Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN INDUIVIDU KELUAGA BINAAN

RT 13 KELURAHAN : BULURAN KENALI,KECAMATAN:TELANAIPURA

‘’KESPRO REMAJA (KEPUTIHAN”)’’

OLEH :

MEGA AFDINA

PO.71.24.1.17.257

POLITEHNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI JURUSAN KEBIDANAN


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji bagi Tuhan semesta alam atas berkat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan individu hasil Praktik Kerja Nyata (PKN). Adapun penyusunan laporan individu hasil
kegiatan PKN ini adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi dan merupakan rangkaian dari
mata kuliah pada Jurusan kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi Dalam penyusunan
laporan hasil kegiatan ini kami menghadapi berbagai hambatan dan tantangan namun hal itu
tidak mengurangi semangat kami dalam melaksanakan PKN di Kelurahan Buluran Kenali
Kec.Telanaipura dilaksanakan pada tanggal 4 sampai 22 Februari 2021.
Kuliah Kerja Nyata ini dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan, bimbingan dan
kerjasama dari ibu dosen. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ibu
Dosen yang telah membantu pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata.
Penyusun sepenuhnya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan
Laporan Kuliah Kerja Nyata ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
memperbaikinya. Semoga Laporan Kuliah Kerja Nyata ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Jambi Februari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………………. 1
B. Perumusan Masalah……………………………...………………………………2
C. Tujuan…………………………………………....………………………………2
D. Metode Penulisan………………………………..……………………………….3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Keluarga............................................................................................4
B. Tugas Keluarga.....................................................................................10
C. Konsep sesuai Permasalahan kesling dan kespro.........................................11

BAB III PROSES PEMBINAAN


A. Tinjauan Tentang Keluarga
1. Biodata
Keluarga…………………………………………………………….20
2. Faktor Sosial Ekonomi……………………………………………………..21
3. Faktor Lingkungan……………………………….…………………………21
4. Penggunaan Sarana Kesehatan……………….……………………………22
5. Riwayat Kesehatan Keluarga……………………………………………….23

B. Identifikasi, Analisa, Prioritas Masalah


1. Identifikasi Masalah Kesehatan Keluarga………………………………….23
2. Analisa Masalah Kesehatan Keluarga………….…………………………23
3. Prioritas Masalah…………………………………………………………24
4. Masalah Kesehatan Keluarga…………………..…………………………26
5. Rencana, Pelaksanaan dan Evaluasi Kesehatan Keluarga…….…………...27

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan……………………………………………………………………..35
B. Saran……………………………………………………………….…………35

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi merupakan institusi pendidikan tenaga
kesehatan di Provinsi Jambi, berdiri berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan
Nasional No. 59123/MPN/2000 dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
298/Menkes/SK/IV/2001, Tanggal 16 April 2001. Tujuan Pendidikan Tinggi di
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi mengarah pada pendidikan vokasional, yaitu
menghasilkan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan akademik dan
keterampilan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan yang mencakup
Keperawatan, Kebidanan, Sanitasi, Keperawatan Gigi, Teknologi Laboratorium
Medik dan Farmasi.
Salah Satu upaya untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional adalah
dengan melakukan Praktik belajar lapangan atau Praktik Kerja Nyata (PKN) dengan
pusat yang dilaksanakan di domisili tempat tinggal masing-masing mahasiswa dengan
pendekatan Interprofesional Education Collaboration (IPEC). IPEC dapat terjadi
apabila 2 atau lebih profesi saling bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah
kesehatan.
Kegiatan PKN Terpadu merupakan suatu penerapan ilmu dan teknologi oleh
mahasiswa dalam bidang kesehatan khususnya kebidanan komunitas dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan dan peningkatan status kesehatan. Dalam prosesnya
mahasiswa diharapkan mampu mengenal masalah, menentukan kualitas masalah,
merumuskan alternative terbaik dalam pemecahan masalah. Kemudian menyusun
rencana kegiatan sesuai dengan keahlian yang dimiliki, dengan memperhatikan segala
sumber daya yang ada di masyarakat.
Dalam kesempatakn kali ini penulis melakukan kegiatan PKN Poltekkes Kemnkes
Jambi di RT 13 Kelurahan Buluran Kenali Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi,
dengan melakukan Intervensi berdasarkan masalah yang sedang dihadapi keluarga
binaan yaitu keputihan pada remaja berkolaborasi dengan jurusan keperawatan untuk

4
membahas mengenai masalah Kesehatan lingkungan yang juga menjadi masalah di
keluarga binaan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan masalah
yaitu :
1. Bagaimana cara mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga binaan
2. Bagaimana cara menganalisa masalah kesehatan keluarga binaan
3. Apa prioritas masalah yang sedang dihadapi keluarga binaan
4. Apa saja masalah kesehatan keluarga
5. Apa saja rencana, pelaksanaan dan Evaluasi pada kesehatan keluarga binaan
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu mengintervensi kesehatan terhadap keluarga binaan, dengan menerapkan
ilmu kebidanan komunitas yang telah dipelajari dalam bangku kuliah.
b. Tujuan Khusus
Dalam proses kegiatan PKN ini diharapkan mampu :
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga binaan.
2. Menganalisa masalah kesehatan keluarga binaan.
3. Menentukan prioritas masalah yang sedang di hadapi keluarga binaan.
4. Menentukan masalah kesehatan keluarga.
5. mampu melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada keluarga
binaan.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasisswa
Manfaat dari kegiatan PKN terhadap mahasiswa adalah menambah wawasan,
keterampilan, serta pengalaman dalam melakukan kerja sama dengan lintas
profesi yang berbeda dalam melakukan pemecahan kesehatan pada keluarga
binaan.
2. Bagi Pemerintah
Adanya PKN diharapkan hasil temuan di lokasi PKN dapat menjadi masukan
bagi pemerintah untuk merencanakan program kesehatan dimasa yang akan
datang.

