Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIKUM IV

KLASIFIKASI BAKTERI MELALUI METODE PEWARNAAN GRAM


A. Judul Praktikum
Klasifikasi Bakteri dan Pewarnaan Gram
B. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari cara menyiapkan sediaan mikroskopik dengan baik, sebagai
prasyarat untuk berbagai pewarnaan
2. Mengetahui perbedaan bakteri gram positif dengan gram negatif
C. Dasar Teori
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan
sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan.
Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding
sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Pewarnaan adalah mengamati reaksi
sel bakteri terhadap zat pewarna dan sistem pewarnaannya. Tujuan dilakukan
pewarnaan Gram adalah untuk mengetahui bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif. Untuk melihat struktur bakteri dapat menggunakan pewarnaan flagella,
kapsul, spora, granula. Pembuatan sediaan adalah tindakan atau proses pembuatan
maupun penyiapan suatu menjadi media, spesimen patologi maupun anatomi yang
siap dan diawetkan untuk penelitian dan pemeriksaan.
Menurut Shofyatul Yumna Triyana pengertian sediaan adalah sampel
spesimen yang diletakkan atau dioleskan dipermukaan gelas objek (object glass)
atau slides, dengan atau tanpa pewarnaan, yang selanjutnya dapat diamati di
bawah mikroskop.Berdasarkan lama daya tahan, terdapat 3 jenis sediaan, yaitu:
sediaan sementara, sediaan semi permanen dan sediaan permanen atau awetan
(Lud Waluyo, 2019).
Salah satu metode pembuatan sediaan permanen untuk langkah awal yaitu
dengan pengambilan sampel yang dibutuhkan, kemudian memfiksirnya dengan
larutan fiksasi yang sesuai. Berhubungan dengan tahap selanjutnya, organ atau
organisme harus bebas dari air sehingga perlu dilakukan dehidrasi dengan alkohol
secara bertingkat. Supaya nantinya organ atau organisme ini bisa diamati dengan
baik, harus diusahakan agar organ atau organisme ini tembus cahaya.
Pembuatan sediaan permanen dapat menggunakan metode wholemount.
Dalam pembuatan metode ini dipersiapkan sediaan yang terdiri atas keseluruhan
organisme (baik hewan maupun tumbuhan) secara utuh. Melalui metode ini
diupayakan agar mendapat bentuk aslinya dengan mempertahankan strukturnya.
Gambar yang dihasilkan oleh sediaan wholemount ini terlihat dalam wujud
utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang
dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja. Kelebihan
metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian spesimen dengan jelas tiap
bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya adalah metode ini hanya bisa
dilakukan pada spesimen dengan ukuran yang kecil saja tidak bisa spesimen yang
besar.
Terdapat 3 jenis sediaan, yaitu: sediaan sementara, sediaan semi permanen
Dan sedian permanen atau awetan. Sediaan sementara yaitu sediaan tersebut
Tidak awet atau tahan lama, disebabkan dalam pembuatan sediaan sementara
Menggunakan medium berupa air atau bahan kimia yang mudah menguap.
Sediaan semi permanen yaitu sediaan tersebut mempunyai daya tahan kurang
lebih 1 minggu dan media yang digunakan yaitu gliserin. Sediaan awetan atau
permanen Yaitu sediaan yang dapat bertahan lama, dimana dalam proses
pembuatan sediaan Tersebut dilakukan proses histologis lalu diawetkan
menggunakan entelan. Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya,
karena tidak mengadsorpsi ataupun membiaskan cahaya. Zat warna mengadsorpsi
dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme disekelilingya
ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan struktur sel
seperti spora dan bahan infeksi yang mengandung zat pati dan granula fosfat.
Pewarnaan yang digunakan untuk melihat salah satu struktur sel disebut
pewarnaan khusus. Sedangkan pewarnaan yang digunakan untuk memisahkan
mikroorganisme disebut pewarnaan diferensial yang memisahkan bakteri menjadi
kelompok gram positif dan gram negatif. Pewarnaan diferensial lainnya ialah

