Anda di halaman 1dari 35

PERCOBAAN VII

SENYAWA BIO-ORGANIK : KARBOHIDRAT

V. Tujuan Percobaan
1.1. Mampu menjelaskan sifat umum dan sifat khusus karbohidrat.
1.2. Mampu melakukan analisis kualitatif karbohidrat dalam suatu sampel.

VI. Tinjauan Pustaka


2.1 Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton yang mempunyai
rumus umum Cn(H2O)m, dimana n sama dengan m atau kelipatan bilangan bulat.
Karbohidrat merupakan senyawa-senyawa hasil fotosintesis tumbuhan yang
berklorofil.
Sinar Matahari
6CO2 + 6H2O C6(H2O) 6 + 6O2
glukosa

Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh


manusia, bila kelebihan karbohidrat maka karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen
dan asam lemak.
(Respati, 1982)

2.2 Penggolongan Karboidrat


VI.2.1 Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, molekulnya tidak dapat
diuraikan. Monosakarida yang paling sederhana adalah gliserol dehid dan dihidroksi
aseton.
CHO HOCH 2OH

HC OH C O

CH 2OH CH 2OH

Gliserol dehid dihidroksi aseton


(Poedjiadi, 1994)
Berdasarkan radikal fungsinya, monosakarida dibedakan menjadi:
1. Aldosa
Aldosa adalah monosakarida yang mengandung gugus aldehid.
Contoh : glukosa dan galaktosa
2. Ketosa
Ketosa adalah monosakarida yang mengandung gugus keton.
Contoh : fruktosa
(Poedjiadi, 1994)
Pembagian Monosakarida
a. Glukosa
Sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya
terpolarisasi ke arah kanan. Banyak terdapat di buah dan madu.

H O
C

H C OH

HO C H

H C OH

H C OH

CH2 OH

2,3,4,5,6-pentahydroxyhexanal
Chemical Formula: C6H12O6

(Poedjiadi, 1994)
b. Galaktosa
Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa yaitu gula yang terdapat
dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis daripada glukosa dan kurang
larut dalam air. Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke
kanan.
CHO

H C OH

HO C H

HO C H

H C OH

CH2 OH
2,3,4,5,6-pentahydroxyhexanal
Chemical Formula: C6H12O6

(Poedjiadi, 1994)
c. Fruktosa
Sering disebut levolusa karena memutar bidang polarisasi ke kiri. Fruktosa adalah
gula termanis, terdapat dalam buah dan madu, maupun dalam sukrosa. Fruktosa
mempunyai sifat seperti keton karena mengandung gugus keton.
Sifat-sifatnya :
1) Mempunyai gugus keton (karbonil) bebas disamping gugus hidroksil bebas
2) Dapat terhidrasi jika dipanaskan bersama asam mineral kuat
3) Dapat mereduksi fehling dan menghasilkan endapan merah bata.
(Kleinfelter, 1990)
CH2 OH

C O

HO C H

H C OH

H C OH
1,3,4,5,6-pentahydroxyhexan-2-one
CH2 OH Chemical Formula: C6H12O6

(Poedjiadi, 1994)
VI.2.2 Disakarida
Disakarida terbentuk dari dua monosakarida dengan menghubungkan ikatan
glikosida diantara anometrik dari salah satu monosakarida dengan gugus hidroksil
monosakarida lain. Hidrolisa disakarida dengan pengaruh asam-asam mineral encer
akan menghasilkan monosakarida-monosakarida penyusun disakarida.
Disakarida dapat di bagi menjadi 4, yaitu :
a. Maltosa
Maltosa adalah hasil reaksi glukosa dan glukosa, yang diperoleh sebagai hasil
hidrolisi pati. Karbon anomerik dari unit glukosa yang kedua berbentuk
hemiasetal, fungsinya berbeda dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid rantai
terbuka, karena itu maltose memberikan hasil positif dengan uji tollens dan reaksi
lain yang serupa berlaku untuk karbon anomerik pada glukosa. Strukturnya :
CH 2OH CH 2OH

O H O
H H

H H

OH H OH H

OH O OH

H OH H OH

Chemical Formula: C15H28O11

(Fessenden, 1982)
b. Laktosa
Hidrolisis laktosa menghasilkan glukosa dan galaktosa dalam jumlah yang sama.
Kristal anomer α (pada unit glukosa) dibuat komersial dalam keju. Laktosa dapat
mereduksi pereaksi fehling dan benediet pada pemanasan.
(Hart, 1988)

Strukturnya :
CH 2OH CH 2OH

O O
OH H H

H H
H O H
OH OH

H H OH

H OH H OH

Struktur Laktosa
Chemical Formula: C16H30O11

(Poedjiadi, 1994)
c. Sukrosa
Tersusun oleh glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang sama.
Strukturnya :
CH 2OH

O H CH2 OH H
H
O
H
H H OH
OH

OH O
CH2 OH

OH H
H OH
Struktur Sukrosa
Chemical Formula: C14H 26O11

(Poedjiadi, 1994)
Dari struktur ini maka sukrosa tidak akan mengalami metarotasi, hidrolisa
menjadi glukosa dan fruktosa dapat terjadi oleh adanya asam kemudian diikuti
dengan terjadi perubahan pemutaran bidang polarisasi cahaya, peristiwa ini dikenal
sebagai inverse sukrosa.
(Respati, 1982)
d. Sellebiosa
Desakarida yang diperoleh diperoleh dari hidrolisis parsial selulosa. Hidrolisis
lebih lanjut menghasilkan glukosa, oleh karena itu selebrosa adalah isomer dari
maltose. Struktur konformasi yang digambarkan pada selebrosa ialah satu cincin
mengandung oksigen yang berurutan satu di belakang yang lainnya.
CH2 OH CH2 OH

