Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TBC

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah 
yang telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami
manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami
mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga
dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Purwokerto, 1 Oktober 2018

Penulis

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDU i

KATA PENGANTAR . ii

DAFTAR ISI .. iii

BAB I.. 1

PENDAHULUAN . 1
A. LATAR BELAKANG .. 1
B. RUMUSAN MASALAH.. 2
C. TUJUAN PENULISAN .. .2

BAB II 3

PEMBAHASAN . 3

A. PENGERTIAN . 3
B. PENYEBAB DAN FAKTOR RISIKO . 3
C. TANDA DAN GEJALA . 7
D. PEMERISAAN PENUNJANG . 8
E. PENEGAKAN DIAGNOSIS 8
F. TATA LAKSANA PENGOBATAN . 9
G. TATA LAKSANA KEPERAWATAN . 10
H. PENGKAJIAN . 11
I. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL . 12
J. RENCANA INTERVENSI . 12
K. EVALUASI . 13

BAB III

PENUTUP . 14

DAFTAR PUSTAKA . 15

LAMPIRAN-LAMPIRAN .

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Siapa yang tidak kenal dengan tuberkulosis (TB). Penyakit ini kian populer
dalam beberapa waktu dengan slogan baru yang disandangnya, “TB: Bukan Batuk
Biasa”. Beberapa orang awam mungkin lebih mengenalnya dengan sebutan penyakit
flek paru. Tak disangka, TB ternyata adalah penyakit usang yang sudah ditemukan
sejak jaman Mesir kuno. Meski usang, tapi penyakit ini masih belum bisa juga
dibasmi di muka bumi. Sampai-sampai, TB pun memiliki hari peringatan sedunia
yang jatuh setiap tanggal 24 Maret. Dengan adanya hari peringatan itu, tentu
diharapkan dunia aware terhadap penyakit ini.
TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-anak
pun terancam. Anak sangat rentan selama tahun pertama dari tiga tahun kehidupan
selama dan segera setelah pubertas. Baru-baru ini, jumlah kasus TB semakin
meningkat, banyak yang tercatat, terutama kaum gelandangan, pada kelompok
masyarakat berpendapatan rendah, dan mereka yang terinfeksi kuman HIV.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak
menderita TB dan 100.000 di antaranya meninggal dunia. Disinilah masalah mulai
muncul. Insiden yang terus merangkak tidak disertai dengan kemudahan menegakkan
diagnosis sedini mungkin. Demikian papar Prof Dr. dr. Cissy B Kartasasmita,
SpA(K) dalam The 2007 National Symposium Update on Tuberculosis and
Respiratory Disorders, Bandung, 23-25 Maret 2006. Pada orang dewasa, diagnosis
pasti ditegakkan apabila menemukan kuman M. tuberculosis dalam sputum/dahak.
Akan tetapi, anak-anak sangat sulit bila diminta untuk mengeluarkan dahak. Bila pun
ada, jumlah dahak yang dikeluarkan tidak cukup. Jumlah dahak yang cukup untuk
dilakukan pemeriksaan basil tahan asam adalah sebesar 3-5 ml, dengan konsistensi
kental dan purulen.
Masalah kedua adalah jumlah kuman M. tuberculosis dalam sekret bronkus
anak lebih sedikit daripada orang dewasa. Hal itu dikarenakan lokasi primer TB pada
anak terletak di kelenjar limfe hilus dan parenkim paru bagian perifer. BTA positif
baru dapat dilihat bila minimal jumlah kuman 5000/ml dahak. Selain itu, gejala klinis
TB pada anak tidak khas. Hal-hal tersebutlah yang sering membuat kita misdiagnosis
atau overdiagnosis. Gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan
organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain seperti kulit (skrofuloderma),

1
tulang, otak, mata, usus, dan organ lain. Jangan sampai salah diagnosis atau
overdiagnosis!
Untuk itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana cara
mengetahui anak yang terinfeksi TB dan bagaimana Asuhan Keperawatannya?

