Anda di halaman 1dari 11

KELUARGA LITERASI

1. Definisi Literasi Sains 

Secara sederhana, literasi berarti kemampuan membaca dan menulis atau


melek aksara. Dalam konteks sekarang, literasi memiliki arti yang sangat luas.
Literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikiran kritis, dan peka
terhadap lingkungan sekitar. Kirsch dan Jungeblut dalam buku Literacy: Profile of
America’s Young Adult mendefinisikan literasi kontemporer sebagai kemampuan
seseorang dalam menggunakan informasi tertulis atau cetak untuk
mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat.
Lebih jauh, seorang baru bisa dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu
karena membaca dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman bacaannya.

Sekarang ini, generasi literat mutlak dibutuhkan agar bangsa kita bisa bangkit dari
keterpurukan bahkan bersaing dan hidup sejajar dengan bangsa lain.
Wagner (2000) menegaskan bahwa tingkat literasi yang rendah berkaitan erat
dengan
a. Tingginya tingkat drop-out sekolah;
b. Kemiskinan;
c. dan pengangguran.
Ketiga kriteria tersebut adalah sebagian dari indikator rendahnya indeks
pembangunan manusia. Menciptakan generasi literat merupakan jembatan menuju
masyarakat makmur yang kritis dan peduli. Kritis terhadap segala informasi yang
diterima sehingga tidak bereaksi secara emosional dan peduli terhadap lingkungan
sekitar.

Lingkungan literasi yang kondusif menciptakan generasi yang literat membutuhkan


proses dan sarana yang kondusif. Lingkungan yang ideal bagi perkembangan
literasi anak harus menyinergikan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Literasi  sains  didefinisikan  sebagai  kemampuan  menggunakan  pengetahuan


sains,  mengidentifikasi  pertanyaan,  dan  menarik  kesimpulan  berdasarkan 
bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan
alam dan perubahan  yang dilakukan terhadap  alam melalui aktivitas manusia
(Firman,2007:2).  Definisi  literasi  sains  ini  memandang  literasi  sains  bersifat
multidimensional,  bukan  hanya  pemahaman  terhadap  pengetahuan  sains,  akan
tetapi  kemampuan  menerapkan  sains  dalam  konteks  kehidupan  nyata
(Firman,2007:2;Wulan,2009:1). 

PISA  mendefinisikan  bahwa  literasi  sains  adalah  kemampuan  menggunakan


pengetahuan  sains,  mengidentifikasi  pertanyaan,  dan  menarik  kesimpulan
berdasarkan  bukti-bukti  dalam  rangka  memahami  karakteristik  sains  sebagai
penyelidikan  ilmiah,  kesadaran  akan  betapa  sains  dan  teknologi  membentuk
lingkungan material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam
isi-isu  terkait  sains  sebagai  manusia  yang  reflektif.  Literasi  sains  juga
didefinisikan sebagai  pengetahuan, nilai-nilai dan kemampuan siswa saat ini yang
dihubungkan dengan kebutuhan masa yang akan datang   (PISA, 2006:23).

Masalah

Rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia tentu akan berdampak pada


berbagai hal misalnya; tidak memiliki wawasan, tidak mendapat informasi, tidak
berpengetahuan, dan lain sebagainya. Jika persoalan ini tidak diatasi dengan cepat
dan berkesinambungan, tentu hal ini menimbulkan kebodohan yang berujung pada
kemiskinan.

Selain itu apabila masyarakat minat bacanya rendah tidak tertutup kemungkinan
dapat menjadi korban penipuan. Bahkan dapat terjerat hukum oleh karena tidak
paham mengucapkan kata-kata yang cocok dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang dilontarkan oleh lawan bicara, contohnya kejadian-kejadian di
beberapa bandara dan di dalam pesawat terbang yang penumpangnya terpaksa
harus berurusan dengan penegak hukum oleh karena kebodohannya dalam
menjawab pertanyaan petugas bandara maupun pramugari dengan candaan
“membawa bom”. Padahal itu tidak perlu terjadi apabila penumpang yang
bersangkutan membaca koran ataupun spanduk-spanduk yang sudah terpasang di
bandara tentang larangan bercanda dengan menyebut bawa bom bagi penumpang
pesawat di setiap bandara.
Rendahnya tingkat literasi juga dapat menimbulkan masalah yang sangat serius
dalam keluarga yaitu ketika seorang anak bertanya tentang tugas mata pelajaran
sekolah kepada orangtua dan orangtua tidak dapat menjawab maka dapat
mewariskan kebodohan kepada anaknya. Di sisi lain rendahnya tingkat literasi juga
dapat menimbulkan kurangnya keharmonisan dalam keluarga contohnya seorang
ibu atau pun remaja putri yang malas membaca tentu tidak dapat menyajikan
masakan dalam berbagai kreasi, sehingga menu makanannya monoton.