O O

OH
OH OH

OH O

OH OH

(2R,5S)-6-(hydroxymethyl)-3,4,5,6-tetramethyl-5-((((2R,5S)-3,4,5-trihydroxy-6-
(hydroxymethyl)-2,3,4,5,6-pentamethyltetrahydro-2H -pyran-2-
yl)methoxy)methyl)tetrahydro-2H -pyran-2,3,4-triol
Chemical Formula: C23H 44O11

(Fessenden, 1982)

VI.2.3 Polisakarida
Polisakarida adalah senyawa yang tersusun dari molekul-molekul monosakarida
yang dipersatukan dengan ikatan glukosida. Hidrolisis yang lengkap akan dapat
dihasilkan monosakarida-monosakarida penyusun polisakarida. Polisakarida
memenuhi 3 maksud dalam sistem kehidupan, yaitu :
a. Sebagai bahan bangunan : sellulosa dan kitin
b. Sebagai bahan makanan : pati dan glikogen
c. Sebagai zat spesifik : polisakarida heparin
(Fessenden, 1982)
Pembagian polisakarida
a. Sellulosa
Merupakan senyawa organik yang paling melimpahdi bumi. Sellulosa membentuk
komponen serat dari dinding sel tumbuhan. Molekul sellulosa merupakan rantai-
rantai dan D-glukosa sebanyak 14000 satuan yang terdapat sebagai berkas-berkas
mirip tali yang terikat satu sama lain oleh ikatan hidrogen. Sellulosa tidak
mempunyai hemiasetal sehingga tidak dapat mengalami dioksidasi oleh reagen
seperti tollens.
(Fessenden, 1982)
Sellulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan pembentuk dinding sel.
Contoh : serat kapas. Dalam tubuh kita, serat tidak dapat dicerna karena kita tidak
mempunyai enzim yang dapat mengurangi sellulosa.
(Poedjiadi, 1994)
b. Pati (amilum)
Merupakan polisakarida paling melimpah kedua. Pati dapat di pisahkan menjadi
dua fraksi utama berdasarkan kelarutan bila di titurasi dengan air panas sekitar
20%. Pati adalah 20% amilosa (larut) dan 80% sisanya adalah amilopektin (tidak
larut).
1) Amilosa
Hidrolisis amilosa menghasilkan D-glukosa, hidrolisis parsial menghasilkan
maltosa. Timbul warna biru tua dan timbul interaksi antar keduanya.
2) Amilopektin
Mengandung 1000 satuan glukosa atau lebih permolekul hidrolisis
amilopektin.
3) Glikogen
Yaitu polosakarida yang di gunakan sebagai tempat penyimpanan glukosa
dalam sistem hewan. Struktur glikogen mirip amilopektin, bedanya untuk
glikogen rantainya lebih bercabang daripada amilopektin.

4) Kitin
Polisakarida linear yang mengandung N-asetil-o-glukosamina terikat pada
hidrolisis. Kitin menghasilkan 2-amina-2-deoksi-o-glukosa (gugus asetat
terlepas dalam tahap hidrolisis). Di alam, kitin terikat pada bahan bukan
polisakarida (protein dan lipid).
(Fessenden,1982)

2.3 Sifat-Sifat Umum Monosakarida


VI.3.1 Reaksi Oksidasi
Hasil oksidasi tergantung dari kuat tidaknya oksidator yang dipakai pada oksidasi
aldosa dengan oksidator lemah, contoh : aqua bromata akan didapatkan asam hidroksi
monokarboksilat yang disebut asam aldonat.
(Sumardjo, 1997)
VI.3.2 Reaksi Reduksi
Pada reaksi reduksi monosakarida dengan sedium amolgen berbentuk polialkohol
yang namanya mendapat akhiran “atol”.
CHO CH 2OH
mereduksi

CH 2OH
CH 2OH

Reduksi asam aldonat dengan sedium amolgen akan menghasilkan asam yang
namanya berakhiran uronat. Asam uronat mempunyai sebuah radikal formil pada
ujung bagian atas dan radikal hidroksil di bagian tengah dan sebuah karboksil pada
ujung bagian bawah.
(Sumardjo, 1997)
VI.3.3 Reaksi Dehidrasi
Heksosa dan beberapa pentose dapat mengalami proses dehidrasi yang
dipengaruhi oleh asam mineral kuat pada pemanasan dan akan diperoleh dehidrasi
pentose fulforal atau furaldehid. Sedangkan dehidrasi heksosa hidroksil metal
fulforal/hidroksi metal fur aldehida.
(Sumardjo, 1997)

2.4 Sifat-Sifat Umum Disakarida


 Maltosa dan laktosa dapat merduksi larutan fehling atau tollens.
 Sukrosa tidak dapat mereduksi larutan fehling atau tollens.
 Dapat dihidrolisis (pemecahan) menjadi molekul monosakarida penyusunnya:

H O
- Maltosa 2 glukosa + glukosa
H O
- Laktosa 2 glukosa + galaktosa
H O
- Sukrosa 2 glukosa + fruktosa
(Sumardjo, 1997)
2.5 Sifat-Sifat Umum Polisakarida
 Glikogen dapat mereduksi fehling dan apabila direaksikan dengan iodine maka
akan berubah menjadi merah coklat.
 Amilum tidak dapat mereduksi fehling dan apabila direaksikan dengan iodine
maka akan terbentuk amilum yang berwarna lain.
(Gibson, 1950)

2.6 Uji Pengenalan Karbohidrat


VI.6.1 Uji Fehling
Pereaksi ini dapat direduksi selain karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi.
Fehling ada 2 macam :
- Fehling A : larutan cuprisulfat
- Fehling B : larutan NAOH, kNatartrat
Apabila dicampur dengan karbohidrat maka akan membentuk endapan Cu2O berwarna
merah bata.
(Holmi Comp, 1964)