5
3. Bagi Masyarakat
a. Dapat menambah pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan dan
termotivasi untuk bertindak sesuai dengan perilaku hidup sehat.
b. Memperoleh bantuan tenaga dan pikiran untuk merencanakan serta
melaksanakan pembangunan bidang kesehatan.
c. Memperoleh pembaharuan-pembaharuan di bidang Kesehatan
d. Terbentuknya kader-kader pembangunan bidang kesehatan di dalam
masyarakat
4. Bagi Poltekkes Kemkes Jambi
a. Kegiatan PKN diharapkan keberadaan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jambi tampak nyata dalam masyarakat khususnya dalam penerapan Tri
Dharma Perguruan Tinggi.
b. Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi akan lebih mantap dalam
melaksanakan proses pembelajaran kepada mahasiswa.
c. Tenaga pengajar (pembimbing) memperoleh berbagai kasus yang dapat
digunakan sebagai contoh dalam proses pendidikan.
d. Mempercepat dan meningkatkan Kerjasama antara perguruan tinggi
sebagai pusat ilmu dan teknologi dengan instansi pemerintah.
e. Ilmu yang dikembangkan di perguruan tinggi akan lebih bermanfaat dalam
pengarahan berbagai masalah dalam pembangunan.
E. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Wilayah kerja kegiatan KKN/PKN terpadu berada di Kecamatan Telanaipura
Kelurahan Buluran Kenali.
2. Waktu
Waktu dilakukannya kegiatan KKN/PKN terpadu ini adalah dimulai pada
tanggal 1 Februari 2021- 21 Februari 2021.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien dalam
asuhan keperawatan. Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat,
sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, tenaga
Kesehatan mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah
memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi
kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan Kesehatan, tenaga Kesehatan
harus memperhatikan nilai-nilai yang dianut keluarga, budaya keluarga serta berbagai
aspek yang terkait dengan apa yang diyakini dalam keluarga tersebut ( Saiful 2012).
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan perkembangan
sosial yang terjadi di masyarakat. Beberapa ahli tersebut diantaranya sebagai berikut :

1) Marilyn M. Friedman (1998) yang menyatakan bahwa keluarga adalah kumpulan


dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional
dimana individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga.
2) Duval dan Logan (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang
dengan ikatan perkawinan kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga
3) Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) menjelaskan bahwa keluarga
adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya. Dari ketiga pengertian para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah sebagai berikut:

7
1) Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah
perkawinan atau adopsi
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial seperti peran suami, istri, anak, kakak dan adik
Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta
meningkatkan perkembangan fisik psikologis dan sosial anggota keluarga
yang lain.

Uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu


sistem. Sebagai suatu system, keluarga mempunyai anggotayaitu ayah, ibu dan
anakatau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut.
Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi
untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka
sehingga dapat dipengaruhi oleh supra-sistemnya seperti lingkungan
(masyarakat). Sebaliknya, sebagai subsistem dari lingkungan masyarakat,
keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra-sistem).

2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut effendi, terdiri dari bermacam-macam, diantaranya
adalah :
1) Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
ayah.
2) Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
3) Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu.
4) Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5) Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

8
3. Ciri-ciri Keluarga
1) Diikat dalam suatu tali perkawinan
2) Ada hubungan darah.
3) Ada ikatan batin.
4) Ada tanggung jawab masing-masing anggotnya
5) Ada pengambilan keputusan .
6) Kerjasama diantara anggota keluarga.
7) Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
8) Tinggal dalam satu rumah.
9) Suami sebagai pengambil keputusan
10) Merupakan suatu kesatuan yang utuh
11) Berbentuk monogram
12) Bertanggung jawab
13) Pengambil keputusan
14) Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
15) Ikatan kekeluargaan sangat erat
16) Mempunyai semangat gotong-royong
4. Keluarga Sebagai Sasaran Pelayanan Kesehatan
Stuart (2001) memberikan batasan mengenai siapa yang disebut keluarga.
Lima sifat keluarga yang dijabarkan antara lain sebagai berikut:
1) Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu system.
2) Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap
perlindungan makanan dan sosialisasi anggotanya.
3) Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota
keluarga.
4) Setiap anggota dapat atau tidak dapat saling berhubungan dan dapat
atau tidak dapat tinggal dalam satu atap.
5) Keluarga bisa memiliki anak ataupun tidak.

Berikut ini merupakan latar belakang mengapa keluarga dijadikan sebagai


sasaran pelayanan keperawatan :

1) Keluarga Dipandang Sebagai Sumber Daya Kritis Untuk


Menyampaikan Pesan-Pesan Kesehatan.

