Dosen Pengampu:
Ani Asriani Basri, S.KM.,M.K.K.K
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2A
Dwi Septia Nurhasanah P17451311001
Khalisyah Salsabila P17451211002
Elvira Dania Sofyan P17451211005
Sifana Amalia Puspitaningrum P17451211010
Inggit Wulan Hidayat P17451211012
Nadila Septi Aliffia Hapsari P17451211013
Vina Choirotul Indahwati P17451211015
Selviani Putri Mebi Okta P17451211016
Silviana Dwi Agustina P17451211019
Salsabilah Nur Shafa P17451211022
Adela Agustia P17451211023
Wasiatul Maghfiro P17451211024
Putri Aulia Salsabila P17451211025
Dwi Fatikha Sari P17451211027
Andini Eka Putri P17451213033
Anung Apriliano Nugroho P17451213034
Dinda Syaf`iatul Mawaddah P17451213038
Galih Yudhanta P17451213040
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya dari kami
prodi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) jurusan terapan dapat menyusun laporan
ini sampai dengan selesai tepat waktu. Laporan ini berisi mengenai “Pengelolaan Alat
Medis Kategori Alat Semi Kritikal” Selain itu, kami sampaikan terima kasih selaku
Dosen Mata Kuliah yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini dengan
memberikan materi-materi yang bermanfaat selama perkuliahan berlangsung.
Dimana materi tersebut dapat menunjang pemikiran kami dalam penyusunan laporan.
Kami sangat berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar laporan ini bisa
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila dari kami sebagai penyusun
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kelompok kami. Untuk itu sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Kelompok 2
1.1 Pengertian Pengelolaan Alat Medis
Pengolahan Alat Medis adalah proses tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan dan membunuh semua bentuk kehidupan mikroorganisme
kecuali endospora dari peralatan dan instrument medis setelah digunakan pada
pasien.
1.2 Pengertian Peralatan Semi Kritikal
Peralatan Semi Kritis adalah peralatan yang menyentuh membran mukosa atau
kulit yang terbuka harus dilakukan proses disinfeksi tingkat tinggi yang
membunuh semua mikroorganisme kecuali spora dalam jumlah besar.
Contohnya adalah Endotracheal Tube, Nasogastric Tube, Laryngoscope,
kateter urine, kateter suction, OPA, nasal cannula oksigen, nasal cannula
CPAP, alat- alat Endoscopy/bronchoscopy dan lain-lain.
1.3 Tujuan Pengelolaan Alat Medis
1) Agar alat siap dan aman untuk digunakan kembali.
2) Sebagai salah satu tindakan untuk menghindari transmisi sebagai salah satu
tindakan untuk menghindari transmisi mikroorganisme sehingga tidak terjadi
infeksi.mikroorganisme sehingga tidak terjadi infeksi.
3) Sebagai tindakan awal sebelum dilakukan proses penanganan sebagai
tindakan awal sebelum dilakukan proses penanganan selanjutnya yaitu
dekontaminasi atau sterilisasi. selanjutnya yaitu dekontaminasi atau
sterilisasi.
4) Menjaga keamanan pasien yaitu Pengolahan yang tepat meningkatkan
keamanan pasien dengan mengurangi risiko kontaminasi silang antara
pasien. Alat medis yang telah diproses dengan baik dapat digunakan dengan
keyakinan bahwa mereka bebas dari mikroorganisme patogen yang dapat
menyebabkan infeksi atau komplikasi.
5) Menjaga kualitas alat medis yaitu Pengolahan yang tepat juga membantu
menjaga kualitas alat medis. Ini termasuk pembersihan yang memadai untuk
mencegah korosi atau kerusakan fisik alat, serta sterilisasi yang sesuai untuk
menjaga integritas dan keefektifan alat dalam jangka panjang.
