V. Tujuan Percobaan
1.1. Mampu menjelaskan sifat umum dan sifat khusus karbohidrat.
1.2. Mampu melakukan analisis kualitatif karbohidrat dalam suatu sampel.
HC OH C O
CH 2OH CH 2OH
H O
C
H C OH
HO C H
H C OH
H C OH
CH2 OH
2,3,4,5,6-pentahydroxyhexanal
Chemical Formula: C6H12O6
(Poedjiadi, 1994)
b. Galaktosa
Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa yaitu gula yang terdapat
dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis daripada glukosa dan kurang
larut dalam air. Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke
kanan.
CHO
H C OH
HO C H
HO C H
H C OH
CH2 OH
2,3,4,5,6-pentahydroxyhexanal
Chemical Formula: C6H12O6
(Poedjiadi, 1994)
c. Fruktosa
Sering disebut levolusa karena memutar bidang polarisasi ke kiri. Fruktosa adalah
gula termanis, terdapat dalam buah dan madu, maupun dalam sukrosa. Fruktosa
mempunyai sifat seperti keton karena mengandung gugus keton.
Sifat-sifatnya :
1) Mempunyai gugus keton (karbonil) bebas disamping gugus hidroksil bebas
2) Dapat terhidrasi jika dipanaskan bersama asam mineral kuat
3) Dapat mereduksi fehling dan menghasilkan endapan merah bata.
(Kleinfelter, 1990)
CH2 OH
C O
HO C H
H C OH
H C OH
1,3,4,5,6-pentahydroxyhexan-2-one
CH2 OH Chemical Formula: C6H12O6
(Poedjiadi, 1994)
VI.2.2 Disakarida
Disakarida terbentuk dari dua monosakarida dengan menghubungkan ikatan
glikosida diantara anometrik dari salah satu monosakarida dengan gugus hidroksil
monosakarida lain. Hidrolisa disakarida dengan pengaruh asam-asam mineral encer
akan menghasilkan monosakarida-monosakarida penyusun disakarida.
Disakarida dapat di bagi menjadi 4, yaitu :
a. Maltosa
Maltosa adalah hasil reaksi glukosa dan glukosa, yang diperoleh sebagai hasil
hidrolisi pati. Karbon anomerik dari unit glukosa yang kedua berbentuk
hemiasetal, fungsinya berbeda dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid rantai
terbuka, karena itu maltose memberikan hasil positif dengan uji tollens dan reaksi
lain yang serupa berlaku untuk karbon anomerik pada glukosa. Strukturnya :
CH 2OH CH 2OH
O H O
H H
H H
OH H OH H
OH O OH
H OH H OH
(Fessenden, 1982)
b. Laktosa
Hidrolisis laktosa menghasilkan glukosa dan galaktosa dalam jumlah yang sama.
Kristal anomer α (pada unit glukosa) dibuat komersial dalam keju. Laktosa dapat
mereduksi pereaksi fehling dan benediet pada pemanasan.
(Hart, 1988)
Strukturnya :
CH 2OH CH 2OH
O O
OH H H
H H
H O H
OH OH
H H OH
H OH H OH
Struktur Laktosa
Chemical Formula: C16H30O11
(Poedjiadi, 1994)
c. Sukrosa
Tersusun oleh glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang sama.
Strukturnya :
CH 2OH
O H CH2 OH H
H
O
H
H H OH
OH
OH O
CH2 OH
OH H
H OH
Struktur Sukrosa
Chemical Formula: C14H 26O11
(Poedjiadi, 1994)
Dari struktur ini maka sukrosa tidak akan mengalami metarotasi, hidrolisa
menjadi glukosa dan fruktosa dapat terjadi oleh adanya asam kemudian diikuti
dengan terjadi perubahan pemutaran bidang polarisasi cahaya, peristiwa ini dikenal
sebagai inverse sukrosa.
