Anda di halaman 1dari 12

Nama : Ningsih Widari

NIM : 121000287
Mata Kuliah : Perencanaan dan Evaluasi Program Promosi Kesehatan

I. MASALAH PENYAKIT DI MASYARAKAT

1. PENYAKIT DIARE PADA BAYI


A. Faktor Penyebab
Lingkungan rumah yang
kumuh dan kotor

Pemberian susu
formula yang tidak Pemberian air
cocok dengan bayi minum yang tidak
dimasak.

Pemberian makanan
tambahan ASI yang PENYEBAB DIARE PADA BAYI Bayi diberi makanan
terlalu dini yang telah
dihinggapi lalat

Ibu tidak memiliki


pengetahuan cukup
tentang bahaya diare Bayi diberi makanan
pada bayi yang terlalu manis

Infeksi oleh rotavirus


(40-60), bakteri sp Ibu tidak mencuci tangan
E.Coli (20-30%), sebelum menyentuh bayi &
sp.Shigella(1-2%) memberi bayi makan

Faktor Perilaku Faktor non Perilaku


1. Pemberian air minum yang tidak dimasak 1. Infeksi oleh rotavirus (40-60), bakteri
Pemberian susu formula yang tidak cocok sp E.Coli (20-30%), sp.Shigella(1-
untuk bayi 2%)
2. Pemberian makanan tambahan ASI yang 2. Lingkungan rumah yang kumuh dan
terlalu dini kotor
3. Ibu tidak memiliki pengetahuan cukup
tentang bahaya diare pada bayi
4. Ibu tidak mencuci tangan sebelum
menyentuh bayi & memberi bayi makan
5. Bayi diberi makanan yang telah
dihinggapi lalat
6. Bayi diberi makanan yang terlalu manis

B. Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan


dan perilaku yang berhubungan dengan perawatan atau pengobatan
1) Pemberian air minum yang tidak dimasak Pemberian susu formula yang tidak
cocok untuk bayi
2) Pemberian makanan tambahan ASI yang terlalu dini
3) Ibu tidak memiliki pengetahuan cukup tentang bahaya diare pada bayi
4) Ibu tidak mencuci tangan sebelum menyenuh bayi dan memberi bayi makan
5) Bayi diberi makanan yang telah dihinggapi lalat
6) Bayi diberi makanan yang terlalu manis

D. Mengurutkan faktor perilaku berdasarkan besarnya pengaruh terhadap


masalah kesehatan
1) Ibu tidak mencuci tangan sebelum menyentuh bayi dan memberi bayi makan,
2) Pemberian makanan tambahan ASI yang terlalu dini,
3) Pemberian susu formula yang tidak cocok untuk bayi,
4) Ibu tidak memiliki pengetahuan cukup tentang bahaya diare pada bayi,
5) Bayi diberi makanan yang telah dihinggapi lalat,
6) Bayi diberi makanan yang terlalu manis,

C. Mengurutkan faktor perilaku berdasarkan kemungkinan untuk diubah


1) Ibu tidak mencuci tangan sebelum menyentuh bayi dan memberi makan bayi,
2) Pemberian makanan tambahan ASI yang terlalu dini,
3) Pemberian susu formula yang tidak cocok untuk bayi,
4) Bayi diberi makanan yang terlalu manis,
5) Anak memakan makanan yang dihinggapi lalat,
E. Data Penyakit,
a) Data umum:
1) Petani/nelayan/buruh mempunyai proporsi tertinggi untuk kelompok
pekerjaan (7,1%) dalam terkena diare.
2) Insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di
Indonesia adalah 3,5 persen dan 7,0 persen selama tahun2013
3) angka kesakitan penyakit diare di indonesia masih sebesar 195/1.000
penduduk dan angka ini menunjukkan bahwa penyakit diare
di Indonesia merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di ASEAN.
4) Menyerang semua orang tanpa melihat status sosial ekonominya.

