KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah
yang telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami
manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami
mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga
dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDU i
KATA PENGANTAR . ii
BAB I.. 1
PENDAHULUAN . 1
A. LATAR BELAKANG .. 1
B. RUMUSAN MASALAH.. 2
C. TUJUAN PENULISAN .. .2
BAB II 3
PEMBAHASAN . 3
A. PENGERTIAN . 3
B. PENYEBAB DAN FAKTOR RISIKO . 3
C. TANDA DAN GEJALA . 7
D. PEMERISAAN PENUNJANG . 8
E. PENEGAKAN DIAGNOSIS 8
F. TATA LAKSANA PENGOBATAN . 9
G. TATA LAKSANA KEPERAWATAN . 10
H. PENGKAJIAN . 11
I. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL . 12
J. RENCANA INTERVENSI . 12
K. EVALUASI . 13
BAB III
PENUTUP . 14
DAFTAR PUSTAKA . 15
LAMPIRAN-LAMPIRAN .
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siapa yang tidak kenal dengan tuberkulosis (TB). Penyakit ini kian populer
dalam beberapa waktu dengan slogan baru yang disandangnya, “TB: Bukan Batuk
Biasa”. Beberapa orang awam mungkin lebih mengenalnya dengan sebutan penyakit
flek paru. Tak disangka, TB ternyata adalah penyakit usang yang sudah ditemukan
sejak jaman Mesir kuno. Meski usang, tapi penyakit ini masih belum bisa juga
dibasmi di muka bumi. Sampai-sampai, TB pun memiliki hari peringatan sedunia
yang jatuh setiap tanggal 24 Maret. Dengan adanya hari peringatan itu, tentu
diharapkan dunia aware terhadap penyakit ini.
TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-anak
pun terancam. Anak sangat rentan selama tahun pertama dari tiga tahun kehidupan
selama dan segera setelah pubertas. Baru-baru ini, jumlah kasus TB semakin
meningkat, banyak yang tercatat, terutama kaum gelandangan, pada kelompok
masyarakat berpendapatan rendah, dan mereka yang terinfeksi kuman HIV.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak
menderita TB dan 100.000 di antaranya meninggal dunia. Disinilah masalah mulai
muncul. Insiden yang terus merangkak tidak disertai dengan kemudahan menegakkan
diagnosis sedini mungkin. Demikian papar Prof Dr. dr. Cissy B Kartasasmita,
SpA(K) dalam The 2007 National Symposium Update on Tuberculosis and
Respiratory Disorders, Bandung, 23-25 Maret 2006. Pada orang dewasa, diagnosis
pasti ditegakkan apabila menemukan kuman M. tuberculosis dalam sputum/dahak.
Akan tetapi, anak-anak sangat sulit bila diminta untuk mengeluarkan dahak. Bila pun
ada, jumlah dahak yang dikeluarkan tidak cukup. Jumlah dahak yang cukup untuk
dilakukan pemeriksaan basil tahan asam adalah sebesar 3-5 ml, dengan konsistensi
kental dan purulen.
Masalah kedua adalah jumlah kuman M. tuberculosis dalam sekret bronkus
anak lebih sedikit daripada orang dewasa. Hal itu dikarenakan lokasi primer TB pada
anak terletak di kelenjar limfe hilus dan parenkim paru bagian perifer. BTA positif
baru dapat dilihat bila minimal jumlah kuman 5000/ml dahak. Selain itu, gejala klinis
TB pada anak tidak khas. Hal-hal tersebutlah yang sering membuat kita misdiagnosis
atau overdiagnosis. Gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan
organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain seperti kulit (skrofuloderma),
1
tulang, otak, mata, usus, dan organ lain. Jangan sampai salah diagnosis atau
overdiagnosis!
Untuk itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana cara
mengetahui anak yang terinfeksi TB dan bagaimana Asuhan Keperawatannya?
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu TBC ?
2. Apa saja penyebab dan factor risiko TBC ?
3. Apa saja tanda dan gejala TBC?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah penulis ingin memberikan atau
memperluas pengetahuan masyarakat tentang TBC, sehingga masyarakat mengetahui
tanda – tanda awal timbulnya TBC.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penyakit TBC ( Tuberkulosis ) merupakan jenis penyakit menular
yang sampai saat ini masih menjadi perhatian seluruh dunia. Sampai saat ini,
bahkan belum ada satu negara pun yang bebas dari penyakit TBC. Angka
kematian dan kesakitan akibat bakteri mycobacterium tuberculosis ini pun
sangat tinggi. Kita harus mengetahui bahwa penyakit TBC dapat menyerang
siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan juga dapat
menyerang dimana saja. Berdasarkan data yang ada, setiap tahunnya di
Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar
140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit TBC. Dan
yang lebih penting, saat ini Indonesia berada pada urutan ketiga terbesar
sebagai negara dengan masalah penyakit TBC di dunia.
