Anda di halaman 1dari 9

‫منها وزواجه خديجة بمال ص تجارته‬

Perniagaan Rasulullah SAW dengan harta khadijah dan pernikahan dengannya

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah

Sirah Nabawiyah

Dosen Pengampu: Prof.Dr. Budihardjo, M.ag

Penyusun:

M Fauzan Ilham 53020210125

Popi Rahayu 53020210080

Rif’an Syahrul Hidayat 53020210032

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

S-1 ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan
berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari alam
gelap hingga ke alam yang benderang, dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh berkah ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr. Budihardjo, M.ag selaku Dosen
Mata Kuliah Sirah Nabawiyah. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah memberikan bantuannya berupa materiil maupun non materiil. Selain itu, kami pun
mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang saya kutip tulisannya sebagai bahan
rujukan.

Kami menyusun makalah ini dengan sungguh-sungguh dan semampu kami. Kami
berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengalaman maupun pelajaran yang
berarti bagi siapa saja yang membacanya.

Akhir kata, manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Salatiga, 26 September 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Latar belakang Kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa Sallam merupakan


peristiwa yang tiada bandingnya dalam sejarah umat manusia, karena kehadirannya telah
membuka zaman baru dalam pembangunan peradaban dunia bahkan alam semesta (rahmatul-
lil’alamin QS 21:107) Beliau adalah utusan Allah Subhana Wa Taala yang terakhir sebagai
pembawa kebaikan dan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. Michael H. Hart ( 2003 )
dalam bukunya, menempatkan beliau sebagai orang nomor satu dalam daftar seratus orang yang
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sejarah. Kata Hart, “Muhammad Shallallahu alaihi
Wa Sallam terpilih untuk menempati posisi pertama dalam urutan seratus tokoh dunia yang
paling berpengaruh, karena beliau merupakan satu-satunya manusia yang memiliki kesuksesan
yang paling hebat di dalam kedua bidang-bidang sekaligus : agama dan bidang duniawi”.
Kesuksesan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa Sallam telah banyak dibahas para ahli
sejarah, baik sejarawan Islam maupun sejarawan Barat.

Salah satu sisi kesuksesan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa Sallam adalah
kiprahnya sebagai seorang pedagang (wirausahawan) lwbih kurang 25 tahun (usia 12 – 37) dan
masa kenabian lebih kurang 23 tahun (usia 40 – 63). Untuk itu kita perlu merekonstruksi sisi
tijarah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa Sallam, khususnya Selling skill, yaitu bagaimana
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa Sallam dalam menjual. Ilmu dan seni seperti apa yang
beliau terapkan sehingga mencapai sukses spektakuler di zamannya. Reputasi Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi Wa Sallam dalam dunia bisnis dilaporkan antara lain oleh Muhaddits Abdul
Razzaq. Ketika mencapai usia dewasa beliau memilih perkerjaan sebagai pedagang/wirausaha.
Pada saat belum memiliki modal, beliau menjadi manajer perdagangan para investor (shohibul
mal) berdasarkan bagi hasil. Seorang investor besar Makkah, Khadijah, mengangkatnya sebagai
manajer ke pusat perdagangan Habshah di Yaman. Kecakapannya sebagai wirausaha telah
mendatangkan keuntungan besar baginya dan investornya.Tidak satu pun jenis bisnis yang ia
tangani mendapat kerugian. Ia juga empat kali memimpin ekspedisi perdagangan untuk Khadijah
ke Syiria, Jorash, dan Bahrain di sebelah timur Semenanjung Arab.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan khadijah?

2. Mengapa Nabi Muhammad berdagang menggunakan harta Siti Khadijah?

3. Apa pekerjaan Rasullulah sebelum menikah?

4. Bagaimana proses pernikahan Rasul dengan Khadijah?

5. Apa pekerjaan Rasullulah setelah menikah?

C. TUJUAN

Mahasiswa mengetahui apa yang telah menjadi rumusan masalah diatas,

sehingga dapat memahami bagaimana perdagangan nabi dengan harta khadijah,

bertemu dan menikahinya.


BAB II

PEMBAHASAN
Khadijah, menurut riwayat Ibnul Atsir dan Ibnu Hisyam adalah seorang wanita pedagang
yang mulia dan kaya. Beliau sering mengirim orang kepercayaannya ntuk berdagang. Ketika
mendengar kabar tentang kejujuran Nabi saw dan kemuliaan akhlaknya, Khadijah mencoba
memberi amanat kepada Nabi saw dengan membawa dagangannya ke Syam (sekarang Palestina,
Syria, Lebanon, dan Yordania).