1.4 Langkah Pengelolaan Alat Medis
Persiapan alat :
a. APD berupa
- masker medis
- sarung tangan (handscoon)
- apron
- Face Shield
- Nurse cap
- Sepatu boot
b. Cairan DTT (Desinfektan TIngkat Tinggi)
c. Lap kering bersih
d. Detergen dan sikat
e. Cairan klorin 0,5%
f. Korentang
g. Tromol
Langkah pengelolaan
a. Melakukan kebersihan tangan
b. Menggunakan APD yang baik dan benar
c. Memasukkan Alat semicritical pada larutan klorin selama 10 menit
d. Mencuci alat dengan detergen menggunakan sikat dan memastikan
bersih sempurna
e. Bilas menggunakan air bersih mengalir
f. Memasukkan alat ke larutan DTT selama 20 menit
g. Memindahkan alat yang telah direndam pada cairan DTT ke lap kering
menggunakan korentang, dan menunggu hingga alat2 kering
h. Melepas semua APD yang digunakan, membuang APD sekali pakai.
Melakukan kebersihan tangan
i. Jika peralatan sudah kering, simpan peralatan yang sudah steril ke
dalam tromol menggunakan korentang dan menyimpan pada lemari
penyimpanan.
Fungsi peralatan yang sudah disterilkan disimpan dalam tromol ialah, agar
alat-alat tersebut tetap bersih, steril, dan tidak terkontaminasi dari luar
● pembuangan Limbah
Limbah atau pembuangan harus dipisahkan pada titik penggunaan
perangkat yang dapat digunakan kembali, diidentifikasi dan dibuang
sesuai dengan kebijakan rumah sakit yang mengacu pada peraturan
pemerintah.
● pencucian/pembersihan
Semua perangkat yang dapat digunakan kembali harus dicuci bersih
sebelum desinfeksi atau sterilisasi.
● Perawatan peralatan yang terkontaminasi beras di lokasi
Barang bekas yang terkontaminasi harus dibersihkan sesegera mungkin
setelah digunakan. Untuk memulai pembersihan dan mencegah agar
kotoran tidak mengering, alat-alat tersebut harus segera dikemas dan
dibawa ke ruang dekontaminasi. Dibersihkan dari kotoran kotor sesuai
prosedur yang berlaku di tempat penggunaan dan segera dikemas untuk
mencegah percikan, cipratan atau penguapan hingga dibawa ke ruang
dekontaminasi.
● Menangani Alat-alat yang Terkontaminasi di Ruang Dekontaminasi
Untuk mulai membersihkan, alat harus:
○ Dibongkar ketika lebih dari satu komponen terpasang dan semua
port terbuka untuk membersihkan semua permukaan.
○ Diurutkan berdasarkan metode pembersihan. Dibersihkan
sebelum sterilisasi uap atau EO karena uap atau EO tidak dapat
menembus dan membunuh mikroorganisme. Jika alat tidak
dibersihkan dengan benar. Barang-barang ini tidak boleh
ditangani dengan muatan yang sama saat memasuki terminal
sterilisasi. Alat yang didekontaminasi dengan EO juga harus
berventilasi baik sebelumnya.
● Bahan-bahan Pencuci (Cleaning Agents)
Agar pembersih menjadi efektif, ia harus membantu menghilangkan sisa
kotoran organik tanpa merusak perangkat. Oleh karena itu deterjen
harus:
○ Bergantung pada bahan, alat, dan metode pencucian yang dipilih.
Ikuti rekomendasi produsen alat untuk jenis deterjen yang akan
digunakan.
○ Pemilihan bahan pembersih juga tergantung pada jenis
kotorannya, biasanya protein lebih mudah dihilangkan dengan
bahan pembersih yang bersifat basa. Garam mineral lebih mudah
dihilangkan dengan bahan pembersih asam. Pilihan deterjen dan
metode pencucian harus diputuskan sebelum memulai proses,
jika tidak, dapat terjadi kerusakan pada cucian atau mesin cuci.