3
Factor risiko :
Merokok
Keadaan rumah
Keadaan rumah bakal jadi salah satu aspek dampak penularan penyakit TBC.
Atap, dinding & lantai mampu jadi ruang perkembang biakan kuman.Lantai &
dinding yag susah dibersihkan bakal menyebabkan penumpukan debu, maka
bakal dijadikan juga sebagai fasilitas yg baik bagi berkembangbiaknya kuman
Mycrobacterium tuberculosis.
Persyaratan kepadatan hunian utk semua rumah rata rata dinyatakan dalam
m2/orang. Luas minimum perorang amat sangat relatif tergantung dari mutu
bangunan & sarana yang sedia. Buat rumah sederhana luasnya minimum 10
m2/orang. Utk kamar tidur dipakai luas lantai minimum 3 m2/orang. Untuk
mencegah penularan penyakit pernapasan, jarak antara pinggir ruang tidur yg
4
satu dengan yang yang lain minimum 90 centimeter. Kamar tidur sebaiknya
tak ditempati lebih dari dua orang, kecuali buat suami istri & anak dibawah 2
tahun. Buat menjamin volume hawa yang lumayan, di syaratkan serta langit-
langit minimum tingginya 2,75 meter.
Faktor Usia
Type tugas maemastikan perihal risiko apa yang mesti dihadapi tiap-tiap
individu. Apabila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan
partikel debu di daerah terpapar bakal mempengaruhi terjadinya kendala
kepada saluran pernafasan. Paparan kronis hawa yang tercemar bakal
meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran
pernafasan & kebanyakan TB Paru.
5
Type tugas seorang pun mempengaruhi kepada pendapatan keluarga yang
dapat memiliki resiko pada gaya hidup sehari-hari diantara mengkonsumsi
makanan, pemeliharaan kesehatan diluar itu serta dapat mempengaruhi kepada
kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala keluarga yang memili ki
pendapatan di bawah UMR bakal mengonsumsi makanan dgn kadar gizi yang
tidak searah dengan kepentingan bagi tiap-tiap anggota keluarga maka
memiliki status gizi yang kurang & bakal memudahkan untuk terkena
penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam faktor kategori kontruksi rumah
bersama memiliki pendapatan yang kurang sehingga kontruksi rumah yang
dipunyai tak memenuhi syarat kesehatan maka bakal membantu terjadinya
penularan penyakit TB Paru.
Tingkat Pendidikan
Ventilasi
Fungsi ke-2 dari ventilasi itu ialah utk membebaskan hawa area dari bakteri-
bakteri, terutama bakteri patogen, dikarenakan di situ senantiasa berjalan
aliran hawa yang tetap menerus. Bakteri yng terbawa oleh hawa bakal
senantiasa mengalir. Fungsi yang lain yaitu buat menjaga biar area kamar
tidur senantiasa masih di dalam kelembaban (humiditiy) yg optimum.
6
Buat sirkulasi yg baik digunakan paling sedikit luas lubang ventilasi segede
10% dari luas lantai. Buat luas ventilasi permanen minimal 5% dari luas lantai
& luas ventilasi insidentil (mampu di buka tutup) 5% dari luas lantai. Hawa
segar serta dimanfaatkan buat menjaga temperatur & kelembaban hawa dalam
ruang. Biasanya temperatur kamar 22° – 30°C dari kelembaban hawa
optimum kira kira 60%.
Pencahayaan
Untuk mendapatkan cahaya pass kepada siang hri, digunakan luas jendela
kaca minimum 20% luas lantai. Bila peletakan jendela kurang baik atau
kurang leluasa sehingga akan dipasang genteng kaca. Cahaya ini amat sangat
utama dikarenakan sanggup membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam
rumah, contohnya basil TB, sebab itu rumah yang sehat mesti memiliki jalan
masuk cahaya yg lumayan. Intensitas pencahayaan minimum yang
dimanfaatkan 10 kali lilin atau kira kira 60 lux., kecuali utk kamar tidur
digunakan cahaya yanag lebih redup. Seluruh tipe cahaya akan mematikan
kuman cuma tidak sama dari sudut lamanya proses mematikan kuman buat
tiap-tiap jenisnya..Cahaya yanag sama kalau dipancarkan lewat kaca tak
berwarna bakal membunuh kuman dalam tempo yng lebih langsung dari
terhadap yg lewat kaca berwama Penularan kuman TB Paru relatif tak tahan
terhadap sinar matahari. Seandainya sinar matahari akan masuk dalam rumah
juga sirkulasi hawa diatur sehingga dampak penularan antar penghuni dapat
teramat menyusut.