9
2) Keluarga Sebagai Satu Kesatuan Keluarga dipandang sebagai suatu
kesatuan dari sejumlah anggota keluarga berada dalam satu ikatan dan
saling mempengaruhi. Jika perawat tidak memahami ketika melakukan
pengkajian terhadap setiap anggota keluarga maka perawat tersebut
tidak akan mendapatkan data yang dibutuhkan, mengingat data
anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi.
Contohnya, jika salah satu anggota keluarga ingin melanjutkan sekolah
di luar negeri dan ia harus meninggalkan orang-orang yang selama ini
dianggap dekat, maka hal tersebut akan berdampak pada orang yang
meninggalkan ataupun orangorang yang ditinggalkan (homesick
syndrome). Perubahan yang terjadi bisa dimulai dengan menurunnya
nafsu makan, kesedihan yang berlarut-larut, menurunnya prestasi
belajar dan lainnya.
3) Hubungan yang Kuat dalam Keluarga dengan Status Kesehatan
Anggotanya Peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap
perawatan kesehatan, mulai dari tahapan peningkatan kesehatan,
pencegahan, pengobatan sampai dengan rehabilitasi. Contohnya
keluarga yang peduli akan kesehatannya akan memperhentikan
pemberian makanan dengan gizi seimbang pada anggotanya.
Memberikan imunisasi sebagai upaya pencegahan pada anak-anaknya.
4) Hubungan yang Kuat dalam Keluarga dengan Status Kesehatan
Anggotanya Peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap
perawatan kesehatan, mulai dari tahapan peningkatan kesehatan,
pencegahan, pengobatan sampai dengan rehabilitasi. Contohnya
keluarga yang peduli akan kesehatannya akan memperhentikan
pemberian makanan dengan gizi seimbang pada anggotanya.
Memberikan imunisasi sebagai upaya pencegahan pada anak-anaknya.
Individu Dipandang dalam Konteks Keluarga Seseorang dapat lebih
memahami peran dan fungsinya apabila ia dipandang dalam konteks
keluarga, contohnya peran seorang anak yang sedang beranjak dewasa
dan akan menikah berubah menjadi peran suami atau calon ayah bagi
keluarganya.
5) Keluarga sebagai Sumber Dukungan Sosial bagi Anggota Keluarga
Lainnya Dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap individu di

10
dalam setiap siklus kehidupannya. Dukungan sosial akan semakin
dibutuhkan pada saat seseorang sedang menghadapi masalah atau
sakit, di sinilah peran anggota keluarga diperlukan untuk menjalani
masa-masa sulit dengan cepat.

5. Peran dan Fungsi Keluarga


a. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai
peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1) Peranan ayah :
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2) Peranan ibu :
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
3) Peranan anak :
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
b. Fungsi Keluarga
1) Fungsi biologis :
a. Meneruskan keturunan
b.  Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2) Fungsi Psikologis :

11
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3) Fungsi sosialisasi :
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkatperkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4) Fungsi ekonomi :
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua).
5) Fungsi pendidikan :
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat
perkembangannya.
6) Fungsi religious
a. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota lain dalam kehidupan beragama
dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan
bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada
kehidupan lain setelah di dunia ini.
7) Fungsi rekreasi
a. keluarga dalam fungsi rekreasi ini adalah tidak selalu harus
pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga

12
sehingga dapat mencapai keseimbangan kepribadian masing-
masing.
8) Fungsi perlindungan
a. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga
merasa terlindung dan merasa aman.
9) Fungsi perasaan
a. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara intitusif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota lain dalam
berkomunikasi dan
b. interaksi antar semua anggota keluarga, sehingga saling
pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan
dalam keluarga.
B. Tugas Keluarga
Tugas keluarga menurut (Friedman ,1998)
1. Menurut Friedman (1998) ada lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan
yaitu sebgai berikut:
1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda.
4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan sosial balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan yang ada.
Pada dasarnya tugas keluarga ada 8 tugas pokok sebagai berikut:
1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2) emeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3) Pembagian masing-masing anggota sesuai dengan kedudukannya masing-
masing.
4) Sosialisasi antar anggota keluarga.
5) Pengatur jumlah anggota keluarga.
6) Pemelihara ketertiban anggota keluarga.

13
7) Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
9)
C. Konsep Keputihan
A. Keputihan (Fluor Albus)

Keputihan atau fluor albus atau leukorea atau vaginal discharge merupakan istilah
yang menggambarkan keluarnya cairan dari organ genitalia atau vagina yang
berlebihan dan bukan darah (Sibagariang, 2010). Menurut Kusmiran (2011),
keputihan adalah cairan bukan darah yang keluar di luar biasanya dari liang vagina
baik berbau atau tidak, serta disertai adanya rasa gatal setempat. Menurut Monalisa et
al., (2012), keputihan terbagi dua macam, yaitu:

a. Keputihan Fisiologis
Keputihan fisiologis merupakan cairan yang terkadang berupa lendir atau
mukus dan mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedangkan
keputihan patologis banyak mengandung leukosit. Keputihan fisiologis terjadi pada
perubahan hormon saat masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi
antara hari ke 10-16 siklus menstruasi, pada saat terangsang, hamil, kelelahan, stres,
dan sedang mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB, serta atrofi
vulvovagina (hipoestrogenisme) pada menopause.
b. Keputihan Patologis
Merupakan cairan eksudat dan mengandung banyak leukosit. Cairan ini terjadi
akibat reaksi tubuh terhadap luka (jejas). Luka (jejas) ini dapat diakibatkan oleh
infeksi mikroorganisme seperti jamur (Candida albicans), parasit (Trichomonas),
bakteri (E.coli, Staphylococcus, Treponema pallidum). Keputihan patologis juga
dapat terjadi akibat benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke dalam
vagina, neoplasma jinak, lesi, prakanker, dan neoplasma ganas.

