Anda di halaman 1dari 22

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Biokimia dengan judul percobaan “Saliva”


yang disusun oleh :
kelas/ kelompok : Pendidikan Kimia B/ IV
nama : 1. Aan Eko Putra (1613041006)
2. Annisa Afrianti (1613042014)
3. Fanny Syahbani Ramadani (1613041008)
4. Muh. Bisri (1613042006)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka laporan
ini dinyatakan telah diterima.
Makassar, November 2018
Koordinator Asisten Asisten

Dedi Hermawan Arin Dayu S., S.Pd

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Hardin, S.Si, S.Pd, M.Pd


NIP.19870807 201504 1 004
A. JUDUL PERCOBAAN
Saliva

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk mengidentifikasi musin yang terdapat pada saliva.
2. Untuk mengidentifikasi tiosianat yang terkandung dalam saliva.
3. Untuk mengetahui senyawa-senyawa anorganik saliva.
4. Untuk menentukan suhu terhadap aktivitas enzim ptialin.
5. Menguji estimasi ptialin.
6. Untuk mengetahui pH yang cocok untuk kerja saliva.
7. Untuk mengetahui efek senyawa yang menghambat atau mengahancurkan
aktivitas bakteri pada amilase saliva.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Tabung reaksi kecil 29 buah
b. Rak tabung reaksi kecil 2 buah
c. Tabung reaksi besar 6 buah
d. Rak tabung reaksi besar 1 buah
e. Gelas ukur 25 mL 2 buah
f. Gelas ukur 10 mL 1 buah
g. Gelas kimia 800 mL 1 buah
h. Gelas kimia 250 mL 1 buah
i. Gelas kimia 100 mL 1 buah
j. Kaki tiga dan kasa asbes 1 buah
k. Pembakar spiritus 1 buah
l. Pipet tetes 8 buah
m. Termometer 110oC 1 buah
n. Batang pengaduk 1 buah
o. Botol semprot 1 buah
p. Klem kayu 2 buah
q. Lap kasar dan lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Saliva
b. Asam asetat 0,1 M (CH3COOH)
c. Pereaksi Millon
d. Pereaksi Benedict
e. Pereaksi Molisch
f. Larutan besi (II) klorida 0,1 M (FeCl2)
g. Larutan Asam klorida pekat (HCl)
h. Larutan raksa klorida 1% (HgCl2)
i. Larutan perak nitrat 0,5 M (AgNO3)
j. Amonium molibdat [(NH4)2 Mo7O24)]
k. Larutan barium klorida 5% (BaCl2)
l. Larutan ammonium oksalat [(NH4)2C2O4)]
m. Larutan asam nirat encer (HNO3)
n. Larutan Iodium 0,01 M (I2)
o. Larutan Natrium Klorida 0,1 M (NaCl)
p. Larutan buffer dengan pH 9, 7, 5 dan 4
q. Toluen (C6H5CH3)
r. Fenol (C6H5OH)
s. Serbuk natrium florida (NaF)
t. Aquades (H2O)
u. Kertas saring
v. Larutan pati 1 %
w. Korek api
x. Label
y. Tisu

