Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASSESEMEN PEMBELAJARAN KIMIA

OLEH:
Kelompok 9
1. Alif Akbar Hidayatullah 1813041003
2. Magfirah Mawaddah 1813041005
3. Fadila 1813041007
4. Hikma Rajab 1813042003

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


            Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta alam karna berkat izin dan
kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini pada tepat waktu.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Assesmen “.
            Dalam penulisan makalah ini penulis menemui berbagai hambatan dikarenakan
kurangnya ilmu pengetahuan penulisan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan makalah
ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah sederhana ini.
            Penulis sadar akan kemampuan menulis yang masih sederhana. Tapi dalam makalah
ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi penulis yakin bahwa penulisan
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengucapkan
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
            Akhir kata, harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Meskipun makalah ini memiliki kekurangan dan kelebihan, namun penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca. Terima kasih.

Makassar, 3 September 2020


Penulis

Kelompok 9
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………....................................................................................................... i
Daftar Isi....................................................................................................................................
ii

BAB I  PENDAHULUAN
A. Latar belakang…...................................................................................................................
B. Rumusan masalah.................................................................................................................
C. Tujuan penulisan...................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian HOTS................................................................................................................. ..
B. Ciri atau Karakteristik HOTS …………………………… …………………………..……

C.Kata Kerja Operasional HOTS……………………………………………………………...


D.Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS dan Contoh Soal HOTS………………………

BAB  III PENUTUP
A.  Kesimpulan............................................................................................................................
B.  Saran.................................................................................................................................. …

Daftar Pustaka.........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran guru profesional dalam pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan
belajar peserta didik dan mengahasilkan lulusan yang berkualitas. Guru profesional adalah
guru yang kompeten dalam membangun dan mengembangkan proses pembelajaran yang baik
dan efektif sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang pintar dan pendidikan yang
berkualitas. Hal tersebut menjadikan kualitas pembelajaran sebagai komponen yang menjadi
fokus perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam meningkatkan mutu
pendidikan terutama menyangkut kualitas lulusan peserta didik. Pengembangan pembelajaran
berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill
(HOTS) merupakan program yang dikembangkan sebagai upaya Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK)
dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan. Program
ini dikembangkan mengikuti arah kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
pada tahun 2018 telah terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter dan pembelajaran
berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau Higher Order Thinking Skill
(HOTS).
Peningkatan kualitas peserta didik salah satunya dilakukan oleh guru yang berfokus
pada peningkatan kualitas pembelajaran di kelas dengan berorientasi pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Desain peningkatan kualitas pembelajaran ini merupakan upaya
peningkatan kulaitas peserta didik yang pada akhirnya meningkatkan kualitas Pendidikan di
Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, maka diperlukan sebuah buku pegangan guru yang
memberikan keterampilan mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas lulusan peserta didik.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya makalah ini yaitu:
1. Apakah Pengertian HOTS?
2. Bagaimana Ciri atau Karakteristik HOTS?
3. Bagaimana Kata Kerja Operasional HOTS?
4. Bagaimana Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS dan Contoh Soal HOTS?