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu TBC ?
2. Apa saja penyebab dan factor risiko TBC ?
3. Apa saja tanda dan gejala TBC?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah penulis ingin memberikan atau
memperluas pengetahuan masyarakat tentang TBC, sehingga masyarakat mengetahui
tanda – tanda awal timbulnya TBC.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Penyakit TBC ( Tuberkulosis ) merupakan jenis penyakit menular
yang sampai saat ini masih menjadi perhatian seluruh dunia. Sampai saat ini,
bahkan belum ada satu negara pun yang bebas dari penyakit TBC. Angka
kematian dan kesakitan akibat bakteri mycobacterium tuberculosis ini pun
sangat tinggi. Kita harus mengetahui bahwa penyakit TBC dapat menyerang
siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan juga dapat
menyerang dimana saja. Berdasarkan data yang ada, setiap tahunnya di
Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar
140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit TBC. Dan
yang lebih penting, saat ini Indonesia berada pada urutan ketiga terbesar
sebagai negara dengan masalah penyakit TBC di dunia.

B. Penyebab dan factor risiko Penyebab :


Infeksi yang terjadi dari mycobacterium tubercolosis memang sangat menular
karena itulah penyakit TBC menjadi penyakit menular yang sangat cepat.
Jenis mycobacterium lain seperti mycobacterium bovis hanya menginfeksi
pada sapi, sementara mycobacterium avium banyak terjadi pada penderita
HIV/AIDS. Berikut ini beberapa hal yang bisa dikenali dari mycobacterium
tubercolosis penyebab TBC :

 Mycobacterium tubercolosis adalah jenis bakteri yang berbentuk batang


dengan ukuran sekitar 2-4 micrometer. Ukuran lebar bakteri
mycobacterium tubercolocis mencapai 0,2 hingga 0,5 micrometer.
 Bersifat aerob obligat karena itu selalu menginfeksi pada bagian paru-
paru.
 Memiliki waktu generasi yang sangat lambat sekitar 15 hingga 20 jam
 Bersifat parasit intraseluler fakultatif
 Rantai sel bakteri memiliki tali dengan bentuk yang sangat khas
 Tidak termasuk dalam gram positif maupun gram negatiF, sehingga tidak
memiliki karakteristik kimia.

3
Factor risiko :

Merokok

Merokok didapati memiliki pertalian dgn meningkatkan dampak buat


mendapati kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik &
kanker kandung kemih.Adat merokok meningkatkan efek buat terkena TB
paru jumlahnya 2,2 kali. Kepada th 1973 mengkonsumsi rokok di Indonesia
per orang per th yakni 230 batang, relatif lebih rendah bersama 430
batang/orang/tahun di Sierra Leon, 480 batang/orang/tahun di Ghana & 760
batang/orang/tahun di Pakistan (Achmadi, 2005). Prevalensi merokok kepada
nyaris seluruh Negeri berkembang lebih dari 50% berjalan terhadap cowok
dewasa, sedangkan perempuan perokok kurang dari 5%. Bersama adanya
rutinitas merokok bakal menolong utk terjadinya infeksi TB Paru.

Kelembaban hawa atau Udara

Kelembaban hawa dalam lokasi buat mendapatkan kenyamanan, di mana


kelembaban yang optimum berkisar 60% bersama temperatur kamar 22° –
30°C. Kuman TB Paru dapat serta-merta mati kalau terkena sinar matahari
segera, namun bakal berkukuh hidup sewaktu sekian banyak jam di area yang
gelap & lembab.

Keadaan rumah

Keadaan rumah bakal jadi salah satu aspek dampak penularan penyakit TBC.
Atap, dinding & lantai mampu jadi ruang perkembang biakan kuman.Lantai &
dinding yag susah dibersihkan bakal menyebabkan penumpukan debu, maka
bakal dijadikan juga sebagai fasilitas yg baik bagi berkembangbiaknya kuman
Mycrobacterium tuberculosis.

Persyaratan kepadatan hunian utk semua rumah rata rata dinyatakan dalam
m2/orang. Luas minimum perorang amat sangat relatif tergantung dari mutu
bangunan & sarana yang sedia. Buat rumah sederhana luasnya minimum 10
m2/orang. Utk kamar tidur dipakai luas lantai minimum 3 m2/orang. Untuk
mencegah penularan penyakit pernapasan, jarak antara pinggir ruang tidur yg

4
satu dengan yang yang lain minimum 90 centimeter. Kamar tidur sebaiknya
tak ditempati lebih dari dua orang, kecuali buat suami istri & anak dibawah 2
tahun. Buat menjamin volume hawa yang lumayan, di syaratkan serta langit-
langit minimum tingginya 2,75 meter.

