K DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN: GANGGUAN POLA NAPAS DENGAN DIAGNOSA
SUSP COVID-19 DI RUANG BAROKAH
Disusun Oleh:
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Defenisi Oksigen
Manusia mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi secara
memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis.
Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting, bermanfaat atau
diperhatikan untuk menjaga homeostasis dan kehidupan itu sendiri.
Berdasarkan teori Abraham Maslow tentang kebutuhan dasar manusia dan
membagi menjadi lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan
dimiliki, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Salah satunya
ialah kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan, nutrisi, dan eliminasi (Potter
& Perry, 2005).
Oksigen adalah gas untuk bertahan hidup yang diedarkan ke sel-sel
dalam tubuh melalui sistem pernafasan dan sistem kerdiovaskuler/peredaran
darah (Vaughans, 2013). Oksigen diperlukan oleh sel untuk mengubah
glukosa menjadi energi. Selanjutnya energi inilah yang digunakan untuk
melakukan berbagai aktivitas seperti aktivitas fisik, penyerapan makanan,
membangun kekebalan tubuh, pemulihan kondisi tubuh dan penghancuran
beberapa racun sisa metabolisme. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak. Tanpa oksigen
dalam waktu tertentu, sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan
menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap
kekurangan oksigen. Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen
antara tiga sampai lima menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih
dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Kozier dan
Erb, 1998).
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Oksigenasi
1. Faktor Fisiologis
Setiap kondisi yang mempengaruhi fungsi kardiopulmonar secara langsung
akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan
oksigen. Klasifikasi umum gangguan jantung meliputi ketidakseimbangan
konduksi, kerusakan fungsi, hipoksia, kerusakan otot jantung. Diafragma,
otot besar yang terletak tepat dibawah paru-paru, membantu dengan inhalasi
dan ekshalasi gas ke paru-paru. Kontraksi dan relaksasi otot jantung
memampukan jantung ntuk memompa darah secara efisien. Kontraksi dan
relaksasi pada diafragma dan otot-otot jantung tergantung pada pensinyalan
yang tepat dari sistem syaraf. Pembuluh darah juga tersusun oleh otot-otot
halus yang membantu sirkulasi darah yang kaya oksigen ke jaringan yang
dituju.
2. Usia dan Tahap Pekembangan
Sistem pernafasan dan sistem kekebalan tubuh yang tidak sempurna diikuti
ukuran jantung lebih kecil menjadikan anak-anak kecil beresiko lebih besar
terhadap gangguan oksigenasi. Orang dewasa lanjut juga beresiko
mengalami gangguan oksigenasi karena kapasitas fungsonal paru-paru dan
jantung berkurang seiring pertambahan usia seseorang.
3. Faktor Lingkungan
Beberapa fariabel dilingkungan mempengaruhi kemampuan seseoang untuk
memenuhi kebutuhan oksigennya. Polutan dan alergan di udara (misal
serbuk sari, kabut asap, zat kimia beracun) dan juga asap rokok sekunder
dapat merusak jaingan paru-paru dan mengarah pada dampak jangka
panjang seperti kanker paru-paru dan penyakit pulmonari (COLD). Dataran
Tinggi juga dapat mengganggu oksigenasi karena terjadi penurunan jumlah
oksigen di udara.
4. Makanan
Dampak makanan yang buruk didokumentasikan dengan baik. Kandungan
makanan dan juga jumlah makanan yang dicerna dapat menyebabkan
masalah yang secara langsung memengaruhi oksigenasi.
5. Gangguan kesehatan
Gangguan kesehatan secara langsung terkait dengan fungsi pernafasan dan
kardiovaskuler dan juga yang terkait dengan fungsi tubuh lain yang
berpotensi memengaruhi oksigenasi. Banyak penyimpangan terjadi akibat
pilihan hidup tidak sehat. Pada akhirnya, salah satu intervensi utama adalah
pelajaran kesehatan untuk mencegah, mengendalikan, atau memutarbalikkan
dampak berlawanan dan pilihan tertentu. Contoh penyimpangan sistem
pernafasan antara lain:
- Pneumonia
- COPD dan COLD
- Hipoventilasi (paru-paru basah, COPD, COLD)
- Hiperventilasi (cemas, infeksi, obat, demam).
Penyimpangan kesehatan lain yang mengganggu oksigenasi antara lain:
- Sakit (misal operasi abdominal, fraktur tulang iga, pembesaran kelenjar
gondok/tiroid) yang menyebabkan pernafasan dangkal.
- Infeksi atau penyembuhan luka (tingkat pemintaan oksigen)
- Kelainan syaraf
- Kelanan otot (dapat mempengarhi otot yang digunakan untuk bernafas
dan otot jantung).