2
pewarnaan ziehl neelsen yang memilihkan bakterinya menjadi
kelompok-kelompok tahan asam dan tidak tahan asam (Destik Wulandari, 2019).
Bakteri merupakan mikroba prokariotik uniseluler, berkembang biak secara
aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri tidak berklorofil kecuali beberapa yang
bersifat fotosintetik. Cara hidup bakteri ada yang dapat hidup bebas, parasitik,
saprofitik, patogen pada manusia, hewan dan tumbuhan. Habitatnya tersebar luas
di alam, dalam tanah, di dalam lumpur, dan di laut. Bakteri mempunyai bentuk
dasar bulat, batang, dan lengkung. Bentuk bakteri juga dapat dipengaruhi oleh
umur dan syarat pertumbuhan tertentu. Bakteri dapat mengalami involusi, yaitu
perubahan bentuk yang disebabkan faktor makanan, suhu, dan lingkungan yang
kurang menguntungkan bagi bakteri (Yani Suryani, 2021).
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan
gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel. Metode ini diberi
nama berdasarkan penemunya, untuk membedakan antara Pneumokokus dan
bakteri Klebsiella Dengan metode pewarnaan pneumoniae. Gram, bakteri dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif
berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri
tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya (Farida Ariyani, 2015).
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan
sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan.
Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding
sel bakteri melalui serangkaian pengecatan Kebanyakan bakteri mudah bereaksi
dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka
akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana
umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif) Mikroba
sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorpsi atau membiaskan cahaya
(Gergonius Fallo, 2021).

3
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur
warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup.
Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan
asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat
yang tahan terhadap asam encer. Penggunaan zat warna memungkinkan
pengamatan struktur seperti spora, flagela, dan bahan inklusi yang mengandung
zat pati dan granula fosfat. Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan
menjadi empat macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif,
pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri
atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna
pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan
sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel
mikroba atau bagian-bagian sel microbe disebut teknik pewarnaan diferensial.
Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel
bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati (Widia Rahmatullah,
2021).
Berdasarkan struktur dinding selnya bakteri dibedakan menjadi dua yaitu
bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Untuk mengetahui perbedaannya
dapat lihat dengan pewarnaan dan diamati dibawah mikroskop. Teknik pewarnaan
yang digunakan yaitu pewarnaan Gram sesuai dengan nama penemunya yaitu
Hans Christian Gram. Bakteri yang diwarnai dengan zat warna violet dan yodium,
dicuci dengan alkohol, diwarnai dengan safranin. Bila dalam pengamatan secara
mikroskopis bakteri menunjukkan warna ungu maka dikelompokkan pada jenis
bakteri Gram positif, bila pengamatan secara mikroskopis bakteri menunjukkan
warna merah maka dikelompokkan pada jenis bakteri Gram negatif. Ada
kelompok bakteri dari famili Bacillicea yang pada usia tertentu berubah dari
Gram positif menjadi Gram negatif disebut Gram variable (Marhamah, 2015).

4
D. Alat dan Bahan
Kegiatan I
1. Alat

No Nama Gambar Fungsi

1 Objek glass Digunakan untuk objek sampel dan


tempat untuk proses pewarnaan
gram.

2 Kapas Untuk melekatkan warna pada


dinding sel bakteri sehingga pada
saat pencucian menggunakan
alkohol maka warna pada bakteri
tidak luntur.

3 Jarum Untuk memindahkan mikroba atau


inokulasi koloni tertentu dari cawan petri ke
objek glass untuk diamati dibawah
mikroskop.

4 Pipet tetes Untuk membantu memindahkan


cairan dari suatu wadah ke wadah
yang lainnya.

5 Pembakar Berfungsi untuk memanaskan


bunsen
medium, mensterilkan jarum
inokulasi dan alat-alat yang terbuat
dari platina dan nikrom seperti
jarum platina dan ose.

5
2. Bahan

No Nama Gambar Fungsi

1 Biakan Sebagai sampel bakteri yang akan


bakteri
digunakan untuk pewarnaan
muda
(24-48 jam) gram.

2 Alkohol Sebagai desinfektan kulit untuk


membunuh jamur dan bakteri pada
kulit.

