PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PSMBA
2.1.1 DEFINISI
Perdarahan saluran makanan bagian atas didefinisikan sebagai
perdarahan yang terjadi di sebelah proksimal ligamentum Treitz pada
duodenum distal. Yang termasuk organ-organ saluran cerna di proksimal
ligamentum Treitz adalah esofagus, gaster, duodenum, dan sepertiga
proksimal dari jejunum. Sebagian besar perdarahan saluran makanan bagian
atas terjadi sebagai akibat penyakit ulkus peptikum (PUD, peptic ulcer
disease) yang disebabkan oleh H. Pylori atau penggunaan obat-obat anti-
inflamasi non-steroid (OAINS) atau alkohol, robekan Mallory-Weiss, varises
esofagus, dan gastritis.1
2.1.2 EPIDEMIOLOGI
2
keseluruhan masih tinggi yaitu sekitar 25%, kematian pada penderita ruptur
varises bisa mencapai 60% sedangkan kematian pada perdarahan non varises
sekitar 9-12%. Sebagian besar penderita perdarahan PSMBA meninggal
bukan karena perdarahannya itu sendiri melainkan karena penyakit lain yang
ada secara bersamaan seperti penyakit gagal ginjal, stroke, penyakit jantung,
penyakit hati kronis, pneumonia dan sepsis.
2.1.3 ETIOLOGI
1. Kelainan Esofagus
a. Varises esofagus
Varises esofagus ditemukan pada penderita sirosis hati dengan hipertensi
portal. Sifat perdarahan yang ditimbulkan ialah hematemesis biasanya
mendadak dan massif, tanpa didahului perasaan nyeri epigastrium. Darah
yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan membeku, karena
sudah tercampur dengan asam lambung. Setelah hematemesis selalu disusul
dengan melena.
b. Karsinoma esofagus
Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena daripada
hematemesis. Pada endoskopi jelas terlihat gambaran karsinoma yang hampir
menutup esofagus dan mudah berdarah terletak di sepertiga bawah esofagus.
c. Sindrom Mallory-weiss
Muntah-muntah yang hebat dapat mengakibatkan rupture dari mukosa dan
submukosa pada daerah kardia atau esofagus bagian bawah, sehingga timbul
perdarahan.
Karena laserasi yang aktif disertai ulserasi pada daerah kardia dapat timbul
perdarahan yang massif. Timbulnya laserasi yang akut tersebut terjadi karena
3
terlalu sering muntah yang hebat, sehingga tekanan intraabdominal
meningkat, yang dapat mengakibatkan pecahnya arteri submukosa esofagus
atau kardia.
d. Esofagitis dan tukak esofagus
Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat
intermitten atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul
melena daripada hematemesis. Tukak esofagus jarang sekali mengakibatkan
perdarahan jika dibandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.
2. Kelainan di Lambung
a. Gastritis erosive hemoragika
Penyebab terbanyak dari gastritis erosive hemoragika ialah obat-
obatan yang dapat menimbulkan iritasi pada mukosa lambung atau obat yang
dapat merangsang timbulnya tukak. Misalnya beberapa jam setelah minum
aspirin, obat bintang tujuh dan lain-lain. Obat-obatan seperti itu termasuk
golongan salisilat yang menyebabakan iritasi dan dapat menimbulkan tukak
multiple yang akut dan disebut golongan obat ulserogenic drugs. Beberapa
obat lain yang juga dapat menyebabkan hematemesis ialah; golongan
kortikosteroid, butazolidin, reserpin, alcohol dan lain-lain. Golongan obat ini
dapat mengakibatkan hiperaseditas.
Berdasarkan anamnesa dari penderita sebagai penyebab dari gastritis
erosive hemoragika antara lain; setelah pasien meminum obat aspirin, naspro,
cap bintang tujuh dll. Sifat hematemesis tidak massif dan timbulnya setelah
berulang kali minum obat-obatan tersebut yang disertai dengan rasa nyeri,
pedih diulu hati.
b. Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum lebih sering menimbulkan perdarahan terutama yang terletak
di angulus dan prepilorus dibandingkan dengan tukak duedeni dengan
4
perbandingan 23,7%:19,1%. Ulkus peptikum yang besifat akut biasanya
dangkal dan multiple yang dapat digolongkan sebagai erosi. Umumnya tukak
ini disebabkan oleh obat-obatan, sehingga timbul gastritis erosive hemoragika.
