Nabi, beliau ramah serta lemah lembut dalam bertutur kata.
Berjiwa besar, lapang dada serta pemaaf dan tidak mempunyai rasa ghil (rasa tidak senang
keada orang lain). Sehingga tepat sekali beliau mendapat gelar Sayyidatu Nisail ‘ alamin.

E. Keutamaan dan Keistimewaannya


1. Dia adalah seorang isteri yang berkelayakan dalam urusan rumahtangga, memadai dengan
hidup sederhana, tidak meminta-minta dari suaminya, bersama-sama dalam segala hal dan
sentiasa berada disisi Imam Ali (as) di dalam kesusahan dan kesedihan.
2. Dia adalah model kesetiaan dan ketabahan serta amat bijak dalam mendidik anak-anak, beliau
adalah seorang Ibu Mithali.
3. Dia sentiasa menghormati ayahandanya, suami dan orang lain serta sentiasa bekerjasama
dengan pembantu rumah dalam membuat kerja-kerja rumah.
4. Tidak berpaut pada dunia dan merupakan ahli infaq yang senantiasa bersedekah dan sanggup
berkorban apa sahaja.sebagai contoh, Baju perkahwinannya sendiri juga telah diberikan kepada
orang yang telah datang didepan pintu rumahnya.
5. Beliau tidak pernah menolak untuk membantu dari segi harta orang-orang yang memerlukan
dan telah menjadi kebiasaan untuk hidup.
6. Sederhana jauh dari kesenangan dan kekayaan serta menjalani hidup dengan keindahan akhlak,
kasih sayang dan kerjasama
9
7. Berhijab, sifat malu dan kesucian Sayyidah Zahra (sa) menjadi buah mulut semua
orang.walaupun apabila berhadapan dengan orang buta dia tetap memelihara hijabnya.
8. Hidupnya penuh keberkatan, tidak pernah disia-siakan. Usianya pendek, tetapi penuh dengan
usaha
9. Dari kecil lagi demi menyampaikan dan mempertahankan agama yang hak, Zahra berjalan
seiring dengan ayahnya, Beliau penolong yang penyayang dalam membuat kerja-kerja rumah,
Zahra penolongnya Ali(as).
10. Pada malam yang sunyi dan penuh rahsia, Zahra bersujud menyembah Tuhan.
11. Tidak walau sedetik dan seketika pun ingatan Zahra terpisah dari Tuhannya.

Keutamaan Fatimah bukanlah hanya karena beliau adalah putri dari Rasulullah SAW semata,
akan tetapi keutamaan dan kemuliaan beliau memang ditunjang beberapa hal penting seperti
keutamaan Akhlaq yang mulia, ilmu pengetahuan yang tinggi, kefasihan yang mengungguli kaum
pria sekalipun, kesabaran, ketabahan, kesederhanaan, kezuhudan, ketegaran hati dan lainya.
Selain sifat-sifat yang dimiliki Sayyidah Fatimah as tersebut, terdapat keunikan lain akan
keutamaan beliau, yaitu beliau adalah putri dari Rasulullah SAW, Putri dari Khadijah al-Kubra
(Pemuka wanita Islam pertama), Istri dari Sayyidina Ali bin abi thalib (yang merupakan sahabat
terdekat Nabi SAW dan orang pertama kali masuk Islam), beliau adalah Ibu dari Sayyidain al-Hasan
wal-Husain, dan beliau merupakan salah satu anggota khusus keluarga Nabi SAW yang disebut
sebagai Ahlul Bait Yang Suci.

F. Kematian Siti Fatimah Az-Zahra


Ketika Siti Fatimah merasa ajalnya sudah dekat, beliau bercerita kepada Asma’ binti Umais
yang hamir setiap hari berkunjung kerumah Siti Fatimah Az-Zahra. Beliau berkata” Saya kurang
senang terhadap apa yang diperbuat wanita jika mati, yaitu hanya ditutupi dengan kain. Sehingga
bentuk badannya kelihatan.” Maka berkatalah Asma’ kepada Siti Fatimah, “ apakah engkau mau aku
tunjukkan sesuatu yang pernah aku lihat di Habasyah?” Siti Fatimah menjawab : “coba tunjukkan.”
Maka dibuatlah oleh Asma’ keranda dari pelepah pohon kurma, kemudian diatasnya ditaruhkan
kain. Begitu Siti Fatimah melihat keranda tersebut, beliau sangat gembira dan tertawa seraya
berkata : h“Alangkah baiknya ini. Semoga Allah menutupimu sebagaimana engkau menutupiku.
Nanti jika aku mati, maka mandikanlah aku bersama Ali dan jangan ada orang lain yang ikut
memandikanku. Setelah itu buatkanlah aku seperti itu. Dan tibalah ajalnya, sehingga Asma’
menyampaikan wasiat nya kepada Ali, dan hanya Ali saja yang memandikan jenazahnya.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fatimah adalah putri tercinta dari Nabi saw.Fatimah binti Muhammad (606/614-632) atau
Fatimah az-Azahra (Fatimah yang selalu berseri) putri bungsu Nabi Muhammad dan ibunda
Khadijah. Fatimah Az-Zahra tumbuh menjadi seorang gadis yang tidak hanya merupakan putri dari
Rasulullah, namun juga mampu menjadi salah satu orang kepercayaan ayahnya pada masa Beliau.
Fatimah Az-Zahra memiliki kepribadian yang sabar, dermawan, dan penyayang karena ia
tidak pernah melihat atau dilihat lelaki yang bukan mahromnya. Rasulullah sering sekali
menyebutkan nama Fatimah, salah satunya adalah ketika Rasulullah pernah berkata “Fatimah
merupakan bidadari yang menyerupai manusia”.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Umairah. 2000. Tokoh-tokoh yang diabadikan Al-Qur’an. Gema Insani Press : Jakarta.
Ali Umar, Al-Habsyi. Dua Pusaka Nabi SAW. Pustaka Indonesia : Jakarta.
Ahmad, Abdulatif. 10 Orang Dijamin Ke Surga. 1994. Gema Insani Press : Jakarta.
Syariati, Ali. 2004. Fatimah Az-Zahrah. Pustaka Zahrah: Jakarta.
http.al-syahbana.blogspot.com.Gelar dan keistimewaan Fatimah Az-Zahra
http.bhalaqah.blogspot.com/search/label/isteri.sholeha
http.syafiq-basri. Biografi Fatimah Az-Zahra

12

Anda mungkin juga menyukai