VI.6.2 Uji Benedict


Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung cuprisulfat (CuSO4), Natrium Karbonat
(NOCO3), dan Natrium sulfat (Na2SO4). Jika karbohidrat ditambah dengan benedict
akan menyebabkan oksidasi karbohidrat menjadi asam aklamat, sedangkan pereaksi
benedict tereduksi dan menhasilkan endapan merah bata (Cu2O).
(Holmi Comp, 1964)

VI.6.3 Uji Tollens


Tollens merupakan suatu larutan basa dari ion kompleks perak amonia yang digunakan
sebagai reagensia uji aldehid.
Diperoleh dari larutan perak nitrat dengan ammonium hidroksida berlebihan.
(Holmi Comp, 1964)

VI.6.4 Uji Asam Pikrat


Asam pikrat jenuh berwarna kuning. Positif jika terjadi perubahan warna kuning
menjadi merah. Uji ini untuk mengetahui sifat pereduksi karbohidrat.
(Lucas, 1935)
VI.6.5 Uji Hidrolisis
Uji hidrolisis untuk mengetahui/memisahkan penyusun dari disakarida atau
polisakarida yang tersusun dari monosakarida-monosakarida.
(Holmi Comp, 1964)
VI.6.6 Uji Molisch
Sampel ditambah noftol dan H2SO4, jika sampel mengandung karbohidrat, akan
terbentuk cincin merah pada bidang batas.
(Holmi Comp, 1964)

VI.6.7 Uji Selliwanorf


Pereaksi sel iwanorf adalah resolsinol (l,3) hidroksi-benzena dalam asam klorida.
Apabila karbohidrat direaksikan dengan pereaksi sel iwanorf lalu dipanaskan dan
membentuk warna merah anggur maka hal ini menunjukkan adanya fruktosa.
(Holmi Camp, 1964)

VI.6.8 Uji Kompleks Iodine-Kanji


Perubahan warna setelah ditetesi iodine menjadi biru tua menunjukkan adanya
karbohidrat. Hal ini terjadi karena molekul amilosa yang membentuk senyawa berupa
larutan koloid (amilopeksin).
(Holmi Comp, 1964)

VII.Metode percobaan
3.1 Alat
1. Tabung reaksi 6. kertas saring
2. Gelas ukur 7. Bunsen & kaki tiga
3. Pengaduk 8. kaca arloji
4. Penjepit 9. pipet tetes
5. Gelas beker

3.2 Bahan
1. Glukosa 8. Air suling 15. H2SO4
2. Pereaksi asam pikrat 9. Larutan iodin 16. HCl pekat
3. Laktosa 10. HNO3 pekat 17. NaOH
4. Pereaksi seliwanorf 11. Na2CO3 18. Pereaksi tollens
5. Fruktosa 12. Pereaksi fehling 19. Pereaksi molish
6. Maltosa 13. Pereaksi benedict 20. Sukrosa
7. Etanol 14. Kanji

3.3 Gambar alat


- Tabung reaksi - gelas ukur - pengaduk

- penjepit - gelas beker - kertas saring

- Bunsen&kaki tiga - kaca arloji - pipet tetes

3.4 Skema kerja


3.4.1 Uji Kelarutan
a. Uji dengan Aquadest
1ml Glukosa 1ml Fruktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi


Penambahan 3 mL H2O Penambahan 3 mL H2O
Penutupan dan penggoyangan Penutupan dan penggoyangan
1 ml Laktosa 1 ml Sukrosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi


Penambahan 3 mL H2O Penambahan 3 mL H2O
Penutupan dan penggoyangan Penutupan dan penggoyangan
Pengamatan kelarutan Pengamatan kelarutan
Hasil Hasil

1 ml Kanji 1 ml Maltosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi


Penambahan 3 mL H2O Penambahan 3 mL H2O
Penutupan dan penggoyangan Penutupan dan penggoyangan
Pengamatan kelarutan Pengamatan kelarutan
Hasil Hasil

b. Uji dengan Etanol 25%


1 ml Glukosa 1 ml Fruktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi


Pengamatan warna Pengamatan warna
Penambahan 3 ML etanl 25% Penambahan 3 ML etanl 25%
Penutupan dan penggoyangan Penutupan dan penggoyangan

Hasil Hasil

1 ml Maltosa 1 ml Sukrosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi


Pengamatan warna Pengamatan warna
Penambahan 3 ML etanl 25% Penambahan 3 ML etanl 25%
Penutupan dan penggoyangan Penutpoan dan penggoyangan

Hasil Hasil
1 ml Kanji 1 ml Laktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi


Pengamatan warna Pengamatan warna
Penambahan 3 ML etanl 25% Penambahan 3 ML etanl 25%
Penutupan dan penggoyangan Penutupan dan penggoyangan

Hasil Hasil

3.4.2 Sifat mereduksi / fehling


1 mL Laktosa 1 mL Sukrosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 5 mL fehling A & B Penambahan 5 mL fehling A & B


Penggoyangan Penggoyangan
Pemanasan 10 menit Pemanasan 10 menit
Pengamatan Pengamatan

Hasil Hasil

1 mL Glukosa 1 mL Fruktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 5 mL fehling A & B Penambahan 5 mL fehling A & B


Penggoyangan Penggoyangan
Pemanasan 10 menit Pemanasan 10 menit
Pengamatan Pengamatan

Hasil Hasil

1 mL Kanji

Tabung Reaksi

Penambahan 5 mL fehling A & B


Penggoyangan
Pemanasan 10 menit
Pengamatan

Hasil

3.4.3 Hidrolisa Disakarida dan Polisakarida


a. Uji kompleks kanji-iodine
1 mL Kanji 2%

Kaca arloji

Penambahan 1 tetes larutan iodine


encer

Hasil
Uji hidrolisi
b. Uji Hidrolisis
2 mL Kanji 2%
1 mL Kanji 2%
Tabung Reaksi
Tabung Reaksi
Penambahan 2 tetes HCl pekat
Penambahan 2 tetes HCl pekat Penggojogan
Penggojogan Pemanasan
Pemanasan