Kegiatan II
1. Alat

No Nama Gambar Fungsi

6 Mikroskop Alat yang digunakan untuk


mengamati sediaan bakteri yang
telah diberi pewarnaan.

2. Bahan

No Nama Gambar Fungsi

1 Alkohol Sebagai desinfektan kulit untuk


96% membunuh jamur dan bakteri pada
kulit

6
2 Aquades Untuk membilas atau melunturkan
kelebihan zat warna pada sel
mikroba

3 Lugol Berfungsi untuk mengintensifkan


warna utama 

4 Ungu violet Untuk memberikan warna ungu


pada mikroba sebagai pewarna
primer atau warna utama

5 Safranin Untuk memberikan warna merah


pada mikroba
sebagai pewarna sekunder
pembeda (kontras) terhadap zat
warna kristal violet

6 Sediaan Sebagai sampel bakteri yang akan


mikroskopik
digunakan untuk pewarnaan gram

7
E. Prosedur Kerja
Kegiatan I

8
Pebesaran 40 x 0,65mm

9
Kegiatan II

10
Pebesaran 40 x 0,65mm

11
F. Hasil Pengamatan

Pewarnaan
gram Gambar Bentuk

Negatif Spiral

12
G. Pembahasan
Pada praktikum sediaan mikroskopik pertama-tama mempersiapkan kaca
preparat, setelah kaca preparat dibersihkan, ditetesi dengan aquades. Kemudian
setelah itu mengambil jarum ose, sebelum jarum ose digunakan jarum ose ini
harus disterilkan dulu dengan melewatkan di atas api bunsen, setelah dipanaskan
dan kemudian didinginkan, selanjutnya mengambil biakan bakteri yang
sebelumnya sudah kita inkubasi terlebih dahulu. Biakan yang kita ambil letakan
diatas kaca preparat yang sudah ditetesi aquades. Campur dan disebarkan sampel
sampai membentuk lingkaran, kemudian dikeringkan di udara. Setelah melewati
pengeringan melalui udara, sediaan tersebut direkatkan dengan cara fiksasi panas,
yakni dengan melewatkan sediaan tersebut di atas api sebanyak tiga kali. Setelah
melewati proses tersebut maka proses dilanjutkan dengan mewarnainya.
Pembuatan media mikroskopik dilakukan dengan menggunakan teknik
fiksasi yang biasanya disebut dengan fiksasi panas yang merupakan proses
merekatkan sediaan dengan melewatkan objek gelas bagian bawahnya di atas api
sebanyak 3 kali. Tujuan dari fiksasi ini sendiri yaitu untuk mematikan bakteri
tanpa merusak bakteri tersebut.
Setelah itu praktikum pewarnaan gram. Berdasarkan praktikum pewarnaan
bakteri dengan pewarnaan gram dengan menggunakan sampel burger mcdonald,
apusan bakteri diberikan pewarnaan menggunakan empat cat gram yaitu crystal
violet sebagai cat gram A, lugol sebagai cat gram B, alkohol sebagai cat gram C
dan terakhir yaitu safranin sebagai cat gram D. Dalam pewarnaan gram, crystal
violet diteteskan pada apusan dan didiamkan selama 1 menit. Setelah itu sisa cat
dibersihkan dengan air mengalir lalu dikeringkan. Setelah itu kembali lagi apusan
diberikan tetesan lugol selama 2 menit. Dengan langkah yang sama sisa cat
dibersihkan dengan air lalu dikeringkan. Selanjutnya diberikan tetesan pewarna
ketiga yaitu alkohol. Setelah ditunggu selama 30 detik, apusan dibersihkan lalu
dikeringkan kembali. Terakhir diteteskan pewarna safranin kemudian didiamkan
selama 1 menit. Apusan dicuci kembali dan diangin-anginkan hingga kering
kemudian diamati menggunakan mikroskop.

