Segala puji dan syukur yang tiada hentinya bagi Ida Sang Hyang Widhi Wasa
yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.
Tanpa pertolongan, rahmat dan karunia-Nya, kami tidak akan sanggup menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir semester untuk
bidang study kimia, dan lebih lanjut semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan seputar Sistem Koloid.
Dalam penyusunan makalah ini, kami tim penyusun telah berusaha semaksimal
mungkin sesuai kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, kami tidak luput dari
kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa.Tetapi
walaupun demikian kami berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah ini
meskipun tersusun sangat sederhana.
Kami menyadari tanpa kerja sama antara guru pembimbing dan pihak lain yang
memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi kami demi tersusunnya makalah ini.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak tersebut di atas yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi kelancaran
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca .
Seperti pribahasa “tiada gading yang tak retak”, makalah ini juga tidak sempurna,
memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh sebab itu kami mohon untuk saran dan
kritiknya yang membangun.
Atas kesediaan waktunya untuk membaca makalah ini, kami ucapkan terima kasih.
Ingatlah pepatah “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina”, artinya teruslah
berlatih dan belajar. Jangan mudah menyerah. Astungkara
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium
pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair, dan
gas. Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3,
yaitu:
1. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak tidak beraturan, gerak acak atau gerak zig-zag
partikel koloid. Gerak Brown terjadi karena benturan tidak teratur partikel koloid dan
medium pendispersi. Benturan tersebut mengakibatkan partikel koloid bergetar dengan
arah yang tidak beraturan dan jarak yang pendek.
Gerak Brown kali pertama diamati pada 1827 oleh Robert Brown (1773-1858),
seorang ahli Biologi berkebangsaan Inggris pada saat mengamati serbuk sari. Fenomena
ini dijelaskan oleh Albert Einstein (1879-1955) pada 1905. Menurut Einstein, suatu
partikel mikroskopis (hanya dapat diamati dengan mikroskop) yang melayang dalam
suatu medium pendispersi akan menunjukkan suatu gerak acak atau gerak zig-zag.
Gerakan ini disebabkan oleh medium pendispersi yang menabrak partikel terdispersi
dari berbagai sisi dalam jumlah yang tidak sama untuk setiap sisi.
Arah gerak partikel koloid bergantung pada jumlah partikel medium pendispersi
yang menabrak. Jika jumlah partikel pendispersi yang menabrak dari arah bawah
banyak, partikel koloid akan bergerak ke atas. Jika jumlah partikel pendispersi yang
menabrak dari kiri bawah banyak, partikel koloid bergerak ke kanan atas. Setiap gerak
disertai getaran karena di sisi lain ada tabrakan dari medium pendispersi, tetapi jumlah
molekul medium pendispersi ini sedikit. Gerak zig-zag akibat tabrakan dari partikel
pendispersi menyebabkan sistem koloid tetap stabil, tetap homogen, dan tidak
mengendap.
Apakah gerak Brown juga terjadi pada sistem larutan atau suspensi? Pada
larutan, partikel terdispersi memiliki ukuran yang sangat kecil dan hampir sama dengan
ukuran molekul pendispersi. Gerakan partikel pendispersi bukan terjadi karena ditabrak
oleh partikel pendipersi, melainkan disebabkan oleh gerakan oleh molekul sendiri. Pada
suspensi, ukuran partikel terdispersi sangat besar. Adanya partikel pendispersi yang
menabrak tidak menyebabkan partikel terdispersi bergerak dan tidak menimbulkan
getaran. Pada suspensi, partikel terdispersi banyak dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi
sehingga partikel terdispersi lebih banyak bergerak ke bawah dan membentuk endapan.
2. Efek Tyndall
Jika cahaya dilewatkan ke dalam sistem koloid, cahaya yang melewati sistem
koloid tersebut terlihat lebih terang. Cahaya yang terlihat lebih terang ini disebabkan
oleh terjadinya efek Tyndall. Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh
partikel koloid. Partikel koloid akan memantulkan dan menghamburkan cahaya yang
mengenainya sehingga cahaya akan terlihat lebih terang. Jika kemudian cahaya ini
ditangkap layar, cahaya pada layar tersebut tampak buram (lihat gambar di samping).
Di dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat dilihat pada gejala-gejala
berikut.