Hasil I Hasil I

Penambahan 1 tetes iodine encer Penambahan 1 tetes iodine encer


Peletakkan kertas lakmus Peletakkan kertas lakmus
Pengamatan Pengamatan

Hasil II Hasil II

Penambahan tetes demi tetes Penambahan tetes demi tetes


NaOH 10% hingga larutan tepat NaOH 10% hingga larutan tepat
basa basa
Penambahan pereaksi fehling Penambahan pereaksi fehling

Hasil III Hasil III

Pemanasan selama 10 menit Pemanasan selama 10 menit


Pengamatan Pengamatan
Hasil akhir Hasil akhir

3.4.4 Tes Umum Terhadap Karbohidrat


a. Uji Mollish

3 mL Glukosa 3 mL Fruktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 2 tetes pereaksi Penambahan 2 tetes pereaksi


molish molish
Penuangan 3 mL H2SO4 Penuangan 3 mL H2SO4
Penggoyangan Penggoyangan
Pengamatan warna Pengamatan warna
Hasil Hasil
3 mL Maltosa
3 mL Madu
Tabung Reaksi
Tabung Reaksi
Penambahan 2 tetes pereaksi
molish Penambahan 2 tetes pereaksi
Penuangan 3 mL H2SO4 molish
Penggoyangan Penuangan 3 mL H2SO4
Pengamatan warna Penggoyangan
Hasil Pengamatan warna
Hasil

Potongan
kertas saring

Tabung Reaksi

Penambahan 2 tetes pereaksi


molish
Penuangan 3 mL H2SO4
Penggoyangan
Pengamatan warna
Hasil

3.4.5 Tes Karbohidrat Pereduksi


b. Uji Benedict

1 mL Glukosa 1 mL Fruktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 1 mL Benedict Penambahan 1 mL Benedict


Penggoyangan Penggoyangan
Pemanasan Pemanasan
Pengamatan Pengamatan

Hasil Hasil

1 mL Maltosa 1 mL Laktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 1 mL Benedict Penambahan 1 mL Benedict


Penggoyangan Penggoyangan
Pemanasan Pemanasan
Pengamatan Pengamatan

Hasil Hasil
c. Uji Asam Pikrat

1 mL Maltosa 1 mL Glukosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 1 mL asam pikrat Penambahan 1 mL asam pikrat


Penambahan 1 mL Na2CO3 Penambahan 1 mL Na2CO3
Pemanasan Pemanasan
Pengamatan warna Pengamatan warna

Hasil Hasil

1 mL Fruktosa 1 mL Laktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 1 mL asam pikrat Penambahan 1 mL asam pikrat


Penambahan 1 mL Na2CO3 Penambahan 1 mL Na2CO3
Pemanasan Pemanasan
Pengamatan warna Pengamatan warna

Hasil Hasil

d. Uji Tollens

1 mL Fruktosa 1 mL Glukosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan pereaksi tollens Penambahan pereaksi tollens


Pemanasan + penggoyangan Pemanasan + penggoyangan
Pengamatan terbentuknya cermin Pengamatan terbentuknya cermin
perak perak

Hasil Hasil

1 mL Laktosa 1 mL Maltosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan pereaksi tollens Penambahan pereaksi tollens


Pemanasan + penggoyangan Pemanasan + penggoyangan
Pengamatan terbentuknya cermin Pengamatan terbentuknya cermin
perak
perak
Penambahan HNO3 pekat
Penambahan HNO3 pekat
e. Uji Selliwanorf

2 mL Glukosa 2 mL Fruktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 2ml pereaksi Penambahan 2ml pereaksi


selliwanorf selliwanorf
Penggojokan dan pemanasan Penggojokan dan pemanasan
Pengamatan warna Pengamatan warna
Hasil Hasil

No. Jenis Uji Hasil Ket


1. Uji kelarutan
a. Uji dengan H2O
a. Glukosa Warna larutan menjadi bening +
b. Fruktosa Warna larutan menjadi bening +
c. Maltosa Warna larutan menjadi bening +
d. Laktosa Warna larutan menjadi bening +
e. Sukrosa Warna larutan menjadi bening +
f. Kanji Yang disaring warna biru, yang tidak +
disaring warna biru pekat.
b. Uji dengan
etanol 25 % Warna larutan menjadi bening +
a. Glukosa Warna larutan menjadi bening +
b. Fruktosa Warna larutan menjadi putih keruh +
c. Maltosa Warna larutan menjadi bening +
d. Laktosa Warna larutan menjadi bening +
e. Sukrosa Warna kanji yang disaring ungu, kanji +
f. Kanji yang tidak disaring warna ungu pekat

2.
Uji Fehling +
a. 1 ml laktosa Warna larutan dari biru setelah ditambah
fehling menjadi orange setelah
dipanaskan ada endapan merah bata +
b. 1 ml glukosa Warna larutan dari biru setelah ditambah
fehling menjadi orange setelah
dipanaskan ada endapan merah bata +
c. 1 ml sukrosa Warna larutan dari biru setelah ditambah
fehling menjadi orange setelah
dipanaskan ada endapan merah bata +
d. 1 ml fruktosa Warna larutan setelang ditambah fehling
menjadi biru tetapi setelah dipanaskan
ada endapan merah bata -
e. 1 ml kanji Warna larutan dari biru setelah
dipanaskan tetap
3.
Hidrolisa
disakarida dan
polisakarida +
a. Uji kompleks Warna larutan menjadi biru tua
kanji iodine
larutan kanji 1
% + 1 tetes
iodine encer
b. Uji hidrolisis
 2 mL dan 1 mL Larutan menjadi lebih keruh +
larutan kanji 2
% + 2 tetes
HCL pekat,
pemanasan