Perdarahan dapat juga terjadi pada penderita yang pernah mengalami
gastrektomi, yaitu adanya tukak di daerah anastomose. Tukak seperti ini
dinamakan tukak marginalis atau tukak stomal.
c. Karsinoma lambung
Insidensi karsinoma lambung di Indonesia sangat jarang, umunya datang
berobat sudah dalam fase lanjut dan sering mengeluh rasa pedih, nyeri diulu
hati, serta merasa lekas kenyang, badan menjadi lemah. Jarang sekali
mengalami hematemesis, tetapi sering mengeluh buang air besar hitam pekat
(melena).
3. Kelainan di Duodenum
a. Tukak Duodeni
Tukak duodeni yang menyebabkan perdarahan secara endoskopi terletak di
bulbus, diantaranya dengan keluhan utama hematemesis dan melena,
sedangkan lainnya mengeluh melena saja. Sebelum timbul perdarahan, semua
kasus mengeluh merasa nyeri dan perih di perut bagian atas agak ke kanan.
Keluhan ini juga dirasakan waktu tengah malam sedang tidur pulas, sehingga
terbangun. Untuk mengurangi rasa nyeri dan pedih, penderita makan roti atau
minum susu.
5
yang terjadi lebih bersifat perdarahan tersembunyi (occult bleeding), sangat
jarang timbul hematemesis.1,2
6
3. Melena
Feses yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran bercampur asam
lambung; biasanya mengindikasikan perdarahan saluran makanan bagian atas,
atau perdarahan daripada usus ataupun colon bagian kanan dapat juga menjadi
sumber lainnya. (Porter, R.S., et al., 2008)
Disertai gejala anemia, yaitu: pusing, syncope, angina atau dyspnea. (Laine,
L., 2008)
- Hematemesis 40-50%,
- Melena 70-80%,
- Hematochezia 15-20%,
- Hematochezia disertai melena 90-98%,
- Syncope 14,4%,
- Presyncope 43,2%,
- Dyspepsia 18%,
- Nyeri epigastric 41%,
- Heartburn 21%,
- Diffuse nyeri abdominal 10%,
- Dysphagia 5%,
- Berat badan turun 12%, dan
- Jaundice 5.2% (Caestecker, J.d., 2011)3
2.1.6 ANAMNESIS
Diperlukan sekali pengambilan anamnesis/allo-anamnesis yang teliti
diantaranya:
7
a. Setiap penderita dengan PSMBA, perlu ditanyakan apakah timbul mendadak
dan banyak, atau sedikit demi sedikit tetapi terus menerus, atau apakah timbul
perdarahan berulang kali, sehingga lama-kelamaan badan menjadi lemah.
Apakah perdarahan dialami pertama kali atau sudah pernah.
b. Sebelum hematemesis apakah didahului dengan rasa nyeri atau pedih di
epigastrium yang berhubungan dengan makanan untuk memikirkan ulkus
peptic yang mengalami perdarahan.
c. Adakah penderita makan obat-obatan atau jamu-jamuan yang menyebabkan rasa
nyeri atau pedih di epigastrium kemudian disusul dengan muntah darah.
d. Penderita dengan hematemesis yang disebabkan pecahnya varises esofagus,
tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada umumnya
sifat perdarahan timbul secara spontan dan massif. Darah yang dimuntahkan
berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku, karena sudah tercampur dengan
asam lambung. Kepada penderita perlu ditanyakan apakah pernah hepatitis,
alkoholisme atau penyakit hati kronis.
e. Sebelum timbul hematemesis, apakah didahului muntah-muntah yang hebat,
misalnya pada peminum alcohol, wanita hamil muda. Hal ini perlu dipikirkan
akan kemungkinannya Sindroma Mallory-Weiss.2
8
hendaknya ditinggalkan dulu sampai keadaan umum penderita membaik.
Disamping itu, perlu diperhatikan apakah ada anemia.
Hematemesis yang diduga karena ada pecahnya varises esofagus, perlu
diperhatikan gangguan faal hati yaitu ada tidaknya foetor hepatikum, ikterus,
spider nevi, eritema palmaris, venektrasi disekitar abdomen, asites.
Splenomegali, edema sakrai dan pretibial, tanda endokrin sekunder pada kaum
wanita (gangguan menstruasi, atrofi payudara) dan pada kaum pria
(ginekomasti, atrofi testis).