- Masuknya benda asing (misal makanan, mainan)
- Kehamilan (rahim yang membesar mengurangi ruang untuk ekspansi
paru-paru dan menyebabkan nafas pendek).
C. Proses Oksigenasi
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu
ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas.
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru.
Semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian
sebaliknya, adanya kemampuan thoraks dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis, adanya jalan nafas yang
dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos
yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem syaraf otonom (terjadinya
rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga vasodilatasi
dapat terjadi, kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontraksi
sehingga vasokontriksi atau proses penyempitan dapat terjadi.
b. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan
kepiler paru dan karbon dioksida di kapiler dengan alveoli. Proses
pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya
permukaan paru, tebal membran respirasi yang terdiri atas epitel alveoli
interstisial, perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen (hal ini
sebagaimana oksigen dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena
tekanan oksigen dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan oksigen
dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi),
tekanan parsial karbon dioksida dalam arteri pulmonalis akan berdifusi
ke dalam alveoli, dan afinitas gas.
c. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian oksigen kapiler ke
jaringan tubuh dan karbon dioksida jaringan tubuh ke kapiler. Pada
proses transportasi, oksigen akan berikatan dengan Hb membentuk
oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan karbon
dioksida akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin
(30%) , larut dalam plasma (5%), dan sebagian menjadi asam karbonat
yang berada dalam darah (65%). Transportasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung, kondisi pembuluh darah,
perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit),
serta eritrosit dan kadar Hb (Hidayat, 2006).
D. Gangguan Pada Oksigenasi
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas
dari adanya gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi
maupun fisiologis dari organ-organ respirasi. Permasalahan dalam
pemenuhan tersebut juga dapat disebabkan karena adanya gangguan pada
sistem tubuh yang lain, misalnya sistem kardiovaskuler.
Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh
karena peradangan, obstruksi, tauma, kanker, degeneratif, dan lain-lain.
Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksign dalam tubuh tidak
terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar, gangguan-gangguan respiasi
dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama/frekuensi pernafasan,
insufisiensi pernafasan, dan hipoksia.
a. Gangguan irama/frekuensi pernafasan
Gangguan irama pernafasan, antara lain:
1. Pernafasan ‘Cheyne-stokes’ yaitu siklus pernafasan yang
amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik kemudian menurun dan
berhenti. Lalu pernafasan dimulai lagi dengan siklus yang baru. Jenis
pernafasan ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongesti,
overdosis obat.
2. Pernafasan ‘Biot’yaitu pernafasan yang mirip dengan pernafasan
Cheyne-stokes, tetapi amplitudo nya rata dan disertai apnea. Keadaan
ini biasanya pada penyakit radang selaput otak.
3. Pernafasan ‘Kussmaul’ yaitu pernafasan yang jumlah dan
kedalamannya meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis
pernafasan ini biasanya ditemukan pada klien dengan asidosis
metabolik dan gagal ginjal.
b. Gangguan frekuensi pernafasan
1. Takipnea/hiperpnea yaitu frekuensi pernafasan yang jumlahnya
meningkat diatas frekuensi pernafasan normal.
2. Bradipnea yaitu kebalikan dari takipnea dimana frekuensi pernafasan
yang jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernafasan normal.
c. Insufisiensi pernafasan
Penyebab insufisiensi pernafasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok
utama yaitu:
1. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:
i. Kelumpuhan otot pernafasan, misalnya pada poliomielitis, transeksi
servikal.
ii. Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma,
emfisema, TBC, dan lain-lain.
2. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru:
i. Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang,
misalnya kerusakan jaringan paru, TBC, kanker
ii. Kondisi yang menyebabkan penebalan membran pernafasan,
misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lain-lain.
3. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari
paru-paru ke jaringan yaitu:
i. Anemia dimana berkurangnya jumlah total hemoglobin yang
tersedia untuk transpor oksigen.
ii. Keracunan karbon dioksida dimana sebagian besar hemoglobin
menjadi tidak dapat mengangkut oksigen.
iii. Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh karena
curah jantung yang rendah.
iv. Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan. Istilah ini lebih
tepat dari pada anoksia. Sebab, jarang terjadi tidak ada oksigen
sama sekali dalam jaringan (Asmadi, 2012).
E. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini
mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan
sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analis data sebagai dasar
untuk diagnosa keperawatan (Bandman, 1995). Tujuan dari pengkajian adalah
menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman
yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan
klien.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta
kebutuhan-kebutuhan perawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi
merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang yang
terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi
klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan
diagnosiskeperawatan, serta tindakan untuk mengatasi masalah-masalah klien
(Engram Barbara, 1999). Adapun pengkajian pada ketidakefektifan pola nafas
menurut Tarwoto, wartonah (2010) meliputi:
1. Riwayat keperawatan
a) Masalah pernafasan yang pernah dialami
Pengkajian riwayat pasien yang menyebabkan ketidakefektifan pola
nafas seperti mengalami perubahan pola pernafasan, mengalami batuk
dengan sputum, mengalami nyeri dada, dan aktivitas apa saja yang
menyebabkan terjadinya gejala tersebut.
Takipnea/Bradipnea
Intoleransi Aktifitas
G. Rumusan Masalah
Sebelum merumuskan diagnosa keperawatan, perawat mengidentifikasi
masalah perawatan kesehatan umum klien. Namun, sebelum memberikan
perawatan masalah harus ditetapkan secara lebih spesifik. Untuk
mengidentifikasi kebutuhan klien, perawat harus lebih dahulu menentukan apa
masalah kesehatan klien dan apakah masalah tersebut potensial atau aktual
(Potter & Perry, 2005). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada data
pengkajian pernafasan (NANDA dalam Potter & Perry, 2005) yaitu:
1. Intoleransi aktifitas
2. Perubahan perfusi jaringan
3. Ansietas
4. Disfungsi respons penyapihan ventilator
5. Gangguan pertukaran gas
6. Bersihan jalan nafas tidak efektif
7. Pola pernafasan tidak efektif
8. Nyeri
H. Perencanaan
Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan mengawali
langkah perencanaan dan proses keperawatan. Perencanaan adalah kategori
dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil
perkiraan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan
tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain kolaborasi dengan klien
dan keluarganya, perawat konsultasi dengan anggota tim perawat kesehatan
lainnya, menelaah literatur yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat
informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan
penatalaksanaan klinik (Potter & Perry, 2005). Pada tahap perencanaan, ada
empat hal yang harus diperhatikan:
1. Menentukan prioritas masalah. Berbagai cara dalam memprioritaskan
masalah diantaranya sebagai berikut.
- Berdasarkan Hierarki Maslow, yaitu fisiologis, keamanan/keselamatan,
mencintai dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri.
- Berdasarkan Griffith-Kenney Christensen dengan urutan yaitu ancaman
kehidupan dan kesehatan, sumber daya dan dana yang tersedia, peran serta
klien, prinsip ilmiah dan praktik keperawatan.
2. Menentukan tujuan
Dalam menentukan tujuan, digambarkan kondisi yang diharapkan disertai
jangka waktu.
3. Menentukan kriteria hasil
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kriteria hasil adalah
sebagai berikut.
- Bersifat spesifik dalam hal isi dan waktu. Misalnya pasien dapat
menghabiskan 1 porsi makanan selama 3 hari setelah operasi.
- Bersifat realistik, artinya dalam menentukan tujuan harus dipertimbangkan
faktor fisiologis/patologi penyakit yang dialami dan sumber yang tersedia
serta waktu pencapaian.
- Dapat diukur, misalnya pasien dapat menyebutkan tujuan batuk efektif
dengan benar dan mendemonstrasikan cara batuk efektif.
- Mempertimbangkan keadaan dan keinginan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Biodata
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. K
Umur : 55 tahun
No. RM : 004282
Umum : 27 Tahun
2 Keluhan Utama
Sesak
3. Riwayat Kesehatan
a. Pola bernapas
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas
e. Pola Istirahat
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidur 6-7 jam namun sering terbangun
karena merasa badannya tidak enak, bagian kaki sering
gatal.