Factor Type Kelamin

Di benua Afrika tidak sedikit tuberkulosis terutama menyerang cowok.


Terhadap tahun 1996 jumlah penderita TB Paru cowok nyaris dua kali lipat di
bandingkan jumlah penderita TB Paru kepada perempuan, merupakan 42,34%
terhadap laki laki & 28,9 prosen kepada perempuan. Antara thn 1985-1987
penderita TB paru cowok condong meningkat sejumlah 2,5%, sedangkan
penderita TB Paru kepada perempuan menurun nol,7%. TB paru Iebih tidak
sedikit berlangsung terhadap laki laki di bandingkan dgn perempuan sebab
pria sebahagian akbar memiliki adat merokok maka memudahkan
terjangkitnya TB paru.

Faktor Usia

Sekian Banyak aspek dampak penularan penyakit tuberkulosis di Amerika


adalah usia, type kelamin, ras, asal negeri bidang, juga infeksi AIDS. Dari
hasil penelitian yang dilaksanakan di New York terhadap Panti penampungan
beberapa orang gelandangan menunjukkan bahwa bisa jadi mendapat infeksi
tuberkulosis aktif meningkat dengan cara bermakna serasi dgn usia. Insiden
paling tinggi tuberkulosis paru umumnya berkenaan umur dewasa belia. aDi
Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru yakni group umur produktif
yakni 15-50 th.

Tugas atau Pekerjaan

Type tugas maemastikan perihal risiko apa yang mesti dihadapi tiap-tiap
individu. Apabila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan
partikel debu di daerah terpapar bakal mempengaruhi terjadinya kendala
kepada saluran pernafasan. Paparan kronis hawa yang tercemar bakal
meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran
pernafasan & kebanyakan TB Paru.

5
Type tugas seorang pun mempengaruhi kepada pendapatan keluarga yang
dapat memiliki resiko pada gaya hidup sehari-hari diantara mengkonsumsi
makanan, pemeliharaan kesehatan diluar itu serta dapat mempengaruhi kepada
kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala keluarga yang memili ki
pendapatan di bawah UMR bakal mengonsumsi makanan dgn kadar gizi yang
tidak searah dengan kepentingan bagi tiap-tiap anggota keluarga maka
memiliki status gizi yang kurang & bakal memudahkan untuk terkena
penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam faktor kategori kontruksi rumah
bersama memiliki pendapatan yang kurang sehingga kontruksi rumah yang
dipunyai tak memenuhi syarat kesehatan maka bakal membantu terjadinya
penularan penyakit TB Paru.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seorang bakal mempengaruhi pada wawasan seorang


diantaranya berkenaan rumah yang memenuhi syarat kesehatan & wawasan
penyakit TB Paru, maka bersama wawasan yang pass sehingga seorang dapat
coba buat memiliki tabiat hidup bersin & sehat. diluar itu tingkat pedidikan
seorang bakal mempengaruhi pada kategori pekerjaannya.

Ventilasi

Ventilasi memiliki tidak sedikit fungsi. Fungsi mula-mula merupakan buat


menjaga supaya aliran hawa didalam rumah tersebut masihlah segar. Faktor
ini berarti keseimbangan oksigen yanag dimanfaatkan oleh penghuni rumah
tersebut terus terjaga. Kurangnya ventilasi bakal menyebabkan kurangnya
oksigen di dalam rumah, di samping itu kurangnya ventilasi dapat
menyebabkan kelembaban hawa di dalam ruang naik sebab terjadinya paroses
penguapan cairan dari kulit & penyerapan. Kelembaban ini dapat yaitu
fasilitas yang baik utk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab
penyakit, contohnya kuman TB.

Fungsi ke-2 dari ventilasi itu ialah utk membebaskan hawa area dari bakteri-
bakteri, terutama bakteri patogen, dikarenakan di situ senantiasa berjalan
aliran hawa yang tetap menerus. Bakteri yng terbawa oleh hawa bakal
senantiasa mengalir. Fungsi yang lain yaitu buat menjaga biar area kamar
tidur senantiasa masih di dalam kelembaban (humiditiy) yg optimum.