D. PROSEDUR KERJA
1. Tes Musin
a. 5 ml saliva dimasukkan kedalam tabung reaksi
b. 2 tetes asam asetat 0,1M ditambahkan kedalam tabung berisi saliva
c. Endapan dan filtrat dipisahkan
d. Filtrat diuju dengan pereaksi millon, benedict dan molish
2. Tes Tiosianat
a. 5 mL saliva encer dimasukkan kedalam tabung reaksi
b. 5 tetes FeCl 0,1 M dan 1 tetes HCl pekat ditambahkan kedalam tabung berisi
saliva (air digunakan sebagai kontrol)
c. 5 tetes HgCl 1% kemudian ditambahkan kedalam saliva dan diamati apa
yang terjadi
3. Tes Penyusun Senyawa Anorganik Saliva
a. 15 mL saliva dalam tabung reaksi ditambahkan asam asetat 2 N tetes demi
tretes hingga terbentuk endapan
b. Kemudian dipanaskan hingga mendidih dan kemudian disaring
c. Filtrat diperiksa terhadap adanya Cl-, PO43-, SO42- dan Ca+
1) Untuk memeriksa ion Cl-, filtrat diasamkan dengan HNO3 encer dan
ditambahkan beberapa tetes AgNO3 0,5 M
2) Untuk memeriksa PO43-, filtrat diasamkan dengan HNO3 encer kemudian
ditambahkan 1 mL pereaksi amonium molibdat dan dipanaskan
3) Untuk memeriksa SO42-, filtrat diasamkan dengan HNO3 encer kemudian
ditambahkan 1 mL larutan BaCl2 5%
4) Untuk memeriksa Ca+, filtrat ditambahkan 1 mL larutan NH4-oksalat 4%
4. Tes Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Ptialin
a. Kedalam 4 tabung reaksi bersih dimasukkan masing-masing 5 mL larutan
pati 1%
b. Untuk tabung 1 didinginkan dalam air es
c. Untuk tabung 2 diletakkan pada suhu kamar
d. Untuk tabung ketiga dipanaskan hingga suhu 380C
e. Kedalam masing-masing tabung dimasukkan 2 tetes saliva encer. Untuk
tabung ke 4 dimasukkan 2 tetes saliva encer yang telah dipanaskan selama 5
menit
f. Setiap interval 5 menit 2 tetes sampel diambil dan diperiksa dengan 2 tetes
I2 0,01 M dan dicatat hasil yang diperoleh
5. Tes Estimasi Ptialin
a. 10 mL larutan pati 1% ditambahkan 2 mL larutan NaCl 0,1 M dan dipanaskan
hingga suhu 370C
b. Masing-masing 3 mL air dan 3 tetes I2 0,01 M dimasukkan kedalam 8 tabung
reaksi
c. 1 mL saliva ditambahkan kedalam larutan pati yng telah dipanaskan
d. Selang waktu 30 detik campuran pati saliva dipipet 2 tetes dan ditambahkan
kedalam tabung yang berisi I2
6. Tes Penentuan pH Yang Cocok Untuk Kerja Saliva
a. 10 mL larutan buffer 4, 5, 6, 7 dan 9 dimasukkan kedalam tabung reaksi yang
berbeda
b. 5 mL pati 1%, 2 mL NaCl 0,1 M dan 2 mL saliva encer dimasukkan kedalam
masing-masing tabung
c. Tabung ditempatkan didalam pemanas air hingga suhu 380C
d. I2 0,01 M ditambahkan kedalam masing-masing tabung dengan catatan
tabung yang berisi larutan buffer 9 ditambahkan dengan asam asetat sebelum
ditambahkan I2
7. Efek Senyawa Yang Menghambat/Menghancurkan Aktivitas Bakteri Pada
Amilase Saliva
a. 2 mL saliva dincerkan dengan 8 mL air kemudian diaduk dengan baik.
b. 1 mL saliva cair ditambahkan kedalam 7 tabung reaksi
c. Selanjutnya 5 tetes toluen ditambahkan kedalam tabung 1
d. 5 tetes kloroform ditambahkan kedalam tabung 2
e. 5 tetes HgCl 1% ditambahkan kedalam tabung 3
f. 5 tetes larutan fenol ditambahkan kedalam tabung 4
g. 0,5 mg NaF ditambahkan kedalam tabung 5
h. 5 tetes air ditambahkan kedalam tabung 6
i. Biarkan selama 10 menit dan sewaktu-waktu dikocok
j. Selanjutnya 5 mL pati 1% ditambahkan kedalam masing-masing tabung dan
dipanaskan hingga suhu 380C
k. Isi tabung dibagi dua, bagian satu diuji dengan I2 dan bagian lainya diuji
dengan benedict

E. HASIL PENGAMATAN
1. Tes Musin
No. Aktivitas Hasil
1 5 mL Saliva + 7 tetes asam asetat 0,1 M Endapan putih
Campuran asam asetat + saliva + 3 tetes Endapan putih dan larutan
2
Benedict biru
Campuran asam asetat + saliva + 8 tetes Terbentuk cincin cokelat
3
Molisch
Campuran asam asetat + saliva + 5 tetes Endapan putih
4
Millon
2. Tes Tiosianat
No. Aktivitas Hasil
1 5 mL Saliva + 5 tetes FeCl2 Endapan putih
2 Endapan + 1 tetes HCl pekat Larutan kuning keruh
3 Larutan kuning keruh + 5 tetes HgCl2 1% Endapan putih, larutan
kuning keruh
3. Tes Pengujian Senyawa Anorganik pada Saiva
No. Aktivitas Hasil
15 mL saliva encer + beberapa tetes Larutan keruh
1
NaOH 0,1 M + dipanaskan
2 Larutan keruh disaring Larutan bening (filtrat)
Uji Cl-
3 Filtrat + 3 tetes HNO3 encer + 5 tetes Larutan putih keruh, endapan
AgNO3 0,5 M putih
4 Uji SO42-
Filtrat + 3 tetes HNO3 encer + 1 mL Larutan tidak berwarna
BaCl2 5%
Uji PO43-
5 Filtrat + 3 tetes HNO3 encer + 5 mL Larutan hijau endapan kuning
ammonium molibdat + panaskan
No Aktivitas Hasil
Uji Ca2-
6 Filtrat + 3 tetes HNO3 encer + 1 mL Larutan tidak berwarna
ammonium oksalat
4. Tes pengaruh temperature terhadap aktivitas ptialin
No. Aktivitas Hasil
1 mL pati 1% + 5 tetes saliva + Larutan ungu
1
didinginkan + 8 tetes I2 0,01 M
1 mL pati 1% + 5 tetes saliva + diamkan Larutan biru muda
2
pada suhu kamar + 8 tetes I2 0,01 M
1 mL pati 1% + 5 tetes saliva + panaskan Larutan kuning bening
3
pada suhu 37oC + 8 tetes I2 0,01 M
1 mL pati 1% + 5 tetes saliva + panaskan Larutan biru tua
4
pada suhu 37oC + 8 tetes I2 0,01 M
5. Tes estimasi ptialin
No. Aktivitas Hasil
5 mL pati 1% + 5 mL NaCl 0,1 M + Larutan kuning bening
1
panaskan 37 oC + 1 mL saliva
2 3 mL H2O + 3 tetes iod 0,01 M Larutan kuning bening
3 mL larutan bening kuning + 2 tetes pati Larutan kuning
3
1% dan NaCl 0,1 M
Larutan berwarna kuning pada tabung:
Tabung 1 Larutan tidak berwarna
4
Tabung 2 Larutan tidak berwarna
Tabung 3 Larutan tidak berwarna
Tabung 4 Larutan tidak berwarna
6. Tes penentuan pH yang cocok untuk kerja saliva
No. Aktivitas Hasil
3 mL buffer pH 4 + 1 mL pati 1% + 2 mL Larutan biru tua
NaOH 0,1 M + 2 mL saliva + panaskan +
1
25 tetes Iod 0,01 M

No. Aktivitas Hasil


3 mL buffer pH 5 + 1 mL pati 1% + 2 mL Larutan tidak berwarna
2 NaOH 0,1 M + 2 mL saliva + panaskan +
25 tetes Iod 0,01 M
3 mL buffer pH 7 + 1 mL pati 1% + 2 mL Larutan tidak berwarna
3 NaOH 0,1 M + 2 mL saliva + panaskan +
25 tetes Iod 0,01 M
3 mL buffer pH 9 + 1 mL pati 1% + 2 mL Larutan tidak berwarna
4 NaOH 0,1 M + 2 mL saliva + panaskan +
25 tetes Iod 0,01 M
7. Tes senyawa yang dapat menghambat atau menghancurkan aktivitas amilase
No. Aktivitas Hasil
1 mL saliva + 5 tetes HgCl2 + 1 mL pati Larutan tidak berwarna
dan panaskan, dibagi dua:
1
a. Larutan + iod Larutan jingga
b. Larutan + 3 tetes Benedict + panaskan Larutan biru
1 mL saliva + setengah spatula NaF + 1 Larutan tidak berwarna
mL pati dan panaskan, dibagi dua:
2
a. Larutan + iod Larutan tidak berwarna
b. Larutan + 3 tetes Benedict + panaskan Larutan biru
1 mL saliva + 5 tetes fenol + 1 mL pati Larutan tidak berwarna
3 dan panaskan, dibagi dua:
a. Larutan + iod Larutan kekuningan
b. Larutan + 3 tetes Benedict + panaskan Larutan biru
1 mL saliva + 5 tetes H2O + 1 mL pati Larutan tidak berwarna
dan panaskan, dibagi dua:
4
a. Larutan + iod Larutan tidak berwarna
b. Larutan + 3 tetes Benedict + panaskan Larutan biru
1 mL saliva + 5 tetes toluena + 1 mL pati Larutan tidak berwarna
dan panaskan, dibagi dua:
5
a. Larutan + iod Larutan kekuningan
b. Larutan + 3 tetes Benedict + panaskan Larutan biru
No. Aktivitas Hasil
1 mL saliva + 1 mL pati dan panaskan, Larutan tidak berwarna
dibagi dua:
6
a. Larutan + iod Larutan tidak berwarna
b. Larutan + 3 tetes Benedict + panaskan Larutan hijau

F. PEMBAHASAN
Saliva merupakan cairan mulut yang kompleks terdiri dari campuran
sekresi kelenjar saliva mayor dan minor yang ada dalam rongga mulut. Saliva
membantu pencernaan dan penelanan makanan, di samping itu juga untuk
mempertahankan integritas gigi dan lidah. Di dalam mulut, saliva adalah unsur
penting yang dapat melindungi gigi terhadap pengaruh dari luar, maupun dari
dalam rongga mulut itu sendiri. (Soesilo, 2005: 26).
Saliva dihasilkan atau diproduksi oelh kelenjar ludah yang terdapat pada
rongga mulut, yang mengandung air sekitar 99,5%. Zat padat yang terdapat di
dalam saliva diantaranya yaitu ptyalin, musin, dan sejumlah senyawa yang juga
terdapat dalam darah dan urine yaitu seperti ammonia, asam-asam amino, urea
dan asam urat, kolesterol, serta kation kation (Ca2+, Na+, K+, dan Mg2+) dan anion
seperti PO43-, Cl- dan HCO3- (Tim Dosen Biokimia, 2016: 5).
1. Tes Musin
Musin merupakan suatu glikoprotein. Musin dalam saliva adalah suatu zat
yang kental dan licin yang berfungsi membasahi makanan dan sebagai pelumas
yang memudahkan atau memperlacar proses menelan makanan glikoprotein
sendiri merupakan suatu protein yang mengandung karbohidrat, dimana
kandungan karbohidrat didalam dalam glikoprotein kurang dari 4%. Tujuan
dilakukannya tes musin yaitu untuk membuktikan adanya kandungan musin
dalam saliva yang diuji, hal ini sesuai dengan teori bahwa didalam saliva terdapat
berbagai zat padat salah satunya yaitu musin (Tim Dosen Biokimia, 2016: 5).
Uji musin dilakukan dengan mereaksikan saliva encer dengan asam asetat.
Reaksi ini akan menghasilkan endapan putih dari proses pembentukan
glikoprotein dalam musin. Penembahan asam asetat kedalam saliva akan
mendenaturasi/mengendapkan protein dalam musin. Hal ini dikarenakan
penambahan asam asetat akan menurunkan pH saliva dan menyebabkan terjadinya
denaturasi. Hal ini sesuai dengan teori dimana proses denaturasi disebabkan oleh
pH, dimana koagulasi atau penggumpalan ini terjadi apabila larutan protein berada
pada titik isoelektriknya (Poedjiadi, 1994: 119). Endapan dan filtrat disaring,
filtrate yang diperoleh dar reaksi ini diuji dengan menggunakan pereaksi Million,
Benedict dan Molisch.
a. Uji Million
Uji millon bertujuan untuk mengetahui adanya protein berupa tirosin dalam
saliva, dimana filtrat direaksikan dengan pereaksi Millon diperoleh endapan putih.
Hal ini telah sesuai dengan teori yaitu apabila pereaksi Millon ini direaksikan
dengan suatu protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah
menjadi merah karena pemanasan. Protein yang mengandung tirosin akan
memberikan hasil yang positif (Poedjiadi, 1994: 122). Reaksinya adalah:

HO CH2 - CH - COOH + HgNO3 HgO CH2 - CH - COOH + HNO3

NH2 NH2 asam nitrat


Tirosin endapan putih

b. Uji Benedict
Uji benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam
saliva. Ada tidaknya suatu sifat pereduksi pada molekul gula ditentukan oleh ada
tidaknya gugus hidroksil (OH) bebas yang relatif. Berdasarkan hasil uji filtrat
yang direaksikan dengan Benedict diperoleh endapan putih. Hasil yang diperoleh
tidak sesuai dengan teori, dimana saat direaksikan dengan Benedict dan
dipanaskan maka akan mengalami perubahan warna biru menjadi hijau, kuning
hingga terbentuk endapan merah bata kupro oksida apabila konsentrasi gula
pereduksi cukup tinggi (Sumardjo, 2008: 237). Adapun reaksinya:
CH2OH CH2OH CH2OH
o OH
-H2O
OH OH C O C O
+ 2Cu2+ + 5OH- OH
HO HO OH + Cu2O + 3H2O
HO O-
OH OH
glukosa
OH merah bata

c. Uji Molisch
Uji molisch adalah uji untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji ini
didasari oleh reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dan senyawa. Filtrat
yang direaksikan dengan pereaksi Molisch diperoleh cincin cokelat. Hasil yang
diperoleh telah sesuai dengan teori bahwa pada batas antara kedua lapisan itu akan
terjadi warna ungu atau cokelat karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural
dengan alcohol (Poedjiadi, 1994: 12).

OH
OH+
HO

H3 O + HO
HO O + 2 [O] H3O+
HO
O -H2O O
-H+, -2e- O
5-hidroksimetilfulfural alfa-naftol

HO
HO

senyawa berwarna ungu

2. Tes Tiosianat
Uji ini untuk mengetahui adanya kandungan ion SCN- dalam saliva.
Berdasarkan teori, ion tiosianat ditemukan juga dalam saliva dalam jumlah yang
sedikit, yang merupakan hasil reaksi antara sianida dengan belerang yang ada di
dalam hati (Tim Dosen Biokimia, 2018: 6). Penentuan adanya kandungan ion
SCN- dalam saliva ditunjukan melalui reaksi antara larutan saliva yang
mengandung tiosianat dengan besi (III) klorida akan menghasilkan warna merah
karena terbentuknya komplek Fe(SCN)2. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan
teori, pada percobaan diperoleh larutan berwarna kuning. Adapun reaksinya:
SCN- + FeCl2 → Fe(SCN)2
(merah darah)
Warna merah darah yang dihasilkan ini dapat dihilangkan oleh adanya ion-ion
fluorida, merkurium (II) dan oksalat, dimana terbentuk kompleks-kompleks yang
tak berwarna yang lebih stabil.
4Fe(SCN)2 + 2Hg2+ → 2[Hg(SCN)4]2- + 4Fe2+
(tidak berwarna)
(Svehla, 1985: 338).
Dalam percobaan ini, tujuan ditambahkanya larutan HCl yaitu sebagai katalis
yang mempercepat laju reaksi. Adapun hasil percobaan yang diperoleh tidak
sesuai dengan teori, dimana tidak terbentuk larutan merah darah. Hal ini
disebabkan karena kurangnya ketelitian praktikan dalam melakukan percobaan.

