Anda di halaman 1dari 3

Deblo Gang Harapan, kuliner

khas Sukabumi yang


bersejarah
Gang Harapan adalah gang kecil disebelah Bank Mandiri KCP A. Yani yang tembus ke
arah pasar Sukabumi. Keberadaan gang ini memang muncul sejak masa kemerdekaan
mengingat sebelumnya area ini disatukan oleh restoran Schuttevaer di masa kolonial.
Namun entitas masyarakat didalam gang bisa jadi sangat tua, terbukti dengan
keberadaan Kuburan Syekh Maulana Yusuf seorang pendakwah, sekaligus pembuka
kampong Ciwangi dari Mataram. Bersama pengawalnya, sang syekh bersemayam
disebuah rumah warga bernama Dede Supriyadi. Konon nama Ciwangi juga berasal
dari mata air disekitar gang harapan ini.

Tak hanya masyarakatnya, makanannyapun tergolong unik karena keberadaan


makanan khas Sukabumi yaitu Deblo dan Combro. Makanan khas berbahan singkong
ini masih dilestarikan oleh keluarga produsen Deblo dan Combro Dede Suryadi.
Bersama dengan istrinya, Dewi, mereka meneruskan usaha keluarga yang sudah
digeluti sejak tahun 1980. Sang ayah yaitu Bapak Engkos Kosasih (Mang Kosih)
merupakan pencetus deblo di area ini hingga meninggal bulan Juni 2018. Peminatnya
cukup banyak dari dalam maupun luar kota karena Dede terus melanjutkan kebiasan
keluarga yaitu hanya memproduksi Deblo dan Combro dari bahan singkong terbaik.
Bedanya singkong untuk deblo di kukus dan dikasih bumbu rempah-rempah lalu d
tumbuk sampai kalis hingga kemudian dicetk dan digoreng. Sedangkan singkong untuk
combro diparut kemudian diisi oncom, dibentuk lonjong atau bulat sesuai selera,
setelah itu baru digoreng.

Singkong memang sangat umum di Sukabumi, namun tak semua jenis singkong ini
dianggap bagus untuk bahan deblo dan combro. Singkong yang berasal dari Brazil ini
sudah sejak lama berada di negeri kita, namun mulai mendapat perhatian khusus sejak
tahun 1882. Bahkan menjadi makanan andalan saat negeri kita dilanda krisis pangan
tahun 1914-1918. penduduk desa di Sukabumi bereaksi terhadap harga harga yang
naik dengan cara tradisional yaitu dengan cara mencampur nasi atau atau membuat
aneka hidangan dengan singkong. Tak hanya itu, bahkan Hindia Belanda sempat
menjadi pengekspor singkong terbesar, J stroomberg dalam bukunya Hindia Blanda
1930, menyebutkan bahwa tahun 1928 Hindia Belanda mengekspor 6161400 metrik ton
umbi singkong segar. Tahun 1968 Indonesia juga menjadi penghasil singkong 5 di
dunia.

Pemilihan bahan singkong ini sangat penting bagi Dede dan istrinya, supaya cita rasa
deblo dan combro yang gurih, renyah dengan bumbu dan kencur yang berasa tetap
dijaga. Jika singkong bagus tak didapat, tak segan-segan Dede mengentikan produksi
alias tak berjualan demi kepuasan pelanggan. “menjaga kepuasan lebih baik
dibandingkan mendapatkan keuntungan sesaat” ungkap Dewi yang membantu
pemasaran produknya. Dewi yang merupakan anggota lembaga KUKIS (Kuliner
Kipahare Sukabumi) sangat fokus melestarikan kuliner bersejarah dengan menjaga
kualitasnya. Dalam beberapa kegiatan Yayasan Dapuran Kipahare, deblo dan combo
Gang Harapa ini seolah menjadi hidangan wajib yang selalu ada. Rencana Dewi pula
akan menyajikan Deblo dan Combronya dalam Pameran dan Festival Soekaboemi
Tempo Doeloe tahun 2021 mendatang.

Bagi teman-teman yang penasaran dengan deblo dan combro renyah ini, cukup
menyiapkan uang seribu rupiah saja. Dengan menikmati kuliner murah nan renyah ini,
kita bisa nongkrong di Gang Harapan, bahkan sambil mengunjungi kuburan
bersejarahnya.
Kelompok : 06_Ahinggani
Prodi :Pendidikan Luar sekolah
No HP :083844240973

Menyatakan bahwa esai saya yang berjudul “Deblo Gang Harapan”

“PERNYATAAN KEASLIAN“

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :Wildan Irsyafli Irsyad


NIM : 1201421055

1. Merupakan karya asli saya


2. Tidak menjiplak karya orang lain
3. Jika terbukti melakukan poin 1 dan 2 saya bertanggung jawab penuh terhadap apa yang
saya lakukan dan dinyatakan tidak memenuhi syarat kelulusan PPAK

Yang memberi pernyataan,

(Wildan Irsyafli Irsyad)

Anda mungkin juga menyukai