○ Tentukan jumlah deterjen yang dibutuhkan sesuai dengan
konsentrasi garam mineral di dalam air. Gunakan lebih sedikit
detergen jika kandungan garam mineralnya rendah, gunakan
detergen lebih banyak jika air memiliki kandungan garam mineral
lebih tinggi.
○ Pertimbangkan untuk menggunakan enzim pelarut protein untuk
mencuci pakaian dengan benang atau jahitan. Ikuti petunjuk
produsen dan bahan alat.
● Disinfeksi Kimia
Pilihan desinfektan harus didasarkan pada penggunaan perangkat dan
tingkat desinfeksi yang diperlukan untuk aplikasi tersebut. Untuk
membunuh mikroorganisme, desinfektan pada konsentrasi tertentu
harus bersentuhan langsung dengan permukaan alat dalam waktu lama
sehingga dapat menembus sel mikroba dan mematikan sel patogen. Hal
ini membuat sangat sulit atau bahkan tidak mungkin membunuh
mikroorganisme dari peralatan yang tidak bersih.
● Pasteurisasi
● Dapat digunakan jika rumah sakit memiliki fasilitas tersebut.
Pasteurisasi adalah proses di mana mikroorganisme dalam media cair
dibunuh oleh panas. Pasteurisasi pertama kali ditemukan oleh seorang
ilmuwan Perancis bernama Louis Pasteur.
○ Pasteurisasi secara efektif membunuh mikroorganisme vegetatif,
tetapi tidak seefektif itu.
○ Pasteurisasi dilakukan dengan merendam alat pada suhu 71ºC
selama 30 menit.
○ Alat yang dapat diproses dengan pasteurisasi (Lampiran 3)
○ Keuntungan pasteurisasi pada peralatan rumah sakit:
■ Efektif dan efisien dalam mendesinfeksi peralatan rumah
sakit semi kritis. tidak beracun.
■ Ramah lingkungan.
■ Aman untuk digunakan.
■ Tidak merusak bahan.
● Memilih Prosedur
Tingkat desinfeksi alat yang diperlukan tergantung pada risiko infeksi
yang terkait dengan penggunaan alat tersebut. Oleh karena itu,
pemilihan metode dekontaminasi tergantung pada tingkat daya bunuh
(aktivitas bakterisida) yang diperlukan, yaitu. tinggi atau rendah.
● Memilih Desinfektan
Disinfektan diklasifikasikan menurut aktivitas bakterisidalnya.
Desinfektan dosis rendah membunuh sebagian besar bakteri vegetatif
yang tidak membentuk spora (basil tuberkulosis), beberapa jamur dan
virus lipofilik. Disinfektan sedang menghancurkan hampir semua bakteri
vegetatif non-sporulasi (basil tuberkulosis), jamur, virus hidrofilik dan
lipofilik. Desinfektan yang sangat efektif menghancurkan semua bakteri
vegetatif, beberapa spora, basil tuberkel, serta virus hidrofilik dan
lipofilik. Dengan penggunaan jangka panjang, desinfektan yang sangat
efektif dapat menghancurkan semua spora bakteri dan dianggap
sebagai bahan pensteril. Oleh karena itu pemilihan disinfektan harus
didasarkan pada efek bakterisidalnya sesuai dengan penggunaan alat
tersebut.
● Penggunaan Desinfektan
Harus sesuai label dan instruksi produsen.
○ Pelajari cara mengaktifkan produk, berapa lama efektif dan
apakah dapat digunakan kembali.
○ Ikuti rekomendasi produsen alat yang akan didisinfeksi untuk
mengetahui alat mana yang sesuai dengan zat tersebut dan
dapat ditangani dengan aman.
○ Cari tahu mikroorganisme mana yang dapat dibunuh oleh zat
tersebut dan berapa lama serta pada suhu berapa
mikroorganisme tersebut dapat dibunuh.