Seseorang penderita dengan kelainan dilambung sebagai penyebab
perdarahan, misalnya ulkus peptic atau gastritis hemoragika, akan nyeri tekan
di daerah epigastrium. Dan apabila teraba suatu massa di epigastrium yang
kadang-kadang terasa nyeri tekan, kemungkinan besar adalah karsinoma
dilambung sebagai penyebab perdarahan.1,2
9
- Untuk memonitor perdarahan dapat dilakukan pemeriksaan hemoglobin,
hematokrit trombosit secara berkala tiap 6 jam dan memasang selang
nasogastrik dengan pembilasan tiap 6 jam. Dengan pemasangan selang
nasogastrik dapat memastikan bahwa darah memang berasal dari saluran
cerna bagian atas, walaupun tidak adanya darah melalui bilasan lambung
belum menyingkirkan kalau sumber perdarahan dari saluran makanan bagian
atas.
- Elektrolit (Na, K, Cl) perubahan elektrolit bisa terjadi karena perdarahan,
transfuse, bilas lambung.
- Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi merupakan pemeriksaan penunjang
yang paling penting karena dapat memastikan diagnosis pecahnya varises
esofagus atau penyebab perdarahan lainnya dari esofagus, lambung dan
duodenum. Penyebab perdarahan dapat disebabkan oleh satu atau lebih
penyebab, sehingga penatalaksanaan dapat lebih optimal. Untuk rumah sakit-
rumah sakit di daerah yang belum memiliki fasilitas endoskopi saluran cerna
dapat memakai modalitas lain yaitu roentgen oesofagus-lambung-duodenum
(OMD) walaupun tidak begitu sensitif.1
GAMBARAN ENDOSKOPI
Peptic Ulcer
Gambaran endoskopi pada pasien Mallory-Weiss Tear (Savides, T.J., et al., 2010)
Gastroesophageal varices
Gambaran endoskopi dari gastric varices dan esophageal variceal ligation-related ulcers
(Shah, V.H., et al., 2010)
11
2.1.9 DIAGNOSA
Diagnosa dapat ditegakakan berdasarkan anamnesa, gejala klinis dan
pemeriksaan tambahan seperti endoskopi gastrointestinal.
2.1.10 PENATALAKSANAAN
Pengobatan Umum
a. Infuse / transfusi darah
Perdarahan dengan 500-1000 cc perlu diberi cairan infuse, yaitu : dektrose 5%,
atau Ringer Laktat, atau NaCl 0.9%. Hanya kepada penderita sirosis hati
dengan asites / edema sebaiknya jangan memberikan cairan NaCl 0.9%. selain
itu perlu dipersiapkan kemungkinan untuk memberikan transfusi darah. Apalagi
bagi penderita yang memperlihatkan perdarahan masif / syok, maka pemberian
transfusi darah harus pertama dipikirkan. Jika darah yang keluar melebihi 50%
12
dari volume darah di badan, akan membahayakan jiwa penderita, bahkan
kemungkinan fatal.
Kapan tranfusi darah di berikan, tergantung jumlah darah yang hilang,
perdarahan masih aktif atau sudah berhenti, lamanya perdarahan berlangsung,
dan akibat klinik perdarahan tersebut.
Indikasi transfuse darah pada perdarahan saluran makanan dipertimbangkan
pada keadaan seperti ini:
1. Perdarahan dalam keadaan hemodinamik tidak stabil
2. Perdarahan baru atau masi berlangsung dan diperkirakan jumlahnya 1 liter
atau lebih
3. Perdarahan baru atau masi berlangsung dengan hemoglobin 10% g atau
hematokrit < 30%
4. Terdapat tanda-tanda oksigenasi jaringan yang menurun.
Nilai hematokrit untuk memperkirakan jumlah perdarahan kurang akurat bila
perdarahan sedang atau berlangsung. Proses hemodilusi dari cairan
ekstravaskular 24-27 jam setelah onset perdarahan. Target pencapaian
hematokrit setelah transfusi darah tergantung kasus yang di hadapi, untuk usia
muda dengan kondisi sehat cukup 20-25 %, usia lanjut 30 %, sedangkan pada
hipertensi portal jangan melebihi 27-28%.1
b. Psikoterapi
Sebagai akibat perdarahan yang banyak sekali penderita menjadi gelisah. Untuk
itu perlu psikoterapi dilakukan.