6
Buat sirkulasi yg baik digunakan paling sedikit luas lubang ventilasi segede
10% dari luas lantai. Buat luas ventilasi permanen minimal 5% dari luas lantai
& luas ventilasi insidentil (mampu di buka tutup) 5% dari luas lantai. Hawa
segar serta dimanfaatkan buat menjaga temperatur & kelembaban hawa dalam
ruang. Biasanya temperatur kamar 22° – 30°C dari kelembaban hawa
optimum kira kira 60%.

Pencahayaan

Untuk mendapatkan cahaya pass kepada siang hri, digunakan luas jendela
kaca minimum 20% luas lantai. Bila peletakan jendela kurang baik atau
kurang leluasa sehingga akan dipasang genteng kaca. Cahaya ini amat sangat
utama dikarenakan sanggup membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam
rumah, contohnya basil TB, sebab itu rumah yang sehat mesti memiliki jalan
masuk cahaya yg lumayan. Intensitas pencahayaan minimum yang
dimanfaatkan 10 kali lilin atau kira kira 60 lux., kecuali utk kamar tidur
digunakan cahaya yanag lebih redup. Seluruh tipe cahaya akan mematikan
kuman cuma tidak sama dari sudut lamanya proses mematikan kuman buat
tiap-tiap jenisnya..Cahaya yanag sama kalau dipancarkan lewat kaca tak
berwarna bakal membunuh kuman dalam tempo yng lebih langsung dari
terhadap yg lewat kaca berwama Penularan kuman TB Paru relatif tak tahan
terhadap sinar matahari. Seandainya sinar matahari akan masuk dalam rumah
juga sirkulasi hawa diatur sehingga dampak penularan antar penghuni dapat
teramat menyusut.

C. Tanda dan gejala

1. Keadaan postur tubuh klien yang tampak etrangkat kedua bahunya.


2. BB klien biasanya menurun; agak kurus.
3. Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 - 41° C.
4. Batu lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.
5. Batuk yang kadang disertai hemaptoe.
6. Sesak nafas.
7. Nyeri dada.
8. Malaise, (anorexia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot,
berkeringat pada malam hari).

7
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.


2. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) positif untuk basil asam cepat.
3. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi 10
mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan
infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan
penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti
bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh
mycobacterium yang berbeda.
4. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5. Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan
menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.
6. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan
cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.
7. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel
raksasa menunjukan nekrosis.
8. Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ; ex
;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas.
GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada
paru.
9. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang
mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan
saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan
jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).

E. PENEGAKAN DIAGNOSIS

Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan melalui pemeriksaan gejala klinis,


mikrobiologi, radiologi, dan patologi klinik. Pada program tuberkulosis nasional,
penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti radiologi, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan
mendiagnosis tuberkulosis hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto

toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehi ngga sering
terjadi overdiagnosis.

F. TATALAKSANA PENGOBATAN
Pengobatan yang dapat diberikan pada klien dengan tuberculosis Paru,
yaitu :
1) Kategori I (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru.

8
2) Kategori II (2 HRZES / HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien
yang pengobatan kategori 1 nya gagal).
3) Kategori III (2 HR/ 4H3R3) untuk pasien yang baru dengan BTA negative
RO positif
4) Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila ada pemeriksaan akhir
tahap intensif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II
ditemuukan BTA positif. Obat diminum sekaligus 1 jam sebelum sarapan
pagi.
Dosis pemberian obat kategori 1:
a) Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE) :
1) INH (H) : 300 mg – 1 tablet.
2) Rimfapisin (R) : 450 mg - 1 kaplet
3) Pirazinamid (P) :1500 mg - 3 kaplet @ 500 mg
4) Ethambutol (E) : 750 mg – 3 kaplet @250 mg
Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali
regimen ini di sebut kombipak II
b) Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam semingggu selan 4 bulan (4
H3R3) :
1) INH (H) : 600 mg – 2 tablet @ 300 mg
2) Rimfapisin (R) : 450 mg – 1 kaplet
Obat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak
54 kali regimen ini disebut kombipak III.