(Respati, 1982)
d. Sellebiosa
Desakarida yang diperoleh diperoleh dari hidrolisis parsial selulosa. Hidrolisis
lebih lanjut menghasilkan glukosa, oleh karena itu selebrosa adalah isomer dari
maltose. Struktur konformasi yang digambarkan pada selebrosa ialah satu cincin
mengandung oksigen yang berurutan satu di belakang yang lainnya.
CH2 OH CH2 OH
O O
OH
OH OH
OH O
OH OH
(2R,5S)-6-(hydroxymethyl)-3,4,5,6-tetramethyl-5-((((2R,5S)-3,4,5-trihydroxy-6-
(hydroxymethyl)-2,3,4,5,6-pentamethyltetrahydro-2H -pyran-2-
yl)methoxy)methyl)tetrahydro-2H -pyran-2,3,4-triol
Chemical Formula: C23H 44O11
(Fessenden, 1982)
VI.2.3 Polisakarida
Polisakarida adalah senyawa yang tersusun dari molekul-molekul monosakarida
yang dipersatukan dengan ikatan glukosida. Hidrolisis yang lengkap akan dapat
dihasilkan monosakarida-monosakarida penyusun polisakarida. Polisakarida
memenuhi 3 maksud dalam sistem kehidupan, yaitu :
a. Sebagai bahan bangunan : sellulosa dan kitin
b. Sebagai bahan makanan : pati dan glikogen
c. Sebagai zat spesifik : polisakarida heparin
(Fessenden, 1982)
Pembagian polisakarida
a. Sellulosa
Merupakan senyawa organik yang paling melimpahdi bumi. Sellulosa membentuk
komponen serat dari dinding sel tumbuhan. Molekul sellulosa merupakan rantai-
rantai dan D-glukosa sebanyak 14000 satuan yang terdapat sebagai berkas-berkas
mirip tali yang terikat satu sama lain oleh ikatan hidrogen. Sellulosa tidak
mempunyai hemiasetal sehingga tidak dapat mengalami dioksidasi oleh reagen
seperti tollens.
(Fessenden, 1982)
Sellulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan pembentuk dinding sel.
Contoh : serat kapas. Dalam tubuh kita, serat tidak dapat dicerna karena kita tidak
mempunyai enzim yang dapat mengurangi sellulosa.
(Poedjiadi, 1994)
b. Pati (amilum)
Merupakan polisakarida paling melimpah kedua. Pati dapat di pisahkan menjadi
dua fraksi utama berdasarkan kelarutan bila di titurasi dengan air panas sekitar
20%. Pati adalah 20% amilosa (larut) dan 80% sisanya adalah amilopektin (tidak
larut).
1) Amilosa
Hidrolisis amilosa menghasilkan D-glukosa, hidrolisis parsial menghasilkan
maltosa. Timbul warna biru tua dan timbul interaksi antar keduanya.
2) Amilopektin
Mengandung 1000 satuan glukosa atau lebih permolekul hidrolisis
amilopektin.
3) Glikogen
Yaitu polosakarida yang di gunakan sebagai tempat penyimpanan glukosa
dalam sistem hewan. Struktur glikogen mirip amilopektin, bedanya untuk
glikogen rantainya lebih bercabang daripada amilopektin.
4) Kitin
Polisakarida linear yang mengandung N-asetil-o-glukosamina terikat pada
hidrolisis. Kitin menghasilkan 2-amina-2-deoksi-o-glukosa (gugus asetat
terlepas dalam tahap hidrolisis). Di alam, kitin terikat pada bahan bukan
polisakarida (protein dan lipid).
(Fessenden,1982)
CH 2OH
CH 2OH
Reduksi asam aldonat dengan sedium amolgen akan menghasilkan asam yang
namanya berakhiran uronat. Asam uronat mempunyai sebuah radikal formil pada
ujung bagian atas dan radikal hidroksil di bagian tengah dan sebuah karboksil pada
ujung bagian bawah.