b) Data Khusus:
1) Gejala diare ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi
tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir.
2) Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok
yang paling tinggi menderita diare.
3) Penyakit yang ditularkan melalui makanan, air, dan lewat penularan lainnya
4) Dapat diobati dengan pemberian oralit dan Zinc kepada balita yang
menderita diare.
5) Bayi yang tidak diberi ASI berpotensi besar terkena diare karena pemberian
susu formula tidak sesuai dan daya tahan tubuh rendah.

c) Data Prilaku:
1) Pemberian air minum yang tidak dimasak Pemberian susu formula yang tidak
cocok untuk bayi
2) Pemberian makanan tambahan ASI yang terlalu dini
3) Ibu tidak memiliki pengetahuan cukup tentang bahaya diare pada bayi
4) Ibu tidak mencuci tangan sebelum menyentuh bayi & memberi bayi makan
5) Bayi diberi makanan yang telah dihinggapi lalat
6) Bayi diberi makanan yang terlalu manis

2. PENYAKIT ISPA
A. Faktor Penyebab
kepadatan
tempat tinggal
Bakteri : Diplococcus Higiene &
Pneumonia, dll ventilasi rumah
yang buruk

Virus : influenza, Lingkungan yang


adenovirus, penuh polusi udara
sitomegalik, dll

PENYEBAB
ISPA Tidak memakai
Daya tahan masker ketika
tubuh rendah keluar rumah

Memakan makanan
Jamur : Aspergilus sp, yang tercemar bakteri
candida albicans, patogen
histoplasma dll

Tempat tinggal yang Olahraga


lembab tidak teratur

Faktor Perilaku Faktor non Perilaku


1. Memakan makanan yang tercemar 1. Jamur : Aspergilus sp, candida albicans,
bakteri patogen histoplasma, dll.
2. Olahraga tidak teratur 2. Tempat tinggal yang lembab
3. Tidak memakai masker ketika keluar 3. Daya tahan tubuh rendah
rumah 4. Virus : influenza, adenovirus,
4. Higiene dan ventilasi buruk sitomegalik, dll.
5. Lingkungan yang penuh polusi udara
6. Kepadatan tempat tinggal
7. Bakteri : Diplococus, Pneumonia, dll.

B. Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan


dan perilaku yang berhubungan dengan perawatan atau pengobatan
1) Anak makan tanpa cuci tangan yang bersih,
2) Buang air besar di sembarang tempat,
3) Anak memakan makanan yang dihinggapi lalat,
4) Pemberian makanan tambahan ASI yang terlalu dini,
5) Pemberian susu formula yang tidak sesuai,

C. Mengurutkan faktor perilaku berdasarkan besarnya pengaruh terhadap


masalah kesehatan
1) Pemberian makanan tambahan ASI yang terlalu dini,
2) Pemberian susu formula yang tidak sesuai,
3) Anak makan tanpa cuci tangan yang bersih,
4) Buang air besar di sembarang tempat,
5) Anak memakan makanan yang dihinggapi lalat,

D. Mengurutkan faktor perilaku berdasarkan kemungkinan untuk diubah


1) Tidak memakai masker ketika keluar rumah
2) Olahraga tidak teratur
3) Memakan makanan yang tercemar bakteri patogen
4) Higiene dan ventilasi buruk

E. Data Penyakit
Potensi terkena penyakit ISPA ditinjau dari tiga data, yaitu sebagai berikut:
1) Data Umum:
a) sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan – bulan musim dingin.
b) Wilayah perkotaan lebih berisiko terkena ISPA dibandingkan dengan wilayah
perkotaan.
c) Lingkungan yang padat penduduknya, banyak terkena polusi dari bahan bakar
kendaraan bermotor.
d) Di Indonesia prevalensi penderita ISPA pada tahun 2013 ada sebanyak 25,0% dari
penduduk beresiko menurut data RISKESDAS 2013

