Sekarang ini, generasi literat mutlak dibutuhkan agar bangsa kita bisa bangkit dari
keterpurukan bahkan bersaing dan hidup sejajar dengan bangsa lain.
Wagner (2000) menegaskan bahwa tingkat literasi yang rendah berkaitan erat
dengan
a. Tingginya tingkat drop-out sekolah;
b. Kemiskinan;
c. dan pengangguran.
Ketiga kriteria tersebut adalah sebagian dari indikator rendahnya indeks
pembangunan manusia. Menciptakan generasi literat merupakan jembatan menuju
masyarakat makmur yang kritis dan peduli. Kritis terhadap segala informasi yang
diterima sehingga tidak bereaksi secara emosional dan peduli terhadap lingkungan
sekitar.
Masalah
Selain itu apabila masyarakat minat bacanya rendah tidak tertutup kemungkinan
dapat menjadi korban penipuan. Bahkan dapat terjerat hukum oleh karena tidak
paham mengucapkan kata-kata yang cocok dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang dilontarkan oleh lawan bicara, contohnya kejadian-kejadian di
beberapa bandara dan di dalam pesawat terbang yang penumpangnya terpaksa
harus berurusan dengan penegak hukum oleh karena kebodohannya dalam
menjawab pertanyaan petugas bandara maupun pramugari dengan candaan
“membawa bom”. Padahal itu tidak perlu terjadi apabila penumpang yang
bersangkutan membaca koran ataupun spanduk-spanduk yang sudah terpasang di
bandara tentang larangan bercanda dengan menyebut bawa bom bagi penumpang
pesawat di setiap bandara.
Rendahnya tingkat literasi juga dapat menimbulkan masalah yang sangat serius
dalam keluarga yaitu ketika seorang anak bertanya tentang tugas mata pelajaran
sekolah kepada orangtua dan orangtua tidak dapat menjawab maka dapat
mewariskan kebodohan kepada anaknya. Di sisi lain rendahnya tingkat literasi juga
dapat menimbulkan kurangnya keharmonisan dalam keluarga contohnya seorang
ibu atau pun remaja putri yang malas membaca tentu tidak dapat menyajikan
masakan dalam berbagai kreasi, sehingga menu makanannya monoton.
Menyadari bahwa majunya suatu bangsa dapat diukur dari tingkat literasi
masyarakat bangsa itu sendiri dan tidak ada satu bangsa pun yang dapat
berkembang maju apabila tingkat literasinya rendah. Bangsa Indonesia diketahui
bahwa tingkat literasinya masih rendah, hal itu dapat juga dilihat dari jumlah oplah
surat kabar yang sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah penduduk, selain itu
juga dapat dilihat banyaknya jumlah buku karya pengarang yang diobral murah
karena tidak laku di pasaran sesuai dengan harga jual yang pantas.
Literasi sangat erat kaitannya dengan bahasa yang terdapat dalam berbagai
dimensi. Menurut Haidar (2014) Literasi memiliki tujuh dimensi yang berurusan
dengan penggunaan bahasa.
7. Dimensi bahasa, (etnis, lokal, internasional) literasi singular dan plural, hal ini
yang nenjadikan monolingual, bilingual, dan multilingual. Ketika seseorang
menulias dan berlitersi dengan bahasa derah, bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris, maka ia disebut seseorang yang multilingual.
Penjelasan diatas khususnya poin 4 (empat) telah menunjukkan bahwa literasi itu
berfungsi untuk memecahkan persoalan, mendapatkan pekerjaan, mencapai tujuan,
mengembangkan pengetahuan, dan mengembangkan potensi diri.
2. Keluarga Literasi
Keluarga sangat dominan dalam perkembangan literasi anak. Hasil riset
menunjukkan bahwa umumnya anak mulai belajar membaca dan menulis dari
orang tua di rumah. Mereka akan gemar membaca jika melihat orang tua atau
anggota keluarga lain di rumah sering membaca buku, koran, atau majalah. Anak
sebenarnya sudah bisa dirangsang untuk gemar membaca bahkan ketika masih
dalam kandungan ibunya. Wanita hamil yang sering membacakan buku bagi janin
yang sedang dikandungnya cenderung akan melahirkan anak yang kemudian gemar
membaca.