Khadijah membawakan barang dagangan yang lebih baik dari apa yang dibawakan
kepada orang lain. DaIam perjalanan dagang ini Nabi ditemani Maisarah, seorang kepercayaan
Khadijah. Muhammad saw menerima tawaran ini dan birangkat ke Syam bersama Maisarah
meniagakan harta Khadijah. Dalam perjalanan ini Nabi berhasil membawa keuntungan yang
berlipat ganda, sehingga kepercayaan Khadijah bertambah terhadapnya. Selama perjalanan
tersebut Maisarah sangat mengagumi akhlak dan kejuiuran Nabi. Semua sifat dan perilaku itu
dilaporkan Maisarah kepada Khadijah. Khadijah tertarik pada kejujurannya, dan ia pun terkejut
oleh keberkahan yang diperolehnya dari perniagaan Nabi saw Kemudian Khadijah menyatakan
hasratnya untuk menikah dengan Nabi saw dengan perantaraan Nafisah binti Muniyah. Nabi saw
menyetujuinya, kemudian Nabi menyampaikan hal itu kepada paman-pamannya. Setelah itu,
mereka meminang Khadijah untuk Nabi saw dari paman Khadijah, Amr bin Asad. Ketika
menikahinya, Nabi berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.

Sebelum menikah dengan Nabi saw, Khadijah pernah menikah dua kali. Pertama dengan
Atiq bin Aidz at-Tamimi, dan yang kedua dengan Abu Halah at-Tiamimi; namanya Hindun bin
Zurarah.1

Usaha menjalankan perniagaan Khadijah ini merupakan kelanjutan dari kehidupan


mencari nafkah yang telah dimulainya dengan menggembala kambing. Mengenai keutamaan dan
kedudukan Khadijah dalam kehidupan Nabi saw, sesungguhnya ia tetap ia mendapatkan
kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah sepanjang hidupnya.

Sehubungan dengan pernikahan Rasulullah saw dengan Khadijah, kesan yang pertama
kali didapatkan dari pernikahan ini ialah, bahwa Rasulullah saw sama sekali tidak
memperhatikan faktor kesenangan jasadiyah. Seandainya Rasulullah sangat memperhatikan hal
tersebut, sebagaimana pemuda seusianya, niscaya beliau mencari yang lebih muda, atau minimal
orang yang tidak tebih tua darinya. Nampaknya, Rasulullah saw menginginkan Khadijah karna
kemuliaan akhlaknya diantara kerabat dan kaumnya, sampai ia pernah mendapatkan julukan
'Afifah Thahirah (wanita suci) pada masa jahiliyah.

Pernikahan ini berlangsung hingga Khadijah meninggal dunia pada usia 65 tahun,
sementara itu Rasulullah telah mendekati 50 tahun, tanpa berfikir selama masa ini untuk menikah
1
Diriwayatkan oleh lbnu Sayyidin-Nas dalam 'Uyumul Atsa; Ibnu Hajar dalam al-Ishabah dan lainnya.
dengan wanita atau gadis lain. Padahal, usia antara 20 sampai 50 tahun merupakan masa
bergejolaknya keinginan atau kecenderungan untuk menambah istri karna dorongan syahwat.

Tetapi Muhammad saw telah melampaui masa tersebut tanpa pernah berfikir
sebagaimana telah kami katakan, untuk memadu Khadijah. Padahal, andai beliau mau, tentu
beliau akan mendapatkan istri tanpa bersusah payah menentang adat atau kebiasaan masyarakat.
Apalagi, beliau menikah dengan Khadijah yang berstatus janda dan lebih tua darinya.

Hakikat ini akan membungkam mulut orang-orang yang hatinya terbakar oleh dendam
kepada Islam, dan kekuatan pengaruhnya dari kalangan missionaris, orientalis dan antek-antek
mereka.

Mereka mensira bahwa dari tema pernikahan Rasulullah saw akan dapat dijadikan
sasaran empuk untuk menyerang Islam dan merusak nama baik Muhammad saw. Dibayangkan
bahwa mereka akan mampu mengubah citra Rasulullah saw di mata semua orang, sebagai
seorang seks maniak yang tenggelam dalarn kelezatan jasadiah.

Para missionaris dan sebagian besar orientalis adalah musuh musuh bayaran terhadap
Islam, yang menjadikan""penikaman agama (Islam)" sebagai profesi untuk mencari nafkah.
Adapun para murid mereka yang tertipu, kebanyakan memusuhi Islam karena taqlid buta,
sekadar ikut-ikutan tanpa berpikir sedikit pun, apalagi melalui kajian. Permusuhan mereka (para
murid orientalis) terhadap Islam tak ubahnya seperti lencana yang digantungkan seseorang di
atas dadanya sekadar supaya diketahui orang keterkaitan kepada pihak tertentu. Seperti
diketahui, lencana itu tidak lebih sekedar simbol. Maka, permusuhan mereka terhadap Islam
tidak lain hanyalah simbol yang menjelaskan identitas mereka kepada semua orang, bahwa
mereka bukan termasuk dari bagian sejarah Islam, dan bahwa loyalitas mereka hanyalah sekadar
lencana yang menjelaskan identitas diri mereka di tengah kaumnya, bukan suatu hasil pemikiran
untuk pengkajian atau argumentasi.

Jika tidak, tentu tema pernikahan Rasulullah saw merupakan dalil yang dapat digunakan
oleh Muslim yang mengetahui agama dan mengenal Sirah Nabinya, untuk membantah tikaman-
tikaman para musuh agama ini.

Mereka bermaksud menggambarkan Rasulullah saw sebagai seorang pemburu seks yang
tenggelam dalam kelezatan jasadiah. Padahal, tema pernikahan Rasulullah saw ini saja sudah
cukup sebagai dalil untuk membantah tuduhan tersebut.

Seorang pemburu seks tidak akan hidup bersih dan suci sampai menginjak usia 25 tahun
dalam satu lingkungan Arab Jahiliah seperti itu, tanpa terbawa arus kerusakan yang
mengelilinginya. Seorang pemburu seks tidak akan pernah bersedia menikah dengan seorang
janda yang lebih tua darinya, kemudian hidup bersama sekian lama tanpa melirik kepada wanita-
wanita lain yang juga menginginkannya, sampai melewati masa remajanya, kemudian masa tua
dan memasuki pasca tua.
Adapun pernikahannya setelah itu dengan Aisyah, kemudian dengan lainnya, maka
masing-masing memiliki kisah tersendiri. Setiap pernikahannya memiliki hikmah dan sebab
yang akan menambah keimanan seonang Muslim kepada keagungan Muhammad saw dan
kesempurnaan akhlaknya.

Tentang hikmah dan sebabnya, yang jelas pernikahan tersebut bukan untuk
memperturutkan dorongan seksual. Sebab seandainya demikian, niscaya sudah dilampiaskannya
pada masa-masa sebelumnya. Apalagi pada masa-masa tersebut pemuda Muhammad saw belum
memikirkan da'wah dan permasalahannya yang dapat memalingkan dari kebutuhan nalurinya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Khadijah, menurut riwayat Ibnul Atsir dan Ibnu Hisyam adalah seorang wanita pedagang
yang mulia dan kaya. Beliau sering mengirim orang kepercayaannya ntuk berdagang. Ketika
mendengar kabar tentang kejujuran Nabi saw dan kemuliaan akhlaknya, Khadijah mencoba
memberi amanat kepada Nabi saw dengan membawa dagangannya ke Syam .Khadijah
membawakan barang dagangan yang lebih baik dari apa yang dibawakan kepada orang
lain. DaIam perjalanan dagang ini Nabi ditemani Maisarah, seorang kepercayaan
Khadijah. Muhammad saw menerima tawaran ini dan birangkat ke Syam bersama Maisarah
meniagakan harta Khadijah. Setelah itu, mereka meminang Khadijah untuk Nabi sawdari paman
Khadijah, Amr bin Asad. Ketika menikahinya, Nabi berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah
berusia 40 tahun

Sebelum menikah dengan Nabi saw, Khadijah pernah menikah dua kali. Pertama dengan
Atiq bin Aidz at-Tamimi, dan yang kedua dengan Abu Halah at-Tiamimi; namanya Hindun bin
Zurarah.Usaha menjalankan perniagaan Khadijah ini merupakan kelanjutan dari kehidupan
mencari nafkah yang telah dimulainya dengan menggembala kambing. Mengenai keutamaan dan
kedudukan Khadijah dalam kehidupan Nabi saw, sesungguhnya ia tetap ia mendapatkan
kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah sepanjang hidupnya. Sehubungan dengan pernikahan
Rasulullah saw dengan Khadijah, kesan yang pertama kali didapatkan dari pernikahan ini
ialah, bahwa Rasulullah saw sama sekali tidak memperhatikan faktor kesenangan
jasadiyah. Tetapi Muhammad saw telah melampaui masa tersebut tanpa pernah berfikir
sebagaimana telah kami katakan, untuk memadu Khadijah. Padahal, andai beliau mau, tentu
beliau akan mendapatkan istri tanpa bersusah payah menentang adat atau kebiasaan
masyarakat. Apalagi, beliau menikah dengan Khadijah yang berstatus janda dan lebih tua
darinya.

B. SARAN

Dari penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari segi
penulisan maupun isi dari makalah ini. Tapi kami tetap berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Oleh karena itu,kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Mujam Al-Ma'alim Al-Jufrafiyahfi As-Sirah, H. 81-82.

Sayyidin-Nas Ibnu dalam 'Uyumul Atsa; Ibnu Hajar dalam al-Ishabah dan lainnya.

Muhammad Husein Haekal, Sejarah Hidup, H. 65

Anda mungkin juga menyukai