 Ditambah 1 Larutan menjadi berwarna biru, lakmus


tetes iodine berwarna merah
encer,
pengecekan
dengan lakmus
 Ditambah Warna larutan menjadi bening dan kertas
NaOH 10 % lakmus menjadi biru muda
 Ditambah 5 mL Warna larutan tetap tidak terjadi
fehling + perubahan
dipanaskan
4. Tes Umum
Terhadap
Karbohidrat
a. Uji Molisch +
 Glukosa Terbentuk cincin ungu +
 Fruktosa Terbentuk cincin ungu +
 Maltosa Terbentuk cincin ungu +
 Laktosa Terbentuk cincin ungu +
 Amilum Terbentuk cincin ungu +
 Madu Terbentuk cincin ungu +
 Potongan Terbentuk cincin ungu
kertas saring
5. Tes Karbohidrat +
Pereduksi
a. Uji Benedict
 1 ml glukosa + Perubahan warna larutan dari biru +
1 ml pereksi menjadi orange dan ada sedikit endapan.
benedict
 1 ml fruktosa + Perubahan warna larutan dari biru +
1 ml pereksi menjadi kuning dan ada sedikit endapan.
benedict
 1 ml maltosa + Perubahan warna larutan dari biru
1 ml pereksi menjadi orange dan ada sedikit endapan. +
benedict

 1 ml laktosa + Perubahan warna larutan dari biru


1 ml pereksi menjadi kuning dan ada sedikit endapan.
benedict

b. Uji asam pikrat -


 Glukosa Larutan berwarna kuning +
 Fruktosa Larutan berwarna merah -
 Maltose Larutan berwarna kuning -
 Laktosa Larutan berwarna kuning

c. Uji Tollens +
 Glukosa Terbentuk lapisan tipis cermin pada
bagian bawah tabung reaksi -
 Fruktosa Tidak terbentuk lapisan seperti cermin
tetapi ada endapan +
 Maltosa Terbentuk lapisan seperti cermin -
 Laktosa Tidak terbentuk lapisan seperti cermin
tetapi ada endapan

d. Uji selliwanorf +
 2ml glukosa + Larutan menjadi berwarna kuning pudar
2ml pereaksi setelah pemanasan.
seliwanorf +
 2ml fruktosa l+ Larutan menjadi berwarna merah setelah
2ml pereaksi pemanasan.
seiwanorf
V.Pembahasan
5.1 Uji Kelarutan
5.1.1 Uji dengan air
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kelarutan karbohidrat di dalam air.
Karbohidrat yang digunakan sebagai sampel yaitu glukosa, laktosa, fruktosa, maltosa, sukrosa,
dan kanji.
Langkah kerja yang dilakukan yaitu sampel diencerkan dengan aquades atau air suling
untuk mengetahui kelarutannya, kemudian digojog. Tujuan dari penggojogan ini yaitu untuk
mencampurkan agar karbohidrat bercampur sempurna dengan air. Hasil yang diperoleh adalah
larutan menjadi lebih bening atau bernilai positif.
Monosakarida terdiri dari glukosa, fruktosa, galaktosa, manosa adalah molekul yang
mudah larut dalam air. Monosakarida sebagai senyawa alamiah yang dapat menunjukkan bahwa
semua sampel larut dalam air. Air berfungsi sebagai bahan yang dapat mendispersikan berbagai
senyawa yang ada dalam bahan makanan. Pada uji larutan tidak semua sampel yang digunakan
larut dalam air, sambel tersebut adalah kanji. Kanji memiliki bentuk suspense, yaitu sistem yang
didalamnya mengandung partikel yang sangat kecil yang tersebar dalam medium cair. Tetapi
pada sampel kanji terdapat warna keruh karena kanji merupakan jenis karbohidrat polisakarida
yang mempunyai susunan yang kompleks denga berat molekul besar. Karbohidrat dapat larut
dalam air, hal ini dikarenakan sifat karbohidrat sesuai prinsip “like dissolve like” yaitu senyawa
polar akan melarutkan senyawa polar dan senyawa non polar akan melarutkan senyawa non
polar. (Fessenden,1982)
Karbohidrat merupakan larutan polar, dan air juga merupakan senyawa polar sehingga
bila dicampur karbohidrat akan larut. Sebelum di larutkan, warna karbohidrat (glukosa, fruktosa,
maltosa, laktosa, sukrosa) warna jernih kekuningan. Setelah di larutkan 5 sampel tersebut
menjadi jernih karena adanya proses pengenceran yang menyebabkan molaritas dari zat terlarut
berkurang, sehingga kepekatan warnanya juga berkurang dan larutan tampak jernih.
(Fessenden,1982)
5.1.2 Uji dengan etanol
Selain air, etanol juga merupakan pelarut yang baik. Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui kelarutan karbohidrat dalam etanol 25%. Sebagaimana dalam uji kelarutan dengan
air, sampel yang digunakan yaitu glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, maltosa, dan kanji.
Langkah yang dilakukan pun juga sama yaitu dengan menambahkan sampel dalam etanol
25% kemudian digojog. Tujuan dari penggojogan ini yaitu untuk mencampurkan agar larutan
bercampur secara homogen. Hasil yang diperoleh menunjukkan hasil yang positif(artinya
glukosa,fruktosa,laktosa,sukrosa,dan maltosa larut dalam etanol) yaitu larutan menjadi lebih
jernih kecuali larutan kanji karena kanji mengendap. Hal ini dikarenakan kanji terdiri atas dua
macam polisaksarida yaitu amilosa dan amilopektin, molekul amilopektin lebih besar daripada
amilosa sehingga amilopektin lebih susah larut.
(Fessenden,1982)
Karbohidrat larut dalam air dan etanol, perbedaan kelarutan antar keduanya yaitu etanol
membutuhkan waktu yang lebih lama dan penggojogan yang lebih kuat. Hal ini dikarenakan
kepolaran etanol lebih kecil dari kepolaran air. Hal ini sesuai juga dengan Daintith (1994)
“karbohidrat lebih mudah larut dalam air daripada di larutkan ke dalam etanol karena tingkat
kepolaran air lebih besar daripada etanol”.