2) Data Khusus:
a) infeksi saluran pernafasan dengan masa inkubasi yang berlangsung sampai 14 hari.
b) Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan nafas bagian atas ini ialah virus dan
tidak dibutuhkan terapi suntibiotik.
c) ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernafasannya.
d) Kejadian penyakit ISPA di Indonesia masih cukup tinggi terutama pada anak-anak
yaitu pada kelompok Balita usia < 2 bulan, laki-laki, gizi kurang, Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR), tidak mendapat ASI memadai, tidak mendapat imunisasi
yang memadai, defisiensi vitamin A,

3) Data Prilaku:
a) Rentan terkena kepada masyarakat yang memiliki prilaku tidak memakai masker
ketika keluar rumah terutama bagi masyarakat perkotaan.
b) Orang yang melakukan olahraga tidak teratur rentan terkena ISPA
c) Memakan makanan yang tercemar bakteri patogen
d) Orang-orang yang memiliki gaya hidup higiene buruk dan ventilasi rumah yang
buruk

3. PENYAKIT SCABIES

tidak menjaga kebersihan


pakaian, perlengkapan tidur
dan benda-benda pribadi
lainnya
A. Faktor Penyebab

Faktor Perilaku Faktor non Perilaku


1. Tidak menjaga kebersihan rumah dan 1. Tungau Sarcoptes scabeia
tidak berventilasi cukup. 2. Lingkungan yang padat penduduknya
2. Hubungan seksual yang sifatnya 3. Lingkungan kumuh
prosmiskuitas (ganti-ganti pasangan) 4. Tingkat sosial ekonomi yang rendah
3. Tidur bersama dalam satu tempat 5. Perkembangan demografi serta ekologi

tidur dengan penderita


4. Tidak menjaga kebersihan pakaian,
perlengkapan tidur dan benda-benda
pribadi lainnya
5. Pengetahuan yang rendah
6. Mandi tidak teratur dan tidak bersih
B. Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan dan
perilaku yang berhubungan dengan perawatan atau pengobatan
1) Tidak menjaga kebersihan rumah dan tidak berventilasi cukup.
2) Hubungan seksual yang sifatnya prosmiskuitas (ganti-ganti pasangan)
3) Tidur bersama dalam satu tempat tidur dengan penderita
4) Tidak menjaga kebersihan pakaian, perlengkapan tidur dan benda-benda pribadi
lainnya
5) Mandi tidak teratur dan tidak bersih

C. Mengurutkan faktor perilaku berdasarkan besarnya pengaruh terhadap masalah


kesehatan
1) Tidak menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.
2) Tidak menjaga kebersihan pakaian, perlengkapan tidur dan benda-benda pribadi
lainnya
3) Tidur bersama dalam satu tempat tidur dengan penderita
4) Hubungan seksual yang sifatnya prosmiskuitas (ganti-ganti pasangan)
5) Mandi tidak teratur dan tidak bersih
D. B. Mengurutkan faktor perilaku berdasarkan kemungkinan untuk diubah

1) Mandi tidak teratur dan tidak bersih


2) Tidak menjaga kebersihan pakaian, perlengkapan tidur dan benda-benda pribadi
lainnya
3) Tidak menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup
4) Hubungan seksual yang sifatnya prosmiskuitas (ganti-ganti pasangan)

E. Data Penyakit

1) Data Umum:
a) tidak ada krisis, menyerang masyarakat disemua tingkat sosial tanpa melihat
faktor usia,
b) Scabies endemis disebagian besar negara berkembang.
c) Banyak terjadi di lingkungan yang padat penduduknya dan kumuh.
d) Sebagian penderita mayoritas ekonomi menengah ke bawah, kebanyakan di
negara berkembangan.
2) Data Khusus:
a) Perpindahan parasit dapat terjadi secara kontak langsung melalui gesekan kulit
dan dapat juga terjadi pada waktu melakukan hubungan seksual
b) Perpindahan dari pakaian dalam dan sprei terjadi jika barang-barang tadi
terkontaminasi oleh penderita yang belum diobati. Kutu dapat membuat saluran
dibawah permukaan kulit dalam 2,5 menit.
c) Masa inkubasi berlangsung 2 sampai 6 minggu sebelum serangan gatal muncul
pada orang yang sebelumnya belum pernah terpajan.
d) Diperkirakan terjadi sedikit kekebalan setelah infeksi. Orang yang mempunyai
masalah dengan sistem kekebalan tubuh akan menderita scabies lebih berat