○ Pelajari cara menggunakan produk ini dengan aman. Hindari
kontak langsung produk dengan kulit, selaput lendir dan mata,
baik dalam bentuk cair maupun bubuk.
■ Kenakan alat pelindung seperti sarung tangan, kacamata
atau pelindung wajah, dan baju atau celemek lengan
panjang yang tahan cairan.
■ Ruangan harus berventilasi baik.
■ Tutup produk setiap kali.
■ Pemanasan produk dapat meningkatkan penguapan dan
pelepasan gas beracun.
○ Pelajari cara menggunakan produk secara efektif.
■ Alat harus dibersihkan terlebih dahulu untuk mengurangi
bioburden dan dikeringkan agar desinfektan bersentuhan
langsung dengan semua permukaan alat.
■ Bahan organik yang tertinggal pada alat dapat melindungi
mikroorganisme atau menonaktifkan desinfektan.
■ Residu deterjen dapat mempengaruhi pH desinfektan,
sehingga mengurangi keefektifannya.
■ Air yang tersisa membuat disinfektan lebih cair dan
mengurangi efektivitasnya.
■ Alat harus dicuci bersih dengan bidet air dan dikeringkan
dengan kompresor udara kelas medis khusus (tanpa
oli/oli/Jess) sebelum disimpan dan digunakan.
○ Pelajari bagaimana limbah cair disimpan dan dibuang.
○ Produsen harus menyediakan lembar data keselamatan jika
diperlukan.
4. Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud disini meliputi semua bahan yang tersedia
di fasilitas kesehatan yang dimaksudkan untuk menutupi, mengemas, dan
menampung barang-barang yang dapat digunakan kembali untuk sterilisasi,
penyimpanan, dan penggunaan. Tujuan dari paket ini adalah untuk
mempromosikan perawatan pasien yang aman dan efektif, yang merupakan
misi utama dari pusat sterilisasi.
● Prinsip-prinsip pengemasan
Paket ini memiliki tiga prinsip dasar:
○ Sterilant harus terserap dengan baik sehingga mencapai seluruh
permukaan kemasan dan isinya.
○ Isinya harus tetap steril sampai kemasannya dibuka.
○ Harus mudah dibuka dan dikeluarkan isinya tanpa kontaminasi.
● Persyaratan bahan pengemas sesuai dengan Metode Sterilisasi
yang dipakai.
Bahan yang dipakai untuk pengemasan sterilisasi harus sesuai dengan
proses sterilisasi yang dipilih :
○ Bahan kemasan pada Sterilisasi Uap
Bahan pengemas harus memungkinkan ventilasi yang baik dan
penyerapan kelembaban dari kemasan dan isinya. Dengan
beberapa alat sterilisasi uap juga ada proses hisap. Oleh karena
itu, bahan pengemas harus dapat melepaskan udara
sepenuhnya tanpa merusak bentuk kemasan dan segelnya.
Bahan kemasan juga harus mudah kering dan isinya juga mudah
kering.
○ Bahan kemasan pada Sterilisasi EO
Bahan pengemas harus memungkinkan penyerapan gas dan uap
sterilisasi yang baik dan mudah dikeluarkan dari kemasan dan
isinya selama periode ventilasi. Bahan pengemas harus
memungkinkan penyerapan gas dan uap sterilisasi yang baik dan
mudah dikeluarkan dari kemasan dan isinya selama periode
ventilasi.
○ Bahan kemasan pada Sterilisasi Panas-Kering
Bahan kemasan dan isinya harus tahan terhadap suhu yang
diperlukan untuk siklus pengeringan panas tanpa meleleh,
terbakar, atau rusak.
● Syarat Bahan Kemasan
○ Dapat Menahan Mikroorganisme dan Bakteri
Bahan yang digunakan untuk kemasan harus dapat menjaga
sterilitas dan melindungi isi yang sudah steril dari sumber
kontaminasi mikroba sejak kemasan dikeluarkan dari sterilizer
hingga kemasan dibuka untuk digunakan. Oleh karena itu,
material yang digunakan harus tidak berbulu dan juga tahan
terhadap penetrasi debu dan penyerapan uap (air atau cairan
lainnya).