(Sumardjo, 1997)
VI.3.3 Reaksi Dehidrasi
Heksosa dan beberapa pentose dapat mengalami proses dehidrasi yang
dipengaruhi oleh asam mineral kuat pada pemanasan dan akan diperoleh dehidrasi
pentose fulforal atau furaldehid. Sedangkan dehidrasi heksosa hidroksil metal
fulforal/hidroksi metal fur aldehida.
(Sumardjo, 1997)
H O
- Maltosa 2 glukosa + glukosa
H O
- Laktosa 2 glukosa + galaktosa
H O
- Sukrosa 2 glukosa + fruktosa
(Sumardjo, 1997)
2.5 Sifat-Sifat Umum Polisakarida
Glikogen dapat mereduksi fehling dan apabila direaksikan dengan iodine maka
akan berubah menjadi merah coklat.
Amilum tidak dapat mereduksi fehling dan apabila direaksikan dengan iodine
maka akan terbentuk amilum yang berwarna lain.
(Gibson, 1950)
VII.Metode percobaan
3.1 Alat
1. Tabung reaksi 6. kertas saring
2. Gelas ukur 7. Bunsen & kaki tiga
3. Pengaduk 8. kaca arloji
4. Penjepit 9. pipet tetes
5. Gelas beker
3.2 Bahan
1. Glukosa 8. Air suling 15. H2SO4
2. Pereaksi asam pikrat 9. Larutan iodin 16. HCl pekat
3. Laktosa 10. HNO3 pekat 17. NaOH
4. Pereaksi seliwanorf 11. Na2CO3 18. Pereaksi tollens
5. Fruktosa 12. Pereaksi fehling 19. Pereaksi molish
6. Maltosa 13. Pereaksi benedict 20. Sukrosa
7. Etanol 14. Kanji
1 ml Kanji 1 ml Maltosa
Hasil Hasil
1 ml Maltosa 1 ml Sukrosa
Hasil Hasil
1 ml Kanji 1 ml Laktosa
Hasil Hasil
Hasil Hasil
1 mL Glukosa 1 mL Fruktosa
Hasil Hasil
1 mL Kanji
Tabung Reaksi
Hasil
Kaca arloji
Hasil
Uji hidrolisi
b. Uji Hidrolisis
2 mL Kanji 2%
1 mL Kanji 2%
Tabung Reaksi
Tabung Reaksi
Penambahan 2 tetes HCl pekat
Penambahan 2 tetes HCl pekat Penggojogan
Penggojogan Pemanasan
Pemanasan
Hasil I Hasil I
Hasil II Hasil II
3 mL Glukosa 3 mL Fruktosa
Potongan
kertas saring
Tabung Reaksi
1 mL Glukosa 1 mL Fruktosa
Hasil Hasil
1 mL Maltosa 1 mL Laktosa
Hasil Hasil
c. Uji Asam Pikrat
1 mL Maltosa 1 mL Glukosa
Hasil Hasil
1 mL Fruktosa 1 mL Laktosa
Hasil Hasil
d. Uji Tollens
1 mL Fruktosa 1 mL Glukosa
Hasil Hasil
1 mL Laktosa 1 mL Maltosa
2 mL Glukosa 2 mL Fruktosa
2.
Uji Fehling +
a. 1 ml laktosa Warna larutan dari biru setelah ditambah
fehling menjadi orange setelah
dipanaskan ada endapan merah bata +
b. 1 ml glukosa Warna larutan dari biru setelah ditambah
fehling menjadi orange setelah
dipanaskan ada endapan merah bata +
c. 1 ml sukrosa Warna larutan dari biru setelah ditambah
fehling menjadi orange setelah
dipanaskan ada endapan merah bata +
d. 1 ml fruktosa Warna larutan setelang ditambah fehling
menjadi biru tetapi setelah dipanaskan
ada endapan merah bata -
e. 1 ml kanji Warna larutan dari biru setelah
dipanaskan tetap
3.