B. Penyebab keputihan
1) Keputihan atau fluor albus yang fisiologis dapat ditemukan pada :
1. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira sepuluh hari. Hal ini dikarenakan
adanya pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
2. Saat menarche karena pengaruh estrogen yang meningkat.

14
3. Rangsangan saat koitus terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina (Spence
et al., 2007).
4. Saat masa ovulasi adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut
rahim.
5. Kehamilan menyebabkan peningkatan mukus servik yang padat sehingga
6. menutup lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga uterus.
7. Penggunaan kontrasepsi hormonal atau mengubah metode kontrasepsim(Monalisa
et al., 2012).

Keputihan patologis dapat disebabkan beberapa hal berikut ini, yaitu :

1. Infeksi
1) Infeksi Jamur
Infeksi jamur terjadi jika ada kelainan flora vagina (misalnya penurunan
laktobasil) dan 80-95% disebabkan oleh Candida albicans. Gejala yang biasanya
muncul adalah keputihan kental seperti keju, bewarna putih susu, rasa gatal, dan
sebagian melekat pada dinding vagina akibatnya terjadi kemerahan dan
pembengkakan pada mulut vagina. Infeksi kandida tidak dianggap sebagai
penyakit menular seksual dan dapat timbul pada wanita yang belum menikah.
Kelompok resiko khusus yang rentan mengalami kandidiasis adalah penderita
diabetes mellitus, pengguna kontrasepsi oral, pemakai antibiotika dan obat
kortikosteroid yang lama, dan wanita hamil. Selain itu, keputihan yang disebabkan
kandida bisa disebabkan menurunnya kekebalan tubuh seperti penyakit penyakit
kronis, serta memakai pakaian dalam yang ketat dan terbuat dari bahan yang tidak
menyerap keringat.

2. Bakteri
a. Gardnerella vaginalis
Bakteri ini terdapat kira-kira 30% dalam flora vagina wanita normal.
Mikroorganisme ini merupakan bakteri batang gram negative yang biasanya
ditemukan bersamaan dengan bakteri anaerob (misalnya Bakteriodes dan
Peptokokus). Bakteri ini menyebabkan peradangan vagina tidak spesifik,
biasanya membentuk clue cell (bakteri yang mengisi penuh sel-sel epitel
vagina). Menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi senyawa amin,
berbau amis, dan bewarna keabu-abuan. Gejala yang ditimbulkan ialah fluor

15
albus yang berlebihan dan berbau disertai rasa tidak nyaman di perut bagian
bawah.

b. Gonokokus
Penyakit ini disebut juga dengan Gonorrhoe yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhoe dan sering terjadi akibat hubungan seksual. Gejala
yang ditimbulkan ialah keputihan yang bewarna kekuningan atau nanah dan
rasa nyeri saat berkemih.
c. Klamidia trakomatis
Disebabkan oleh bakteri intraseluler obligat, Chlamydia trachomatis
dan sering menyebabkan penyakit mata trakoma dan menjadi penyakit
menular seksual. Infeksi biasanya ditandai dengan munculnya keputihan
mukopurulen, seringkali berbau dan gatal. Organisme ini paling baik dideteksi
dengan asam amino terkait enzim dalam uji antibodi monoklonal terkonjugasi
dengan floresen.
3. Parasit
Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trichomonas vaginalis.
Trikomonas berbentuk seperti buah pir, terdapat flagella uniseluler dapat diamati
bergerak di sekitar daerah yang berisi banyak leukosit pada sediaan basah. T.
Vaginalis hampir selalu merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual. Sumber
kuman seringkali berasal dari pria dan terdapat di bawah preputium atau dalam uretra
atau uretra bagian prostat. Tetapi penularan trikomonas dapat juga melalui pakaian,
handuk, atau karena berenang. Gejala yang ditimbulkan ialah fluor albus yang encer
sampai kental, bewarna kuning kehijauan, dan kadang-kadang berbusa disertai bau
busuk, serta terasa gatal dan panas.
4. Virus
Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit kelamin,
seperti kondiloma, herpes, HIV/AIDS. Kondiloma ditandai tumbuhnya kutil-kutil
yang sangat banyak dan sangat berbau. Sedangkan infeksi virus herpes bentuknya
seperti luka melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal,
dan terasa panas. Infeksi virus dapat memicu terjadinya kanker mulut rahim.