C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Untuk Mengetahui Pengertian HOTS?
2. Untuk Mengetahui Ciri atau Karakteristik HOTS ?
3. Untuk Mengetahui Kata Kerja Operasional HOTS?
4. Untuk Mengetahui Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS dan Contoh Soal HOTS?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian HOTS
Teknik pembelajaran diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik (Rahayu, 2012: 10). Cara ini mencakup
aktivitas kelas, tugas, dan pengujian yang dilakukan guru ketika melangsungkan proses
pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran berkenan langsung dengan
implementasi kegiatan belajar mengajar (Prastowo, 2015: 284). Adapun menurut
(Kartakusumah, 2006: 82) teknik pembelajaran diartikan sebagai penggunaan patokan-
patokan khusus dalam melaksanakan suatu metode pembelajaran tertentu yang meliputi
langkah-langkah, sarana, dan alat bantu dalam ruang lingkup metode pembelajaran yang
digunakan. Jadi teknik-teknik pembelajaran ini senantiasa ditentukan oleh tuntunan
kebutuhan dan tujuan metode pembelajaran yang diterapkan dan dilaksanakan bersama
peserta didik dengan fasilitator ataupun sumber belajar.
Menurut Anderson & Krtahwohl (2011), tingkat kemampuan berpikir dimulai dari (1)
mengingat, (2) memahami, (3) mengaplikasikan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi, sampai
dengan (6) mencipta. Tingkatan kemampuan berpikir (1), (2), dan (3) dikategorikan sebagai
Lower Order Thinking Skills (LOTS) atau kemampuan berpikir tingkat rendah. Sementara
tingkatan kemampuan berpikir (4), (5), dan (6) dikategorikan sebagai Higher Order Thinking
Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi. Lower Order Thingking Skills (LOTS) atau
kemampuan berpikir tingkat rendah hanya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan faktual
yang alternatif jawabannya hanya satu. Umumnya jawaban tersebut berupa sesuatu yang
dapat ditemukan langsung di buku atau hapalan, seperti pertanyaan Siapa? Kapan? Dimana?
Kemampuan berpikir tingkat rendah merupakan perantara untuk kemampuan berpikir yang
lebih tinggi atau yang dikenal dengan HOTS (Higher Order Thinking Skill).
Sutanto & Retnawati (2016: 190) menyatakan HOTS (Higher Order Thinking Skill)
merupakan aspek yang penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran. Tujuan
pembelajaran mengembangkan HOTS adalah untuk membekali peserta didik dalam memberi
alasan (menganalisis) dan membuat keputusan. Pentingnya HOTS dalam pembelajaran juga
ditunjukkan oleh hasil penelitian Murray (2011: 210) yang menyebutkan bahwa ketika
peserta didik memutuskan menggunakan HOTS, maka peserta didik tersebut harus mampu
menciptakan ide-ide baru, membuat prediksi dan memecahkan masalah. Muhadjir (1998:
202) menyimpulkan instrumen penilaian HOTS adalah soal-soal yang menuntut keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Dalam membentuk kualitas peserta didik yang lebih baik, soal-soal
HOTS harus dikembangkan oleh guru. HOTS atau keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) pemecahan masalah, (2) membuat keputusan, (3) berpikir
kreatif. King (2010: 1) mendefinisikan HOTS sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi
yang meliputi, refleksi, metakognitif dan berpikir kreatif

2. Karakteristik atau Ciri-Ciri HOTS


Karakteristik HOTS sebagaimana diungkapkan oleh Resnick (1987: 3) diantaranya
adalah non algoritmik, bersifat kompleks, multiple solutions (banyak solusi), melibatkan
variasi pengambilan keputusan dan interpretasi, penerapan multiple criteria (banyak kriteria),
dan bersifat effortful (membutuhkan banyak usaha). Conklin (2012: 14) menyatakan
karakteristik HOTS sebagai berikut: “characteristics of higher-order thinking skills: higher-
order thinking skills encompass both critical thinking and creative thinking” artinya,
karakteristik keterampilan berpikir tingkat tinggi mencakup berpikir kritis dan berpikir
kreatif. Berpikir kritis dan kreatif merupakan dua kemampuan manusia yang sangat mendasar
karena keduanya dapat mendorong seseorang untuk senantiasa memandang setiap
permasalahan yang dihadapi secara kritis serta, mencoba mencari jawabannya secara kreatif
sehingga diperoleh suatu hal baru yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupannya.

Menurut Setiawati (2019:39), Soal yang termasuk Higher Order Thinking memiliki
ciri-ciri:
1) Transfer satu konsep ke konsep lainnya;
2) Memproses dan menerapkan informasi;
3) Mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda;
4) Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah;
5) Menelaah ide dan informasi secara kritis.