1) Jika sinar matahari masuk melalui celah ke dalam ruangan, pada sinar terlihat debu-
debu beterbangan (daerah ini terlihat lebih terang). Pada daerah yang tidak terlewati
sinar matahari tidak akan terlihat adanya debu. Begitu juga jika sinar matahari melewati
daun pepohonan di daerah yang berkabut, sinar matahari tersebut terlihat lebih jelas.
2) Jika Anda menonton film di gedung bioskop, kemudian ada asap rokok yang
mengepul ke atas cahaya proyektor terlihat lebih terang dan gambar pada layar menjadi
buram.
3) Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut terlihat lebih jelas. Begitu juga pada
jalan yang berdebu, sorot lampu terlihat lebih jelas, kecuali sehabis hujan yang cukup
deras (sehingga jalanan tidak berdebu dan tidak ada asap). Itulah sebabnya sorot lampu
mobil seakan tidak tampak (tidak terlihat), tetapi jalan terlihat jelas.
F.PEMBUATAN KOLOID
2.Cara Kimia
Partikel koloid dibentuk melalui reaksi-reaksi kimial seperti reaksi hidrolisis, reaksi
reduksi-oksidasi, atau reaksi subtitusi.
Hidrolisis
Hidrolisis merupakan reaksi zat dengan air.
Contoh : pembuatan sol Besi(III)hidroksida, sol Al(OH)3
Sol besi (III)hidroksida dibuat dari larutan FeCl3 dengan air mendidih.
FeCl3(aq) + 3 H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
Coklat
AlCl3(aq) + 3 H2O(l) → Al(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
Putih
Reaksi reduksi-oksidasi
CONTOH :
a. Gas H2S dialirkan dalam larutan SO2 membentuk sol belerang
2H2S + SO2 → 2H2O + 3S
b. AuCl3 dimasukkan dalam air dan dipanaskan sera ditambah formalin encer akan
terbentuk sol logam (sol emas)
2 AuCl3 + 3 H2 O + 3HCOH → 2Au + 6HCl + 3HCOOH
Reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi
3. Reaksi subtitusi
Reaksi subtitusi merupakan reaksi penggantian, misalnya pengggantian ion.
4. Cara Fisika
Dilakukan dengan jalan menurunkan kelarutan dari zat terlarut, yaitu dengan jalan
pendinginan atau mengubah pelarut sehingga terbentuk satu sol koloid.
5.Cara Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan partikel-partikel kasar
menjadi partikel yang lebih halu/ lebih kecil; dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi,
atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
6.Cara Mekanik
Dengan cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpung atau penggiling koloid
sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian diaduk dengan medium dispersi
Contoh:
Sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat
inert (seperti Gula Pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air (seperti
yang dilakukan dalam praktikum)
7.Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar
atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).
Contoh:
Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselusosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-
lain.
B.Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol,
yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang
molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel
koloid dalam sol getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus
dikoagulasikan agar karet menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk
mengkoagulasikan getah karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam
asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang
mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan
partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut
sebagai lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber).
Untuk keperluan lain, misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak
digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk menjaga
kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan amonia; NH3. Larutan
amonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang
bersifat asam sehingga sol tidak menggumpal.
C.Penjernihan air
Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-
kadang air dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai sebagai
air bersih jika tercemari. Air permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya
penjernihan air dapat dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar
seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu,
untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar
partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan
tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis
membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah
skema proses penjernihan air secara lengkap:
D. Penggumpalan darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka,
maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-
ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat
netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan
E.Pemutihan gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem
koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan
mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat
diputihkan.
Kesimpulan
Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua
atau lebih zat yang sistem koloid : Aerosol, sol, buih, emulsi dan gel. Sifat-sifat sistem
koloid : Efek Tyndall, Gerak Brown, muatan listrik, kestabilan koloid, koloid liofil dan
liofod. Pembuatan sistem koloid dibedakan menjadi 2 yaitu dengan cara kondensi dan
dispepersi. Komponen penyusun koloid dibedakan menjadi 2 yaitu fase kontinyu dan
fase diskontinyu. Bentuk- bentuk sistem koloid antara lain bulatan, batang, serat dam
piringan. Kegunaan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam bidang
industri, makanan, kosmetik, obat-obatan dan sebagainya.
SARAN
Dalam kehidupan sehari-hari koloid sangat bermanfaat bagi kita. Khususnya
dalam bidang kosmetik. Akan tetapi banyak jenis kosmetik yang berbahaya bagi
kesehatan karena mengandung zat kimia yang berbahaya. Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati dalam memilih dan menggunakan kosmetik.