5.2 Uji fehling


Untuk mengetahui sifat reduktor pada karbohidrat dapat dilakukan dengan uji fehling.
Sampel yang digunakan dalam uji ini yaitu glukosa, fruktosa, laktosa, sirup, madu dan kanji.
Cara kerja yang dilakukan yaitu dengan menambahkan perekasi fehling yang terdiri dari
fehling A yaitu larutan CuSO4 dan fehling B yang terdiri dari K-Na-tartrat dan NaOH, kemudian
dipanaskan sambil digoyang. Pemanasan dan penggoyangan yang dilakukan bertujuan untuk
mempercepat terjadinya reaksi, dengan pemanasan maka suhu larutan akan naik, sehingga
mengakibatkan gerakan-gerakan molekul dalam larutan semakin cepat dan terjadi tumbukan
antar molekul yang semakin besar.
(Sumardjo, 2009)
Karbohidrat pereduksi akan diubah menjadi asam onat yang membentuk garam karena
adanya basa, sedngkan pereduksi fehling akan mengalami reduksi sehingga tembaga (II) berubah
menjadi tembaga (I).
(Sumardjo, 2009)

Hasil yang diperoleh dari uji ini adalah positif yaitu terbentuk endapan merah bata.
Endapan merah bata tersebut adalah endapan dari Cu2O.
Hasil positif uji fehling akan terbentuk endapan warna merah yang menunjukkan
karbohidrat yang di uji mempunyai sifat pereduksi. Bahan-bahan yang di uji,seperti glukosa,
kanji, laktosa, sirup, madu, terjadi perubahan warna dan terbentuk endapan warna merah bata,
kecuali fruktosa. Fruktosa mengandung gugus ketosa yang tahan terhadap oksidator, sedangkan
pada uji fehling akan di uji daya oksidasi dan reduksi dari suatu karbohidrat, sehingga fruktosa
tidak mengalami perubahan warna.

Contoh reaksi antara glukosa dan pereaksi fehling :

O H O ONa
C C

H OH H OH

HO H toC HO H Cu2O 2 H+
Cu++ NaOH H2O
H OH H OH

H OH H OH

CH 2 OH CH 2OH

glukosa

(Sumardjo, 2009)
5.3 Uji Hidrolisa Disakarida dan Polisakarida
a.Uji Kompleks Kanji Iodine
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui adanya karbohidrat yang terkandung pada
kanji. Percobaan yang dilakukan pada uji ini adalah penambahan 10 tetes larutan kanji 1% yang
diletakkan pada gelas arloji untuk mengetahui apakah ditambahkan 1 tetes larutan iodine encer
menimbulkan perubahan. Di dalam pati dipisahkan menjadi dua fraksi utama yaitu amilosa dan
amilopektin. Penambahan iodien bertujuan untuk mengetahui adanya amilosa pada suatu sampel.
Molekul amilosa membentuk spiral di sekitar molekul I2 yang menyebabkan timbul warna biru
tua karena adanya interaksi elek-tronik dengan unit-unit anhidro glukopiranosa yang
menunjukkan hasil positif dari uji ini. Hal ini membuktikan bahwa di dalam kanji mengandung
molekul amilosa.
Gambar molekul amilosa bentuk spiral:

(Soemardjo, 2009)

b.Uji Hidrolisis
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui atau memisahkan penyusun dari disakarida
atau polisakarida yang tersusun dari monosakarida-monosakaridanya.
Percobaan yang dilakukan pada uji ini adalah dengan 2 ml larutan kanji 2% dan 1 ml
larutan 2% pada tabung reaksi yang berlainan. Kemudian masing-masing tabung reaksi
ditambahkan dengan 2 tetes larutan HCl pekat selanjutnya di larutan digojog, larutan menjadi
agak keruh. Penggojogan ini bertujuan untuk agar larutan tercampur rata. Penambahan HCl pekat
bertujuan untuk memecah rantai amilum/pati yang merupakan polisakarida menjadi
monosakarida. Pati merupakan polimer linier dari glukosa sehingga hidrolisis sempurna dari pati
akan menghasilkan glukosa.
(Soemardjo,2009)
Langkah selanjutnya adalah pemanasan, tujuan dari pemanasan ini untuk mempercepat
reaksi, karena adanya tumbukkan antar partikel dalam reaksi. Setelah dipanaskan, larutan
ditambah 1 tetes iodine untuk menguji masih ada atau tidaknya amilosa. Hasilnya larutan
menjadi berwarna biru tua karena mengandung polisakarida(hasil positif). Kemudian di uji
dengan kertas lakmus, warna kertas menjadi merah yang menunjukkan larutan bersifat asam,
kemudian dilakukan penambahan NaOH 10% untuk menetralkan sisa asam hingga larutan
menjadi tepat basa, warna larutan menjadi bening. Pati belum terhidrolisis secara sempurna.
Kemudian ditambahkan 5 ml pereaksi fehling dan warnanya berubah menjadi biru muda
kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk
mempercepat reaksi karena adanya tumbukan partikel dalam larutan. Penambahan pereaksi
fehling bertujuan untuk menguji dan hal ini dikuatkan oleh uji fehling yang hasilnya negatif
yaitu warna larutan masih berwarna biru muda dan terdapat endapan di bawahnya.
CH 2 OH CH 2OH CH 2OH

H O H H O H H O H
H H2O, H + H
OH H OH H OH H
O O HO OH
H OH H OH H OH
Reaksi Hidrolisis
(Sumardjo, 2009)

