Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

FATIMAH AZ-ZAHRA

Disusun oleh yang beranggotak

1. Azka Maulana Maliki


2. Azizah Nur Fadilah
3. Hasna Zalfa Qhorida
4. Masdar Ahsan
5. Anisa Fadila
6. Devica
7. Gracessia Pinkan Nadine
8. Israf Nabil Arrafi

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, marilah kita
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kisah
Fatimah Az-Zahra dan Kisah Uwais Al-Qarni” dalam rangka memenuhi tugas Aqidah Akhlak
ini.

Makalah ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini,
terutama kepada Ibu Idawati, S.Ag, MM. selaku guru pembimbing mata pelajaran Aqidah
Akhlak.
   
Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata penyusun berharap semoga makalah tentang Fatimah Az-Zahra ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman jahiliyah banyak perempuan dipandang rendah layaknya hewan. Pada saat
itu perempuan seperti harta benda atau bagian dari kekayaan laki-laki. Bangsa Arab jahiliyah
pada saat itu menganggap perempuan sebagai aib oleh karena itu mereka menguburkan setiap
anak perempuan baik yang baru lahir maupun anak-anak perempuan yang sedang dalam masa
pertumbuhan. Selain itu, para remaja maupun perempuan dewasa dijadikan budak, diperjual
belikan demi kepentingan materi dan syahwat laki-laki. Keadaan tersebut membuat Rasulullah
Muhammad SAW bertindak, sehingga status dan derajat kaum perempuan sama halnya seperti
laki-laki. Sampai pada akhirnya muncullah sosok perempuan yang tangguh, seperti Siti
Khadijah, Siti Aisyah, Fatimah Az-Zahra, dan yang lainnya.
Dalam makalah ini penyusun akan membahas sosok perempuan yang menjadi salah satu
tokoh perempuan yang sangat berpengaruh bagi Islam yakni Fatimah Az-Zahra.

B. Rumusan Masalah
1.      Siapa Fatimah Az-Zahra ?
2.      Apa keteladanan yang dapat di ambil dari keistimewaan tokoh Fatimah Az-Zahra tersebut?

C. Tujuan
1.      Mengetahui siapa Fatimah Az-Zahra secara mendalam
2.      Meneladani sikap Fatimah Az-Zahra dalam kehidupan

BAB II
PEMBAHASAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI FATIMAH AZ-ZAHRA