Hidrolisa
disakarida dan
polisakarida +
a. Uji kompleks Warna larutan menjadi biru tua
kanji iodine
larutan kanji 1
% + 1 tetes
iodine encer
b. Uji hidrolisis
2 mL dan 1 mL Larutan menjadi lebih keruh +
larutan kanji 2
% + 2 tetes
HCL pekat,
pemanasan
c. Uji Tollens +
Glukosa Terbentuk lapisan tipis cermin pada
bagian bawah tabung reaksi -
Fruktosa Tidak terbentuk lapisan seperti cermin
tetapi ada endapan +
Maltosa Terbentuk lapisan seperti cermin -
Laktosa Tidak terbentuk lapisan seperti cermin
tetapi ada endapan
d. Uji selliwanorf +
2ml glukosa + Larutan menjadi berwarna kuning pudar
2ml pereaksi setelah pemanasan.
seliwanorf +
2ml fruktosa l+ Larutan menjadi berwarna merah setelah
2ml pereaksi pemanasan.
seiwanorf
V.Pembahasan
5.1 Uji Kelarutan
5.1.1 Uji dengan air
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kelarutan karbohidrat di dalam air.
Karbohidrat yang digunakan sebagai sampel yaitu glukosa, laktosa, fruktosa, maltosa, sukrosa,
dan kanji.
Langkah kerja yang dilakukan yaitu sampel diencerkan dengan aquades atau air suling
untuk mengetahui kelarutannya, kemudian digojog. Tujuan dari penggojogan ini yaitu untuk
mencampurkan agar karbohidrat bercampur sempurna dengan air. Hasil yang diperoleh adalah
larutan menjadi lebih bening atau bernilai positif.
Monosakarida terdiri dari glukosa, fruktosa, galaktosa, manosa adalah molekul yang
mudah larut dalam air. Monosakarida sebagai senyawa alamiah yang dapat menunjukkan bahwa
semua sampel larut dalam air. Air berfungsi sebagai bahan yang dapat mendispersikan berbagai
senyawa yang ada dalam bahan makanan. Pada uji larutan tidak semua sampel yang digunakan
larut dalam air, sambel tersebut adalah kanji. Kanji memiliki bentuk suspense, yaitu sistem yang
didalamnya mengandung partikel yang sangat kecil yang tersebar dalam medium cair. Tetapi
pada sampel kanji terdapat warna keruh karena kanji merupakan jenis karbohidrat polisakarida
yang mempunyai susunan yang kompleks denga berat molekul besar. Karbohidrat dapat larut
dalam air, hal ini dikarenakan sifat karbohidrat sesuai prinsip “like dissolve like” yaitu senyawa
polar akan melarutkan senyawa polar dan senyawa non polar akan melarutkan senyawa non
polar. (Fessenden,1982)
Karbohidrat merupakan larutan polar, dan air juga merupakan senyawa polar sehingga
bila dicampur karbohidrat akan larut. Sebelum di larutkan, warna karbohidrat (glukosa, fruktosa,
maltosa, laktosa, sukrosa) warna jernih kekuningan. Setelah di larutkan 5 sampel tersebut
menjadi jernih karena adanya proses pengenceran yang menyebabkan molaritas dari zat terlarut
berkurang, sehingga kepekatan warnanya juga berkurang dan larutan tampak jernih.
(Fessenden,1982)
5.1.2 Uji dengan etanol
Selain air, etanol juga merupakan pelarut yang baik. Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui kelarutan karbohidrat dalam etanol 25%. Sebagaimana dalam uji kelarutan dengan
air, sampel yang digunakan yaitu glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, maltosa, dan kanji.