Kemendikbud (2017: 9-13), secara rinci memaparkan karakteristik soal-soal HOTS


sebagai berikut:
1) Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa
kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan
argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau
mengulang. Dengan demikian, jawaban soal-soal HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam
stimulus. Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan
masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif
(creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil
keputusan (decision making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu
kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap 40 peserta
didik.
Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas: a. kemampuan
menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar; b. kemampuan mengevaluasi strategi yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda; c.
menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan caracara sebelumnya.
‘Difficulty’ is NOT same as higher order thinking. Tingkat kesukaran dalam butir soal tidak
sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti
sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang
sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk
higher order thinking skills.
Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat
kesukaran yang tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses
pembelajaran di kelas. Oleh karena itu agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir
tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta didik
untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran
dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.

2) Bersifat Divergen
Instrumen penilaian HOTS harus bersifat divergen, artinya memungkinkan peserta
didik memberikan jawaban berbeda-beda sesuai proses berpikir dan sudut pandang yang
digunakan karena mengukur proses berpikir analitis, kritis, dan kreatif yang cenderung
bersifat unik atau berbeda-beda responsnya bagi setiap individu. Karena bersifat divergen,
instrumen penilaian HOTS lebih mudah dirancang dalam format tugas atau pertanyaan
terbuka, misalnya soal esai/uraian dan tugas kinerja.
Apakah soal pilihan tidak dapat digunakan untuk mengukur HOTS?
Jawabannya dapat, asal proses berpikir untuk menjawab soal pilihan tersebut bukan sekedar
menghafal atau mengulang. Sebaliknya, setiap soal uraian juga belum tentu HOTS jika untuk
menjawabnya tidak memerlukan penalaran. Bahkan tugas kinerjapun belum tentu HOTS,
kalau hanya berbentuk resep sehingga peserta didik hanya melakukan petunjuk yang
diberikan.

3) Menggunakan Multirepresentasi
Instrumen penilaian HOTS umumnya tidak menyajikan semua informasi secara
tersurat, tetapi memaksa peserta didik menggali sendiri informasi yang tersirat. Bahkan di era
big data seperti sekarang ini, yaitu kemudahan mendapatkan data dan informasi melalui
internet, sudah selayaknya instrumen penilaian HOTS juga menuntut peserta didik tidak
hanya mencari sendiri informasi, tetapi juga kritis dalam memilih dan memilah informasi
yang diperlukan.Untuk memenuhi harapan di atas, sebaiknya instrumen penilaian HOTS
menggunakan berbagai representasi, antara lain verbal (berbentuk kalimat), visual (gambar,
bagan, grafik, tabel, termasuk video), simbolis (simbol, ikon, inisial, isyarat), dan matematis
(angka, rumus, persamaan).

4) Berbasis permasalahan kontekstual


Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan
sehari-hari, di mana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran
di kelas untuk menyelesaikan masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh
masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang
angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek
kehidupan. Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan peserta didik
untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan
mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk
menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata. Berikut ini diuraikan lima karakteristik
asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
a. Relating, asesmen terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
b. Experiencing, asesmen yang ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan
(discovery), dan penciptaan (creation).
c. Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
d. Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mampu
mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
e. Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mentransformasi
konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.

5) Menggunakan bentuk soal beragam


Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal HOTS)
sebagaimana yang digunakan dalam PISA, bertujuan agar dapat memberikan informasi yang
lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes. Hal ini penting diperhatikan oleh
guru agar penilaian yang dilakukan dapat menjamin prinsip objektif. kemampuan peserta
didik sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
Penilaian yang dilakukan secara objektif, dapat menjamin akuntabilitas penilaian.
Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir soal
HOTS diantaranya pilihan ganda dan uraian :
a. Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman peserta
didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan satu dengan
yang lainnya. Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS yang berbentuk pilihan
ganda kompleks juga memuat stimulus yang bersumber pada situasi kontekstual. Peserta
didik diberikan beberapa pernyataan yang terkait dengan stilmulus/bacaan, lalu peserta didik
diminta memilih benar/salah atau ya/tidak. Pernyataan-pernyataan yang diberikan tersebut
terkait antara satu dengan yang lainnya. Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah agar
diacak, tidak sistematis mengikuti pola tertentu. Susunan yang terpola sistematis dapat
memberi petunjuk kepada jawaban yang benar. Apabila peserta didik menjawab benar pada
semua pernyataan yang diberikan diberikan skor 1 atau apabila terdapat kesalahan pada salah
satu pernyataan maka diberi skor 0.

b. Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut peserta didik untuk
mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya sendiri
dalam bentuk tertulis. Dalam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus mempunyai
gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang
diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin diberikan
oleh peserta didik. Dengan kata lain, ruang lingkup ini menunjukkan kriteria luas atau
sempitnya masalah yang ditanyakan. Di samping itu, ruang lingkup tersebut harus tegas dan
jelas tergambar dalam rumusan soalnya

3. Kata Kerja Operasional


Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal
HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja
“menentukan‟ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan
soal-soal HOTS, kata kerja “menentukan‟ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi)
apabila untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis
informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan
yang terbaik. Bahkan kata kerja “menentukan‟ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila
pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah
kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan
untuk menjawab pertanyaan yang diberikan (Setiawati, 2019: 37).
Menurut Ariyana (2018: 6-12), Kata Kerja Operasional dibedakan atas 3 yaitu :
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif meliputi kemampuan dari peserta didik dalam mengulang atau
menyatakan kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari dalam proses pembelajaran yang
telah didapatnya. Proses ini berkenaan dengan kemampuan dalam berpikir, kompetensi dalam
mengembangkan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan
penalaran. Tujuan pembelajaran pada ranah kognitif menurut Bloom merupakan segala
aktivitas pembelajaran menjadi 6 tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai tertinggi

Proses Kognitif Defenisi


Mengambil pengetahuan yang
C1 Mengingat
relevan dari ingatan
Membangun arti dari proses
C2 Memahami pembelajaran, termasuk komunikasi
LOTS
lisan, tertulis, dan gambar
Melakukan atau menggunakan
Menerapkan/
C3 prosedur di dalam situasi yang tidak
mengaplikasikan
biasa
Memecah materi ke dalam bagian-
bagiannya dan menentukan
C4 Menganalisis bagaimana bagian-bagian itu
terhubungkan antar bagian dan ke
struktur atau tujuan keseluruhan
Menilai/ Membuat pertimbangan berdasarkan
C5
HOTS Mengevaluasi kriteria atau Standar
Menempatkan unsur-unsur secara
bersama-sama untuk membentuk
keseluruhan secara koheren atau
C6 Mengkreasi/Mencipta
fungsional; menyusun kembali unsur-
unsur ke dalam pola atau struktur
baru

Tabel Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif :


Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta/Membuat
(C1) (C2) (C3) (C4) (C5) (C6)
Mengutip Memperkirakan Menugaskan Mengaudit Membandingkan Mengumpulkan
Menyebutkan Menjelaskan Mengurutkan Mengatur Menyimpulkan Mengabstraksi
Menjelaskan Menceritakan Menentukan Menganimasi Menilai Mengatur
Menggambar Mengkatagorikan Menerapkan Mengumpulkan Mengarahkan Menganimasi
Membilang Mencirikan Mengkalkulasi Memecahkan Memprediksi Mengkatagorikan
Mengidentifikasi Merinci Memodifikasi Menegaskan Memperjelas Membangun
Mendaftar Mengasosiasikan Menghitung Menganalisis Menugaskan Mengkreasikan
Menunjukkan Membandingkan Membangun Menyeleksi Menafsirkan Mengoreksi
Memberi label Menghitung Mencegah Merinci Mempertahanka Merencanakan
Memberi indeks Mengkontraskan Menentukan Menominasikan n Memadukan
Memasagkan Menjalin Menggambarkan Mendiagramkan Memerinci Mendikte
Membaca Mendiskusikan Menggunakan Mengkorelasikan Mengukur Membentuk
Menamai Mencontohkan Menilai Menguji Merangkum Meningkatkan
Menandai Mengemukakan Melatih Mencerahkan Membuktikan Menanggulangi
Menghafal Mempolakan Menggali Membagankan Memvalidasi Menggeneralisasi
Meniru Memperluas Mengemukakan Menyimpulkan Mengetes Menggabungkan
Mencatat Menyimpulkan Mengadaptasi Menjelajah Mendukung Merancang
Mengulang Meramalkan Menyelidiki Memaksimalkan Memilih Membatas
Mereproduksi Merangkum Mempersoalkan Memerintahkan Memproyeksika Mereparasi
Meninjau Menjabarkan Mengkonsepkan Mengaitkan n Membuat
Memilih Menggali Melaksanakan Mentransfer Mengkritik Menyiapkan
Mentabulasi Mengubah Memproduksi Melatih Mengarahkan Memproduksi
Memberi kode Mempertahankan Memproses Mengedit Memutuskan Memperjelas
Menulis Mengartikan Mengaitkan Menemukan Memisahkan Merangkum
Menyatakan Menerangkan Menyusun Menyeleksi menimbang Merekonstruksi
Menelusuri Menafsirkan Memecahkan Mengoreksi Mengarang
Memprediksi Melakukan Mendeteksi Menyusun
Melaporkan Mensimulasikan Menelaah Mengkode
Membedakan Mentabulasi Mengukur Mengkombinasikan
Memproses Membangunkan Memfasilitasi
Membiasakan Merasionalkan Mengkonstruksi
Mengklasifikasi Mendiagnosis Merumuskan
Menyesuaikan Memfokuskan Menghubungkan
Mengoperasikan Memadukan Menciptakan
Meramalkan Menampilkan

2) Ranah Afektif
Kartwohl & Bloom juga menjelaskan bahwa selain kognitif, terdapat ranah afektif yang
berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi serta derajat penerimaan atau penolakan
suatu objek dalam kegiatan pembelajaran dan membagi ranah afektif menjadi 5 kategori,
yaitu seperti pada tabel di bawah.

Proses Afektif Definisi


semacam kepekaan dalam menerima
A1 Penerimaan rangsangan atau stimulasi dari luar yang datang
pada diri peserta didik
suatu sikap yang menunjukkan adanya
partisipasi aktif untuk mengikutsertakan dirinya
A2 Menanggapi
dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadapnya dengan salah satu cara.
suatu sikap yang menunjukkan adanya
partisipasi aktif untuk mengikutsertakan dirinya
A3 Penilaian
dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadapnya dengan salah satu cara.
konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai,
A4 Mengelola serta pemantapan dan prioritas nilai yang telah
dimiliki.
keterpaduan semua sistem nilai yang telah
A5 Karakterisasi dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya.

Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam ranah afektif dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.

Menerima Merespon Menghargai Mengorganisaikan Karakterisasi Menurut


(A1) (A2) (A3) (A4) Nilai (A5)
Mengikuti Menyenangi Mengasumsikan Mengubah Membiasakan
Menganut Mengompromikan Meyakini Menata Mengubah perilaku
Mematuhi Menyambut Meyakinkan Membangun Berakhlak mulia
Meminati Mendukung Memperjelas Membentuk-pendapat Melayani
Melaporkan Menekankan Memadukan Mempengaruhi
Memilih Memprakarsai Mengelola Mengkualifikasi
Memilah Menyumbang Merembuk Membuktikan
Menolak Mengimani Menegosiasi Memecahkan
Menampilkan
Menyetujui
Mengatakan

3) Ranah Psikomotor
Keterampilan proses psikomotor merupakan keterampilan dalam melakukan
pekerjaan dengan melibatkan anggota tubuh yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik)
yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan pada gerak dasar, perseptual, ketepatan,
keterampilan kompleks, ekspresif dan interperatif. Keterampilan proses psikomotor dapat
dilihat pada tabel di bawah.