c. Istirahat
Istirahat sangat dianjurkan, sekurang-kurangnya selama 3 hari setelah
perdarahan yang masif berhenti. Tapi pada umumnya diberikan istirahat mutlak
lebih kurang 2 minggu. Pada saat-saat tersebut perlu diperhatikan hygiene
penderita.
d. Diet
13
Dianjurkan berpuasa sekurang-kurangnya sampai 24 jam setelah perdarahan
terhenti. Setelah 24-48 jam perdarahan berhenti, dapat diberikan makanan cair.
Sebelum itu dapat diberikan batu es, selain untuk menjaga mulut jangan kering,
dapat juga menghentikan perdarahan.
e. Obat-obatan
Pemberian vitamin K pada pasien dengan penyakit hati kronis yang mengalami
PSMBA diperbolehkan, dengan pertimbangan pemberian tersebut tidak
merugikan dan relatif murah.
Pengobatan Kusus
a. Vasopressin
Vasopressin dapat menghentikan perdarahan PSMBA lewat efek vasokontriksi
pembuluh darah splanknik, menyebabkan aliran darah dan tekanan vena porta
menurun. Terdapat dua bentuk sediaan, yakni pitresin yang mengandung
vasopressin murni dan preparat pituitary gland yang mengandung vasopressin
dan oxcytocin. Pemberian vasopressin dilakukan dengan mengencerkan sediaan
vasopressin 50 unit dalam 100 ml dekstrose 5%, diberikan 0,5-1 mg/menit/iv
selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3-6 jam atau setelah pemberian
pertama dilanjutkan per infuse 0,1-0,5 U/menit. Vasopressin dapat
menimbulkan efek samping serius berupa insufisiensi koroner mendadak, oleh
karena itu pemberiannya disarankan bersamaan preparat nitrat, misalnya
nitrogliserin iv dengan dosis awal 40mcg/menit kemudian secara titrasi
dinaikkan maksimal hingga 400mcg/menit dengan mempertahankan tekanan
sistolik diatas 90 mmHg.
b. Somastostatin
Somatostatin dan analognya (octreotide) diketahui dapat menurunkan aliran
darah splanknik, khasiatnya lebih selektif dibanding vasopressin.
Somastotatin dapat menghentikan perdarahan akut varises esofagus pada 70-
80% kasus, dan dapat pula digunakan pada perdarahan non varises. Dosis
14
pemberian diawali dengan bolus 250 mcg/jam selama 12-24 jam atau sampai
perdarahan berhenti, oktreotide dosis bolus 100 mcg/iv dilanjutkan per infuse
25 mcg/jam selama 8-24 jam atau sampai perdarahan berhenti.
e. Endoskopi
Terapi endoskopi ditujukan pada perdarahan tukak yang massif aktif atau tukak
dengan pembuluh darah yang tampak.
Metode terapinya meliputi:
1. Contact thermal (monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater probe)
15
2. Noncontact thermal (laser)
3. Nonthermal (misalnya suntikan adrenalin, polidokanol, alcohol, atau
pemakaian klip)
Endoskopi trapeutik ini diterapkan pada 90% kasus perdarahan saluran
makanan bagian atas, sedangkan 10% sisanya tidak dapat dikerjakan karena
alasan teknis seperti darah terlalu banyak sehingga pengamatan terhalang atau
letak lesi tidak terjangkau. Secara keseluruhan 80% perdarahan ulcus peptic
dapat berhenti spontan, namun pada kasus perdarahan arterial yang bisa
berhenti spontan hanya 30%.
Terapi endoskopi yang relatif mudah dan tanpa banyak peralatan mendukung
ialah penyuntikan submukosa sekitar titik perdarahan menggunakan adrenalin
1:10000 sebanyak 0,5-1 ml tiap kali suntik dengan batas dosis 10 ml atau
alcohol absolud (98%) tidak melebihi 1 ml. Penyuntikan bahan sklerosa seperti
alcohol absolute atau polidokanol umumnya tidak dianjurkan karena bahaya
timbulnya tukak dan perforasi akibat nekrosis jaringan di lokasi penyuntikan.