Langkah yang dilakukan pun juga sama yaitu dengan menambahkan sampel dalam etanol
25% kemudian digojog. Tujuan dari penggojogan ini yaitu untuk mencampurkan agar larutan
bercampur secara homogen. Hasil yang diperoleh menunjukkan hasil yang positif(artinya
glukosa,fruktosa,laktosa,sukrosa,dan maltosa larut dalam etanol) yaitu larutan menjadi lebih
jernih kecuali larutan kanji karena kanji mengendap. Hal ini dikarenakan kanji terdiri atas dua
macam polisaksarida yaitu amilosa dan amilopektin, molekul amilopektin lebih besar daripada
amilosa sehingga amilopektin lebih susah larut.
(Fessenden,1982)
Karbohidrat larut dalam air dan etanol, perbedaan kelarutan antar keduanya yaitu etanol
membutuhkan waktu yang lebih lama dan penggojogan yang lebih kuat. Hal ini dikarenakan
kepolaran etanol lebih kecil dari kepolaran air. Hal ini sesuai juga dengan Daintith (1994)
“karbohidrat lebih mudah larut dalam air daripada di larutkan ke dalam etanol karena tingkat
kepolaran air lebih besar daripada etanol”.
Hasil yang diperoleh dari uji ini adalah positif yaitu terbentuk endapan merah bata.
Endapan merah bata tersebut adalah endapan dari Cu2O.
Hasil positif uji fehling akan terbentuk endapan warna merah yang menunjukkan
karbohidrat yang di uji mempunyai sifat pereduksi. Bahan-bahan yang di uji,seperti glukosa,
kanji, laktosa, sirup, madu, terjadi perubahan warna dan terbentuk endapan warna merah bata,
kecuali fruktosa. Fruktosa mengandung gugus ketosa yang tahan terhadap oksidator, sedangkan
pada uji fehling akan di uji daya oksidasi dan reduksi dari suatu karbohidrat, sehingga fruktosa
tidak mengalami perubahan warna.
O H O ONa
C C
H OH H OH
HO H toC HO H Cu2O 2 H+
Cu++ NaOH H2O
H OH H OH
H OH H OH
CH 2 OH CH 2OH
glukosa
(Sumardjo, 2009)
5.3 Uji Hidrolisa Disakarida dan Polisakarida
a.Uji Kompleks Kanji Iodine
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui adanya karbohidrat yang terkandung pada
kanji. Percobaan yang dilakukan pada uji ini adalah penambahan 10 tetes larutan kanji 1% yang
diletakkan pada gelas arloji untuk mengetahui apakah ditambahkan 1 tetes larutan iodine encer
menimbulkan perubahan. Di dalam pati dipisahkan menjadi dua fraksi utama yaitu amilosa dan
amilopektin. Penambahan iodien bertujuan untuk mengetahui adanya amilosa pada suatu sampel.
Molekul amilosa membentuk spiral di sekitar molekul I2 yang menyebabkan timbul warna biru
tua karena adanya interaksi elek-tronik dengan unit-unit anhidro glukopiranosa yang
menunjukkan hasil positif dari uji ini. Hal ini membuktikan bahwa di dalam kanji mengandung
molekul amilosa.
Gambar molekul amilosa bentuk spiral:
(Soemardjo, 2009)
b.Uji Hidrolisis
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui atau memisahkan penyusun dari disakarida
atau polisakarida yang tersusun dari monosakarida-monosakaridanya.
Percobaan yang dilakukan pada uji ini adalah dengan 2 ml larutan kanji 2% dan 1 ml
larutan 2% pada tabung reaksi yang berlainan. Kemudian masing-masing tabung reaksi
ditambahkan dengan 2 tetes larutan HCl pekat selanjutnya di larutan digojog, larutan menjadi
agak keruh. Penggojogan ini bertujuan untuk agar larutan tercampur rata. Penambahan HCl pekat
bertujuan untuk memecah rantai amilum/pati yang merupakan polisakarida menjadi
monosakarida. Pati merupakan polimer linier dari glukosa sehingga hidrolisis sempurna dari pati
akan menghasilkan glukosa.