f. Pola Berpakaian
Saat dikaji : Klien mengatakan selama dirumah sakit hanya diseka dan
dibantu Keluarganya
j. Pola Komunikasi
k. Pola Beribadah
j. Pola Produktivitas
k. Pola Rekreasi
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmetis
GCS : 15
BB : 55 kg
TB : 155 cm
TD : 140/78 mmHg
S : 36,90C
RR : 25x/menit
Nadi : 98x/menit
SPO2 : 98%
2. Pemeriksaan Fisik
c. Hidung : napas cuping hidung (+), pembesaran polip (-), bersih (+),
lesi (-), alat bantu pernafasan (+)
d. Mulut dan gigi : Bibir pucat dan kering (+), bibir hitam (-), stomatitis (-),
gigi kekuningan (+), tonsillitis (-), lidah bersih (+)
g. Ekstermitas
Ek. Atas : pada ekstermitas atas bagian kiri terpasang infus RL 20 tpm, ada
penurunan kekuatan otot
Ek. Bawah : Edema (+), lesi (-), ada penurunan kekuatan otot
h. Dada
a. Paru
b. Jantung
i. Abdomen
Palpasi : Hepar teraba tidak membesar, tepi tumpu, rata dan lien tidak
teraba membesar, tidak ada nyeri
Pemeriksaan Penunjang
ANALISA DATA
Akral dingin
Monitor TTV
– CRT: >2detik
– Post tranfusi 3 kolf
– Hb 10,8 (L)
3. Jum;at, DS: keluarga mengatakan pasien Intoleransi Penyakit paru
13 tidak mampu melakukan aktifitas aktifitas (Post Covid-
Agustus apapun karena sesak 19)
2021
DO :
Pukul :
17.00 WB - Gambaran EKG
menunjukkan aritmia
- Hasil RO Thorax pasien
pneumonia
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan upaya napas (post
Covid-19)
Intervensi Keperawatan
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
Indikator A T
Frekuensi napas 2 4
Kedalaman napas 2 4
Ket:
1: Memburuk
2: Cukup memburuk
3: Sedang
4: Cukup membaik
5: Membaik
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat
3 : sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun
indikator A T
Pengisian kapiler 2 4
Akral 2 4
Turgor kulit 2 4
Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup Memburuk
3 : sedang
4 : Cukup membaik
5 : membaik
Jum;at, 13 3 Setelah dilakukan perawatan Manajemen Energi
Agustus selama 3 x 24 jam diharapkan
1. Identifikasi gangguan
2021 masalah keperawatan kerusakan
fungsi tubuh yang
Pukul : intoleransi aktifitas b.d. Dapat
mengakibatkan kelelahan
17.00 WB diatasi dengan kriteria hasil :
2. Monitor pola dan jam tidur
Toleransi aktivitas (L.05047) 3. Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/aktif
Kriteria hasil A T
4. Berikan aktivitas distraksi
Dispnea saat 2 4
yang menenangkan
aktivitas
5. Anjurkan melakukan
Dispnea setelah 2 5 aktifitas secara bertahap
aktivitas
Perasaan lemah 2 5
Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
Implementasi Keperawatan
S: pasien mengatakan
Memposisikan semi fowler/fowler
nyaman diposisikan fowler
S: pasien mengatakan
Memberikan oksigen
nyaman menggunakan O2
O: NRM 10liter/menit
Mengidentifikasi gangguan fungsi S: -
tubuh yang mengakibatkan kelelahan
O: RO Thorax Pneumonia
O: NRM 10l/menit
S: -
Memberikan aktivitas distraksi yang
O: pasien belum bisa
menenangkan
mengontrol sesak
O: masih sesak
O: menghabiskan 7-10
sendok makanan
Memonitor tingkat kesadaran dan
S: tingkat kesadaran baik
respon pupil
O: pupil isokor
S: -
Memonitor hasil laboratorium
O: belum dilakukan cek lab
ulang
Kolaborasi pemberian tranfusi darah, S: -
jika perlu
O: belum ada instruksi
dokter untuk melakukan
tranfusi
Sabtu, 14 1. Memonitor pola napas (frekuensi, S: pasien mengatakan sesak
Agustus kedalaman, usaha napas)
O: Rr 22x/menit,
2021
menggunakan otot bantu
Pukul :
napas
07.00 2. Memonitor bunyi napas tambahan
WB S: -
O: NRM 10 liter/menit
5. Memonitor pola dan jam tidur
S: pasien mengatakan mulai
bisa istirahat dan tidur
O: 10liter/menit
6. Memberikan aktivitas distraksi yang
menenangkan S: -
S: pasien mengatakan
3.Memberikan oksigen
nyaman menggunakan O2
O: NRM 10/menit
O: NRM 10/menit
S: -
6. Memberikan aktivitas distraksi yang
menenangkan O: pasien belum bisa
mengontrol sesak
O: menghabiskan ½ porsi
makanan yang disediakan
Evaluasi Keperawatan
SpO2: 97%
P:
O:
P: lanjutkan intervensi
O:
Nadi: 98x/menit
Rr : 22x/menit
S: 36,9
SpO2: 97%
SpO2: 99%
P: lanjutkan intervensi
P: lanjutkan intervensi
DO :
Nadi: 98x/menit
Rr : 20x/menit
S: 36,9
SpO2: 99%
P:
S: 36,9
SpO2: 99%
P: Lanjutkan intervensi
O:
Nadi: 84x/menit
Rr : 17x/menit
S: 36,9
SpO2: 99%
P: lanjutkan intervensi