13
Pernyataan di atas didukung oleh pernyataan dalam pewarnaan gram, mula-
mula sel bakteri diwarnai dengan zat warna basa yaitu kristal violet, diikuti
perlakuan menggunakan suatu mordant yaitu larutan yodium (lugol). Sel
kemudian dicuci dengan alkohol untuk menghilangkan violet kristal. Setelah
dicuci dengan air, kemudian diwarnai dengan “counterstain” yaitu safranin.
Sel-sel yang tidak dapat melepaskan warna dan akan tetap berwarna seperti warna
kristal violet, yaitu biru-ungu disebut bakteri gram-positif sedang sel-sel yang
dapat melepaskan violet kristal dan mengikat safranin sehingga berwarna
merah-merah muda disebut bakteri gram-negatif (Marhamah, 2015).
Pewarnaan bakteri menggunakan cat gram memberikan perbedaan warna
pada hasil apusan bakteri. Perbedaan warna ini, disebabkan oleh struktur dinding
sel yang berbeda antara gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif akan
mengikat crystal violet sehingga menyebabkan apusan berwarna ungu. Sedangkan
bakteri gram negatif melepaskan crystal violet dan kemudian mengikat safranin
sehingga apusan tampak berwarna merah. Hal ini didukung oleh pernyataan
Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil
ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan
warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif
tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain)
ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif
menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk
mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan pada perbedaan struktur
dinding sel mereka (Rini, 2020).
Pewarnaan gram dilakukan untuk melihat bentuk sel dan sifat bakteri
terhadap zat warna dengan pengamatan menggunakan mikroskop agar dapat di
bedakan. Bakteri terdiri dari dua kelompok yakni bakteri Gram positif apabila sel
nya terwarnai kebiruan atau keunguan dan bakteri Gram negatif apabila sel nya
terwarnai kemeraan. Perbedaan antara bakteri Gram positif dan negatif
disebabkan adanya perbedaan struktur dinding sel dan komposisi dinding sel
kedua kelompok bakteri tersebut (Prameswari, 2015).

14
Dalam pewarnaan gram sel-sel yang tidak dapat melepaskan warna dan
akan tetap berwarna seperti warna kristal violet yaitu biru-ungu disebut bakteri
Gram positif. Sedangkan sel-sel yang dapat melepaskan kristal violet dan
mengikat safranin sehingga berwarna merah muda disebut bakteri gram negatif
(Fardiaz, 2013).
Prinsip pewarnaan gram adalah kemampuan dinding sel mengikat zat warna
dasar (kristal violet) setelah pencucian dengan alkohol 95%. Keadaan ini
berhubungan dengan komposisi senyawa penyusun dinding sel. Pada bakteri
Gram positif mengandung peptidoglikan lebih banyak dan lemak lebih sedikit
dibandingkan bakteri gram negatif (Syulasmi dkk, 2015).
Pewarnaan gram dilakukan untuk melihat bentuk sel dan sifat bakteri
terhadap zat warna dengan pengamatan menggunakan mikroskop agar dapat di
bedakan. Bakteri terdiri dari dua kelompok yakni bakteri Gram positif apabila sel
nya terwarnai kebiruan atau keunguan dan bakteri Gram negatif apabila sel nya
terwarnai kemeraan. Perbedaan antara bakteri Gram positif dan negatif
disebabkan adanya perbedaan struktur dinding sel dan komposisi dinding sel
kedua kelompok bakteri tersebut (Prameswari, 2015).
Pada praktikum pewarnaan gram ini dilakukan pada sampel burger
mcdonald. Isolat bakteri pada sampel burger mcdonald adalah bakteri gram
negatif. Bakteri gram negatif ditandai dengan warna merah yang muncul pada saat
pengamatan di mikroskop, karena hilangnya pewarna kristal violet pada waktu
dekolorisasi dengan alkohol kemudian sel bakteri menyerap safranin. Karena
bakteri gram negatif mengandung lipid yang rendah dibanding bakteri gram
positif sehingga dinding sel bakteri akan lebih mudah terdehidrasi akibat
perlakuan dengan alkohol. Pemberian alkohol berfungsi dekolorisasi bakteri,
sehingga menyebabkan daya permeabilitasnya berkurang sehingga zat warna ungu
kristal keluar dari sel kemudian sel akan menyerap safranin (Jayanti, 2010).
Bakteri merupakan mikroba prokariot uniseluler, termasuk kelas
Schizomycetes, berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri
umumnya tidak berklorofil kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik (Sumarsih,
2013). Mempunyai diameter berukuran 0,5-1 µm, dan panjang 0,1-10 µm. bakteri

15
mampu hidup di berbagai media sehingga disebut bersifat kosmopolitan (Siregar
Dkk, 2015). Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat dibagi atas
tiga golongan, yaitu golongan basil, golongan kokus, dan golongan spiral.
Berbagai macam bentuk dan ukuran bakteri mulai dari yang berbentuk
sferis sangat kecil, silindris, batang spiral, batang berflagel hingga rantai yang
berfilamen dapat ditemukan dihampir semua bagian bumi ini (Soedarto,2015).
Berikut ini adalah macam-macam bentuk bakteri:
1) Bakteri berbentuk bulat (bola) Bakteri dengan bentuk bulat disebut juga kokus
(coccus) dapat dibagi menjadi 5 yaitu sebagai berikut:
a) Monokokus, merupakan bakteri berbentuk bola tunggal, misalnya adalah
bakteri yang dapat menyebabkan penyakit kencing nanah yaitu Neisseria
gonorrhoeae.
b) Diplokokus, merupakan bakteri berbentuk bola yang bergandengan
dua-dua misalnya adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit
pneumonia yaitu Streptococcus pneumoniae.
c) Sarkina, merupakan bakteri berbentuk bola yang tersusun empat-empat
sehingga menyerupai kubus.
d) Streptokokus, merupakan bakteri berbentuk bola yang tersusun
memanjang seperti rantai misalnya adalah bakteri Streptococcus pyogenes.
e) Stafilokokus, merupakan bakteri berbentuk bola yang berkoloni
membentuk gerombolan sehingga menyerupai buah anggur misalnya
adalah bakteri Streptococcus aureus.
2) Bakteri berbentuk batang. Bakteri dengan bentuk batang dengan nama lainnya
adalah basilus dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
a) Basil Tunggal, merupakan bakteri yang hanya terdiri dari satu batang saja,
misalnya adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tifus yaitu
Salmonella typhi.
b) Diplobasil, merupakan bakteri yang berbentuk batang dan bergandengan
dua-dua.

16
c) Streptobasil, mpakan bakteri berbentuk batang yang tersusun
bergandengan memanjang menyerupai rantai, misalnya adalah bakteri
yang dapat menyebabkan penyakit antraks yaitu Bacillus antracis.
3) Bakteri berbentuk melilit. Bakteri berbentuk melilit dapat disebut juga spiral
atau spirillum yang dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu:
a) Spiral, merupakan bakteri yang berbentuk menyerupai spiral, misalnya
adalah bakteri Helicobacter pylori.
b) Vibrio, merupakan bakteri yang berbentuk koma, misalnya adalah bakteri
yang dapat menyebabkan penyakit kolera yaitu Vibrio cholerae.
c) Spirochaeta, merupakan bakteri yang berbentuk spiral tetapi mempunyai
kelenturan yang pada saat bergerak dapat memanjangkan dan mengerutkan
tubuhnya, misalnya adalah bakteri Treponema pallidum penyebab penyakit
sifilis.
Golongan basil berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Basil dapat
bergandengan-gandengan. Basil yang bergandengan panjang disebut streptobasil,
basil yang bergandengan dua disebut diplobasil. Ujung-ujung basil yang terlepas
satu sama lain berbentuk tumpul, sedangkan yang masih bergandengan berbentuk
tajam. Bentuk bakteri yang kedua yaitu kukus. Kokus adalah bakteri yang
bentuknya serupa bola-bola kecil. Kokus yang bergandengan panjang disebut
streptokokus, kokus yang bergandeng dua disebut, diplokokus, kokus yang
berkelompok berempat disebut tetrakokus, yang mengelompok menjadi suatu
untaian disebut stafilokokus, sedangkan kokus yang mengelompok serupa kubus
disebut sarsina. Spiral adalah bentuk bakteri yang bengkok atau serupa spiral.
Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil, jika dibanding dengan
golongan kokus maupun golongan basil (Dwidjosoeputro, 2015).
Pada praktikum pewarnaan gram yang dilakukan pada sampel burger
mcdonald ditemukan bentuk bakteri spiral dikarenakan bentuknya melilit. Hal ini
sesuai dengan pendapat Soedarto (2015) yang menyatakan bahwa bakteri spiral
adalah bakteri yang berbentuk melilit.