G. TATALAKSANA KEPERAWATAN
1. Farmakologi
Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis , yaitu
sebagai berikut:
 Aktivitas bakterisid
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang
tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteriosid
biasanya diukur dengan kecepataan obat tersebut membunuh
atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan
didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan
pengobatan).
 Aktivitas sterilisasi

9
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang
pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif).
Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah
pengobatan dihentikan.
 Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu
macam obat saja. Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal
ini banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah terjadinya
resistensi ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai
perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang
bersifat bakterisid. Dengan memakai perpaduan obat ini,
kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang
ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta
pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH
2. Keperawatan
 Penyuluhan
 Pencegahan
 Pemberian obat-obatan
 OAT (obat anti tuberculosis)
 Bronchodilator
 Ekspectoran
 OBH (obat batuk hitam)
 Vitamin
Fisioterapi dan rehabilitasi konsultasi secara teratur

H. PENGKAJIAN
a. Pola pemeliharaan kesehatan
1) Adanya riwayat keluarga yang mengidap penyakit tuberculosis paru
2) Kebiasaan merokok atau minum alcohol
3) Lingkungan yang kurang sehat, pemukiman padat, ventilasi rumah
yang kurang.
b. Pola nutrisi metabolic
1) Nafsu atau selera makan menurun
2) Mual
3) Penurunan berat badan
4) Turgor kulit buruk,kering, kulit bersisik

10
c. Pola eliminasi
1) Adanya gangguan pada BAB seperti konstipasi
2) Warna urin berubah menjadi agak pekat karena efek samping dari
obat tuberculosisparu
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Kelemahan umum/ anggota gerak
2) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari terganggu.
e. Pola tidur dan istirahat
1) Kesulitan tidur pada malam hari
2) Mimpi buruk
3) Berkeringat pada malam hari
f. Pola persepsi kognitif
Nyeri dada meningkat karena batuk
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Perasaan isolasi/ penolakan karena panyakit menular
2) Perasaan tidak berdaya
h. Pola peran hubungan dengan sesame
1) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
2) Frekuensi ineraksi antara sesame jadi kurang.
i. Pola reproduksi seksualitas
Gangguan pemenuhan kkebutuhan biologis dengan pasangan
j. Pola meknisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Menyangkal (khususnya selama hidup ini)
2) Ansietas
3) Perasaan tidak berdaya
k. Pola sistem kepercayaan
Kegiatan beribadah terganggu

I. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL


1. Kebersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan hipersekresi
sekresi.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
olveolar-kapiler.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
proses penyakit.

11
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adekuatnya
pertahanan primer, penurunan gerakan silia, statis dan sekresi.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan
berhubungan dengan informasi kurang atau tidak adekuat.

J. RENCANA INTERVENSI
1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala
tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk
sebanyak mungkin.
2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk
menjamin keamanan.
4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau
kolaps paru-paru.
5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan
menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi
 Pemberian antibiotika.
 Pemeriksaan sputum dan kultur sputum.
 Konsul photo toraks.

K. EVALUASI

Evaluasi yang diharapkan pada penyakit Tuberkulosis Paru


berdasarkan diagnosa yang muncul adalah mempertahankan jalan napas,
mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi, bebas dari distress
pernapasan, nyeri berkurang / hilang , bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan
berat badan menjadi ideal, melakukan perubahan perilaku dan pola hidup
untuk meningkatkan kesehatan dan menurunkan resiko pengaktifan ulang
penyakit Tuberculosis Paru.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan
karena adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk
mencegah penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri
dan lingkungan. Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera
ditangani dengan cepat.

B. Saran
       Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah
penyakit yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita
dituntut untuk minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter
serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilynn E ,Rencana Asuhan Keperawatan ,EGC, Jakarta , 2000.


Lynda Juall Carpenito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan , edisi 2 ,
EGC, Jakarta ,1999.
Mansjoer dkk , Kapita Selekta Kedokteran ,edisi 3 , FK UI , Jakarta 1999.
Price,Sylvia Anderson , Patofisologi : Konsep Klinis Proses – Proses penyakit , alih
bahasa Peter Anugrah, edisi 4 , Jakarta , EGC, 1999.
Tucker dkk, Standart Perawatan Pasien , EGC, Jakarta , 1998.