7
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
E. PENEGAKAN DIAGNOSIS
toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehi ngga sering
terjadi overdiagnosis.
F. TATALAKSANA PENGOBATAN
Pengobatan yang dapat diberikan pada klien dengan tuberculosis Paru,
yaitu :
1) Kategori I (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru.
8
2) Kategori II (2 HRZES / HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien
yang pengobatan kategori 1 nya gagal).
3) Kategori III (2 HR/ 4H3R3) untuk pasien yang baru dengan BTA negative
RO positif
4) Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila ada pemeriksaan akhir
tahap intensif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II
ditemuukan BTA positif. Obat diminum sekaligus 1 jam sebelum sarapan
pagi.
Dosis pemberian obat kategori 1:
a) Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE) :
1) INH (H) : 300 mg – 1 tablet.
2) Rimfapisin (R) : 450 mg - 1 kaplet
3) Pirazinamid (P) :1500 mg - 3 kaplet @ 500 mg
4) Ethambutol (E) : 750 mg – 3 kaplet @250 mg
Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali
regimen ini di sebut kombipak II
b) Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam semingggu selan 4 bulan (4
H3R3) :
1) INH (H) : 600 mg – 2 tablet @ 300 mg
2) Rimfapisin (R) : 450 mg – 1 kaplet
Obat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak
54 kali regimen ini disebut kombipak III.
G. TATALAKSANA KEPERAWATAN
1. Farmakologi
Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis , yaitu
sebagai berikut:
Aktivitas bakterisid
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang
tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteriosid
biasanya diukur dengan kecepataan obat tersebut membunuh
atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan
didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan
pengobatan).
Aktivitas sterilisasi
9
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang
pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif).
Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah
pengobatan dihentikan.
Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu
macam obat saja. Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal
ini banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah terjadinya
resistensi ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai
perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang
bersifat bakterisid. Dengan memakai perpaduan obat ini,
kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang
ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta
pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH
2. Keperawatan
Penyuluhan
Pencegahan
Pemberian obat-obatan
OAT (obat anti tuberculosis)
Bronchodilator
Ekspectoran
OBH (obat batuk hitam)
Vitamin
Fisioterapi dan rehabilitasi konsultasi secara teratur
H. PENGKAJIAN
a. Pola pemeliharaan kesehatan
1) Adanya riwayat keluarga yang mengidap penyakit tuberculosis paru
2) Kebiasaan merokok atau minum alcohol
3) Lingkungan yang kurang sehat, pemukiman padat, ventilasi rumah
yang kurang.
b. Pola nutrisi metabolic
1) Nafsu atau selera makan menurun
2) Mual
3) Penurunan berat badan
4) Turgor kulit buruk,kering, kulit bersisik
10
c. Pola eliminasi
1) Adanya gangguan pada BAB seperti konstipasi
2) Warna urin berubah menjadi agak pekat karena efek samping dari
obat tuberculosisparu
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Kelemahan umum/ anggota gerak
2) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari terganggu.
e. Pola tidur dan istirahat
1) Kesulitan tidur pada malam hari
2) Mimpi buruk
3) Berkeringat pada malam hari
f. Pola persepsi kognitif
Nyeri dada meningkat karena batuk
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Perasaan isolasi/ penolakan karena panyakit menular
2) Perasaan tidak berdaya
h. Pola peran hubungan dengan sesame
1) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
2) Frekuensi ineraksi antara sesame jadi kurang.
i. Pola reproduksi seksualitas
Gangguan pemenuhan kkebutuhan biologis dengan pasangan
j. Pola meknisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Menyangkal (khususnya selama hidup ini)
2) Ansietas
3) Perasaan tidak berdaya
k. Pola sistem kepercayaan
Kegiatan beribadah terganggu
11
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adekuatnya
pertahanan primer, penurunan gerakan silia, statis dan sekresi.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan
berhubungan dengan informasi kurang atau tidak adekuat.
J. RENCANA INTERVENSI
1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala
tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk
sebanyak mungkin.
2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk
menjamin keamanan.
4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau
kolaps paru-paru.
5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan
menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi
Pemberian antibiotika.
Pemeriksaan sputum dan kultur sputum.
Konsul photo toraks.
K. EVALUASI
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan
karena adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk
mencegah penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri
dan lingkungan. Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera
ditangani dengan cepat.
B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah
penyakit yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita
dituntut untuk minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter
serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
GRADING SCHEME COMPETENCE
a. KETEPATAN PENJELASAN