○ Kuat dan Tahan Lama
Bahan pengemas harus cukup kuat untuk menampung isinya
selama proses sterilisasi dan penanganan. Itu harus tahan
terhadap sobekan dan tusukan dan tidak terpengaruh oleh
atmosfer atau kelembapan. Saat disimpan sebelum dan sesudah
sterilisasi, bahan kemasan tidak akan kusut, tidak berlubang saat
dilipat, tidak kusut saat ditumpuk, atau saling menempel saat
ditumpuk, dan segel tidak boleh dilepas
○ Mudah digunakan
Bahan harus mudah dikemas, sesuai dengan ukuran dan bentuk
alat yang akan dikemas, dan alat harus dikemas dengan rapat.
○ Tidak mengandung racun
Bahan kemasan harus bebas dari zat dan warna beracun yang
dapat menimbulkan reaksi merugikan pada pekerja atau pemutih
bila terkena steril. Di sisi lain, wadah daur ulang atau daur ulang
yang dicuci harus bersih dan kering.
○ Segel yang baik
Segel sangat penting untuk melindungi isi kemasan dan menjaga
sterilitas. Paket datar dapat ditutup dengan pita indikator atau
diikat dengan ikatan kain. Kantong yang terbuat dari plastik,
kombinasi plastik dan kertas, atau hanya kertas harus disegel
dengan segel panas atau selotip. Kantong yang disegel harus
disegel sesuai dengan instruksi pabriknya. Wadah sterilisasi
biasanya disegel dengan penutup tahan benturan. Selama
pembongkaran, semua metode penyegelan harus rusak dan
tidak dapat digunakan untuk menghindari kesalahan.
○ Dibuka Dengan Mudah Dan Aman
Bahan pengemas harus mudah dibuka untuk meminimalkan
risiko kontaminasi dan perangkat harus dapat diangkut secara
aseptis ke lokasi yang steril. Terkadang pembungkus datar juga
digunakan sebagai kain. Dalam hal ini, bahan yang digunakan
harus cukup besar untuk menutupi area bedah (tirai), fleksibel
dan menggantung dengan baik, serta tidak menggulung sehingga
menyebabkan kontaminasi pada isinya.
○ Masa kadaluarsa
Kemasan steril harus mampu menjaga isi tetap steril untuk hari
pemakaian. Pada dasarnya tanggal kadaluarsa tidak bergantung
pada waktu, melainkan pada peristiwa yang dialami paket
tersebut.
● Tipe-tipe Bahan Kemasan
○ Kertas
Penggunaan kemasan berbahan dasar kertas dimulai pada awal
1960-an. Secara umum, ada berbagai ukuran: 60 x 60, 90 x 90,
120 x 120, dll. Kertas dapat digunakan untuk proses sterilisasi
uap dan gas EO. Pada dasarnya kertas digunakan sebagai bahan
pengemas sebagai alternatif pengganti kain karena dapat
menahan bakteri (penghalang bakteri yang baik dan tidak
menyebabkan pengelupasan). Kriteria penggunaan kertas:
○ Ini memiliki sifat tidak menyerap air.
○ Memiliki Kekuatan tarik yang baik/tidak mudah sobek.
○ merupakan bahan antibakteri yang baik.
○ Bebas dari bahan beracun
○ Kertas hanya digunakan sekali.
○ Kertas dapat digunakan sebagai bahan pengemas dalam proses
sterilisasi uap dan EO.
Jenis kertas yang dapat digunakan untuk kemasan sterilisasi:
■ Kertas kraft medis. Kertas laminasi:
terdiri dari tiga lapisan, lapisan kedua mencegah
penyerapan uap tetapi permeabel terhadap udara
sehingga harus dilipat agar proses sterilisasi berjalan
dengan baik.