Keberhasilan terapi endoskopi dalam penghentian perdarahan bisa mencapai
diatas 95% dan tanpa terapi tambahan lain perdarahan ulang frekuensinya
sekitar 15-20%.
f. Terapi Radiologi
Terapi angiografi perlu dipertimbangkan bila perdarahan tetap berlangsung dan
belum bisa ditentukan asal perdarahan, atau bila terapi endoskopi dinilai gagal
dan pembedahan sangat beresiko. Tindakan hemostasis yang bisa dilakukan
dengan penyuntikan vasopressin atau embolisasi arterial.
f. Pembedahan
Pembedahan dilakukan bila terapi medic, endoskopi dan radiologi dinilai gagal.
Ahli bedah dilibatkan sejak awal dalam bentuk tim multidisipliner pada
16
pengelolaan kasus perdarahan PSMBA untuk menentukan waktu yang tepat
kapan tindakan bedah sebaiknya dilakukan.1,2
2.1.11 PROGNOSIS
Dalam penatalaksanaan PSMBA banyak faktor yang berperan terhadap hasil
pengobatan. Ada beberapa prediktor buruk dari PSMBA antara lain: umur
diatas 60 tahun, adanya penyakit komorbid lain yang bersamaan, adanya
hipotensi atau syok, adanya koagulopati, onset perdarahan di rumah sakit yang
cepat, kebutuhan transfusi lebih dari 6 unit, tetap berlangsungnya perdarahan
segar di lambung, perdarahan rekurens dari lesi yang sama. Setelah diobati dan
berhenti, PSMBA dapat berulang lagi atau rekurens.
2.1.12 KOMPLIKASI
1. Stenosis pilorus-duodenum
2. Perforasi
3. Tukak duodenum refrakter
4. Syok hipovolemi
2.2 ANEMIA
2.2.1 DEFINISI
Adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah
dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41%
pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita (Kapita selekta
kedokteran, 2001).
17
2.2.2 ETIOLOGI
18
menderita kekurangan zat besi. Pada anak-anak mungkin disebabkan
oleh asupan makanan yang kurang mengandung zat besi. Sedangkan
pada orang dewasa, kurangnya zat besi pada prinsipnya hampir selalu
disebabkan oleh pendaraah menahun atau berulang-ulangyang bisa
berasal dari semua bagian tubuh.
B. Anemia Defisiensi Vitamin C
Anemia karena kekurangan vitamin c adalah sejenis anemia yang
jarang terjadi,yang disebabkan oleh kekurangan vitamin c yang berat
dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin c biasanya
adalah kurangnya asupan vitamin c dalam makanan sehari hari.
C. Anemia Makrositik
Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12
atau asam folat. Anemia ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan
berukuran besar (Makrositer) dengan kadar hemoglobin per eritrosit yang
normal atau lebih tinggi (hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau Mean
Corpuscular Volume merupakan salah satu karakteristik sel darah merah.
Sekitar 90% anemia makrositik yang terjadi adalah anemia pernisiosa.
D. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh lebih
cepatdari normal.umur sel darah merah normalnya 120 hari .pada anemia
hemolitik,umur sel darah merah lebih pendek sehingga sumsum tulang
penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan
sel darah merah.
E. Anemia Sel sabit ( Sickle Cell Anemia )
Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah suatu penyakit keturunan
yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit ,kaku ,dan
anemia hemolitik kronik.pada penyakit sel sabit,sel darah merah memiliki
hemoglobin(prootein pengangkut oksigen) yang bentuknya
19
abnormal,sehingga mengurangi jumlah oksigen dalam sel dan
menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit.sel yang berbentuk sabit
akan menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam
limpa ,ginjal,otak,tulang,dan organ lainnya ,dan menyebabkan kurangnya
pasokan oksigen ke organ tersebut.sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada
saat melewati pembuluh darah,kerusakan organ ,bahkan sampai pada
kematian.
F. Anemia Aplastik
Anemia aplastik terjadi bila”pabrik”(sumsum tulang ) pembuatan
darah merah terganggu .Pada anemia aplastik ,terjadi penurunan produksi
sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit).Anemia aplastik disebabkan
oleh bahan kimia ,obat-obatan ,virus dan terkait dengan penyakit-penyakit
yang lain.
2.2.5 PENATALAKSANAAN
Redakan nyeri.
20
1. Berikan jadwal obat untuk pencegahan sehari semalam.
2. Hindari pemberian meperidin (demerol) akibat dari peningkatan resiko
kejang.