16
2) Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Seperti pada fistel vesikovaginalis atau rektovaginalis akibat cacat bawaan, cedera
persalinan dan radiasi.
3) Benda asing
Misalnya tertinggalnya kondom, pesarium pada penderita hernia atau prolaps uteri dapat
merangsang sekret vagina berlebihan.
4) Neoplasma jinak dan kanker
Pada neoplasma jinak maupun ganas dapat ditemukan leukorea atau keputihan bila
permukaan sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat genitalia. Gejala yang
ditimbulkan ialah cairan yang banyak, berbau busuk disertai darah tak segar.
5) Menopause
Kadar hormon estrogen pada saat menopause menurun sehingga vagina kering dan
mengalami penipisan, ini mengakibatkan mudah luka dan disertai infeksi.
6) Fisik
Akibat penggunaan alat kontrasepsi IUD (intra uterine device), trauma pada genitalia,
dan pada pemakaian tampon.
7) Iritasi

a. Sperma, pelicin, kondom

b. Sabun cuci dan pelembut pakaian

c. Deodorant dan sabun

d. Cairan antiseptik untuk mandi

e. Pembersih vagina

f. Kertas tisu toilet yang tidak bewarna

g. Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat

C. Patogenesis

Fluor albus merupakan keadaan yang terjadi secara fisiologis dan dapat
menjadi fluor albus yang patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Sekresi vagina

17
fisiologis terdiri atas lendir serviks (transudat dari epitel skuamos vagina) dan sel
skuamos vagina yang terkelupas (Benson,2009). Suasana area vagina normal ditandai
dengan adanya hubungan dinamis antara Lactobacillus acidophilus (flora normal)
dengan flora endogen lainnya, estrogen, glikogen, pH vagina, dan metabolit lainnya.
Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang bersifat toksik
terhadap bakteri patogen. Adanya pengaruh estrogen pada epitel vagina, produksi
glikogen, laktobasilus (Döderlein) dan produksi asam laktat mengatur pH vagina
sekitar 3,8-4,5 yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lainnya (Monalisa et al.,
2012). Pada kondisi tertentu, pH vagina bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari
normal. Jika pH vagina naik (lebih basa) mengakibatkan kuman penyakit mudah
berkembang dan hidup subur serta menginfeksi vagina (Holloway, 2010).

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:

1. Pemeriksaan spesimen basah yaitu dengan melakukan pemeriksaan swab vagina


dan ditetesi dengan NaCl 0,9% dan atau KOH 10% kemudian dilihat di bawah
mikroskop (Monalisa et al., 2012).
2. Pemeriksaan sampel urin
3. Sitologi atau kultur sekret vagina
4. Kultur urin untuk melihat adanya infeksi bakteri
5. Pewarnaan gram
6. Test Amin/Whiff test
7. Penilaian pH cairan vagina
8. PCR (Polymerase Chain Reaction) dan Ligase Chain Reaction
9. Pap Smear

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan keputihan sebaiknya dilakukan sedini mungkin untuk


menghindari komplikasi sekaligus untuk menyingkirkan adanya penyebab lain seperti
kanker leher rahim yang memiliki gejala keputihan berupa sekret encer, bewarna
merah muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk (Monalisaet
al., 2012). Penatalaksanaan keputihan dilakukan tergantung pada penyebabnya.
18
Umumnya obat-obatan untuk mengatasi penyebab dan mengurangi keluhan. Misalnya
diberikan obat golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi jamur dan golongan
metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat yang diberikan
dapat berupa sediaan oral (berupa pil, tablet, kapsul), sediaan topikal seperti krim
yang dioleskan, dan uvula yang dimasukkan ke dalam liang vagina. Pada penderita
yang sudah memiliki pasangan, sebaiknya pasangannya juga diberi pengobatan, serta
diberi anjuran untuk tidak berhubungan seksual selama dalam pengobatan (Djuanda,
2009).

F. Pencegahan Keputihan

Menjaga kebersihan organ genitalia dan sekitarnya merupakan salah satu


upaya pencegahan keputihan, yaitu dengan:

1. Pola hidup sehat meliputi diet seimbang, waktu istirahat yang cukup, tidak
mengkonsumsi alkohol dan rokok, mengendalikan stress, dan menjaga berat
badan tetap ideal dan seimbang (Handayani,2011) .
2. Jika sudah memiliki pasangan, setialah terhadap satu pasangannya.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah genitalia agar tidak lembab dan tetap kering,
misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat dan
tidak ketat. Biasakan mengganti pembalut pada waktunya untuk mencegah
perkembangbiakan bakteri.
4. Memperhatikan pakaian diantaranya dengan mengganti celana dalam yang dipakai
bila sudah terasa lembab dengan yang kering dan bersih, menggunakan pakaian
dalam dari bahan katun karena katun menyerap kelembaban dan menjaga agar
sirkulasi udara tetap terjaga.
5. Membasuh vagina dengan cara yang benar yaitu dari depan ke belakang tiap kali
selesai buang air kecil ataupun buang air besar.
6. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mengganggu keseimbangan flora normal vagina. Jika perlu, sebelum
menggunakan cairan pembersih vagina, sebaiknya dikonsultasikan kedokter.
7. Hindari penggunaan bedak talkum, tisu, atau sabun dengan pewangi pada daerah
genitalia (vagina) karena dapat mengakibatkan iritasi.

19
8. Jangan membiasakan meminjam barang-barang yang mempermudah penularan
misalnya peminjaman alat mandi (Djuanda A, 2009). Bila menggunakan kamar
mandi umum terutama kloset duduk harus hati-hati, hindari duduk di atas kloset
atau dengan mengelapnya terlebih dahulu.
9. Jangan mengkonsumsi jamu-jamuan untuk mengatasi keputihan, konsultasikan ke
dokter terlebih dahulu (Kusmiran, 2011).