15
LAMPIRAN
GRADING SCHEME COMPETENCE

a. KETEPATAN PENJELASAN

DIMENSI SANGAT MEMUASKAN BATAS KURANG DI BAWAH STANDART SKOR


MEMUASKAN MEMUASKAN
PENGERTIAN PENGERTIAN PENGERTIAN PENGERTIAN PENGERTIAN PENGERTIAN KURANG JELAS, TANPA 10%
DIJELASKAN DIJELASKAN DIJELASKAN CUKUP KURANG JELAS, PENEJELASAN DENGAN GAMBAR DAN TANPA
DENGAN RINCI/ DENGAN RINCI/ RINCI/ DETAIL TANPA SUMBER
DETAIL, DISETAI DETAIL, TANPA TANPA PENJELASAN
DENGAN DISETAI DENGAN PENJELASAN GAMBAR,
PENJELASAN GAMBAR, DAN DENGAN WALAU SUMBER
MENGGUNAKAN ATAU SUMBER MENGGUNAKAN DICANTUMKAM
GAMBAR, DAN TIDAK GAMBAR , WALAU
SUMBER DICANTUMKAN, SUMBER UP TO
DICANTUMKAN, ATAU SUMBER DATE, HANDAL DAN
SUMBER UP TO DICANTUMKAN TAPI MINAL 2
DATE DR TIDAK UP TO DATE
REFERENSI DAN ATAU
TERPERCAYA REFERENSI
MINIMAL 2 KURANG
TERPERCAYA DAN
ATAU KURANG 2
TANDA DAN TANDA DAN TANDA DAN GEJALA TANDA DAN GEJALA TANDA DAN TANDA DAN GEJALA DIJELASKAN DENGAN SANGAT 10%
GEJALA GEJALA DIJELASKAN DIJELASKAN GEJALA SEDERHANA TANPA ADA PENJELASAN APAPUN,
DIJELASKAN DENGAN RINCI/ DENGAN cukup DIJELASKAN ADA MAUPUN TIDAK ADA PENCANTUMAN SUMBER
DENGAN RINCI/ DETAIL, tanpa RINCI/ DETAIL, tanpa DENGAN kurang
DETAIL, DISETAI DISETAI DENGAN DISETAI DENGAN RINCI/ DETAIL,
DENGAN PENJELASAN PENJELASAN tanpa DISETAI
PENJELASAN PATOFISIOLOGINYA PATOFISIOLOGINYA DENGAN
PATOFISIOLOGIN , walau SUMBER , walau SUMBER PENJELASAN
YA, DAN SUMBER DICANTUMKAN, DICANTUMKAN, PATOFISIOLOGI
DICANTUMKAN, SUMBER UP TO SUMBER UP TO NYA, walau
SUMBER UP TO DATE DR DATE DR SUMBER
DATE DR REFERENSI REFERENSI DICANTUMKAN,
REFERENSI TERPERCAYA TERPERCAYA SUMBER UP TO
TERPERCAYA DATE DR
REFERENSI
TERPERCAYA
ETIOLOGI ETIOLOGI ETIOLOGI ETIOLOGI ETIOLOGI ETIOLOGI DISAMPAIKAN DENGAN kurang JELAS dan 10%
DISAMPAIKAN DISAMPAIKAN DISAMPAIKAN DISAMPAIKAN DETAIL, tanpa MENGGUNAKAN HASIL PENELITIAN
DENGAN JELAS, DENGAN JELAS, DENGAN cukup DENGAN kurang TERKAIT MINIMAL 2 , DAN SUMBER DICANTUMKAN,
DETAIL, DETAIL, tanpa JELAS dan DETAIL, JELAS dan SUMBER UP TO DATE DR REFERENSI
MENGGUNAKAN MENGGUNAKAN walau DETAIL, TERPERCAYA
HASIL PENELITIAN HASIL PENELITIAN MENGGUNAKAN MENGGUNAKAN
TERKAIT MINIMAL TERKAIT MINIMAL HASIL PENELITIAN HASIL
2 , DAN SUMBER 2 , walau SUMBER TERKAIT MINIMAL PENELITIAN
DICANTUMKAN, DICANTUMKAN, 2 , DAN SUMBER TERKAIT
SUMBER UP TO SUMBER UP TO DICANTUMKAN, MINIMAL 2 , DAN
DATE DR DATE DR SUMBER UP TO SUMBER
REFERENSI REFERENSI DATE DR DICANTUMKAN,
TERPERCAYA TERPERCAYA REFERENSI SUMBER UP TO
TERPERCAYA DATE DR