3. Tenangkan kembali anak dan keluaga bahwa analgesik diindikasikan,
meskipun dosis opium tinggi dan ketergantungan obat sangat jarang.
4. Berikan panas (yang nyaman) pada area sakit; hindari kompres dingin,
yang akan meningkatkan vasokonstriksi dan sickling.
5. Pantau keefektifan semua obat.
6. Gunakan mekanisme pereda nyeri nonfarmakologis.
7. Atur posisi anak untuk tingkat kenyamanan yang maksimal.
21
BAB III
LAPORAN KASUS
Anamnesa Pribadi
Nama : Roslina Harahap
Umur : 60 tahun, Perempuan
Status Kawin : Menikah
Agama : Islam
Pekerjan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Mamiyai No.66 RT.0 RW: Tegal sari. Medan
Suku : Batak
Anamnesa Penyakit
22
Pasien juga mengeluhkan demam, demam dirasakan pada
pagi dan siang hari. Pasien juga mengeluhkan sesak sejak 5
hari yang lalu, sesak timbul saat pasien terlentang dan
membaik saat pasien duduk.
Pasien juga mengeluhkan sakit kepala hilang timbul, riwayat
minum obat pasien meminum jamu gendong.
BAB : 2X/ hari, padat, hitam seperti kopi
BAK : Normal, pasang kateter urin
RPT : Hipertensi
RPO : Obat antihipertensi ( Pasien lupa nama obat )
RPK : Tidak jelas
R. Kebiasaan : Tidak Teratur makan
Minum jamu gendong (tidak rutin)
Tidak teratur minum obat anti hipertensi
Anamnesa Umum
- Badan kurang enak : ya
- Merasa capek/lemas : ya
- Merasa kurang sehat : ya
- Menggigil : tidak
- Nafsu makan : tidak ada
- Tidur : terganggu
- Berat badan : Bertambah
- Malas : ya
- Demam : ya
- Pening : tidak
Anamnesa Organ
23
1.Cor
- Dyspneu d’effort : tidak - Cyanosis : tidak
- Dyspneu d’repost : ya - Angina pectoris : tidak
- Oedema : ya - palpitasi cordis : tidak
- Nycturia : tidak - Asma cardial : tidak
2. Sirkulasi perifer
- Claudicatio intermitten : tidak - Gangguan tropis : tidak
- Sakit waktu istirahat : ya - kebas-kebas : tidak
- Rasa mati ujung jari : tidak
3. Tractus respiratorius
- Batuk : tidak - Stridor : tidak
- Berdahak : Tidak - sesak nafas : ya
- Hemaptoe : tidak - Pernafasan cuping hidung : tidak
- Sakit dada waktu bernafas : tidak - Suara parau : tidak
4. Tractus Digestivus
A. Lambung
- Sakit di epigastrium sebelum / sesudah makan : ya
/sesudah makan - Sendawa : ya
- Rasa panas di epigastrium : tidak - Anoreksia :ya
- Muntah (freq, warna, isi, dll) : : tidak - Mual : ya
- Hematemesis : tidak - Dysphagia : tidak
- Ructus : ya - Foetor es ore : tidak
- Pyrosis : tidak
B. Usus
24
- Sakit di abdomen : ya - Melena : ya
- Borborygmi : tidak - Tenesmi : tidak
- Defekasi (freq, warna, konsistensi) : 2x/hari, hitam, padat
- Flatulensi :tidak
- Obstipasi : tidak
- Haemorrhoid : tidak
- Diare (freq, warna, konsistensi) : tidak
C. Hati dan saluran empedu
- Sakit perut kanan memancar ke : tidak - Asites : ya
- Kolik : tidak - Oedema : ya
- Ikterus : tidak - Berak dempul : tidak
- Gatal-gatal di kuli : tidak
6. Sendi
- Sakit : tidak - Sakit digerakkan : tidak
- Sendi kaku : tidak - Bengkak : tidak
- Merah : tidak - Stand abnormal : tidak
25
7. Tulang
- Sakit : tidak -Fraktur spontan : tidak
- Bengkak : tidak - Deformasi : tidak