■ Kertas mentega yang tidak diamplas (beras 7,2 kg I) dapat
digunakan untuk sterilisasi uap, tetapi mudah sobek.
■ Kertas krep:
Menggantung dengan baik dan tidak mudah sobek. Dapat
digunakan untuk membungkus dan mensterilkan area
(duk). Untuk membungkus dan mensterilkan (duk). Pita
indikator bahan kimia harus dilampirkan pada setiap paket.
Band ini berubah warna untuk mengidentifikasi paket yang
telah mengalami proses sterilisasi.
○ Film Plastik
Bahan plastik tidak dapat menyerap cairan air atau uap, sehingga
bahan plastik tidak dapat digunakan sebagai kemasan untuk
sterilisasi uap. Biasanya ada kertas di satu sisi tas untuk
penetrasi uap. Pada umumnya tas terdiri dari dua bagian yaitu
kertas dan film. Secara umum, terdapat tiga acuan standar tas
steril di seluruh dunia, yaitu standar Amerika, Eropa, dan Jepang.
Saat ini ketiga standar tersebut digabungkan atau biasa disebut
standar harmonisasi, yang nantinya akan menjadi acuan tunggal.
○ Kain(Linen)
Linen adalah material paling tradisional yang digunakan sebagai
pembungkus steril.
Berikut beberapa keunggulan dan kelemahan dari kain/linen.
Keunggulan:
■ Kuat.
■ Relatif murah.
■ Nyaman / comfort.
Kelemahan:
■ Tidak memiliki kemampuan yang baik untuk menahan
bakteri (penghalang bakteri).
■ tidak menunjukkan konsistensi kualitas.
■ Mudah menyerap air.
■ Banyak bulu halus.
○ Kain Campuran
Untuk mencapai hasil yang baik, mengingat hal tersebut di atas,
kanvas digunakan dalam aplikasinya berlapis-lapis atau
dikombinasikan dengan bahan lain seperti kertas, sehingga
kombinasinya adalah kertas yang digunakan sebagai penutup
luar dan kain/kanvas dalam atau sebaliknya. Kombinasi katun
dan plastik meningkatkan kemampuan mencegah bakteri dan air,
tetapi akan melemah jika sering dicuci. Bahan ini cocok untuk
sterilisasi uap dan EO.
● Prosedur Dan Langkah-langkah pengemasan
Prosedur pengemasan harus mencakup:
○ Nama alat-alat yang akan dikemas.
○ Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan dan inspeksi alat-
alat, sesuai instruksi produsen dan spesifikasinya.
○ Sesuaikan Dengan metode sterilisasi yang dipakai. lipedan
ukuran alat-alat yang akan dikemas.
○ Penempatan alat-alat yang tepat dalam kemasan. Tips dan
penempatan yang tepat indikator kimia eksternal dan internal,
sesuai dengan kebijakan pengendalian mutu proses sterilisasi.
○ Metode atau teknik mengemas.
○ Metode pemberian segel pada setiap kemasan.
○ Metode Dan penempatan label untuk identifikasi isi kemasan.
○ Aplikasi informasi untuk pengendalian mutu, seperti nomor lot,
tanggal,dan identifikasi pekerja yang menyiapkan.
○ Petunjuk untuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi.
○ Peringatan mengenai waktu pengeringan, waktu pendinginan,
dan penanganan setelah proses sterilisasi. informasi mengenai
aplikasi pelindung setelah proses sterilisasi terhadap debu,
uap,vermin, dan sebagainya.
○ Petunjuk untuk penempatan pada penyimpanan, atau untuk
distribusi ke tempat pemakaian.
○ informasi untuk pemakai untuk mencegah kemungkinan
kontaminasi, misalnya prosedur yang tepat untuk penyimpanan
dan penanganan kemasan steril, inspeksi segel, dan metode
yang tepat untuk membuka alat-alat steril.