Pendidikan anak usia dini yang semakin mendapat perhatian masyakarat
hendaknya mampu meningkatkan minat baca anak. Kegiatan reading aloud atau
membaca nyaring untuk anak hendaknya dilakukan sedini mungkin. Hal ini bisa
mengganti kegiatan mendongeng sebelum tidur yang sudah menjadi tradisi orang
tua di masyarakat kita sejak dulu. Seorang ibu juga bisa menumbuhkan kegemaran
membaca anaknya dengan mengajak anak melakukan kegiatan yang melibatkan
aktivitas membaca seperti membaca resep masakan, sering menulis pesan buat
anak dan meminta balasan tertulis, serta meminta anak meminjam buku dari
perpustakaan sekolah. Kegiatan ini adalah langkah awal peralihan dari budaya
orasi melalui dongeng ke budaya membaca.
Menumbuhkan literasi keluarga bisa melalui dari hal-hal yang sederhana. Yaitu
orangtua sebgai contoh praktis. Misalnya, bercerita dan menceritakan kembali isi
buku yang disesuaikan dengan usia anak, permain peran, menggambar, membuat
mainan sendiri, bermain puzzle, menyusun balok, bermain lego atau mainan
bongkar pasang, pameran karya anak, membentuk plastisin, mencampur cat,
senam, menari dan berjoget, main bola, bermusik unik dengan boneka tangan, dan
bermain kejar-kejaran.
Pada akhirnya, jika seseorang memiliki kemampuan literasi yang baik, akan mampu
menjadi penawar racun dari berbagai permasalahan populer yang belakangan
marak, seemisal LGBT, Kenakalan dan Kekerasan Rremaja, dll.
3. Indikator Keluarga Literasi
a. Membaca 15 Menit Sebelum Tidur
Membudayakan membaca sebelum tidur sebagai salah satu bagian dari
keluarga literasi, setiap anggota keluarga diwajibkan membaca minimal 15
menit sebelum tidur.
b. Sumbangan Buku Dari Keluarga
Setiap keluarga yang menjalankan program keluarga literasi pada dasarnya
tidak dibatasi banyaknya buku yang di sumbangankan.
c. Ekpresi Keluarga Dalam Tulisan
Ekpresikan keceriaan dan kisah dalam keluarga literasi dalam sebuah tullisan,
dimana tulisan keluarga akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
penilaian menjadi kelurga literasi.
d. Tamasya Baca Keluarga
Tamasya baca keluarga dalam konteks literasi tidak hanya tamasya ke pusat
hiburan tetapi bisa ke arah relevansi keluarga literasi, misal : ruang baca hijau,
kunjungan ke perpustakaan desa, perpustakaan daerah, perpustakaan umum
lainnya.
e. Pohon Literasi
Pohon literasi merupakan bentuk apresiasi keluarg literasi, pohon literasi di isi
dengan berbagai jenis kegiatan literasi keluarga, setiap anggota keluarga yang
sudah menyelesaikan bahan bacaan dan atau beberapa indikator dalam
keluarga literasi diupayakan menggantungkan pada pohon literasi tersebut.
TEKNIS
PELAKSANAAN LOMBA
1. Ketentuan Umum
Perlombaan ini terbuka untuk umum se-Kabupaten Kuningan; Peserta lomba
Peserta wajib mengisi form pendaftaran dari panitia yang akan disebarkan
melalui kecamatan dan desa se-kabupaten kuningan;
2. Seleksi Peserta
Peserta Lomba akan di seleksi oleh dewan juri, dan diambil 3 keluarga terbaik
yang akan di tampilkan pada puncak kegiatan Gebyar Kunjungan Perpustakaan.
Pengumuman lolos seleksi akan diumumkan oleh panitia pada akhir kegiatan
Lomba melalui email dan surat resmi.
3. Teknis Pelaksanaan
Seluruh anggota keluarga wajib berperan aktif;
Peserta wajib mengisi form pendaftaran;.