REFERENSI
TERPERCAYA
FAKTOR FAKTOR RISIKO FAKTOR RISIKO FAKTOR RISIKO FAKTOR RISIKO FAKTOR RISIKO DISAMPAIKAN DENGAN kurang 10%
RISIKO DISAMPAIKAN DISAMPAIKAN DISAMPAIKAN DISAMPAIKAN JELAS dan DETAIL, tanpa MENGGUNAKAN HASIL
DENGAN JELAS, DENGAN JELAS, DENGAN cukup DENGAN kurang PENELITIAN TERKAIT MINIMAL 2 , DAN SUMBER
DETAIL, DETAIL, tanpa JELAS dan DETAIL, JELAS dan DICANTUMKAN, SUMBER UP TO DATE DR
MENGGUNAKAN MENGGUNAKAN walau DETAIL, REFERENSI TERPERCAYA
HASIL PENELITIAN HASIL PENELITIAN MENGGUNAKAN MENGGUNAKAN
TERKAIT MINIMAL TERKAIT MINIMAL HASIL PENELITIAN HASIL
2 , DAN SUMBER 2 , walau SUMBER TERKAIT MINIMAL PENELITIAN
DICANTUMKAN, DICANTUMKAN, 2 , DAN SUMBER TERKAIT
SUMBER UP TO SUMBER UP TO DICANTUMKAN, MINIMAL 2 , DAN
DATE DR DATE DR SUMBER UP TO SUMBER
REFERENSI REFERENSI DATE DR DICANTUMKAN,
TERPERCAYA TERPERCAYA REFERENSI SUMBER UP TO
TERPERCAYA DATE DR
REFERENSI
TERPERCAYA
PEMERIKSA PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PENUNJANG DIJELASKAN DENGAN 10%
AN PENUNJANG PENUNJANG PENUNJANG PENUNJANG kurang JELAS dan DETAIL tanpa DISERTAI
DIJELASKAN DIJELASKAN DIJELASKAN DIJELASKAN DENGAN RASIONAL/ ALASAN DR PEMERIKSAAN
PENUNJANG DENGAN JELAS, DENGAN JELAS, DENGAN cukup DENGAN kurang TERSEBUT, dan atau HASIL DAN INTEPRETASI
DETAIL DISERTAI DETAIL tanpa JELAS dan DETAIL JELAS dan HASIL, dan atau SUMBER DICANTUMKAN, SUMBER
DENGAN DISERTAI DENGAN tanpa DISERTAI DETAIL walau UP TO DATE DR REFERENSI TERPERCAYA
RASIONAL/ RASIONAL/ ALASAN DENGAN RASIONAL/ DISERTAI
ALASAN DR DR PEMERIKSAAN ALASAN DR DENGAN
PEMERIKSAAN TERSEBUT, dan atau PEMERIKSAAN RASIONAL/
TERSEBUT, HASIL HASIL DAN TERSEBUT, dan atau ALASAN DR
DAN INTEPRETASI INTEPRETASI HASIL DAN PEMERIKSAAN
HASIL, SUMBER HASIL, dan atau INTEPRETASI TERSEBUT, dan
DICANTUMKAN, SUMBER HASIL, dan atau atau HASIL DAN
SUMBER UP TO DICANTUMKAN, SUMBER INTEPRETASI
DATE DR SUMBER UP TO DICANTUMKAN, HASIL, dan atau
REFERENSI DATE DR SUMBER UP TO SUMBER
TERPERCAYA REFERENSI DATE DR DICANTUMKAN,
TERPERCAYA REFERENSI SUMBER UP TO
TERPERCAYA DATE DR
REFERENSI
TERPERCAYA
BAGAN BAGAN BAGAN PATYWAYS BAGAN PATYWAYS BAGAN BAGAN PATYWAYS MENGGAMBARKAN ALUR 25%
PATWAYS PATYWAYS MENGGAMBARKAN MENGGAMBARKAN PATYWAYS PERJALANAN / PROSES PENYAKIT YANG kurang
MENGGAMBARKA ALUR ALUR MENGGAMBARK JELAS tanpa memunculkan TANDA GEJALA YANG
N ALUR PERJALANAN / PERJALANAN / AN ALUR DIDASARI OLEH ANALISIS PATOFISIOLOGI YANG
PERJALANAN / PROSES PENYAKIT PROSES PENYAKIT PERJALANAN / ADA