8. Otot
- Sakit : tidak - Kejang-kejang : tidak
- Kebas-kebas : tidak - Atrofi :tidak
9. Darah
- Sakit di mulut dan lidah : tidak -Muka pucat : ya
- Mata berkunang-kunang : tidak - Bengkak : ya
- Pembengkakan kelenjar : tidak - Penyakit darah : ya
- Merah di kulit : tidak - Perdarahan Sub kutan : tidak
10.Endokrin
A. Pankreas
- Polidipsi : tidak - Pruritus : tidak
- Polifagi : tidak - Pyorrhea : tidak
- Poliuri : tidak
B. Tiroid
- Nervositas : tidak - Struma : tidak
- Exoftalmus : tidak - Miksodem : tidak
C. Hipofisis
- Akromegali : tidak
- Distrofi adipos kongenital : tidak
11. FUNGSI GENITALIA
- Menarche : 12 Tahun - Ereksi : Tidak ditanyakan
- Siklus Haid : Teratur - Libido : Tidak ditanyakan
26
- Menopause : 50 tahun - Coitus : Tidak ditanyakan
- G / P / Ab ;4/4/0
12. Susunan syaraf
- Hipoastesia : tidak - Sakit kepala : tidak
- Parastesia : tidak - Gerakan tics : tidak
- Paralisis : tidak
14. Psikis
- Mudah tersinggung : tidak - Pelupa : tidak
- Takut : ya - Lekas marah : tidak
- Gelisah : ya
27
Anamnesa intoksikasi : Tidak ada
Anamnesa makanan :
- Nasi : freq 3 x/ sehari - Sayur : ya
- Ikan : ya - Daging : ya
Anamnesa family :
- Penyakit-penyakit family : Tidak ada
- Penyakit seperti orang sakit : Tidak
- Asnak-anak : 4, Hidup : 4, Mati : 0
Status Praesens
Keadaan Umum :
Sensorium : Compos mentis
Tekanan darah : 140/70 mmHg
Temperatur : 38,5 °C
Pernafasan : 20 x/menit, reg, tipe pernafasan thorakal abdominal
Nadi : 83 x/menit, equal,tegangan sedang, volume sedang
Keadaan Penyakit
- Anemi : ya - Eritema :tidak
- Ikterik : tidak - Turgor :baik < 2 detik
- Sianose : tidak - Gerakan aktif : ya
- Dispnoe : ya - Sikap tidur paksa :ya
- Edem : ya
Keadaan Gizi
28
BB : 60 kg TB = 142 cm
BB 60
BB 60 =
RBW : = X100%=14,5% IMT: TB 142
TB−100 142−100 ( )² ( )²
100 100
=30 kg/cm²
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
- Pertumbuhan rambut : normal
- Sakit kalau dipegang : tidak
- Perubahan lokal : tidak ada
a. Muka
- Sembab : ya - Parese : tidak
- Pucat : ya - Gangguan lokal : tidak
- Kuning : tidak
b. Mata
- Stand mata : normal - Ikterus : tidak
- Gerakan : segala arah - Anemia : ya
- Exoftalmos : tidak - Reaksi pupil : isokor +/+
- Ptosis : tidak - Gangguan lokal :Konjungtiva
anemis
c. Telinga
- Sekret : tidak
- Radang : tidak
- Bentuk : normal
29
- Atrofi : tidak
d. Hidung
- Sekret : tidak
- Bentuk : normal
- Benjolan-benjolan : tidak
e. Bibir
- Sianosis : tidak - Kering : tidak
- Pucat : ya - Radang : tidak
f. Gigi
- Karies : tidak - Jumlah : tidak dihitung
- Pertumbuhan : normal - Pyorrhoe alveolaris : tidak
g. Lidah
- Kering : ya - Beslag : tidak
- Pucat : ya - Tremor : tidak
h. Tonsil
- Merah : tidak - Membran : tidak
- Bengkak : tidak - Angina lacunaris : tidak
- Beslag : tidak
2. Leher
Inspeksi
- Struma : tidak teraba - Torticolis : tidak
- Kelenjar bengkak : tidak - Venektasi : tidak
- Pulsasi vena : tidak
Palpasi
- Posisi trachea : medial (normal) - Tekana vena jugularis : R – 2
cmH2O
- Sakit/nyeri tekan : tidak - Kosta servikalis : tidak