Permasalahan rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia tentu menjadi


tanggungjawab semua pihak dan penanganannya dapat dilakukan dengan
berbagai usaha, sehingga tingkat literasi Indonesia dapat meningkat.

Pembahasan dan Solusi

Menyadari bahwa majunya suatu bangsa dapat diukur dari tingkat literasi
masyarakat bangsa itu sendiri dan tidak ada satu bangsa pun yang dapat
berkembang maju apabila tingkat literasinya rendah. Bangsa Indonesia diketahui
bahwa tingkat literasinya masih rendah, hal itu dapat juga dilihat dari jumlah oplah
surat kabar yang sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah penduduk, selain itu
juga dapat dilihat banyaknya jumlah buku karya pengarang yang diobral murah
karena tidak laku di pasaran sesuai dengan harga jual yang pantas.

Tingginya tingkat kemiskinan, pengangguran, dan putus sekolah berkaitan erat


dengan rendahnya tingkat literasi masyarakat (Wagner,2000). Pemerintah dengan
berbagai usaha yang telah dilakukan saat ini untuk menghasilkan generasi yang
gemar baca merupakan langkah agar terciptanya masyarakat makmur yang
berpikir kritis dan peduli terhadap lingkungannya sehingga kemiskinan,
pengangguran, dan putus sekolah dapat ditekan seminimal mungkin. Untuk
mencapai tujuan pemerintah mewujudkan tingkat literasi masyarakat yang lebih
baik dibutuhkan sinergi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kegiatan
membaca dan menulis semuanya diawali dari keluarga yang membiasakan
seluruh anggota keluarga untuk membaca dan berdiskusi menjadi tradisi di dalam
keluarga itu sendiri.
Persoalan rendahnya tingkat literasi pada masyarakat Indonesia banyak pihak
berpandangan lain tentang penyebabnya, namun hal ini tidak perlu
diperdebatkan apalagi mencari kambing hitam untuk disalahkan, melainkan
harus mencari solusi cara mengentaskannya. Kerja keras yang telah dilakukan
pemerintah lewat Gerakan Indonesia Membaca maupun dengan cara lain seperti
Gerakan Literasi Sekolah, tingkat literasi masyarakat Indonesia akan menjadi
lebih baik. Seperti pepatah mengatakan ‘tiada hal yang tidak mungkin, jikalau besi
tumpulpun kalau diasah akan menjadi tajam’ maka dengan keseriusan pemerintah
bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan dan para pegiat literasi
dipastikan masyarakat Indonesia menjadikan membaca sebagai budaya kehidupan,
sampai ada istilah ‘saya tidak bisa tidur sebelum membaca’.

Berbagai hambatan dan masalah yang dihadapi dalam meningkatkan


literasi masyakat dipengaruhi oleh :

A. Variasi bahan bacaan, untuk merangsang keinginan masyarakat dalam hal


membaca tentu variasi bacaan juga memegang peranan penting karena jika
bahan bacaan yang tersedia hanya satu topik saja maka dipastikan masyarakat
akan merasa bosan dan jenuh untuk membacanya kembali. Jika variasi bahan
bacaan tersedia dalam berbagai tema maka masyarakat dipastikan akan selalu
mencari topik lainnya.

B. Harga bahan bacaan, dari sisi kemauan masyarakat untuk membaca


buku tidak terlepas dari harga bahan bacaan yang dibutuhkan. Saat ini jelas
diketahui harga bahan bacaan masih mahal apalagi buku-buku dengan cetakan
gambar berwarna. Ketika masyarakat melihat harga buku yang akan dibelinya
mahal sudah tentu dia akan mengurungkan niatnya. Sebagaimana diketahui
keadaan ekonomi masyarakat saat ini sangat sulit bahkan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari saja tidak sanggup apalagilah untuk membeli buku.