5.4 Uji Molish


Tujuan dari uji molish adalah untuk mengidentifikasi adanya kandungan karbohidrat pada
suatu sampel. Apabila sampel yang diuji dengan pereaksi molish membentuk cincin warna ungu,
berarti sampel tersebut mengandung karbohidrat. Sampel yang dipakai yaitu glukosa, fruktosa,
maltosa, laktosa, amilum, madu 50% dan potongan kertas saring.
Pada percobaan disiapkan 7 tabung reaksi. Masing-masing tabung diisi 3 mL sampel
kemudian ditambah 2 tetes alfa naftol lalu digojog beberapa kali. Setelah itu miringkan tabung
reaksi tersebut dan tuangkan dengan hati-hati 3 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi.
Penambahan H2SO4 ditujukan untuk mendehidrasi karbohidrat agar menjadi
hidroksimetilfurfural, dan penambahan alfa naftol agar terbentuk senyawa khusus untuk
polisakarida dan disakarida. Pada tabung-tabung tersebut terbentuk tiga lapisan. Lapisan atas
berwarna bening, lapisan tengah terbentuk cincin warna ungu dan lapisan bawah berwarna hijau.
Pengecualian pada tabung reaksi yang berisi madu 50% yang terbentuk dua lapisan. Lapisan atas
berwarna ungu muda dan lapisan bawah berwarna ungu pekat. Semua sampel menunjukkan hasil
yang positif, hal ini disebabkan karena karbohidrat mengalami hidrolisis oleh Asam Sulfat
menjadi Hidroksil metil Furtenol yang kemudian terkondensasi membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu. Adanya penambahan H2SO4 pada uji ini bertujuan untuk memprercepat reaksi
(sebagai katalisator).
Kertas saring digunakan sebagai sampel karena kertas saring mengandung selulosa, yang mana
selulosa merupakan salah satu karbohidrat.
Contoh reaksi uji molish pada heksosa :

H H
C C
H 2SO 4
C6H12O6 C C C O
3 H 2O O
CH 2 OH
H
Heksosa Hidroksimetilfurfural
OH
H H
C C H H
C C C O C C
O C C C O
CH2 OH O
H CH2 OH
Hidroksimetilfurfural alfa naftol Ungu

OH

(Sumardjo, 2009)
5.5 Uji Benedict
Tujuan dari uji benedict adalah untuk membuktikan sifat pereduksi pada karbohidrat.
Pereaksi benedict merupakan campuran 17,3 gram kupri sulfat; 173 gram natrium sitrat, dan 100
gram natrium karbonat dalam 100 gram air. Pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi
benedict akan terjadi perubahan warna dari biru hijau kuning kemerah-
merahan, dan akhirnya terbentuk endapan merah bata kupro oksida (Cu2O) apabila konsentrasi
karbohidrat tinggi. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi bersifat basa
lemah.
(Sumardjo, 2009)
Pada uji ini disiapkan 4 tabung, masing-masing tabung diisi dengan 1 ml larutan glukosa,
fruktosa, maltosa dan laktosa kemudian ditambahkan 1ml larutan pereaksi benedict, kemudian
digojog. Perlakuan penggojogan bertujuan agar larutan menjadi homogen. Warna masing-masing
larutan yang sudah dicampur dengan pereaksi benedict adalah biru. Langkah selanjutnya adalah
dipanaskan. Adanya pemanasan supaya mempercepat reaksi. Karena terjadi tumbukan antar
partikel dalam larutan sehingga reaksi cepat berlangsung.

Hasil yang diperoleh setelah pemanasan yaitu pada larutan glukosa dan maltosa berwarna
orange dan ada sedikit endapan, sedangkan untuk larutan fruktosa dan laktosa berwarna kuning
dan ada sedikit endapan pula. Dari hasil perubahan warna ini menunjukkan bahwa glukosa,
fruktosa, maltosa dan laktosa ujinya positif, walaupun tidak berwarna merah bata. Hal ini karena
proses pemanasan kurang lama, dilihat dari tahapan warna dalam penjelasan sebelumnya.

Terbentuknya endapan merah bata disebabkan oksidasi karbohidrat (gula pereduksi)


menjadi Asam onat, sedangkan pereaksi benedict tereduksi dan menghasilkan endapan Cu2O
(merah bata). Reaksi antara glokosa dan pereaksi benedict :
O H O OH
C C

H OH H OH

HO H to C HO H Cu2O 2 H+
Cu++ H2O
H OH H OH

H OH H OH

CH 2OH CH2 OH

glukosa
(Sumardjo, 2009)

5.6 Uji Asam pikrat


Tujuan dari uji asam pikrat adalah unuk membuktikan sifat pereduksi pada karbohidrat.
Pada uji ini dibutuhkan 4 tabung, masing-masing tabung diisi dengan larutan glukosa, fruktosa,
maltosa dan laktosa sebanyak 1 ml kemudian sama sama itambahkan larutan Asam pikrat 0,5
ml dan larutan Na2CO3 0,5 ml dan dipanaskan. Oksidasi karbohidrat menjadi asam onat dan
reduksi asam pikrat yang berwarna kuning menjadi asam pikramat yang berwarna merah.

(Fessenden, 1982)

Hasil dari percobaan ini adalah hanya pada tabung yang berisi fruktosa yang mengalami
perubahan warna dari larutan yang berwarna kuning menjadi berwarna agak kemerahan,
sedangkan pada tabung yang lain masih tetap berwarna kuning atau tidak mengalami perubahan
(hasil negatif). Perubahan warna yang terjadi disebabkan adanya asam pikrat mengalami reduksi
menjadi asam pikramat.