Siti Fatimah binti Muhammad lahir pada 20 Jumadi al-Tsani yang merupakan putri
keempat Nabi Muhammad dan ibunya Khadijah binti Khuwalid. Kelahirannya disambut sangat
gembira oleh Rasulullah karena dia lahir pada saat tahun ke lima sebelum diangkat menjadi
Rasul.
Di antara anak wanita Rasulullah s.a.w, Siti Fathimah merupakan yang paling utama
kedudukannya. Kemuliaannya itu diperoleh sejak menjelang kelahirannya, yang didampingi
wanita suci sebagaimana yang diucapkan oleh Siti Khadijah:
"Pada waktu kelahiran Fartimah, aku meminta bantuan wanita-wanita Qurays tetanggaku,
untuk menolong. Namun mereka menolak mentah-mentah sambil mengatakan bahwa aku telah
mengkhianati mereka dengan mendukung Muhammad SAW. Sejenak aku bingung dan terkejut
luar biasa ketika melihat empat orang tinggi besar yang tak kukenal, dengan lingkaran cahaya
disekitar mereka mendekati aku. Ketika mereka mendapati aku dalam kecemasan salah seorang
dari mereka menyapaku: "Wahai Khadijah! Aku adalah Sarah, ibunda Ishaq dan tiga orang
yang menyapaku adalah Maryam, Ibunda Isa; Asiah, Putri Muzahim, dan Ummu Kultsum,
saudara perempuan Musa. Kami semua diperintah oleh Allah untuk mengajarkan ilmu
keperawatan kami jika anda bersedia". Sambil mengatakan hal tersebut, mereka semua duduk di
sekelilingku dan memberikan pelayanan kebidanan sampai putriku Fathimah lahir."
Saat Siti Fatimah r.a menginjak usia 5 tahun, Ibunya wafat. Sehingga beliau mengantikan
posisi ibunya dalam melayani, membantu dan membela Rasulullah SAW., sehingga beliau
mendapat gelar Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Dan dalam usia yang masih kanak-kanak,
beliau juga telah dihadapkan pada berbagai macam ujian. Beliau melihat dan meyaksikan
perlakuan keji kaum kafir Qurays kepada ayahandanya, sehingga seringkali pipi beliau basah
oleh linangan air mata karena melihat penderitaan yang dialami ayahnya.
Ketika Rasulullah pindah ke kota Madinah, Siti Fatimah r.a ikut berhijrah bersama
ayahnya. Selang beberapa tahun setelah hijrah tepatnya pada hari Jum’at, 1 dzulhijjah tahun 2
Hijriah, Siti Fatimah r.a menikah dengan Ali bin Abi Thalib.
Dari pernikahannya, Siti Fatimah r.a dan Ali bin Abi Thalib dikaruniai dua orang putra; Hasan
dan Husein serta dua orang putri, Zainab dan Ummi Kaltsum, mereka semua terkenal sebagai
orang yang sholeh, baik dan pemurah hati.
Siti Fathimah r.a bukan hanya seorang anak yang paling berbakti pada ayahnya, tapi juga
seorang istri yang setia mendampingi suaminya disegala keadaan serta sebagai pendidik terbaik
karena telah berhasil mendidik anak-anaknya.
Masa-masa indah bagi Siti Fatimah r.a adalah ketika hidup bersama Rasulullah s.a.w. Siti
Fatimah r.a mempunyai tempat agung disisi Rasulullah sehingga digambarkan seperti berikut,
Siti Aisyah berkata: "Aku tidak melihat orang yang pembicaraannya mirip dengan Rasulullah
s.a.w seperti Siti Fatimah ra. Apabila datang kepada ayahanya, beliau berdiri, menciumnya,
menyambut gembira lalu didudukkan di tempat duduk beliau. Apabila Rasulullah s.a.w datang
kepadanya, ia pun berdiri menyambut ayahandanya dan mencium tangan Rasulullah s.a.w".
Tidak heran, jika setelah wafatnya baginda Rasulullah SAW., Siti Fatimah r.a sangat
sedih dan berduka cita, hatinya menangis dan menjerit sepanjang waktu. Namun perlu diketahui
bahwa kesedihan dan tangisannya itu bukanlah semata-mata karena kehilangan Rasulullah
SAW., tapi juga karena Siti Fatimah r.a melihat kelakukan umat yang banyak menyimpang dari
ajaran ayahnya, dimana penyimpangan itu akan membawa kesengsaraan bagi kehidupan mereka.
Sejarah mencatat bahwa Sayyidah Fathimah Az-Zahra r.a setelah wafatnya Rasulullah
SAW., beliau tidak pernah terlihat senyum apalagi tertawa. Sejarah juga mencatat bahwa antara
beliau dengan khalifah pertama dan kedua terjadi perselisihan. Kehidupan Siti Fathimah r.a,
wanita agung sepanjang masa adalah kehidupan yang diwarnai kesucian, kesederhanaan,
pengabdian, perjuangan dan pengorbanan bukan kehidupan yang diwarnai kemewahan yang
ramah dan lembut.
Siti Fathimah r.a hanya hidup tidak lebih dari 75 hari setelah kepergian ayahnya. Pada
tanggal 14 Jumadil Ula, tahun 11 Hijrah wanita suci, wanita agung dan mulia sepanjang masa,
menutup mata dalam usia yag relatif muda yaitu 18 tahun.
Namun sebelum wafatnya beliau mewasiatkan keinginan kepada Imam ali as yang isinya:

1)Wahai Ali, engkau sendirilah yang harus melaksanakan upacara pemakamanku.


2)Mereka yang tidak membuat aku rela/ridha, tidak boleh menghadiri pemakamanku.
3)Jenazahku harus dibawa ke tempat pemakaman pada malam hari.

B. Keteladanan yang dapat di ambil dari Fatimah Az-Zahra


Kita sebagai umat Muslim,terutama muslimah,ada baiknya untuk meneladani Fatimah Az-Zahra.
Keteladanan yang dapat diambil dari kisah Fatimah Az-Zahra adalah:
1)      Dengan memahami dan meneladani Fatimah Az-Zahra, akan membuat kita menjadi pribadi
yang lebih baik
2) Menjadi pribadi yang lemah lembut dan sopan santun
3) Menjadi sosok yang sederhana dan pekerja keras
4) Tetap bersabar meskipun banyak cobaan
5) Mempunyai sifat yang dermawan dan gemar membantu sesama
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Itulah sebagian dari kisah kehidupan dari putri Baginda Rasul , Fatimah. Seorang
wanita yang maksum. Seorang wanita teladan sepanjang masa. Seorang pemimpin kaum
wanita dan pemberi syafa’at untuk kaum wanita yang beriman . Wanita pertama yang
masuk surga . Seorang wanita yang dirindukan surge. Seorang yang diciptakan sebagai
bidadari yang menyerupai manusia. Seorang wanita yang setiap arah dikelilingi 70.000
malaikat . Seorang yang diciptakan Allah dari cahaya.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah ini dengan sumber - sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Maka dari itu, kritik dan saran sangat
penulis perlukan.

Anda mungkin juga menyukai