C. Kreatifitas, dalam meningkatkan minat baca selain pengadaan buku-buku


yang bervariasi dan harga yang terjangkau diperlukan kreatifitas untuk
menarik minat baca masyarakat sebagai contoh adalah mengadakan berbagai
macam kegiatan seperti lomba- lomba.
D. Layanan lanjutan, saat masyarakat sudah memiliki kemauan untuk membaca
maka diperlukan layanan lanjutan untuk memelihara minat membacanya
sehingga menjadi sebuah budaya yang mendarah daging. Disini diperlukan
sebuah program yang berkelanjutan dan dapat memberi manfaat bagi
kehidupan masyarakat itu sendiri yang operasionalnya melibatkan pemerintah
dan masyarakat yaitu pemerataan taman bacaan ada di tiap-tiap desa.

Di dalam hal pembahasan literasi, semua elemen seharusnya terlebih dahulu


menyepakati pengertian literasi itu sendiri sehingga berbagai upaya penuntasan
yang dilakukan dapat dicapai dengan baik dan memuaskan bagi masyarakat
Indonesia. Pengertian literasi pada umumnya hanya sekedar kemampuan melek
huruf padahal saat ini literasi sudah bermakna lebih luas dan UNESCO sudah
menjadikannya acuan seperti yang dapat dibaca dalam laporan UNESCO “Literacy
for life” tahun 2006 tertuang pernyataan bahwa literasi adalah hak dasar manusia
sebagai bagian esensial dari hak pendidikan. Jika hak literasi terpenuhi maka sains,
pengetahuan teknologi, aturan hukum, kekayaan budaya dan daya guna media
dapat di akses. Disini dapat diambil poin penting bahwa literasi menjadi motor
dalam upaya menuju kehidupan manusia yang sejahtera. Pengertian lain literasi
dapat juga berati kegiatan membaca yang dapat menghasilkan ide-ide atau gagasan
bahkan keahlian untuk bekal hidup yang dapat merubah gaya hidup dan taraf
hidup, sehingga membaca tidak hanya dilakukan oleh para pengajar/pendidik atau
profesi tertentu lainnya, tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia mulai dari
kanak-kanak sampai usia uzur.

Literasi sangat erat kaitannya dengan bahasa yang terdapat dalam berbagai
dimensi. Menurut Haidar (2014) Literasi memiliki tujuh dimensi yang berurusan
dengan penggunaan bahasa.

1. Dimensi geografis meliputi daerah lokal, nasional, regional, dan


internasional. Literasi ini bergantung pada tingkat pendidikan dan jejaring
sosial.

2. Dimensi bidang meliputi pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan,


militer, dan lain sebagainya. Literasi ini mencirikan tingkat kualitas bangsa
dibidang pendidikan, komunikasi, militer, dan lain sebagainya.
3. Dimensi ketrampilan meliputi membaca, menulis, menghitung, dan berbicara.
Literasi ini bersifat individu dilihat dari tampaknya kegiatan membaca,
menulis, menghitung, dan berbicara. Dalam teradisi orang barat, ada tiga
ketrampilan 3R yang lazim diutamakan seperti reading, writing, dan
arithmetic.

4. Dimensi fungsi, literasi untuk memecahkan persoalan, mendapatkan


pekerjaan, mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan, dan
mengembangkan potensi diri.

5. Dimensi media, (teks, cetak, visual, digital) sesuai dengan perkembangan


teknologi yang sangat pesat, begitu juga teknologi dalam media literasi.

6. Dimensi jumlah, kemampuan ini tumbuh karena proses pendidikan yang


berkualitas tinggi. literasi seperti halnya kemampuan berkomunikasi bersifat
relative.

7. Dimensi bahasa, (etnis, lokal, internasional) literasi singular dan plural, hal ini
yang nenjadikan monolingual, bilingual, dan multilingual. Ketika seseorang
menulias dan berlitersi dengan bahasa derah, bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris, maka ia disebut seseorang yang multilingual.

Penjelasan diatas khususnya poin 4 (empat) telah menunjukkan bahwa literasi itu
berfungsi untuk memecahkan persoalan, mendapatkan pekerjaan, mencapai tujuan,
mengembangkan pengetahuan, dan mengembangkan potensi diri.