3) Data Prilaku:

a. Mandi tidak teratur dan tidak bersih.


b. Tidak menjaga kebersihan rumah dan tidak berventilasi cukup.
c. Hubungan seksual yang sifatnya prosmiskuitas (ganti-ganti pasangan)
d. Tidur bersama dalam satu tempat tidur dengan penderita
e. Tidak menjaga kebersihan pakaian, perlengkapan tidur dan benda-benda pribadi
lainnya
f. Pengetahuan yang rendah
II. MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH

Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses pemecahan


masalah dikarenakan dua alasan. Pertama, karena terbatasnya sumber daya yang tersedia, dan
karena itu tidak mungkin menyelesaikan semua masalah. Kedua, karena adanya hubungan
antara satu masalah dengan masalah lainnya, dan karena itu tidak perlu semua masalah
diselesaikan (Azwar, 1996).

Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk menetapkan prioritas
masalah, salah satunya adalah metode “CARL”.

METODE CARL

Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode


CARL(Capability, Accessability, Readiness dan Leverage) juga didasarkan pada serangkaian
kriteria yang harus diberi skor 1-5.

Dilakukan dengan menentukan skor atas kriteria tertentu dengan menggunakan skore
nilai 1-5. CARL yaitu semakin besar skor maka semakin besar masalahnya, sehingga
semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas.

Kriteria CARL tersebut mempunyai arti :


C : Ketersediaan Sumber Daya (dana dan sarana/peralatan)
A : Kemudahan, masalah yang ada diatasi atau tidak Kemudahan dapat didasarkan
pada ketersediaan metode/cara/teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti
peraturan atau juklak.
R :Kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran seperti
keahlian/kemampuan dan motivasi
L : Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan
yang dibahas.

Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian dibuat


tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa pendapat tentang nilai skor yang
diambil adalah rerata. Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x L.
Berikut merupakan Penentuan prioritas masalah berdasarkan analisa akurasi CARL:

N DAFTAR C A R L TOTAL
O MASALAH NILAI
1. Penyakit Diare pada 3 3 4 3 108
Bayi dan Balita
2. Penyakit ISPA 2 3 5 3 90
3. Penyakit Scabies 2 2 4 3 48

Maka diperoleh prioritas masalah dari ketiga penyakit di masyarakat adalah:


 PRIORITAS I : Penyakit Diare pada bayi dan balita
 PRIORITAS II : Penyakit ISPA
 PRIORITAS III : Penyakit Scabies

III. Menetapkan Tujuan, Sasaran, Metode, dan Media

1) Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk menegakkan perilaku mencuci tangan pada ibu-
ibu sebelum menyentuh bayi dan memberi bayinya makan.

2) Sasaran
Sasaran dalam menetapkan tujuan ini adalah para ibu-ibu rumah tangga yang memiliki
bayi.

3) Metode dan Kegiatan


Metode yang digunakan agar tujuan dapat tercapai dengan efektif ialah dengan
menggunakan metode ceramah dan diskusi. Bahkan diskusi panel juga dapat digunakan
untuk memberikan pemahaman kapada para ibu betapa pentingnya mencuci tangan paai
sabun sebelum berinteraksi dengan bayi mereka karena bayi sangat rentan sekali
dengan kondisi lingkungan sekitarnya.
4) Media
Media yang digunakan adalah poster dan leaflet serta hiasan dinding yang cantik yang
berisi informasi mengenai diare dan bagaimana pencegahan dan penanggulangan diare
pada bayi. Dimana hisan dinding yang rancang semenarik mungkin sehingg para ibu
menjadi suka memajang di dinding rumahnya dan melalukan apa yang di informasikan
di hiasan dan leaflet tersebut.

Anda mungkin juga menyukai