PROSES YANG JELAS YANG cukup JELAS PROSES
PENYAKIT YANG HINGGA MUNCUL HINGGA MUNCUL PENYAKIT YANG
SANGAT JELAS TANDA GEJALA TANDA GEJALA kurang JELAS
HINGGA MUNCUL YANG DIDASARI YANG DIDASARI HINGGA
TANDA GEJALA OLEH ANALISIS OLEH ANALISIS MUNCUL TANDA
YANG DIDASARI PATOFISIOLOGI PATOFISIOLOGI GEJALA YANG
OLEH ANALISIS YANG ADA YANG ADA DIDASARI OLEH
PATOFISIOLOGI ANALISIS
YANG ADA PATOFISIOLOGI
YANG ADA
PENATALAK MACAM2 MACAM2 MACAM2 MACAM2 MACAM2 PENATALAKSANAAN MEDIS DAN 25%
SANAKAN PENATALAKSANA PENATALAKSANAA PENATALAKSANAA PENATALAKSAN PERAWATANNYA DIJELASKAN kurang LENGKAP,
AN MEDIS DAN N MEDIS DAN N MEDIS DAN AAN MEDIS DAN walau TUJUAN/ INDIKASI MAUPUN EFEK DARI
MEDIS dan PERAWATANNYA PERAWATANNYA PERAWATANNYA PERAWATANNY TINDAKAN TERSEBUT DIJELASKAN SECARA DETAIL
PERAWATAN DIJELASKAN DIJELASKAN DIJELASKAN A DIJELASKAN DAN JELAS ataupun tidak , walau SUMBER
NYA SECARA SECARA LENGKAP, SECARA LENGKAP, cukup LENGKAP, DICANTUMKAN, UP TO DATE DAN TERPERCAYA dan
LENGKAP, TUJUAN/ INDIKASI tapi TUJUAN/ walau TUJUAN/ disertai atau tidak sumber dari hasil penelitian ataupun
TUJUAN/ INDIKASI MAUPUN EFEK DARI INDIKASI MAUPUN INDIKASI tidak
MAUPUN EFEK TINDAKAN EFEK DARI MAUPUN EFEK
DARI TINDAKAN TERSEBUT TINDAKAN DARI TINDAKAN
TERSEBUT JUGA diJELASKAN TERSEBUT tidak TERSEBUT
DIJELASKAN SECARA DETAIL DIJELASKAN DIJELASKAN
SECARA DETAIL DAN JELAS , SECARA DETAIL SECARA DETAIL
DAN JELAS , SUMBER DAN JELAS , walau DAN JELAS
SUMBER DICANTUMKAN, UP SUMBER ataupun tidak ,
DICANTUMKAN, TO DATE DAN DICANTUMKAN, UP walau SUMBER
UP TO DATE DAN TERPERCAYA tanpa TO DATE DAN DICANTUMKAN,
TERPERCAYA, disertai sumber dari TERPERCAYA dan UP TO DATE
disertai sumber dari hasil penelitian disertai atau tidak DAN
hasil penelitian ataupun tidak sumber dari hasil TERPERCAYA
penelitian ataupun dan disertai atau
tidak tidak sumber dari
hasil penelitian
ataupun tidak
2. KERJA SAMA TIM

DIMENSI SELALU SERING JARANG TIDAK PERNAH


4 3 2 1
Memberikan semangat kepada anggota kelompok dalam menjalankan tugas

bertanggungjawab terhadap tugas

Semangat kerja yang tinggi

pencetus ide yang kreatif

loyal dan komit dalam menjalankan tugas

dapat bekerja sama

Mematuhi peraturan yang disepakati kelompok


PENILAIAN KERJASAMA DALAM TIM

No Nama Penilain Penilain Penilaian Penilaian Penilaian Rata-rata


mahasiswa maha mahasiswa mahasiswa mahasiswa nilai
sri astuti siswa subur saeful awali tri indah sari
subchan prasetyo
wisnu
1 Umi faizah 83 85 82 80 79 81.5

Anda mungkin juga menyukai