2. Keluarga Literasi
Keluarga sangat dominan dalam perkembangan literasi anak. Hasil riset
menunjukkan bahwa umumnya anak mulai belajar membaca dan menulis dari
orang tua di rumah. Mereka akan gemar membaca jika melihat orang tua atau
anggota keluarga lain di rumah sering membaca buku, koran, atau majalah. Anak
sebenarnya sudah bisa dirangsang untuk gemar membaca bahkan ketika masih
dalam kandungan ibunya. Wanita hamil yang sering membacakan buku bagi janin
yang sedang dikandungnya cenderung akan melahirkan anak yang kemudian gemar
membaca.
Pendidikan anak usia dini yang semakin mendapat perhatian masyakarat
hendaknya mampu meningkatkan minat baca anak. Kegiatan reading aloud atau
membaca nyaring untuk anak hendaknya dilakukan sedini mungkin. Hal ini bisa
mengganti kegiatan mendongeng sebelum tidur yang sudah menjadi tradisi orang
tua di masyarakat kita sejak dulu. Seorang ibu juga bisa menumbuhkan kegemaran
membaca anaknya dengan mengajak anak melakukan kegiatan yang melibatkan
aktivitas membaca seperti membaca resep masakan, sering menulis pesan buat
anak dan meminta balasan tertulis, serta meminta anak meminjam buku dari
perpustakaan sekolah. Kegiatan ini adalah langkah awal peralihan dari budaya
orasi melalui dongeng ke budaya membaca.

Dalam keluarga ada orangtua yang memiliki peran penting menumbuhkan


kemampuan literasi secara baik. Berawal dari pemahaman orang tua mengenai
tumbuh kembang anak yang melewati fase, tumbuh berhubungan dengan nutrisi
fisik dan kembang yang berhubungan dengan kemampuan serta faktor potensi,
antara lain nature dan nurture.

Stimulus nurture antara lain melalui literasi keluarga. Keluarga mampu


menghasilkan para orangtua yang kreatif, sehingga anak-anak mampu menjadi
manusia seutuhnya. Memahami kelaziman dari gempuran kekinian.

Menumbuhkan literasi keluarga bisa melalui dari hal-hal yang sederhana. Yaitu
orangtua sebgai contoh praktis. Misalnya, bercerita dan menceritakan kembali isi
buku yang disesuaikan dengan usia anak, permain peran, menggambar, membuat
mainan sendiri, bermain puzzle, menyusun balok, bermain lego atau mainan
bongkar pasang, pameran karya anak, membentuk plastisin, mencampur cat,
senam, menari dan berjoget, main bola, bermusik unik dengan boneka tangan, dan
bermain kejar-kejaran.

Pada akhirnya, jika seseorang memiliki kemampuan literasi yang baik, akan mampu
menjadi penawar racun dari berbagai permasalahan populer yang belakangan
marak, seemisal LGBT, Kenakalan dan Kekerasan Rremaja, dll.
3. Indikator Keluarga Literasi
a. Membaca 15 Menit Sebelum Tidur
Membudayakan membaca sebelum tidur sebagai salah satu bagian dari
keluarga literasi, setiap anggota keluarga diwajibkan membaca minimal 15
menit sebelum tidur.
b. Sumbangan Buku Dari Keluarga
Setiap keluarga yang menjalankan program keluarga literasi pada dasarnya
tidak dibatasi banyaknya buku yang di sumbangankan.
c. Ekpresi Keluarga Dalam Tulisan
Ekpresikan keceriaan dan kisah dalam keluarga literasi dalam sebuah tullisan,
dimana tulisan keluarga akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
penilaian menjadi kelurga literasi.
d. Tamasya Baca Keluarga
Tamasya baca keluarga dalam konteks literasi tidak hanya tamasya ke pusat
hiburan tetapi bisa ke arah relevansi keluarga literasi, misal : ruang baca hijau,
kunjungan ke perpustakaan desa, perpustakaan daerah, perpustakaan umum
lainnya.
e. Pohon Literasi
Pohon literasi merupakan bentuk apresiasi keluarg literasi, pohon literasi di isi
dengan berbagai jenis kegiatan literasi keluarga, setiap anggota keluarga yang
sudah menyelesaikan bahan bacaan dan atau beberapa indikator dalam
keluarga literasi diupayakan menggantungkan pada pohon literasi tersebut.
TEKNIS
PELAKSANAAN LOMBA