Pada uji ini terjadi hasil negatif kecuali pada tabung berisi fruktosa. Hasil negatif karena
pipet tetes sudah terkontaminasi dengan larutan lain.
Contoh reaksi antara glukosa dan asam pikrat :

O OH
O H
C
C
OH OH
H OH
H OH O2N O2N NH 2
NO2
to C HO H
HO H

H OH
H OH

NO2 H OH NO2
H OH
Asam pikramat
asam pikrat
CH2 OH
CH 2OH
asam glioksilat
glukosa

(Soemardjo, 2009)

5.7 Uji Tollens


Uji tollens dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid dalam
karbohidrat. Sebagai sampel dari percobaan ini adalah glukosa, fruktosa, maltosa, dan laktosa.
Percobaan dilakukan dengan penambahan pereaksi tollens pada sampel dengan perbandingan 1 :
1. Penambahan pereaksi tollens adalah sebagai oksidator yang akan direduksi Setelah itu larutan
dipanaskan disertai penggoyangan yang bertujuan untuk mempercepat reaksi. Setelah dilakukan
pemanasan larutan diamati terbentuknya endapan perak. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini
adalah hasil yang positif, artinya sampel mengandung gugus aldehid terbukti dengan
terbentuknya endapan perak, kecuali maltosa dan fruktosa. Karena saat praktikum terjadi
kontaminasi pada pipet sehingga hasil negatif. Seharusnya ada endapannya. Setelah sampel
ditambahkan dengan HNO3 pekat lama kelamaan cermin perak dibawah tabung reaksiakan
semakin hilang. Karena larutan asam nitrat dengan kandungan asam nitrat lebih dari 86%.
(Fessenden, 1982)
Contoh reaksi antara glukosa dan pereaksi tollens :

O H
COONH2
C

H OH
H OH

o HO H Ag H20
HO H Ag(NH3)2OH t C
H OH
H OH

H OH
H OH

CH 2 OH
CH 2OH

glukosa
(Soemardjo, 2009)

5.8 Uji Selliwanorf


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk membedakan antara gula aldosa dan
ketosa. Sampel dalam percobaan ini yaitu glukosa dan fruktosa, dan reagen yang
digunakan adalah pereaksi selliwanorf, pereaksi selliwanorf adalah resorsinol dalam asam
klorida encer. Asam klorida berfungsi untuk mendehidrasi glukosa dan resorsinol untuk
reaksi kondensasi. Percobaan dilakukan dengan menyiapkan 2 tabung reaksi yang
masing-masing diisi dengan 2 ml glukosa dan 2 ml fruktosa. Kemudian ditambahkan 2
ml pereaksi selliwanorf, setelah itu digojog beberapa kali lalu dipanaskan. Pemanasan
dan penggojogan dimaksudkan untuk mempercepat reaksi karena terjadi tumbukan antar
partikel dalam larutan dan agar larutan bercampur sempurna.

Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu setelah ditambah pereaksi
selliwanorf, fruktosa berwarna orange dan glukosa berwarna bening, setelah pemanasan,
warna larutan fruktosa menjadi merah tetapi glukosa berwarna kuning pudar(bening). Hal
ini menunjukkan nilai uji positif (termasuk gula ketosa) pada fruktosa dan negatif
(termasuk gula aldosa) pada glukosa. Hasil negatif karena pemanasan untuk sampel yang
mengandung gula aldosa aeharusnya proses pemanasannya lebih lama (aldosa
terdehidrasi lebih lama dari ketosa).

(Soemardjo, 2009)
Contoh reaksi antara glukosa dan selliwanorf :
CH 2 OH

O
H H
HO H C C
HCl
3 H2O C C C O
O
H OH CH 2OH
H
H OH Hidroksimetilfurfural

CH 2 OH
Glukosa Reaksi dehidrasi glukosa
O O
HO OH
H H
C C
C C C O 2 H2O
O
CH 2OH O
H
Hidroksimetilfurfural Resorsinol Merah
CH 2OH
Reaksi kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinol

(Soemardjo, 2009)
VI. Kesimpulan
6.1 Karbohidrat dapat larut dalam air dan etanol, karena sama-sama senyawa polar,
kecuali kanji karena kanji tersusun dari amilopektin yang molekulnya besar.
6.2 Untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam sampel, yang mengandung
karbohidrat yaitu glukosa, fruktosa, maltosa, madu 50% dan potongan kertas saring
dilakukan uji mollish.
6.3 Karbohidrat mempunyai sifat pereduksi.Hal ini dapat dibuktikan dalam uji dengan
fehling,benedict, asam pikrat, dan pereaksi tollens.
6.4 Untuk membedakan antara gula aldosa dan ketosa menggunakan uji seliwanorf.
6.5 Uji iodin digunakan untuk medeteksi adanya pati ( suatu polisakarida )
DAFTAR PUSTAKA

Amirudin. 1993. Kamus Kimia Organik. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, DEPDIKBUD.

Basri, Sarjoni. 1996. Kamus Kimia. Jakarta: Rineka Cipta.

Daintith, John. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: PT. Erlangga.

Fessenden, Ralph J. 1982. Organic Chemistry. USA: Willard Grant Press Publisher.

Gibson, Charles. 1950. Essential Principles of Organic Chemistry. London: Chambridge of


The University Press.

Hart, Harold. 1988. Kimia Organik – Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.

Holmi Comp, George K. 1964. Selected Experimental Organic Chemistry. San Fransisco:
William and Company.

Horale.2007.Kimia untuk Universitas.Yogyakarta:Yudhistira.

Kleinfelter. 1990. Kimia untuk Universitas. Jakarta: PT. Erlangga

Lucas, Howard. 1935. Organic Chemistry. New York: American Book Company.
Mulyono, Manan.2001.Kamus Kimia cetakan ke 2. Bandung:Ganesindo.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

Pudjaatmaka. 1999. Kamus Kimia Organik. Jakarta: Depdikbud


Purba, Michael.2007.Biomolekul, jilid 3.Yogyakarta:Graha Ilmu
Respati. 1980. Dasar-Dasar Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Aksara Baru.

Sumardjo, Damin. 1997. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Semarang: Undip Press.

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia – Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai