Anda di halaman 1dari 6

KECEMASAN TENAGA KESEHATAN DALAM UPAYA

PENCEGAHAN COVID 19

Karima karimapiliang07@gmail.com

Abstrak

Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas sebagai garda terdepan penanganan,


pencegahan, dan perawatan pasien Covid-19 mengalami kecemasan karena disebabkan oleh
beberapa faktor. Stres dan kecemasan adalah reaksi terhadap situasi yang mengancam dan tak
terduga seperti dalam wabah pandemi koronavirus. Petugas kesehatan adalah yang paling
rentan terhadap hal tersebut. Reaksi terkait stres meliputi perubahan konsentrasi, lekas marah,
cemas, susah tidur, berkurangnya produktivitas, dan konflik antarpribadi, dalam
kasusselanjutnya, mereka akan mengalami kondisi kejiwaan yang lebih parah, pemisahan dari
keluarga, situasi abnormal, peningkatan paparan, ketakutan akan penularan COVID-19,
perasaan gagal dalam menangani prognosis yang buruk, fasilitas teknis yang tidak memadai,
APD, alat dan peralatan, untuk membantu merawat pasien. Petugas kesehatan mengalami
kesulitan mempertahankan kondisi kesehatan fisik dan mental yang berisiko mengalami
gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, stres berat, dan kelelahan. Faktor risiko lain
yang diidentifikasi adalah perasaan tidak didukung, kekhawatiran tentang kesehatan pribadi,
takut membawa infeksi dan menularkannya kepada anggota keluarga atau orang lain,
diisolasi, perasaan tidak pasti, stigmatisasi sosial, beban kerja yang berlebihan, dan merasa
tidak aman ketika memberikan layanan perawatan dan kesehatan pada pasien COVID-19.

Kata kunci : Tenaga kesehatan, kecemasan.

PENDAHULUAN

Tenaga kesehatan yang merawat pasien Covid-19 menjadi kelompok dengan risiko
terpapar sangat tinggi. Penelitian mengatakan bahwa kemungkinan tenaga medis terinfeksi
Covid-19 sebesar 3,8%, terutama karena kontak awal yang tidak terlindungi dengan pasien
yang terinfeksi. Infeksi Covid-19 memiliki tingkat penularan dan kematian lebih tinggi dari
yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) (Mahase, 2020). Tenaga kesehatan harus mengenakan
pakaian pelindung dan masker N95 untuk menghindari paparan infeksi, hal ini membuat
pelayanan jauh lebih sulit dan melelahkan daripada dalam kondisi normal, selain itu rasa
takut tertular dan terinfeksi telah dilaporkan menjadi pemicu masalah psikologis yang
merugikan seperti kecemasan, stigmatisasi dan depresi. Hal ini dapat memberikan efek buruk
pada kualitas perawatan. Staf perawat banyak yang memiliki gangguan kesehatan mental,
karena mereka tidak hanya menanggung kelebihan beban kerja, berisiko tinggi terkena
infeksi, dan kelelahan yang berkepanjangan. Sehingga mengarah pada peningkatan risiko
infeksi, oleh karena itu, sangat perlu bagi tenaga kesehatan dan pembuat kebijakan untuk
memperhatikan faktor perlindungan dan proses adaptasi yang sukses pada kondisi pandemi
Covid- 19 bagi tenaga kesehatan.

Kejadian kasus Covid-19 terus bertambah dari hari ke hari sehingga petugas kesehatan
sebagai garis depan semakin tertekan karena meningkatnya beban kerja, mengkhawatirkan
kesehatan mereka, dan keluarga (Cheng et al., 2020). Satu hal yang dapat menyebabkan
petugas kesehatan akan mengalami peningkatan kecemasan, salah satunya adalah kurangnya
Alat Pelindung Diri (APD). Petugas kesehatan berisiko mengalami gangguan psikologis
dalam merawat pasien Covid-19 karena perasaan depresi, penyebab utamanya adalah
perlindungan diri yang masih kurang dari kebutuhan petugaskesehatan (Lai et al., 2020).

Seluruh petugas kesehatan dibandingkan dengan petugas kesehatan yang menghadapi


tekanan yang luar biasa akibat COVID-19, terutama yang berhubungan dengan dugaan atau
kasus yang dikonfirmasi, karena risiko infeksi yang tinggi, perlindungan yang tidak memadai,
kurangnya pengalaman dalam mengendalikan dan mengelola penyakit, waktu kerja yang
lebih panjang, adanya umpan balik negatif dari pasien, stigma yang muncul, dan kurangnya
dukungan sosial dari lingkungan sekitar. Faktor-faktor ini dapat meningkatkan munculnya
masalah psikologis pada petugas kesehatan seperti ketakutan, kecemasan, depresi,
insomnia,yang pada akhirnya mempengaruhi efeisiensi kerja.

Kecemasan merupakan gejala gangguan psikologi awal dan masih sangat mungkin diatasi,
sehingga sudah seharusnya kajian tentang kondisi kecemasan pada tenaga kesehatan di
berbagai dunia selama pandemi Covid-19 dibuka dan dipelajari . Hal ini mendasari penulis
untuk membuat tinjauan sistematis tentang kondisi dan strategi penanganan kecemasan pada
tenaga kesehatan di masa pandemi Covid-19 berdasarkan berbagai pengalaman negara negara
di dunia, dengan tujuan agar perawat dan pembuat kebijakan di Indonesia mempersiapkan
strategi penanganan kecemasan.
METODE

Metode yang digunakan yaitu studi literatur. Studi ini menggunakan metode literature
review dengan pendekatan narative review. Artikel didapatkan dari pencarian database
seperti Google Scholar. Kriteria artikel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih
berdasarkan kriteria inklusi yang sudah dibuat oleh peneliti yakni jurnal berbahasa inggris,
artikel tersedia dalam bentuk full text, memiliki kesesuaian isi dan tujuan dari studi yang
dilakukan, tahun artikel 1 tahun terakhir. Kata kunci yang digunakan dalam pencarianartikel
ataupun jurnal adalah “Kecemasan Petugas kesehatan dalam pencegahan covjd 19.”. Total
artikel yang digunakan dalam studi ini adalah 8 artikel.

HASIL

Setelah dilakukan proses pencarian melalui database didapatkan hasil bahwa faktor yang
berhubungan signifikan dengan masalah psikologis berupa kecemasan, depresi, dan insomnia,
kurangin KHPD adalah riwayat kontak dengan suspek positif Covid-19, persepsi tentang
risiko terpapar, dan dicurigai positif Covid-19.

PEMBAHASAN

Berbagai faktor telah menyebabkan gangguan kecemasan pada tenaga kesehatan di dunia
bahkan di Indonesia. Angka penularan Covid-19 pada tenaga kesehatan terus meningkat.
Beberapa langkah harus segera dipertimbangkan guna menjaga kesehatan mental para tenaga
kesehatan. Berdasarkan tinjauan literatur, penulis menyarankan beberapa langkah yang dapat
menjadi alternatif antara lain:

1. Battle Buddies: menempatkan tenaga psikologis dengan cepat. Wabah penyakit


Coronavirus 2019 (Covid-19) dan penyebaran globalnya yang cepat telah menciptakan
tantangan yang belum pernah terjadi pada sistem perawatan kesehatan. Secara substansial
perhatian kurang difokuskan pada perawatan kesehatan psikologis tenaga medis.

2. Mengajarkan para tenaga kesehatan untuk menerapkan strategi koping. Berdasarkan


penelitian (Balasubramanian Paleri, Bennett, Paleri, 2020) kita bisa memulai koping dengan
beberapa langkah diantaranya:
(1)Mengapitalisasi strategi koping yang mirip dengan perilaku gaya hidup positif dapat
sangat meningkatkan kesejahteraan kesehatan mental. Makan makanan sehat, melakukan
aktivitas fisik yang teratur, mempraktikkan kebersihan tidur yang baik, dan menjaga istirahat
yang cukup antara sif. Menghindari perilaku berisiko tinggi seperti pengeluaran yang
berlebihan, minum alkohol, penggunaan media sosial yang berlebihan yang berkaitan dengan
Covid-19 dapat berdampak negatif pada kesehatan mental.

(2)Perhatian kepatuhan dengan program berbasis perhatian telah ditunjukkan untuk


mengurangi gejala kelelahan pada dokter. Studi menunjukkan bahwa disposisi perhatian
terkait dengan penurunan risiko tekanan psikologis pada dokter. Demikian juga, penelitian
telah menunjukkan bahwateknik relaksasi spesifik (relaksasi otot progresif) berdasarkan
unsur-unsur dalam kesadaran telah ditunjukkan untuk mengurangi gejala kecemasan dan
meningkatkan kualitas tidur.

3. Dukungan keluarga, sosial, dan institusi. Organisasi dan lembaga penyedia layanan
kesehatan memiliki peran penting dalam hal mendukung staf layanan kesehatan dari semua
latar belakang dalam menangani dampak psikologis di masa pandemi. Dukungan finansial,
platform digital, logistik, dan dukungan layanan psikologis mungkin diperlukan sesuai
dengan kebutuhan setiap individu. Mekanisme-mekanisme utama akan didiskusikan yang
dapat diimplementasikan di seluruh lokasi rumah sakit (Balasubramanian, Paleri, Bennett,
Paleri, 2020).

Kecemasan akan berpengaruh terhadap imunitas tubuh, karena pikiran yang menyebabkan
cemas akan meningkatkan produksi hormon kartisol dalam tubuh yang dapat mempengaruhi
kinerja sel T dalam sel darah putih. Sel darah putih berperan dalam melawan pantogen yang
masuk ke dalam tubuh. Apabila kinerja sel darah putih terganggu maka imunitas tubuh akan
menurun dan berbahaya apalagi saat pandemi covid-19 ini terjadi (Gumantan et al., 2020).

Ketersediaan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan masih kurang, sehingga banyak
tenaga kesehatan yang sudah terpapar virus dan bahkan ada yang sampai meninggal.
Penelitian menunjukkan rata-rata responden menjawab bahwa ketersediaan alat pelindung
diri di lokasi tempat mereka memberikan pelayanan pada pasien Covid-19 masih sangat
kurang dan responden yang ketersedianan alat pelindung dirinya terpenuhi sebanyak. Jika
tidak ada alat pelindung diri yang memadai, itu dapat membahayakan petugas layanan
kesehatan lini pertama. Dalam mengatasi masalah kesehatan mental tenaga kesehatan, perlu
dilakukan intervensi dengan membentuk tim medis dalam penanganan psikologis dan
menerapkan model kepercayaan kesehatan untuk tenaga kesehatan (Cheng et al., 2020) .

Respon psikologis yang dialami oleh tenaga kesehatan terhadap pandemi penyakit
menular ini menjadi meningkat karena disebabkan oleh perasaan cemas terhadap kesehatan
sendiri dan penyebaran terhadap keluarga. Tenaga kesehatan yang menjadi responden dalam
penelitian ini, sebagian besar yang sudah berkeluarga 83 orang, sedangkan yang belum
berkeluarga 32 orang. Inilah yang menjadi salah satu faktor mereka mengalami kecemasan
karena pada saat merawat pasien positif Covid-19 ataupun melakukan pemeriksaan pada
masyarakat yang memiliki gejala Covid-19. Para tenaga kesehatan khawatir bahwa mereka
akan menularkan virus korona Covid-19 kepada keluarga (Shanafelt, Ripp, Sinai, & Trockel,
2020). Mereka juga merasa terstigma karena merasakan sendiri berhubungan dengan pasien
yang terinfeksi virus.

SIMPULAN

Petugas kesehatan adalah yang paling rentan terhadap hal tersebut. Reaksi terkait stres
meliputi perubahan konsentrasi, lekas marah, cemas, susah tidur, berkurangnya produktivitas,
dan konflik antarpribadi. Petugas kesehatan akan mengalami kondisi kejiwaan yang lebih
parah, pemisahan dari keluarga, situasi abnormal, peningkatan paparan, ketakutan akan
penularan COVID-19, perasaan gagal dalam menangani prognosis yang buruk, fasilitas teknis
yang tidak memadai, APD, alat dan peralatan, untuk membantu merawat pasien. Petugas
kesehatan mengalami kesulitan mempertahankan kondisi kesehatan fisik dan mental yang
berisiko mengalami gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, stres berat, dan
kelelahan.

Tenaga kesehatan mengalami kecemasan dengan berbagai faktor risiko seperti


sosiodemografis, jam kerja yang tinggi, stigma, dan kekhawatiran terpapar Covid-19.
Pemerintah dan institusi kesehatan harus mengambil perhatian lebih dan segera menerapkan
kebijakan yang mendukung upaya pemeliharaan dan pemulihan kesehatan mental para tenaga
kesehatan. Langkah yang bisa dipertimbangkan diantaranya: pembentukan kelompok yang
dapat mendukung upaya penyelesaian kecemasan, penyediaan layanan konseling, dan
pelatihan koping.

DAFTAR PUSTAKA
Handayani, R.T., Kuntari, S., dkk. (2020). FAKTOR PENYEBAB STRES PADA TENAGA
KESEHATAN DAN MASYARAKAT SAAT PANDEMI COVID-19. Jurnal Keperawatan
Jiwa. 8 (3) - 353 – 360.

Adiati, H. (2020). Efektivitas Terapi Warna Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Tenaga
Kesehatan Terkonfirmasi Covid 19. Seminar Nasional LPPM. Vol.5 . 430-434

Fadli., Safruddin., Dkk. (2020). Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Tenaga
Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Covid 19. JKPI. 6 (1) : 57-65

Hanggoro, A.Y., Suwarni, L. Dkk. (2020). Dampak Psikologis Pandemi Civid 19 pada
Tenaga Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. 15 (2) : 13 – 18

Mahfud, I., Gumantan, A. (2020). Survei Tingkat Kecemasan Mahasiswa Selama Pandemi
Covid 19. Jp.jok (Jurnal Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan). 4 (1) : 86-97.

Handayani, R.T., Suminanti., Dkk. (2020). Kondisi Dan Strategi Penanganan Kecemasan
Pada Tenaga Kesehatan Saat Pandemi Covid 19. Jurna Ilmul Keperawatan Jiwa. 3 (3) : 365-
374.

Rosyanti, Lilin., Hadi, Indriono., (2020). Dampak Psikologis dalam Memberikan Perawatan
dan Layanan Kesehatan Pasien Covid 19 pada Tenaga Profesional Kesehatan. Jurnal
Poltekkes http://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP. 12 (1): 107-130.

Dinah., Rahman, S. (2020). Gambaran Tingkat Kecemasan Perawat Saat Pandemi Covid 19
Di Negara Berkembang Dan Negara Maju. Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan. 11 (1): 37-48.

Anda mungkin juga menyukai