MIKROBIOLOGI FARMASI
TEKNIK PEWARNAAN BAKTERI
Disusun oleh:
Melin Ratu Lestari
F1G021053
Diketahui,
Asisten Praktikum Praktikan
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN
(a) (b)
Gambar 1. Hasil Pewarnaan Gram Bakteri (a) Sp1 Gram +, (b) Sp2 Gram - yang diamati
dibawah mikroskop binokuler dengan perbesaran 10×100.
Gambar 2. Hasil Pewarnaan Spora Bakteri yang diamati dibawah mikroskop binokuler dengan
perbesaran 10×100.
(a) (b)
Gambar 3. Hasil Pewarnaan Sederhana Bakteri (a) Sp1 menggunakan methylene blue,(b)
Sp 2 menggunakan safranin.
4.2 Pembahasan
Pada pengamatan bakteri dalam kedaan hidup, memang terdapat kesulitan
karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri ini
merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi (Dwidjoseputro, 2018).
Fungsi pewarnaan adalah mempermudah melihat bentuk jasad, baik
bakteri, ragi, maupun fungi, memperjelas ukuran dan bentuk jasad, melihat
struktur luar dan kalau memungkinkan struktur dalam jasad, melihat reaksi jasad
terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik dan kimia dapat
diketahui, yang menyatakan bahwa pewarnaan Gram dapat membedakan antara
bakteri Gram positif dan Gram negatif (Khariri, 2019).
Pada praktikum teknik pewarnaan bakteri ini, digunakan 4 macam teknik
pewarnaan, yakni pewarnaan sederhana, pewarnaan Gram, pewarnaan spora, dan
pewarnaan negatif. Berdasarkan gambar 1, hasil pengamatan pewarnaan Gram
terhadap bakteri yang diamati dengan bantuan mikroskop diperoleh bakteri Gram
Positif. Terdapat bentuk bakteri yang terlihat yakni coccus dengan penataan sel
Sthapylococcus. Semua bakteri yang diuji dengan pewarnaan Gram ini termasuk
bakteri Gram positif (+). Hal ini ditandai dengan bakteri yang berwarna ungu.
Bakteri Gram positif akan berwarna ungu hal ini disebabkan kompleks zat warna
kristal violet yodium tetap dipertahankan meskipun diberi larutan pemucat,
sedangkan bakteri Gram negatif terdapat bentuk coccus, penataan sel monococcus
berwarna merah disebabkan kompleks tersebut larut sewaktu pemberian larutan
pemucat dan kemudian mengambil zat warna kedua yang berwarna merah.
Perbedaan ini disebabkan perbedaan struktur kedua kelompok bakteri tersebut.
Hal ini sesuai dengan Fitri (2012), yang menyatakan bahwa bila hasil pewarnaan
diperoleh bakteri berwarna merah maka bakteri tersebut adalah bakteri Gram
negatif, sedangkan bila diperoleh bakteri berwarna ungu maka bakteri tersebut
adalah Gram positif.
Menurut James (2008), mengatakan bahwa dari pewarnaan Gram, dapat
pula diketahui sifat dinding sel bakteri terhadap pewarna kristal violet dan
safranin. Bakteri yang menyerap kristal violet akan tetap berwarna ungu setelah
pelunturan dengan alkohol disebut Bakteri Gram positif, sedangkan bakteri yang
warna ungunya luntur pada pencucian dengan alkohol, akan menyerap zat warna
safranin sehingga akan berwarna merah muda disebut Bakteri Gram negatif.
Struktur dinding sel juga akan menentukan respon pewarnaan. Bakteri Gram
positif yang sebagian besar dinding selnya mengandung peptidoglikan akan
menjerat warna violet.
Pada pewarnaan spora diapatkan tipe spora pada sel bakteri. Tipe spora
yang dimaksud adalah oval terminal, hal ini berarti sel spora berada berada di
ujung dari spora yang ada. Menurut Damayanti et al. (2019), pewarnaan spora
bertujuan untuk mengetahui bahwa bakteri yang telah berhasil diisolasi ada
tidaknya spora di dalam sel bakteri. Spora sulit untuk diwarnai sehingga
dibutuhkan teknik pewarnaan khusus, setelah diberikan pewarnaan malachite
green dan didiamkan selama beberapa menit, pewarna dibersihkan menggunakan
air. Endospora pada sel bakteri akan menunjukkan warna hijau karena mengikat
pewarna malachite green sedangkan sel vegetatif akan berwarna merah karena
mengikat safranin.
Pada gambar 3 yaitu pewarnaan sederhana yang hanya menggunakan satu
macam zat warna, yakni metilen biru untuk meningkatkan kontras antara mikrob
dan sekelilingnya. Zat warna tidak akan mewarnai lingkungan sekitar bakteri,
akan tetapi mewarnai bakteri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Veibrita (2012),
bahwa pada pewarnaan sederhana menguraikan satu jenis zat warna saja dengan
dilakukan fiksasi terlebih dahulu. Bakteri yang telah diwarnai dan diamati terlihat
berbentuk Bacillus dengan penataan. Bentuk dan penataan ini didapatkan dari
bentuk yang terlihat bulat dan penataannya yang berpasangan. Warna yang
berubah dikarenakan adanya ikatan ion antara komponen seluler dalam sel bakteri
dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen.
Pada pewarnaan negatif digunakan zat warna nigrosin atau tinta Cina.
Pewarnaan ini bertujuan untuk mewarnai latar belakang pada bakteri, sedangkan
bakterinya sendiri tidak mengalami pewarnaan saat diamati dibawah mikroskop
terdapat banyak bakteri berwarna putih yang ada pada sampel. Bakteri tidak
terwarnai akan tetapi mewarnai lingkungan sekitar bakteri. Beberapa mikroba
sulit diwarnai dengan zat warna yang bersifat basa, tetapi mudah dilihat dengan
pewarnaan negatif. Pada pewarnaan negatif mikrob dicampur dengan zat warna
nigrosin. Hal ini sesuai menurut Rahayu (2012), pada pewarnaan negatif
mikroorganisme terlihat transparan (tembus pandang) teknik ini berguna untuk
menentukan morfologi dan ukuran sel.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah diperoleh, maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pewarnaan Gram bentuk bakteri coccus dengan penataan monococcus dan
Staphylococcus. Pada pewarnaan sederhana bentuk bakteri berbentuk
Bacillus dengan penataan monoacillus. Pada pewarnaan negatif bentuk
bakteri coccus dengan penataan monococcus, streptococcus, diplococcus.
2. Bakteri Gram positif akan berwarna ungu hal ini karena kompleks zat warna
kristal violet sedangkan bakteri Gram negatif berwarna merah karena
menyerap zat warna tanding, yakni safranin.
3. Teknik pewarnaan bakteri yang dilakukan pada praktikum ini yaitu
pewarnaan sederhana untuk mengelusidasi morfologi dan penataan sel
bakteri, pewarnaan Gram untuk membedakan bakteri Gram (+) dan Gram (-),
pewarnaan spora untuk melihat struktur spora pada bakteri, dan pewarnaan
negatif untuk mewarnai latar belakang pada bakteri.
5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya dapat digunakan teknik-teknik pewarnaan
lainnya seperti pewarnaan kapsul, pewarnaan flagel dan teknik pewarnaan tahan
asam agar dapat diketahui perbandingannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bulele, Trijeri., Fredine., dan Porotu, John. (2019). Identifikasi Bakteri dengan
Pewarnaan Gram pada Penderita Infeksi Mata Luar di Rumah Sakit Mata
Kota Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm), 7(1), p. 31.
Fitri L dan Yekki Y. (2012). Isolasi dan Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri
Kitinolitik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. 3(2), pp. 20-25.
Veibrita, Berty S., Nirmayani., Trima, Wati., dan Hendra, Saputra. (2015).
Pewarnaan dan Cara-cara Pewarnaan. Samarinda: Universitas
Mulawarman.
2. (Lay, 1994).
3. (Volk dan
Wheleer, 1988).