30
3. Thorax depan
Inspeksi
- Bentuk : Fusiformis - venektasi : tidak
- Simetris/asimetris : simetris ka=ki - Pembengkakan : tidak
- Bendungan vena : tidak - Pulsasi verbal : tidak
- Ketinggalan bernafas : tidak - Mammae : normal
Palpasi
- Nyeri tekan : tidak
- Fremitus suara : Normal ka = ki
- Fremissement : tidak
- Iktus kordis : tidak teraba
a. Lokasi :- -
b. Kuat angkat :- -
c. Melebar :- -
d. Iktus Negatif :-
Perkusi
31
B. Kanan : ICS IV linea sternalis dextra
C.Kiri: ICS V 2cm ke arah medial linea Midclavicularis sinistra
Auskultasi
- Paru –paru
o Suara pernafasan : Vesikuler dikedua lapang paru
o Suara Tambahan : Tidak Ada
a. Ronchi Basah : -
b. Ronchi Kering: -
c. Krepirtasi :-
d. Gesek Pelura : -
- Cor :
o Heart Rate : 100x/i, Reguler, Intensitas (Keras)
o Suara katup : (M1 > M2), (A2>A1), (P2 > P1), (A2>P2)
o Suara tambahan :
a. Desah jantung fungsionil/organis : Tidak
b. Gesek pericardial/pleurocardial : Tidak
4. Thorax belakang
Inspeksi
- Bentuk : Fusiformis
- Scapulae alta : Tidak
- Simetris/tidak : Simetris Ketinggalan bernafas : Tidak
- Benjolan : Tidak dijumpai Venektasi : Tidak
Palpasi
32
- Penonjolan : Tidak
Perkusi
Nyeri tekan di
epigastrium
5. Abdomen
Inspeksi
- Bengkak : Ya
- Venektasi : Tidak
- Gembung : Tidak
33
- Sirkulasi Collateral : Tidak
- Pulsasi : Tidak
Palpasi
- Pekak hati : Ya
- Pekak beralih : Ya
Auskultasi
7. Extremitas
a. Atas Dextra Sinistra
- Bengkak : Ya Ya
- Merah : Tidak Tidak
- Stand abnormal : Tidak Tidak
34
- Gangguan fungsi : Tidak Tidak
- Tes Rumpelit : Tidak dilakukan
- Refleks :
o Bisep : ++ ++
o Trisep : ++ ++
- Radio periost :+ +
b. Bawah
- Bengkak :Ya Ya
- Hiperemis : Tidak Tidak
- Edema : Ya Ya
- Pucat : Tidak Tidak
- Gangguan fungsi : Tidak Tidak
- Varises : Tidak Tidak
- Refleks
o KPR : ++ ++
o APR : ++ ++
o Struple :+ +
Darah
Darah Rutin
Hb 5.0 g/dL
Eritrosit 1,41 106/µL
Leukosit 16,270 /µL
Hematokrit 14,6 %
Index Eritrosit
35
MCV 143,3 fL
MCH 35,5 Pg
MCHC 34,5 %
Jenis Leukosit
Eosinofil 1,3 %
Basofil 0,5 %
N. Stab %
N. Seg 75,9 %
Limfosit 15,4 %
Monosit 6,9 %
Fungsi Hati
Fungsi Ginjal
Ureum 52 mg/dL
36
Albumin 1,9 g/dL
Klorida 98 mmol/L
RESUME
Anamnesis
Telaah :
R. Kebiasaan : Tidak teratur makan, minum jamu gendong (tidak rutin), tidak teratur
minum obat hipertensi
37
Status Present
Kesan:Obesitas
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Muka : Sembab, pucat, Mata : konjungtiva anemis,
Bibir: pucat, kering, Lidah : Kering, pucat
Leher : Dalam Batas Normal
Thorax : Dalam Batas Normal
38
Abdomen : Bengkak, kembung, nyeri tekan epigastrium
Extremitas : Tangan kanan dan kiri bengkak. Kaki kanan dan kiri
Bengkak
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosa Banding
39
- Tranfusi Albumin 20y
- Transfusi PRC ( Premedikasi : Dexamethason 2 amp )
- Sucralfate tab 3x C1 oral
- Antasida tab 3x C1 oral
- Zink tab 2x2 oral
- Vit C tab 2x 500mg oral
- Candexartan tab 1x8mg oral
4. Pemeriksaan Anjuran / Usul :
- Darah lengkap - Gastrokopi / esofagogastroduodenoskop
40