17
H. Kesimpulan

a) Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1) Pembuatan media mikroskopik dilakukan dengan cara fiksasi panas.
Fiksasi panas adalah suatu cara yang digunakan untuk mensterilkan media
dengan cara melewatkan media di atas api yang membara. Tujuan dari
fiksasi panas adalah untuk melewatkan bakteri pada media tersebut.
Setelah dipanaskan dengan cara fiksasi panas media siap dipakai untuk
percobaan dalam pewarnaan gram.
2) Pada praktikum pewarnaan gram ini dilakukan pada sampel burger
mcdonald. Isolat bakteri pada sampel burger mcdonald adalah bakteri
gram negatif. Bakteri gram negatif ditandai dengan warna merah yang
muncul pada saat pengamatan di mikroskop, karena hilangnya pewarna
kristal violet pada waktu dekolorisasi dengan alkohol kemudian sel bakteri
menyerap safranin. Karena bakteri gram negatif mengandung lipid yang
rendah dibanding bakteri gram positif sehingga dinding sel bakteri akan
lebih mudah terdehidrasi akibat perlakuan dengan alkohol. Pemberian
alkohol berfungsi dekolorisasi bakteri, sehingga menyebabkan daya
permeabilitasnya berkurang sehingga zat warna ungu kristal keluar dari sel
kemudian sel akan menyerap safranin.
b) Saran
Demikian yang dapat kami paparkan. Adapun yang kami sampaikan pada
laporan ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya pencocokan informasi dengan teori atau
referensi yang kami gunakan. Kami berharap para pembaca memberikan kritik
dan saran yang sifatnya membangun kepada kami demi sempurnanya laporan
praktikum ini dan sebagai pelajaran untuk pembuatan laporan praktikum
berikutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Destik Wulandari, D. P. (2019). Identifikasi dan Karakterisasi Bakteri. Jurnal


Bioteknologi & Biosains Indonesia.
Dwidjoseputro, D. 2015. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta. 214 hal.
Fardiaz, S. 2013. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada
Jakarta.
Farida Ariyani, Maulin Inggriani, & Noor Andryan Ilsan. (2015). Perbedaan Hasil
Deteksi Pewarnaan Bakteri. Jurnal Mitra Kesehatan, 102.
Gergonius Fallo, Yuni Sine, & Otersia Tael. (2021). Isolasi dan karakterisasi
Bakteri Asam Laktat pada air rendaman kacang. Jurnal Pendidikan
Biologi Undiksha, 162.
Lud, Waluyo. (2019). Mikrobiologi Umum. Malang: UMM PRESS.
Marhamah, & Suroso. (2015). Gambaran Bakteri Patogen Gram Positif Dan Gram
Negatif. Jurnal Analis Kesehatan, 340.
Prameswari, D.A. 2015. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Pelarut Fosfat dari Tanah
Gambut Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu Bengkalis Riau.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Riau.
Rini, C. S., & Jamilatur Rohmah. (2020). Bakteriologi Dasar. Sidoarjo: UMSIDA
PRESS.
Siregar. A.Z., Suharsono U.W Akmal H. Sukarno N. Merdiyani A. Widarto T.H.
dan R.R.,D. Perwitasari. 2015. Biologi Pertanian. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. 137 hal.
Soedarto. 2015. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Sagung Seto.
Sumarsih S, 2013. Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: UPN Yogyakarta. 116 hal.
Syulasmi, A., Hamdiyati, Y. Dan Kusnadi. 2015. Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi.
Widia Rahmatullah, Erliana Noviant, & Ana Dewi Lukita Sari. (2021).
Identifikasi Bakteri Udara Menggunakan Teknik Pewarnaan Gram. Jurnal
Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika , 84.
Yani, Suryani & Opik Taupiqurrahman. (2021). Mikrobiologi Dasar. Bandung:
LP2M UIN SGD Bandung.
TUGAS

1. Apa yang dimaksud dengan fiksasi panas dan apa tujuannya.


Jawaban :
Fiksasi adalah terminologi yang digunakan hanya untuk satu prosedur:
melewatkan object glass di atas api setelah spesimen pada object glass
kering di suhu ruangan. Fungsi fiksasi, antara lain untuk membunuh
bakteri secara cepat dengan relatif tidak menyebabkan perubahan bentuk
dan struktur bakteri, melekatkan bakteri di atas kaca objek, dan
meningkatkan sifat afinitas pewarna. Cara fiksasi yang paling sering
dilakukan dalam pewarnaan bakteri adalah cara fisik dengan pemanasan.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pewarnaan Mikroorganisme...


Jawaban :
- Fiksasi
- Pelunturan zat warna
- Identifikasi Pewarnaan
- Substrat
- Zat warna penutup atau zat warna lawan

3. Ikhtisar pengenceran gram.....


Jawaban :
● Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah ikatan ion antara komponen
seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut
kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada
komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini
maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.
● Pewarnaan gram didasarkan dari reaksi bakteri terhadap cat
tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh
komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa
dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding
sel.
● Keberhasilan suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu
pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai umur biakan
yang baik adalah 24 jam.
● Pada zat warna basa yaitu crystal violet bagian yang berperan
dalam memberikan warna disebut kromofor dan memiliki muatan
positif dan pada zat warna safranin bagian yang berperan
memberikan zat warna mempunyai muatan negatif zat warna basa
lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan
di dinding sel, membran sel dan sitoplasma sewaktu proses
pewarnaan muatan positif pada zat warna basa akan berkaitan
dengan muatan negatif dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih
jelas terlihat.
● Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan
mikroorganisme disebut pewarnaan positif dalam prosedur
pewarnaan ini dapat digunakan zat warna basa yang yang
bermuatan positif maupun zat warna asam yang bermuatan negatif.
Sebaliknya pada pewarnaan negatif latar belakang disekeliling
mikroorganis media warnai untuk meningkatkan kontras dengan
mikroorganisme yang tak berwarna.
● Hasil dari pewarnaan gram yaitu bakteri gram positif akan
mempertahankan warna ungu dari pewarna crystal violet
sedangkan bakteri gram negatif tidak dapat mempertahankan
warna ungu bakteri gram negatif akan menyerap warna merah dari
pewarna safranin.

4. Jelaskan 2 mekanisme pewarnaan mikroba


Jawaban :
1. Pewarnaan gram mekanismenya yaitu :
- Meneteskan sediaan dengan 2-3 tetes ungu violet dan mendiamkan
selama 1 menit
- Membilas sediaan dengan air mengalir dan mengeringkannya
- Menetesi sediaan dengan larutan lugol dan mendiamkan selama 2
menit, membilas kembali dan mengeringkan
- Kemudian meneteskan larutan peluntur (alkohol selama 30 detik
membilas kembali dan mengeringkan
- Memberi larutan safranin selama 1 menit membilas kembali dan
mengeringkan
- Mengamati sediaan di bawah mikroskop dengan menggunakan lensa
objektif

2. Pewarnaan Negatif mekanismenya yaitu :


- Disediakan dua kaca objek yang sudah di sterilisasi dengan
desinfektan dan alkohol 70%
- Fiksasi Ose dengan pembakar spirtus
- Satu ose suspensi bakteri dan satu tetes tinta cina (1:1) diletakkan di
dekat ujung kanan kaca objek pertama
- Keduanya dicampurkan menggunakan kaca objek kedua hingga
homogen
- Kaca objek kedua diletakkan pada kaca objek pertama dengan
membentuk sudut 45o
- kaca objek kedua ditarik sepanjang kaca objek pertama dengan diseret
ke arah kiri
- Preparat dibiarkan hingga mengering dengan sendirinya
- Satu tetes minyak emersi diteteskan pada preparat lalu diperiksa di
bawah mikroskop
- Dimulai dengan lensa objektif berkekuatan terendah 10X, 40 X lalu
diganti dengan lensa objektif berkekuatan 100X
- Hasil diamati dan digambar. Sel bakteri akan tampak sebagai bagian
yang kosong dengan latar belakang yang gelap
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai