OLEH:
Kelompok 9
1. Alif Akbar Hidayatullah 1813041003
2. Magfirah Mawaddah 1813041005
3. Fadila 1813041007
4. Hikma Rajab 1813042003
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Kelompok 9
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………....................................................................................................... i
Daftar Isi....................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang…...................................................................................................................
B. Rumusan masalah.................................................................................................................
C. Tujuan penulisan...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian HOTS................................................................................................................. ..
B. Ciri atau Karakteristik HOTS …………………………… …………………………..……
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................................. …
Daftar Pustaka.........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran guru profesional dalam pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan
belajar peserta didik dan mengahasilkan lulusan yang berkualitas. Guru profesional adalah
guru yang kompeten dalam membangun dan mengembangkan proses pembelajaran yang baik
dan efektif sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang pintar dan pendidikan yang
berkualitas. Hal tersebut menjadikan kualitas pembelajaran sebagai komponen yang menjadi
fokus perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam meningkatkan mutu
pendidikan terutama menyangkut kualitas lulusan peserta didik. Pengembangan pembelajaran
berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill
(HOTS) merupakan program yang dikembangkan sebagai upaya Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK)
dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan. Program
ini dikembangkan mengikuti arah kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
pada tahun 2018 telah terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter dan pembelajaran
berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau Higher Order Thinking Skill
(HOTS).
Peningkatan kualitas peserta didik salah satunya dilakukan oleh guru yang berfokus
pada peningkatan kualitas pembelajaran di kelas dengan berorientasi pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Desain peningkatan kualitas pembelajaran ini merupakan upaya
peningkatan kulaitas peserta didik yang pada akhirnya meningkatkan kualitas Pendidikan di
Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, maka diperlukan sebuah buku pegangan guru yang
memberikan keterampilan mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas lulusan peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya makalah ini yaitu:
1. Apakah Pengertian HOTS?
2. Bagaimana Ciri atau Karakteristik HOTS?
3. Bagaimana Kata Kerja Operasional HOTS?
4. Bagaimana Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS dan Contoh Soal HOTS?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Untuk Mengetahui Pengertian HOTS?
2. Untuk Mengetahui Ciri atau Karakteristik HOTS ?
3. Untuk Mengetahui Kata Kerja Operasional HOTS?
4. Untuk Mengetahui Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS dan Contoh Soal HOTS?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian HOTS
Teknik pembelajaran diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik (Rahayu, 2012: 10). Cara ini mencakup
aktivitas kelas, tugas, dan pengujian yang dilakukan guru ketika melangsungkan proses
pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran berkenan langsung dengan
implementasi kegiatan belajar mengajar (Prastowo, 2015: 284). Adapun menurut
(Kartakusumah, 2006: 82) teknik pembelajaran diartikan sebagai penggunaan patokan-
patokan khusus dalam melaksanakan suatu metode pembelajaran tertentu yang meliputi
langkah-langkah, sarana, dan alat bantu dalam ruang lingkup metode pembelajaran yang
digunakan. Jadi teknik-teknik pembelajaran ini senantiasa ditentukan oleh tuntunan
kebutuhan dan tujuan metode pembelajaran yang diterapkan dan dilaksanakan bersama
peserta didik dengan fasilitator ataupun sumber belajar.
Menurut Anderson & Krtahwohl (2011), tingkat kemampuan berpikir dimulai dari (1)
mengingat, (2) memahami, (3) mengaplikasikan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi, sampai
dengan (6) mencipta. Tingkatan kemampuan berpikir (1), (2), dan (3) dikategorikan sebagai
Lower Order Thinking Skills (LOTS) atau kemampuan berpikir tingkat rendah. Sementara
tingkatan kemampuan berpikir (4), (5), dan (6) dikategorikan sebagai Higher Order Thinking
Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi. Lower Order Thingking Skills (LOTS) atau
kemampuan berpikir tingkat rendah hanya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan faktual
yang alternatif jawabannya hanya satu. Umumnya jawaban tersebut berupa sesuatu yang
dapat ditemukan langsung di buku atau hapalan, seperti pertanyaan Siapa? Kapan? Dimana?
Kemampuan berpikir tingkat rendah merupakan perantara untuk kemampuan berpikir yang
lebih tinggi atau yang dikenal dengan HOTS (Higher Order Thinking Skill).
Sutanto & Retnawati (2016: 190) menyatakan HOTS (Higher Order Thinking Skill)
merupakan aspek yang penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran. Tujuan
pembelajaran mengembangkan HOTS adalah untuk membekali peserta didik dalam memberi
alasan (menganalisis) dan membuat keputusan. Pentingnya HOTS dalam pembelajaran juga
ditunjukkan oleh hasil penelitian Murray (2011: 210) yang menyebutkan bahwa ketika
peserta didik memutuskan menggunakan HOTS, maka peserta didik tersebut harus mampu
menciptakan ide-ide baru, membuat prediksi dan memecahkan masalah. Muhadjir (1998:
202) menyimpulkan instrumen penilaian HOTS adalah soal-soal yang menuntut keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Dalam membentuk kualitas peserta didik yang lebih baik, soal-soal
HOTS harus dikembangkan oleh guru. HOTS atau keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) pemecahan masalah, (2) membuat keputusan, (3) berpikir
kreatif. King (2010: 1) mendefinisikan HOTS sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi
yang meliputi, refleksi, metakognitif dan berpikir kreatif
Menurut Setiawati (2019:39), Soal yang termasuk Higher Order Thinking memiliki
ciri-ciri:
1) Transfer satu konsep ke konsep lainnya;
2) Memproses dan menerapkan informasi;
3) Mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda;
4) Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah;
5) Menelaah ide dan informasi secara kritis.
2) Bersifat Divergen
Instrumen penilaian HOTS harus bersifat divergen, artinya memungkinkan peserta
didik memberikan jawaban berbeda-beda sesuai proses berpikir dan sudut pandang yang
digunakan karena mengukur proses berpikir analitis, kritis, dan kreatif yang cenderung
bersifat unik atau berbeda-beda responsnya bagi setiap individu. Karena bersifat divergen,
instrumen penilaian HOTS lebih mudah dirancang dalam format tugas atau pertanyaan
terbuka, misalnya soal esai/uraian dan tugas kinerja.
Apakah soal pilihan tidak dapat digunakan untuk mengukur HOTS?
Jawabannya dapat, asal proses berpikir untuk menjawab soal pilihan tersebut bukan sekedar
menghafal atau mengulang. Sebaliknya, setiap soal uraian juga belum tentu HOTS jika untuk
menjawabnya tidak memerlukan penalaran. Bahkan tugas kinerjapun belum tentu HOTS,
kalau hanya berbentuk resep sehingga peserta didik hanya melakukan petunjuk yang
diberikan.
3) Menggunakan Multirepresentasi
Instrumen penilaian HOTS umumnya tidak menyajikan semua informasi secara
tersurat, tetapi memaksa peserta didik menggali sendiri informasi yang tersirat. Bahkan di era
big data seperti sekarang ini, yaitu kemudahan mendapatkan data dan informasi melalui
internet, sudah selayaknya instrumen penilaian HOTS juga menuntut peserta didik tidak
hanya mencari sendiri informasi, tetapi juga kritis dalam memilih dan memilah informasi
yang diperlukan.Untuk memenuhi harapan di atas, sebaiknya instrumen penilaian HOTS
menggunakan berbagai representasi, antara lain verbal (berbentuk kalimat), visual (gambar,
bagan, grafik, tabel, termasuk video), simbolis (simbol, ikon, inisial, isyarat), dan matematis
(angka, rumus, persamaan).
b. Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut peserta didik untuk
mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya sendiri
dalam bentuk tertulis. Dalam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus mempunyai
gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang
diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin diberikan
oleh peserta didik. Dengan kata lain, ruang lingkup ini menunjukkan kriteria luas atau
sempitnya masalah yang ditanyakan. Di samping itu, ruang lingkup tersebut harus tegas dan
jelas tergambar dalam rumusan soalnya
2) Ranah Afektif
Kartwohl & Bloom juga menjelaskan bahwa selain kognitif, terdapat ranah afektif yang
berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi serta derajat penerimaan atau penolakan
suatu objek dalam kegiatan pembelajaran dan membagi ranah afektif menjadi 5 kategori,
yaitu seperti pada tabel di bawah.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam ranah afektif dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.
3) Ranah Psikomotor
Keterampilan proses psikomotor merupakan keterampilan dalam melakukan
pekerjaan dengan melibatkan anggota tubuh yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik)
yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan pada gerak dasar, perseptual, ketepatan,
keterampilan kompleks, ekspresif dan interperatif. Keterampilan proses psikomotor dapat
dilihat pada tabel di bawah.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan pada ranah psikomotor dapat dilihat
seperti pada tabel di bawah.
Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi
(P1) (P2) (P3) (P4) (P5)
Menyalin Kembali membuat Menunjukkan Membangun Mendesain
Mengikuti Membangun Melengkapi Mengatasi Menentukan
Mereplikasi Melakukan Menyempurnakan Menggabungkan Mengelola
Mengulangi Melaksanakan Mengkalibrasi koordinat Menciptakan
Mematuhi Menerapkan Mengendalikan Mengintegrasikan
Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Beradaptasi
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mengembangkan
Menggabungkan Merancang Memutar Merumuskan
Mengatur Melatih Mengirim Memodifikasi master
Mengumpulkan Memperbaiki Memproduksi Mensketsa
Menimbang Memanipulasi Mencampur
Memperkecil Mengemas
Mengubah Menyajikan
Adapun Contoh Soal HOTS menurut Wirandani (2019: 489-490), .adalah sebagai
berikut :
1) Soal C4
Logam besi misalnya paku kalau dibiarkan di tempat terbuka akan berkarat. Bagaimanakah
tahapan-tahapannya sehingga bisa terjadi demikian? (membedakan)
Diketahui lima kelompok unsur A, B, C, D dan E. Dari percobaan diperoleh data sebagai
berikut :
2. Logam A dan C dapat mereduksi ion D2+ menjadi D, tetapi tidak dapat mereduksi E2+.
A. A – B – C – D – E
B. E – D – C – B – A
C. B – C – A – D – E
D. B – E – C – A – D
E. B – E – D – A – C
(mengorganisir)
2) Contoh Soal C5
Untuk mengetahui faktor luas permukaan terhadap laju reaksi, seorang siswa mencatat waktu
yang dibutuhkan oleh suatu gas hasil reaksi untuk mengisi balon dari zat yang berbentuk
padatan dan serbuk. Apakah percobaan ini sudah tepat? (mengkritik)
Hasil pengamatan siswa pada beberapa larutan dengan kertas lakmus menghasilkan data-data
sebagai berikut :
3) Contoh Soal C6
Beberapa jenis tumbuhan bisa digunakan sebagai indikator asam-basa (berbeda warnanya di
dalam asam maupun basa) seperti kunyit, mahkota bunga, dan kol bit. Rumuskan beberapa
hipotesis yang sesuai untuk fenomena tersebut. Berdasarkan hipotesis tersebut buatlah
rancangan suatu eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut. (merencanakan)
Beberapa jenis tumbuhan bisa digunakan sebagai indikator asam-basa (berbeda warnanya di
dalam asam maupun basa) seperti kunyit, mahkota bunga, dan kol bit.. Rumuskan beberapa
hipotesis yang sesuai untuk fenomena tersebut. Berdasarkan hipotesis tersebut buatlah
rancangan suatu eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut. Lakukan percobaan atau
eksperimen berdasarkan rancangan tersebut dan kembangkan alat yang sesuai untuk
melakukan percobaan tersebut. (memproduksi)
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah di sajikan, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Instrumen penilaian berbasis HOTS lebih menekankan pada kemampuan
menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
juga merupakan kemampuaan dalam memecahkan masalah serta bisa memberikan
solusi secara kreatif.
b. Karakteristik atau Ciri HOTS adalah Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi,
Bersifat Divergen, Menggunakan Multirepresentasi, Berbasis permasalahan
kontekstual dan Menggunakan bentuk soal beragam.
c. Kata Kerja Operasional dibedakan atas 3 yaitu, Ranah
d. Teknik penyusunan membuat penilaian berbasis HOTS dalam pembelajaran sejarah
terdiri dari: (1) menganalisa KD, (2) mengembangkan kisi-kisi, (3) memilih stimulus
yang menarik dan konstektual, (4) menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi
soal, (5) menentukan kunci jawaban, (6) melakukan analisis kualitatif, dan (7)
melakukan analisis kuantitatif. Contoh Soalnya dibedakan atas kategori C4, C5 dan
C6.
2. Saran
Adapun sarannya yaitu kepada penulis diharapkan agar menambah lagi referensi
lain agar wawasan menjadi semakin luas terkait dengan teknik pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Batubara, Ulfah Nury dan Ajat Sudrajat. 2019. Teknik Penyusunan Instrumen Penilaian
Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam Pembelajaran Sejarah. Lentera Pendidikan.
Vol. 22 No. 2.
Wirandani, Tari, Ayu Cendra Kasih dan Latifah. 2019. Analisis Butir Soal HOTS (High
Order Thinking Skill) Pada Soal Ujian Sekolah Kelas XII Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Di SMK An-Nahl. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol. 2
No. 4.
Ariyana, Yoki, Ari Pudjiastuti, Reisky Bestary dan Zamroni. 2018. Buku Pegangan
Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Yogyakarta :
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Widana, I. W. (2017). Higher Order Thinking Skills Assessment (Hots). Indonesian Student
Assessment and Evaluation, 3(1). Retrieved from http://journal.unj.ac.id/
unj/index.php/jisae/article/view/4859
Rahayu, P.,dkk. 2012. Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu Dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Problem Base Melalui Lesson Study. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia. Vol.1 No. 1
Resnick, L. B. (1987). Education and learning to think. Washington, D.C: National Academy
Press
Conklin, W. (2012). Higher order thinking skills to develop 21st century learners. Huntington
Beach, CA: Shell Education Publishing, Inc.
Setiawati, Wiwik, Oktavia Asmira, Yoki Ariyana, Reisky Bestary dan Ari Pudjiastuti. 2019.
Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills.
Sutanto, & Retnawati. (2016). Perangkat Pembelajaran Matematika Bercirikan PBL untuk
Mengembangkan HOST Siswa SMA. Riset Pendidikan Dan Matematika, 3(2).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order
Thinking Skill (HOTS). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Anderson, & Krtahwohl, D. (2011). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A
Revision of Bloom’s Taxonomy. New York: Longman Publishing.
Andi, Prastowo. (2015). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva
Press.