G. Komplikasi

Keputihan dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti:

1. Terjadinya infeksi pada saluran berkemih dan abses kelenjar bartholin .


2. Jika ibu hamil mengalami keputihan akibat infeksi trikomonas
dapatmengakibatkan kelahiran prematur (Monalisaet al., 2012).
3. Infeksi yang menyebar ke atas atau ke organ reproduksi seperti endometrium, tuba
fallopi, dan serviks menyebabkan terjadinya penyakit inflamasi pada panggul
(PID) yang sering menimbulkan infertilitas dan perlengketan saluran tuba yang
memicu terjadinya kehamilan ektopik (Rabiu et al., 2010).

2.2 Remaja (Adolescence)

Remaja berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah
kematangan. Menurut WHO, remaja adalah periode usia antara 12 sampai 24 tahun,
sedangkan menurut Depkes RI batasan usia remaja ialah antara 10 sampai 19 tahun
dan belum kawin. Menurut BKKBN usia remaja yaitu 10 sampai 19 tahun, suatu
periode pematangan organ reproduksi, yang sering disebut masa pubertas. Masa
remaja atau adolescence merupakan masa transisi yang ditandai adanya perubahan
fisik, psikis, dan emosi. Pada masa ini terjadi perubahan fisik (organobiologik) yang
cepat dan tidak seimbang dengan perubahan psikis (kejiwaan), oleh karena itu
diperlukan perhatian khusus, bimbingan dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya.

A. Perkembangan Remaja dan Ciri-cirinya

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja, kita perlu mengetahui dan


mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya (Widyastuti,2009), ada tiga tahap
yaitu:

20
1. Masa remaja awal (10-12 tahun)
a. Remaja lebih cenderung merasa dekat dengan teman sebayanya.
b. Kelihatan dan merasa ingin bebas.
c. Mulai lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan berpikir abstrak
(khayal).
2. Masa remaja muda (13-15 tahun)
a. Tampak merasa ingin mencari identitas diri.
b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
c. Timbul perasaan cinta yang mendalam
d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang.
e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.
3. Masa remaja akhir (16-19 tahun)
a. Menunjukkan pengungkapan kebebasan diri
b. Memilih teman sebaya secara lebih selektif
c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
d. Dapat mewujudkan perasaan cinta
e. Memiliki kemampuan berpikir khayal (abstrak).

B. Cara menjaga kebersihan organ genitalia

Menurut Holloway (2010), daerah genitalia merupakan daerah yang rentan terkena
infeksi yang dapat menimbulkan gejala dan bau tidak sedap. Oleh karena itu,
perempuan perlu menjaga kebersihan organ genitalia seperti:

1) Mengganti pakaian dalam paling tidak dua kali sehari. Menggunakan pakaian
dalam yang bersih, kering, dan terbuat dari bahan katun.
2) Mencuci vagina dengan cara membasuh dari depan (vagina) ke arah belakang
(anus) menggunakan air bersih setiap sehabis buang air kecil, air besar, dan
mandi.
3) Biasakan mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.
4) Pada saat menstruasi, gunakan pembalut yang lembut, dapat menyerap dengan
baik, tidak mengandung bahan yang membuat alergi (misalnya parfum atau
gel) dan merekat dengan baik pada celana dalam. Pembalut sebaiknya diganti
sekitar 4-5 kali sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri.

21
5) Hindari penggunaan handuk atau waslap milik orang lain untuk mengeringkan
vagina.
6) Mencukur sebagian dari rambut kemaluan untuk menghindari kelembaban
yang berlebihan.

C. Teori Perilaku

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku terdiri dari
persepsi (perseption), respon terpimpin (guided respon), mekanisme (mechanisme), dan
adopsi (adoption). Perilaku merupakan respon atau reaksi sesorang terhadap stimulus
atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2003). Dilihat dari bentuk respon terhadap
stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Perilaku tertutup (covert behaviour)


Respon terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon
atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada individu yang menerima stimulus
tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka (overt behaviour) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain. Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan, namun respon yang diberikan seseorang sangat tergantung pada
karakteristik atau faktor-faktor dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang
membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.

Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Determinan atau faktor internal


Merupakan karakteristik orang yang bersangkutan. Mencakup pengetahuan, persepsi,
emosi, dan motivasi, yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.
2) Determinan atau faktor eksternal
Meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik, seperti manusia dan sosial
ekonomi. Faktor lingkungan ini merupakan faktor yang dominan yang mewarnai

22
perilaku seseorang dalam menjaga kebersihan organ genitalia karena seseorang akan
cenderung meniru dan menyesuaikan perilaku sesuai dengan kebiasaan yang ada
dilingkungannya.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), terdapat tiga faktor utama terbentuknya perilaku
menjaga kebersihan organ genitalia, yaitu:

1) Faktor predisposisi (predisposing factors) merupakan faktor yang mempermudah


terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai-nilai, persepsi, tradisi, demografi, dan struktur sosial. Misalnya,
dengan pengetahuan yang dimiliki remaja putrid tentang keputihan maka dia akan
dapat mengambil sikap mengenai apa yang harus dilakukan untuk mencegah
keputihan.
2) Faktor pemungkin (enabling factors) merupakan faktor yang memungkinkan atau
yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana
dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku sehat. Misalnya untuk mencegah
terjadinya keputihan, maka diperlukan tenaga kesehatan serta fasilitas untuk
pemeriksaan seperti puskesmas.
3) Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya suatu perilaku. Yang termasuk dalam faktor ini seperti anjuran
dan perilaku petugas, serta pengaruh teman. Misalnya, remaja sudah mengetahui cara
mencegah keputihan namun tidak melakukannya dengan alasan bahwa ada teman
yang mengalami keputihan namun dibiarkan saja.

23
BAB III
PROSES PEMBINAAN

A. Tinjauan Tentang Keluarga

umu suku agam


no nama sex r pendidikan pekerjaan
bangsa a alamat
melay
1 Ady L 52 SLTA Sopir u islam rt 13
melay Kel.Buluran
2 Jawahir P 48 SLTA Irt u islam Kelurahan
melay Kec.Telanaipur
3 Pradypta L 25 S1 SWASTA  u islam a
Prada melay
4 Estrada L 21 Mahasiswa  Pelajar  u islam  
melay
5 Varia Utami P 13 SMP  Pelajar  u islam  

1. Biodata Keluarga
Keluarga binaan yang dipilih sesuai dengan kriteria prioritas masalah didapatkan hasil
dari observasi dan hasil perhitungan dari skala prioritas dan memenuhi kriteria
dipilihlah keluarga Tn.Ady ( 52 tahun ) dan Ny.Jawahir ( 48 tahun ) dan anak terakhir
Nn.V Berusia 13 tahun, yang bertempat tinggal di Rt 13 Kel.Buluran Kenali, Kec.
Telanaipura Kota Jambi. Nn.V remaja awal Pendidikan masih SMP. Nn.V
mengatakan bahwa dirinya mengalami keputihan dan belum pernah mendapatkan
pengetahuan tentang keputihan.
2. Factor Sosial Ekonomi
Mata Pencarian Keluarga Binaan dengan nama KK Ady bekerja sebagai sopir dengan
pendapatan rata-rata 2,5-4 juta perbulan.
3. Faktor Lingkungan
Keluarga Tn.A tinggal dilingkungan yang kurang bersih. Terdapat semak belukar
disekitar rumah dan terdapat tempat penampungan air hujan alami seperti pelepah
daun, tempurung dan dahan dimana tempat penampungan air tersebut dan semak

24
belukar merupakan sarang bagi nyamuk penyebab demam berdarah. Belum lagi
keadaan rumah yang tidak tertata rapih.
4. Penggunaan Sarana Kesehatan
keluarga Tn.A menggunakan sarana Kesehatan berupa rumah sakit, puskesmas dan
klinik.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga Tn.A tidak memiliki Riwayat penyakit menular ataupun penyakit genetic
lainnya.
B. Identifikasi, Analisa, Prioritas Masalah
1. Identifikasi Masalah Kesehatan Keluarga

masalah jumlah
No nama kk a b masalah keterangan
 1  Harianto Miftah √    1 a. kesling
 2 Ady √  √  2 b. kespro
 3  Rahmad Kuniawan √  1
 4  Hermanses √    1  
 5 A.Alistami √  1  

Ditemukan jumlah masalah terbanyak ada pada keluarga Tn. Toni Supriadi dan
harus segera diatasi.
1. Bpk. Ady
Masalah Kesehatan
a. Kesehatan lingkungan
 Disekitar halaman rumah terdapat tempat yang dapat
menampung air secara alami dan semak belukar.
 Keadaan rumah tidak tertata rapi
b. Anak dari bapak Ady berusia 13 tahun menglami keputihan dan
belum mendapatkan pengetahuan tentang keputihan

2. Analisa Masalah Kesehatan Keluarga


a. Kesehatan Lingkungan
Terdapat tempat penampungan air secara alami disekitar rumah dan semak belukar.

no Kriteria masalah bobot perhitungan scor Pembenaran


e
1. Sifat masalah 1 2/3 x 1 2/3  Ancaman kesehatan

25
2. Kemungkinan 2 2/2 x 2 2  IPTEK
masalah dapat memadai/memungkinkan.
diubah.  Adanya sumber dana dari
 Dengan keluarga.
mudah  Sumber daya nakes (-)
 Dana desa untuk
mensejahterakan
masyarakat (-)
3. Potensi masalah 3 3/3 x 1 1  rumitnya masalah (-)
dapat diubah  lamanya berlangsung
 tinggi masalah (-)
masalah belum
berlangsung lama.
 Kemungkinan penyakit
dapat dihindari.
4. Menonjolnya 1 2/2 x 1 1  Keluarga merasakan
masalah masalah dan ingin
 Masalah ditangani.
berat harus
ditangani
4 2/3
TOTAL SCORE

Keadaan rumah tidak tertata rapi ( lantai kotor dan rumah minim penerangan )
no Kriteria masalah bobot Perhitunga score Pembenaran
n
1. Sifat masalah 1 2/3 x 1 2/3  Ancaman kesehatan
2. Kemungkinan masalah 2 2/2 x 2 2  IPTEK
dapat diubah. memadai/memungkin
 Dengan mudah kan.
 Adanya sumber dana
dari keluarga.
 Sumber daya nakes
(-)
 Dana desa untuk
mensejahterakan
masyarakat (-)
3. Potensi masalah dapat 1 3/3 x 1 1  rumitnya masalah (-)
diubah  lamanya berlangsung
 tinggi masalah (-)
masalah belum
berlangsung lama.
 Kemungkinan
penyakit dapat
dihindari.
4. Menonjolnya masalah 1 0/1 X 0 0  Keluarga tidak
 Masalah tidak merasakan masalah