(Soemardjo,2009)
Langkah selanjutnya adalah pemanasan, tujuan dari pemanasan ini untuk mempercepat
reaksi, karena adanya tumbukkan antar partikel dalam reaksi. Setelah dipanaskan, larutan
ditambah 1 tetes iodine untuk menguji masih ada atau tidaknya amilosa. Hasilnya larutan
menjadi berwarna biru tua karena mengandung polisakarida(hasil positif). Kemudian di uji
dengan kertas lakmus, warna kertas menjadi merah yang menunjukkan larutan bersifat asam,
kemudian dilakukan penambahan NaOH 10% untuk menetralkan sisa asam hingga larutan
menjadi tepat basa, warna larutan menjadi bening. Pati belum terhidrolisis secara sempurna.
Kemudian ditambahkan 5 ml pereaksi fehling dan warnanya berubah menjadi biru muda
kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk
mempercepat reaksi karena adanya tumbukan partikel dalam larutan. Penambahan pereaksi
fehling bertujuan untuk menguji dan hal ini dikuatkan oleh uji fehling yang hasilnya negatif
yaitu warna larutan masih berwarna biru muda dan terdapat endapan di bawahnya.
CH 2 OH CH 2OH CH 2OH
H O H H O H H O H
H H2O, H + H
OH H OH H OH H
O O HO OH
H OH H OH H OH
Reaksi Hidrolisis
(Sumardjo, 2009)
H H
C C
H 2SO 4
C6H12O6 C C C O
3 H 2O O
CH 2 OH
H
Heksosa Hidroksimetilfurfural
OH
H H
C C H H
C C C O C C
O C C C O
CH2 OH O
H CH2 OH
Hidroksimetilfurfural alfa naftol Ungu
OH
(Sumardjo, 2009)
5.5 Uji Benedict
Tujuan dari uji benedict adalah untuk membuktikan sifat pereduksi pada karbohidrat.
Pereaksi benedict merupakan campuran 17,3 gram kupri sulfat; 173 gram natrium sitrat, dan 100
gram natrium karbonat dalam 100 gram air. Pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi
benedict akan terjadi perubahan warna dari biru hijau kuning kemerah-
merahan, dan akhirnya terbentuk endapan merah bata kupro oksida (Cu2O) apabila konsentrasi
karbohidrat tinggi. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi bersifat basa
lemah.
(Sumardjo, 2009)
Pada uji ini disiapkan 4 tabung, masing-masing tabung diisi dengan 1 ml larutan glukosa,
fruktosa, maltosa dan laktosa kemudian ditambahkan 1ml larutan pereaksi benedict, kemudian
digojog. Perlakuan penggojogan bertujuan agar larutan menjadi homogen. Warna masing-masing
larutan yang sudah dicampur dengan pereaksi benedict adalah biru. Langkah selanjutnya adalah
dipanaskan. Adanya pemanasan supaya mempercepat reaksi. Karena terjadi tumbukan antar
partikel dalam larutan sehingga reaksi cepat berlangsung.
Hasil yang diperoleh setelah pemanasan yaitu pada larutan glukosa dan maltosa berwarna
orange dan ada sedikit endapan, sedangkan untuk larutan fruktosa dan laktosa berwarna kuning
dan ada sedikit endapan pula. Dari hasil perubahan warna ini menunjukkan bahwa glukosa,
fruktosa, maltosa dan laktosa ujinya positif, walaupun tidak berwarna merah bata. Hal ini karena
proses pemanasan kurang lama, dilihat dari tahapan warna dalam penjelasan sebelumnya.
H OH H OH
HO H to C HO H Cu2O 2 H+
Cu++ H2O
H OH H OH
H OH H OH
CH 2OH CH2 OH
glukosa
(Sumardjo, 2009)
(Fessenden, 1982)
Hasil dari percobaan ini adalah hanya pada tabung yang berisi fruktosa yang mengalami
perubahan warna dari larutan yang berwarna kuning menjadi berwarna agak kemerahan,
sedangkan pada tabung yang lain masih tetap berwarna kuning atau tidak mengalami perubahan
(hasil negatif). Perubahan warna yang terjadi disebabkan adanya asam pikrat mengalami reduksi
menjadi asam pikramat.
Pada uji ini terjadi hasil negatif kecuali pada tabung berisi fruktosa. Hasil negatif karena
pipet tetes sudah terkontaminasi dengan larutan lain.
Contoh reaksi antara glukosa dan asam pikrat :
O OH
O H
C
C
OH OH
H OH
H OH O2N O2N NH 2
NO2
to C HO H
HO H
H OH
H OH
NO2 H OH NO2
H OH
Asam pikramat
asam pikrat
CH2 OH
CH 2OH
asam glioksilat
glukosa
(Soemardjo, 2009)
O H
COONH2
C
H OH
H OH
o HO H Ag H20
HO H Ag(NH3)2OH t C
H OH
H OH
H OH
H OH
CH 2 OH
CH 2OH
glukosa
(Soemardjo, 2009)
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu setelah ditambah pereaksi
selliwanorf, fruktosa berwarna orange dan glukosa berwarna bening, setelah pemanasan,
warna larutan fruktosa menjadi merah tetapi glukosa berwarna kuning pudar(bening). Hal
ini menunjukkan nilai uji positif (termasuk gula ketosa) pada fruktosa dan negatif
(termasuk gula aldosa) pada glukosa. Hasil negatif karena pemanasan untuk sampel yang
mengandung gula aldosa aeharusnya proses pemanasannya lebih lama (aldosa
terdehidrasi lebih lama dari ketosa).
(Soemardjo, 2009)
Contoh reaksi antara glukosa dan selliwanorf :
CH 2 OH
O
H H
HO H C C
HCl
3 H2O C C C O
O
H OH CH 2OH
H
H OH Hidroksimetilfurfural
CH 2 OH
Glukosa Reaksi dehidrasi glukosa
O O
HO OH
H H
C C
C C C O 2 H2O
O
CH 2OH O
H
Hidroksimetilfurfural Resorsinol Merah
CH 2OH
Reaksi kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinol
(Soemardjo, 2009)
VI. Kesimpulan
6.1 Karbohidrat dapat larut dalam air dan etanol, karena sama-sama senyawa polar,
kecuali kanji karena kanji tersusun dari amilopektin yang molekulnya besar.
6.2 Untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam sampel, yang mengandung
karbohidrat yaitu glukosa, fruktosa, maltosa, madu 50% dan potongan kertas saring
dilakukan uji mollish.
6.3 Karbohidrat mempunyai sifat pereduksi.Hal ini dapat dibuktikan dalam uji dengan
fehling,benedict, asam pikrat, dan pereaksi tollens.
6.4 Untuk membedakan antara gula aldosa dan ketosa menggunakan uji seliwanorf.
6.5 Uji iodin digunakan untuk medeteksi adanya pati ( suatu polisakarida )
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin. 1993. Kamus Kimia Organik. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, DEPDIKBUD.
Fessenden, Ralph J. 1982. Organic Chemistry. USA: Willard Grant Press Publisher.
Hart, Harold. 1988. Kimia Organik – Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.
Holmi Comp, George K. 1964. Selected Experimental Organic Chemistry. San Fransisco:
William and Company.
Lucas, Howard. 1935. Organic Chemistry. New York: American Book Company.
Mulyono, Manan.2001.Kamus Kimia cetakan ke 2. Bandung:Ganesindo.
Sumardjo, Damin. 1997. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Semarang: Undip Press.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia – Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.