Proses Afektif Definisi


P1 Imitasi Imitasi berarti meniru tindakan seseorang
Manipulasi berarti melakukan keterampilan atau
menghasilkan produk dengan cara dengan
mengikuti petunjuk umum, bukan berdasarkan
P2 Manipulasi
observasi. Pada kategori ini, peserta didik
dipandu melalui instruksi untuk melakukan
keterampilan tertentu.
Presisi berarti secara independen melakukan
keterampilan atau menghasilkan produk dengan
P3 Presisi akurasi, proporsi, dan ketepatan. Dalam bahasa
sehari-hari, kategori ini dinyatakan sebagai
“tingkat mahir”.
Artikulasi artinya memodifikasi keterampilan
atau produk agar sesuai dengan situasi baru,
P4 Artikulasi atau menggabungkan lebih dari satu
keterampilan dalam urutan harmonis dan
konsisten.
P5 Naturalisasi Naturalisasi artinya menyelesaikan satu atau
lebih keterampilan dengan mudah dan membuat
keterampilan otomatis dengan tenaga fisik atau
mental yang ada. Pada kategori ini, sifat
aktivitas telah otomatis, sadar penguasaan
aktivitas, dan penguasaan keterampilan terkait
sudah pada tingkat strategis (misalnya dapat
menentukan langkah yang lebih efisien).

Kata kerja operasional yang dapat digunakan pada ranah psikomotor dapat dilihat
seperti pada tabel di bawah.
Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi
(P1) (P2) (P3) (P4) (P5)
Menyalin Kembali membuat Menunjukkan Membangun Mendesain
Mengikuti Membangun Melengkapi Mengatasi Menentukan
Mereplikasi Melakukan Menyempurnakan Menggabungkan Mengelola
Mengulangi Melaksanakan Mengkalibrasi koordinat Menciptakan
Mematuhi Menerapkan Mengendalikan Mengintegrasikan
Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Beradaptasi
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mengembangkan
Menggabungkan Merancang Memutar Merumuskan
Mengatur Melatih Mengirim Memodifikasi master
Mengumpulkan Memperbaiki Memproduksi Mensketsa
Menimbang Memanipulasi Mencampur
Memperkecil Mengemas
Mengubah Menyajikan

4. Contoh Soal HOTS dan Langkah


Langkah-langkah dalam membuat penilaian HOTS menurut Widana (2017: 39)
adalah sebagai berikut:
1) Menganalisa KD yang bisa diukur dalam penilaian HOTS. Pilihlah KD yang
membutuhkan kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, atau mengkreasikan.
2) Mengembangkan kisi-kisi. Secara umum, materi pengukuran menggambarkan KD yang
akan diukur, subjek yang akan diuji, indikator dan level kognitif (pengetahuan). Oleh
karena itu, soal harus berisi keterkaitan antara KD, indikator soal, materi, level kognitif
dan bentuk soalnya.
3) Menulis pertanyaan. Pertanyaan yang ditulis harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
dalam materi dan menampilkan masalah aktual. Masalah HOTS biasanya dalam bentuk
kasus, sehingga harus dipertimbangkan stimulus yang tepat dan kontekstual.
4) Menentukan kunci jawaban (bentuk pertanyaan pilihan ganda) atau scoring (bentuk
deskripsi). Setiap langkah kunci dijawab dengan benar diberi skor 1 atau 0 jika dijawab
salah/tidak ada jawaban.
5) Melakukan analisis kualitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk melihat kesesuaian item
dengan konvensi penulisan item. Hasil analisis ada tiga jenis, yaitu diterima, diterima
dengan perbaikan, atau ditolak. Diterima ketika semua komponen analisis sesuai dengan
aturan menulis item. Diterima dengan perbaikan jika ketidak-sesuaian hanya terletak pada
aspek konstruksi atau bahasa, sedangkan soal yang dinyatakan ditolak atau dibuang jika
ada item yang tidak cocok yang terkandung dalam aspek material. Hanya soal yang
diterima dan diperbaiki yang dapat diuji (analisis kuantitatif).
6) Melakukan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif bertujuan untuk menentukan
karakteristik termasuk membedakan item, tingkat kesulitan item, fungsi atau tidak adanya
hubungan, dan tebakan (bentuk khusus dari pertanyaan pilihan ganda).

Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017: 21) juga


merumuskan langkah-langkah penyusunan soal berbasis HOTS yang tidak jauh berbeda
dengan Widana, sebagai pedoman untuk guru. Langkah-langkah tersebut diantaranya:
1) Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS. Pemilihan KD tidak boleh
sembarangan dan terpaku pada KKO (Kata kerja Operasional), sebab KKO dalam
penilaian HOTS hanya sebagai panduan awal yang diperkaya dengan substansi lainnya.
2) Menyusun kisi-kisi soal. Penulisan kisi-kisi bertujuan nntuk memandu guru dalam (1)
memilih KD yang dapat dibuat soal HOTS, (2) memilih materi pokok yang terkait dengan
KD yang akan di uji, (3) merumuskan indikator soal, dan (4) menentukan level kognitif.
3) Memilih stimulus yang menarik dan konstektual. Stimulus yang menarik umumnya baru,
belum pernah dibaca oleh peserta didik. Sementara stimulus kontekstual berarti stimulus
yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik dan mendorong
peserta didik untuk membaca. Dalam konteks ujian sekolah, guru dapat memilih stimulus
dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
4) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal. Penulisan butir soal HOTS harus
sesuai dengan langkah-langkah sebelumnya, yakni disesuaikan dengan KD, materi serta
stimulus yang dekat dengan kehidupan peserta didik.
5) Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban. Setiap butir soal HOT yang
ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban Pedoman
penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian. Sementara kunci jawaban dibuat untuk bentuk
soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.

Adapun Contoh Soal HOTS menurut Wirandani (2019: 489-490), .adalah sebagai
berikut :
1) Soal C4
Logam besi misalnya paku kalau dibiarkan di tempat terbuka akan berkarat. Bagaimanakah
tahapan-tahapannya sehingga bisa terjadi demikian? (membedakan)

Diketahui lima kelompok unsur A, B, C, D dan E. Dari percobaan diperoleh data sebagai
berikut :

1. Logam B merupakan reduktor paling kuat.

2. Logam A dan C dapat mereduksi ion D2+ menjadi D, tetapi tidak dapat mereduksi E2+.

3. Logam C dapat mereduksi ion A2+ menjadi A.

Urutan harga potensial elektroda standar semakin meningkat adalah … .

A. A – B – C – D – E

B. E – D – C – B – A

C. B – C – A – D – E

D. B – E – C – A – D

E. B – E – D – A – C

(mengorganisir)

2) Contoh Soal C5
Untuk mengetahui faktor luas permukaan terhadap laju reaksi, seorang siswa mencatat waktu
yang dibutuhkan oleh suatu gas hasil reaksi untuk mengisi balon dari zat yang berbentuk
padatan dan serbuk. Apakah percobaan ini sudah tepat? (mengkritik)

Hasil pengamatan siswa pada beberapa larutan dengan kertas lakmus menghasilkan data-data
sebagai berikut :

Larutan yang bersifat asam adalah …


a. 1 dan 4
b. 2 dan 5
c. 3 dan 4
d. 3 dan 5
e. 3 saja
(mengkritik)

3) Contoh Soal C6
Beberapa jenis tumbuhan bisa digunakan sebagai indikator asam-basa (berbeda warnanya di
dalam asam maupun basa) seperti kunyit, mahkota bunga, dan kol bit. Rumuskan beberapa
hipotesis yang sesuai untuk fenomena tersebut. Berdasarkan hipotesis tersebut buatlah
rancangan suatu eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut. (merencanakan)

Beberapa jenis tumbuhan bisa digunakan sebagai indikator asam-basa (berbeda warnanya di
dalam asam maupun basa) seperti kunyit, mahkota bunga, dan kol bit.. Rumuskan beberapa
hipotesis yang sesuai untuk fenomena tersebut. Berdasarkan hipotesis tersebut buatlah
rancangan suatu eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut. Lakukan percobaan atau
eksperimen berdasarkan rancangan tersebut dan kembangkan alat yang sesuai untuk
melakukan percobaan tersebut. (memproduksi)
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah di sajikan, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Instrumen penilaian berbasis HOTS lebih menekankan pada kemampuan
menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
juga merupakan kemampuaan dalam memecahkan masalah serta bisa memberikan
solusi secara kreatif.
b. Karakteristik atau Ciri HOTS adalah Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi,
Bersifat Divergen, Menggunakan Multirepresentasi, Berbasis permasalahan
kontekstual dan Menggunakan bentuk soal beragam.
c. Kata Kerja Operasional dibedakan atas 3 yaitu, Ranah
d. Teknik penyusunan membuat penilaian berbasis HOTS dalam pembelajaran sejarah
terdiri dari: (1) menganalisa KD, (2) mengembangkan kisi-kisi, (3) memilih stimulus
yang menarik dan konstektual, (4) menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi
soal, (5) menentukan kunci jawaban, (6) melakukan analisis kualitatif, dan (7)
melakukan analisis kuantitatif. Contoh Soalnya dibedakan atas kategori C4, C5 dan
C6.
2. Saran
Adapun sarannya yaitu kepada penulis diharapkan agar menambah lagi referensi
lain agar wawasan menjadi semakin luas terkait dengan teknik pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Batubara, Ulfah Nury dan Ajat Sudrajat. 2019. Teknik Penyusunan Instrumen Penilaian
Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam Pembelajaran Sejarah. Lentera Pendidikan.
Vol. 22 No. 2.

Wirandani, Tari, Ayu Cendra Kasih dan Latifah. 2019. Analisis Butir Soal HOTS (High
Order Thinking Skill) Pada Soal Ujian Sekolah Kelas XII Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Di SMK An-Nahl. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol. 2
No. 4.

Ariyana, Yoki, Ari Pudjiastuti, Reisky Bestary dan Zamroni. 2018. Buku Pegangan
Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Yogyakarta :
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Widana, I. W. (2017). Higher Order Thinking Skills Assessment (Hots). Indonesian Student
Assessment and Evaluation, 3(1). Retrieved from http://journal.unj.ac.id/
unj/index.php/jisae/article/view/4859
Rahayu, P.,dkk. 2012. Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu Dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Problem Base Melalui Lesson Study. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia. Vol.1 No. 1

Resnick, L. B. (1987). Education and learning to think. Washington, D.C: National Academy
Press

Conklin, W. (2012). Higher order thinking skills to develop 21st century learners. Huntington
Beach, CA: Shell Education Publishing, Inc.

Setiawati, Wiwik, Oktavia Asmira, Yoki Ariyana, Reisky Bestary dan Ari Pudjiastuti. 2019.
Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills.

Muhadjir, N. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Murray, E. (2011). Implementing Higher Order Thinking in Middle School Mathematics


Classrooms. University of Georgia. Retrieved from https://getd.libs.uga.edu/
pdfs/murray_eileen_c_201105_phd.pdf.

Sutanto, & Retnawati. (2016). Perangkat Pembelajaran Matematika Bercirikan PBL untuk
Mengembangkan HOST Siswa SMA. Riset Pendidikan Dan Matematika, 3(2).

Kartakusumah, Bertaliana. 2006. Pemimpin Adiluhung: Genealogi Kepemimpinan


Kontemporer. Jakarta: Teraju Mizan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order
Thinking Skill (HOTS). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Anderson, & Krtahwohl, D. (2011). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A
Revision of Bloom’s Taxonomy. New York: Longman Publishing.
Andi, Prastowo. (2015). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva
Press.

Anda mungkin juga menyukai