A. LOMBA KELUARGA LITERASI

1. Ketentuan Umum
 Perlombaan ini terbuka untuk umum se-Kabupaten Kuningan; Peserta lomba

adalah seluruh anggota keluarga (dapat dibuktikan dengan kartu keluarga);


 Konteks dalam wisata baca Peserta wajib menjadi anggota Perpustakaan Desa,
atau Perpustakaan Khusus, atau Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten
Kuningan, dan atau perpustakaan lainnya, dengan ketentuan menjadi anggota
sesuai dengan yang telah di tentukan (missal : copy KTP/ Kartu pelajar, pas
photo, dll.);

 Bahan bacaan tidak dibatasi;

 Setiap keluarga yang mengikuti lomba literasi dianjurkan untuk dapat


menyumbangkan sejumlah bahan bacaan dengan ketentuan minimal dan
maksimal bahan bacaan dari keluarga tidak dibatasi;

 Seluruh anggota keluarga wajib berperan aktif;

 Membudayakan membaca bagi seluruh anggota keluarga;

 Peserta wajib mengisi form pendaftaran dari panitia yang akan disebarkan
melalui kecamatan dan desa se-kabupaten kuningan;

 Form pendaftaran di setorkan kepada wilayah desa masing masing atau di


kirim melalui alamat email dkp.kuningan@gmail.com

 Mengekspresikan keceriaan dan kisah keluarga dalam sebuah tulisan tangan /


manual atau dengan menggunakan komputer, dengan ketentuan:
- Hurup = Cambria
- Font Size = 12
- Paragraph Spacing = 1,5
- Page Layout = A4 Normal
 Peserta dapat mengupload kegiatan literasi masing masing melalui media
sosial dan atau yang lainnya;
 Setiap keluarga wajib membuat pohon literasi. Pohon literasi ini merupakan
bentuk apresiasi keuarga, dimana pohon ini akan diisi dengan berbagai jenis
kegiatan kegiatan keluarga yang merupakan indikator lomba keluarga literasi;

 Pemenang lomba terdiri dari juara I, II dan III;

2. Seleksi Peserta
Peserta Lomba akan di seleksi oleh dewan juri, dan diambil 3 keluarga terbaik
yang akan di tampilkan pada puncak kegiatan Gebyar Kunjungan Perpustakaan.

- Penyebaran Informasi Lomba tanggal 3 Juli – 21 Agustus 2017


- Pendaftaran di tutup tanggal 21 Agustus 2017
- Verifikasi berkas perserta tanggal 22 – 26 Agustus 2017
- Nominasi Lomba Literasi tanggal 28 – 29 Agustus 2017
- Survey Dewan Juri tanggal 30 – 31 Agustus 2017
- Pengumuman Pemenang Lomba tanggal 1 – 2 September 2017

Pengumuman lolos seleksi akan diumumkan oleh panitia pada akhir kegiatan
Lomba melalui email dan surat resmi.

3. Teknis Pelaksanaan
 Seluruh anggota keluarga wajib berperan aktif;
 Peserta wajib mengisi form pendaftaran;.

 Setiap kegiatan pada keluarga akan mendapatkan nilai 10 poin;;


 Penilaian berdasarkan 5 kriteria / indikator yaitu :
- Budaya membaca.
- Ekspresi pada tulisan.
- Hibah bahan bacaan.
- Tamasya baca keluarga
- Pohon literasi.
 Peserta harus mendokumentasikan setiap kegiatan literasi ;

4. Waktu dan Tempat Pendaftaran


1. Batas pendaftaran berakhir pada 21 Agustus 2017,
2. Tempat pendaftaran di kantor wilayah desa masing masing.
3. Formulir pendaftaran dapat diperoleh di wilayah desa masing-masing atau di
perpustakaan umum daerah kab. Kuningan dan TP PKK kab. Kuningan.
4. Contact Person :
Perpusda Kuningan : 0232 - 876114
TP PKK Kuningan : 0232 - 870145

5. Penghargaan dan Pengumuman Juara


1. Juara lomba terdiri dari Juara I, Juara II, Juara III.
2. Pengumuman Juara dilaksanakan pada akhir kegiatan lomba.
3. Keputusan Juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

Anda mungkin juga menyukai