Singkong memang sangat umum di Sukabumi, namun tak semua jenis singkong ini
dianggap bagus untuk bahan deblo dan combro. Singkong yang berasal dari Brazil ini
sudah sejak lama berada di negeri kita, namun mulai mendapat perhatian khusus sejak
tahun 1882. Bahkan menjadi makanan andalan saat negeri kita dilanda krisis pangan
tahun 1914-1918. penduduk desa di Sukabumi bereaksi terhadap harga harga yang
naik dengan cara tradisional yaitu dengan cara mencampur nasi atau atau membuat
aneka hidangan dengan singkong. Tak hanya itu, bahkan Hindia Belanda sempat
menjadi pengekspor singkong terbesar, J stroomberg dalam bukunya Hindia Blanda
1930, menyebutkan bahwa tahun 1928 Hindia Belanda mengekspor 6161400 metrik ton
umbi singkong segar. Tahun 1968 Indonesia juga menjadi penghasil singkong 5 di
dunia.
Pemilihan bahan singkong ini sangat penting bagi Dede dan istrinya, supaya cita rasa
deblo dan combro yang gurih, renyah dengan bumbu dan kencur yang berasa tetap
dijaga. Jika singkong bagus tak didapat, tak segan-segan Dede mengentikan produksi
alias tak berjualan demi kepuasan pelanggan. “menjaga kepuasan lebih baik
dibandingkan mendapatkan keuntungan sesaat” ungkap Dewi yang membantu
pemasaran produknya. Dewi yang merupakan anggota lembaga KUKIS (Kuliner
Kipahare Sukabumi) sangat fokus melestarikan kuliner bersejarah dengan menjaga
kualitasnya. Dalam beberapa kegiatan Yayasan Dapuran Kipahare, deblo dan combo
Gang Harapa ini seolah menjadi hidangan wajib yang selalu ada. Rencana Dewi pula
akan menyajikan Deblo dan Combronya dalam Pameran dan Festival Soekaboemi
Tempo Doeloe tahun 2021 mendatang.
Bagi teman-teman yang penasaran dengan deblo dan combro renyah ini, cukup
menyiapkan uang seribu rupiah saja. Dengan menikmati kuliner murah nan renyah ini,
kita bisa nongkrong di Gang Harapan, bahkan sambil mengunjungi kuburan
bersejarahnya.
Kelompok : 06_Ahinggani
Prodi :Pendidikan Luar sekolah
No HP :083844240973
“PERNYATAAN KEASLIAN“