3. Tes Penyusun Senyawa Anorganik Saliva


Pengujian penyusun senyawa anorganik saliva ini diawali dengan cara
mereaksikan saliva encer dengan asam asetat, dimana penambahan asam asetat
berfungsi untuk mendenaturasi protein dalam saliva, sehingga terbentuk endapan
protein. Proses pemanasan pada percobaan ini untuk mempercepat proses suatu
pengendapan (Poedjiadi, 1994: 199). Adapun ion-ion yang dianalisis dalam saliva
meliputi ion Cl-, PO43-, SO42-, dan Ca2+.
a. Analisis Cl-
Perlakuan ini mereaksikan filtrate hasil penyaringan dengan HNO3 encer
dimana HNO3 berfungsi sebagai katalis dan mempercepat reaksi kemudian
campuran direaksikan dengan AgNO3 dan terbentuk endapan putih. Hal ini telah
sesuai dengan teori dimana reaksi antara ion Cl- dengan larutan perak nitrat
(AgNO3), akan menghasilkan endapan perak klorida, AgCl yang seperti dadih dan
putih. Reaksinya yaitu :
Cl- + AgNO3 → AgCl↓ + NO3-
(Svehla, 1985: 346).
b. Analisis PO43-
Pengujian PO43- dalam saliva digunakan pereaksi ammonium molibdat.
Filtrat direaksikan dengan ammonium molibdat yang sebelumnya direaksikan
dengan HNO3 sebagai mempercepat reaksi dan pemberi suasana asam.
Penambahan ammonium molibdat akan menghasilkan endapan kuning. Hal ini
telah sesuai dengan teori bahwa penambahan pereaksi ini akan menghasilkan
endapan ammonium fosfomolibdat kuning kristalin, pengendapan dipercepat
dengan memanaskan hingga suhu yang tidak melampaui 40oC. Reaksinya yaitu :
PO43- + 3NH4+ + 12MoO42- + 24H+ → (NH4)3[P(Mo3O10)4]↓ + 12H2O
(Kuning kristalin)
Pengujian SO42- dalam saliva maka digunakan pereaksi BaCl2 yang terlebih
dahulu ditambahkan HNO3 encer untuk mempercepat reaksi dan memberikan
suasana asam pada larutan serta endapan BaSO4 yang terbentuk nantinya tidak
akan larut dalam HNO3 encer. Hasil reaksi filtrat menghasilkan endapan putih
barium sulfat. Hal ini telah sesuai dengan teori bahwa ion SO42- dengan BaCl2
akan menghasilkan endapan putih barium sulfat. Adapun reaksinya:
SO42- + BaCl2 → BaSO4↓ + 2Cl-
(putih)
c. Analisis Ca2+
Pengujian Ca2+ dalam saliva menggunakan pereaksi ammonium oksalat yang
dimana terlebih dahulu ditambahkan HNO3 encer untuk memberikan suasana
asam pada larutan. Hasil filtrat dengan ammonium oksalat pada percobaan yaitu
larutan tidak berwarna. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa reaksi antara ion
Ca2+ dengan ammonium oksalat yaitu endapan putih kalsium oksalat. Adapun
reaksinya:
Ca2+ + (NH4)2C2O4 → Ca(C2O4)↓
(putih)
4. Tes Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Ptialin
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh
temperatur terhadap aktivitas ptialin. Selain itu, dari percobaan ini juga ingin
diketahui pada suhu mana enzim dalam saliva berkerja dengan optimal. Enzim
ptialin dalam saliva yang berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi
maltosa dengan proses hidrolisis (Poedjiadi, 1994: 235).
Percobaan ini, larutan pati ini dibuat dengan perbedaan suhu yaitu dengan
suhu yang bervariasi, yaitu pada tabung 1 didinginkan, tabung 2 didiamkan pada
suhu kamar, tabung 3 dipanaskan hingga suhu 370C dan pada tabung 4 ditambah
saliva yang telah dipanaskan hingga mendidih. Tujuan dibuatnya perbedaan suhu
yang bervariasi agar melihat pengaruh suhu terhadap kerja enzim dan pada suhu
mana ptialin dapat bekerja optimal dalam menguraikan pati menjadi maltosa.
Cara mengidentifikasi apakah pati telah terurai menjadi maltose maka
digunakan larutan iod, dimana larutan iod akan bereaksi dengan larutan pati akan
membentuk komplek biru tua (Svehla, 1985: 352). Berdasarkan hasil percobaan
pada tabung 1 yang didinginkan diperoleh larutan berwarna biru ungu, pada
tabung 2 yang didiamkan pada suhu kamar diperoleh larutan berwarna biru muda,
pada tabung 3 yang dipanaskan hingga suhu 370C yaitu berwana kuning bening
dan pada tabung 4 diperoleh larutan berwarna biru tua. Pada percobaan ini seluruh
tabung pada perlakuan yang berbeda-beda menghasilkan hasil uji yang sama yaitu
terbentuk larutan berwarna biru tua. Hal tersebut berarti bahwa enzim amilase
tidak bekerja dalam memecahkan amilum. Seharusnya menurut teori enzim
bekerja optimum menghidrolisis pati pada suhu 400C (Supriyatna, 2015: 26).
Sehingga seharusnya pada perlakuan dengan pemanasan pada suhu 370C dan
perlakuan pada suhu kamar menghasilkan uji yang positif berupa larutan tidak
berwarna atau bening.
Tabung 1 yang didinginkan dan tabung 4 yang ditambahkan dengan saliva
yang telah dipanaskan hingga mendidih, diperoleh perubahan warna ungu dan biru
kehitaman. Hal ini menandakan pada tabung 1 dan 4 mengalami kerusakan pada
enzim akibat dari suhu yang terlalu tinggi dan juga rendah yang akan
menginaktifkan kerja enzim.
5. Tes Estimasi Ptialin
Uji ini merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui waktu yang
diperlukan enzim untuk menghidrolisis pati menjadi maltose. Pada percobaan ini
larutan pati direaksikan dengan NaCl, dimana penambahan NaCl sendiri sebagai
inhibitor atau penghambat kerja enzim amilase dalam menguraikan pati. Sebab
pada percobaan ini, suhu larutan dibuat menjadi 370C dimana suhu enzim sbekerja
optimum sehingga diperlukan suatu inhibitor untuk memperlambat kerja enzim
sehingga perubahan yang terjadi dapat teramati.
Cara mengidentifikasi apakah pati telah terurai menjadi maltose maka
digunakan larutan iod, dimana larutan iod akan bereaksi dengan larutan pati akan
membentuk komplek biru tua (Svehla, 1985: 352). Dalam percobaan ini terdapat 4
tabung yang masing-masing berisi campuran pati saliva yang diuji aktivitas
enzimnya dengan interval waktu tiap 1 menit untuk tiap tabung hasil yang
diperoleh pada setiap tabung ketika ditambahkan iod yaitu larutan berwarna
kuning bening. Hal ini menunjukkan bahwa enzim dalam masing-masing tabung,
pati telah terhidrolisis dalam mengurai pati, sehingga pada penambahan iod
diperoleh larutan bening.
6. Tes Penentuan pH Yang Cocok Dengan Kerja Saliva
Tes penentuan pH yang cocok dengan kerja saliva, dilakukan dengan
menggunakan larutan buffer 4, 5, 7 dan 9. Larutan buffer merupakan larutan yang
mampu mempertahankan perubahan pH pada kisaranya saat ditambahkan sedikit
asam, sedikit basa, dan sedikit air. Pada percobaan ini, penambahan NaCl
berfungsi sebagai inhibitor atau penghambat jalanya reaksi pengguraian pati oleh
enzim amilase pada saliva. Untuk mengidentifikasi aktivitas enzim saliva yaitu
enzim amilase maka digunakan larutan iod yang akan memberikan warna biru tua
jika bereaksi dengan pati (Svehla, 1985: 352). Fungsi pemanasan pada suhu 370C
yang adalah suhu optimum enzim bekerja.
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu pada pH buffer 4
berubah warna menjadi biru sedangkan pada tabung dengan pH buffer 5, 7, dan 9
diperoleh larutan tidak berwarna. Hal ini berarti pada enzim amilase mampu
bekerja secara optimal memecah amilum pada pH 5, 7, dan 9 karena pada pH
tersebut tidak terbentuk kompleks iod-amilum berwarna biru. Berdasarkan teori,
enzim amilase bekerja optimum pada pH 5,6-7,2 (Poedjiadi, 1994: 163). Sehingga
hasil yang diperoleh telah sesuai bahwa pH asam yaitu 4, enzim tidak bekerja
secara optimum, sehingga membentuk komplek iod-amilum berwarna biru.
Sedangkan pada pH 5, 7, dan 9 enzim dapat memecah amilum (pati) jadi
diperoleh larutan bening atau tidak berwarna.
7. Efek Senyawa yang Menghambat Aktivitas Bakteri Pada Amilase Saliva
Pada percobaan dilakukan pengujian beberapa senyawa yang menghambat
atau menghancurkan aktivitas bakteri pada amilase saliva. Percobaan ini
dilakukan dengan mereaksikan antra larutan saliva encer dengan berbagai
pereaksi, yaitu toulen, HgCl2, fenol, NaF, aquades dan tabung yang berisi pati.
Perlakuan ini bertujuan untuk memebandingkan hasil reaksi yang terjadi pada
masing-masing tabung serta untuk mengetahui pereaksi atau senyawa mana yang
dapat menghambat aktivitas bakteri pada amilase. Kedalam masing-masing
tabung tersebut ditambahkan dengan larutan pati, dimana larutan pati ini akan
diurai oleh enzim menjadi maltosa (Poedjiadi, 1994: 235). Tujuan pemanasan
larutan hinggga suhu 370C yaitu untuk meningkatkan aktivitas enzim dalam saliva
dalam menggurai pati. Larutan dari masing-masing tabung diuji dengan
menggunakan iod dan benedict. Pengujian dengan iod untuk mengetahui adanya
pati dengan uji positif larutan tidak berwarna (Svehla, 1985: 352). Sedangkan
pengujian Benedict untuk mengetahui adanya gula pereduksi dengan uji positif
yaitu kuning, hijau, merah, dan endapan merah bata (Sumardjo, 2008: 237).
Pengujian dengan iod, pada tabung yang berisi HgCl2 terbentuk larutan
jingga dan tabung yang berisi NaF, fenol, dan toluena serta air menghasilkan
larutan tidak berwarna dan tabung yang berisi pati menghasilkan larutan tidak
berwarna. Sehingga menurut uji dengan iod ini, senyawa yang mampu
menghambat kerja enzim amilase adalah NaF, fenol, dan toluena serta air.
Sedangkan pada uji Benedict diperoleh tabung yang berisi NaF, fenol, toluena dan
HgCl2 serta air menghasilkan warna biru (tidak berubah) atau tidak menghasilkan
uji positif adanya gula pereduksi berupa larutan berwarna kuning, hijau, dan
endapan merah bata. Berdasarkan teori, Seharusnya NaF, fenol, dan HgCl2 yang
dapat menghambat aktivitas enzim amilase karena fenol merupakan senyawa yang
bersifat asam, HgCl2 merupakan senyawa yang bersifat korosif dan NaF yang
memiliki sifat racun yang dapat merusak metabolism saliva dan menghambat
aktivitas bakteri amilase.
G. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Dalam saliva terdapat musin yang merupakan kompleks dari glikoprotein,
yang jika direaksikan dengan asam asetat akan menghasilkan endapan putih.
b. Didalam saliva terdapat ion-ion seperti ion Cl- yang diidentifikasi melalui
reaksinya dengan AgNO3 menghasilkan endapan perak klorida; ion
PO43- dengan amonium molibdat menghasilkan endapan amonium
fosfomolibdat yang kuning kristalin; ion SO42- dengan BaCl2
menghasilkan endapan putih barium sulfat. Dan reaksi ion Ca+ dengan
amonium oksalat menghasilkan endapan putih kalsium oksalat.
c. Dalam saliva terdapat kandungan ion tiosianat yang sangat sedikit yang
ditandai dengan adanya endapan merah-darah dari Fe(SCN)3.
d. Suhu optimum untuk kerja enzim amilase pada saliva yaitu pada 370C.
e. Estimasi ptialin dalam menggurai pati menjadi molekul yang lebih kecil
paling cepat terjadi pada suhu 370C.
f. pH yang cocok dengan untuk kerja enzim amilase pada saliva yaitu pada
rentang 6,8-7,2.
g. Senyawa yang dapat menghambat kerja bakteri pada amilase saliva yaitu
HgCl2, NaF, dan fenol.
2. Saran
Disarankan kepada praktikan selanjutnya agar lebih teliti dan hati-hati
dalam melakukan percobaan, sehingga diperoleh hasil yang susuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi, Anna dan Titin. 2012. Dasar Dasar Biokimia. Bandung: UI Pers.

Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.

Supriyatna, Ateng. 2015. Aktivitas Enzim Amilase, Lipase, Dan Protease Dari
Larva Hermetia Illucens Yang Diberi Pakan Jerami Padi. Jurnal
Penelitian. Vol. IX, No. 2.

Soesilo, Diana. 2005. Peranan sorbitol dalam mempertahankan kestabilan pH


saliva pada proses pencegahan karies. Jurnal Kedokteran Gigi.
Vol. 38. No. 1.

Sugiyarto, Kristian H. 2004. Kimia Anorganik 1. Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta.

Svehla G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro. Jakarta: PT


Kalman Media Pusaka.

Tim Dosen Biokimia. 2016. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : Jurusan


KIMIA FMIPA UNM.
JAWABAN PERTANYAAN

1. Tes musin
a. Endapan yangterbentuk pada tes musin merupakan endapan proein akibat
terjadinya reaksi denaturasi atau kerusakan protein sehingga
terbentukendapan putih.
b. Fungsi protein alam saliva
1) Α -Amilase mengubah tepung kanji dan glikogen menjadi kesatuan
karbohidrat yang kecil. Juga karena pengaruh α-Amilase, polisakarida
mudah dicernakan.
2) Lisozim mampu membunuh bakteri tertentu sehingga berperan dalam
sistem penolakan bakterial.
3) Kalik ren dapat merusak sebagian protein tertentu, di antaranya faktor
pembekuan darah XII, dan dengan demikian berguna bagi proses
pembekuan darah.
4) Laktope rosidase mengkatalisis oksidasi CNS (thiosianat) menjadi
OSCN (hypothio) yang mampu menghambat pertukaran zat bakteri
dan pertumbuhannya.
5) Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai
fungsi penting: membentuk bagian utama pelikel muda pada email
gigi.
6) Musin membuat saliva menjadi pekat sehingga tidak mengalir seperti
air disebabkan musin mempunyai selubung air dan terdapat pada
semua permukaan mulut maka dapat melindungi jaringan mulut
terhadap kekeringan. Musin juga untuk membentuk makanan menjadi
bolus.
c. Karena daam musin mengandung protein maka musin merupakan
senyawa organik.
2. Tes senyawa anorganik dalam saliva
a. Akivator enzim merupakan Suatu senyawa, unsur atau ion, yang dapat
meningkatkan aktivitas kerja suatu enzim.
b. Ion-ion yang bekerja sebaga activator enzim terbaik adalah Cl- dan PO43-
3. Tes pengaruh temperature terhadap aktivitas ptyalin
a. Tabung yang mengalami perubahan warna (hilangnya warna) paling cepat
adala tabung 3 karena enzim pada saliva dapat bekerja secara optimal
pada suhu 38℃.
4. Tes estimasi ptyalin
a. Dik = 1 unit ailase adalah sejumlah yang diperluka untuk mecerna 10 mL
laruan pati 1% selama 4 menit
Dit = berapa jumlah amylase dalam 1 mL saliva?
Penyelesaian
Karena
1 unit amilase = 10 mL pati 1% dalam waktu 4 menit
Sehingga
1 𝑚𝐿 𝑝𝑎𝑡𝑖 % 𝑥 1 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑎𝑚𝑖𝑙𝑎𝑠𝑒
1 mL pati 1% = = 0,1 unit amylase
10 𝑚𝐿 𝑝𝑎𝑡𝑖 1%

b. NaCl dalam larutanberfungsi sebagai inhibitor enzim yang dapat


mencegah enzim amylase menghidrolisis pati.
5. Tes penentuan pH yan cocok untuk kerja saliva
a. pH optimum saliva adalah 6,8
b. tabung pH 7 harus diasamkan sebelum penambahan I2 agar enzim dapat
bekerja secara optimum karena enzim dalam siliva bekerja secara
maksimal pada pH yang sedikit asam ata tepatnya pada H 6,8
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Biokimia dengan judul percobaan


“Fermentasi” yang disusun oleh :
kelas/ kelompok : Pendidikan Kimia B/ IV
nama : 1. Aan Eko Putra (1613041006)
2. Annisa Afrianti (1613042014)
3. Fanny Syahbani Ramadani (1613041008)
4. Muh. Bisri (1613042006)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka laporan
ini dinyatakan telah diterima.
Makassar, November 2018
Koordinator Asisten Asisten

Dedi Hermawan Eva Indriyani


NIM. 1513040001 NIM. 1513142005

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Hardin, S.Si, S.Pd, M.Pd


NIP.19870807 201504 1 004
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Biokimia dengan judul percobaan “Darah”


yang disusun oleh :
kelas/ kelompok : Pendidikan Kimia B/ IV
nama : 1. Aan Eko Putra (1613041006)
2. Annisa Afrianti (1613042014)
3. Fanny Syahbani Ramadani (1613041008)
4. Muh. Bisri (1613042006)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka laporan
ini dinyatakan telah diterima.
Makassar, November 2018
Koordinator Asisten Asisten

Dedi Hermawan Dedi Hermawan


NIM. 1513040001 NIM. 1513040001

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Hardin, S.Si, S.Pd, M.Pd


NIP.19870807 201504 1 004

Anda mungkin juga menyukai