Anda di halaman 1dari 1

ADAB MENGUAP

Hurairah Radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:


“Sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan tidak menyukai tasa’ub (menguap).
Jika seseorang bersin maka ucapkanlah hamdalah, dan merupakan hak baginya
terhadap setiap muslim yang mendengarnya untuk ber-tasymit. Adapun menguap,
itu dari setan. Maka hendaknya ia menahannya sebisa mungkin. Jika ia menguap
sampai mengeluarkan suara “hah” maka setan pun tertawa” (HR. Bukhari no. 6223,
Muslim no. 2994).

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu,


Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Jika kalian menguap maka tutuplah
mulutnya dengan tangannya. Karena setan
akan masuk”

Dalam lafadz yang lain:


“Jika kalian menguap dalam shalat maka
tahanlah sebisa mungkin” (HR. Muslim no.
2995).

Ibnu Allan Asy Syafi’i mengatakan:


“Maksudnya tahanlah sebisa mungkin. Yaitu
dengan melakukan ithbaq (menggabungkan bibir). Jika tidak bisa ditahan maka
dengan meletakkan tangan di mulut” (Dalilul Falihin, 6/175).

Sebagian ulama menganjurkan untuk menutup mulut dengan tangan kiri. Karena
menguap adalah keburukan, sehingga lebih didahulukan tangan kiri. Sebagaimana
kaidah yang ditetapkan sebagian ulama:
“Didahulukan tangan kanan dalam semua perkara yang mulia. Dan didahulukan
tangan kiri dalam semua perkara yang hina”.

Caranya yaitu dengan meletakkan punggung tangan kiri ke mulut, bukan dengan
telapak tangan kiri. Al Munawi rahimahullah mengatakan:
“Maksudnya dengan cara meletakkan punggung tangan kiri, sebagaimana dikatakan
oleh sejumlah ulama. Dan mereka berpandangan itu lebih sempurna. Walaupun
pada asalnya yang lebih sesuai sunnah adalah dengan meletakkan tangan kanan,
sebagaimana dalam hadits disebutkan “maka letakkanlah tangannya…” namun (jika
dengan tangan kanan) maka dengan meletakkan telapaknya, tidak sebagaimana jika
menggunakan tangan kiri” (Faidhul Qadir, 1/404).

Wallahualam bissawab….

Anda mungkin juga menyukai