26
dirasakan dan ingin ditangani.
2
3 /3
TOTAL SCORE

b. Belum Mendapatkan Pengetahuan Tentang Keputihan

no Kriteria masalah bobot perhitunga score Pembenaran


n
1. Sifat masalah 1 2/3 x 1 2/3  Ancaman kesehatan
2. Kemungkinan masalah 2 2/2 x 2 2  IPTEK
dapat diubah. memadai/memungkin
 Dengan mudah kan.
 Adanya sumber dana
dari keluarga.
 Sumber daya nakes
(-)
 Dana desa untuk
mensejahterakan
masyarakat (-)
3. Potensi masalah dapat 1 3/3 x 1 1  rumitnya masalah (-)
diubah  lamanya berlangsung
 tinggi masalah (-)
masalah belum
berlangsung lama.
 Kemungkinan
penyakit dapat
dihindari.
4. Menonjolnya masalah 1 2/2 X 1 1  Keluarga merasakan
 Masalah berat masalah dan ingin
harus ditangani ditangani.
4 2/3
TOTAL SCORE

3. Priotitas Masalah

PRIORITAS MASALAH
Bapak Toni Supriadi

27
Masalah kesehatan :
a) Kesehatan lingkungan
 Terdapat tempat yang dapat menampung air secara alami dan semak belukar
disekitar rumah → Score 4 2/3
 keadaan rumah tidak tertata rapi → Score 3 2/3
b) Mengalami Keputihan dan Belum Mendapatkan Pengetahuan Tentang Keputihan .→
Score 4 2/3

4. Masalah Kesehatan Keluarga

NO NAMA KK MASALAH DATA


KESEHATAN PEMBENARAN
ADY Kesehatan lingkungan
 Terdapat tempat  Air yang
penampungan air tertampung
seperti daun dan menjadi sarang
pelepah. jentik nyamuk.

 Terdapat semak  Semak belukar


belukar disekitar disekitar rumah
rumah menjadi sarang
nyamuk.

 Keadaan rumah  Keadaan rumah


tidak tertata rapi tidak tertata
rapi, lantai
kotor dan
keadaan
penerangan
rumah minim
cahaya.

 belum  Belum
mendapatkan mendapatkan
pengetahuan pengetahuan
tentang keputihan tentang
keputihan
 Pernyataan
Nn.V sendiri
 Usia Nn.V, 13
tahun

28
Dan saat ini
mengalami
keputihan

5. Rencana, Pelaksanaan dan Evaluasi Kesehatan Keluarga

No Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi


1. a. memberikan penyuluhan a. Memberi salam a. Keluarga
mengenai bahaya pembuka binaan
genangan air yang b. Memperkenalkan mampu
menjadi salah satu sumber diri memahami
sarang nyamuk penyebab c. Mengucapkan materi yang
DBD dan memotivasi terimakasih atas diberikan
keluarga agar dapat diizinkannya untuk oleh
menciptakan lingkungan melakukan mahasiswa.
rumah yang memenuhi penyuluhan b. Keluarga
syarat. d. Menjelaskan pokok binaan
bahasan dan tujuan meraskan
penyuluhan. dampak dari
e. Membagi Power masalah
Point yang telah di tersebut dan
cetak (print) bersedia
f. Memberikan untuk
penyuluhan menyelesaik
mengenai bahaya an masalah
genangan dan semak tersebut.
belukar disekitar
rumah karna bisa
menjadi sarang
nyamuk penyebab
DBD.
g. Memotivasi ibu agar
mau membersihkan
rumahnya
berkolaborasi
dengan suami serta
anak anaknya.
h. Keluarga binaan
mendengarkan dan

29
memperhatikan saat
diberikan materi
penyuluhan

2. a. memberikan penyuluhan a. Keluarga binaan a. Keluarga


mengenai pentingnya mendengarkan dan binaan
menjaga kebersihan memperhatikan saat mampu
rumah untuk tumbuh diberikan materi memahami
kembang anak. penyuluhan. materi yang
diberikan
namun
keluarga
tidak
merasakan
dampak dari
masalah
tersebut dan
tidak ingin
masalah
tersebut
segera
ditangani.
3. a. memberikan pendidikan a. Memberikan a. Keluarga
mengenai pengetahuan penyuluhan binaan
tentang keputihan mengenai pengertian mampu
keputihan . memahami
b. Memberikan motivasi kepada
b. Factor penyebab materi yang
nn.v agar mau memeriksa keputihan diberikan
kesehatan ke fasilitas c. Menjelaskan tanda oleh
kesehatan dan bahaya dari mahasiswa.
keputihan b. Keluarga
d. Menjelaskan Cara binaan
mencegah dari tanda merasakan
dan bahaya dampak dari
keputihan masalah
e. Memotivasi Nn.V tersebut dan
agar melakukan bersedia
pemeriksaan ke melakukan
fasilitas kesehatan apa yang
f. Keluarga binaan disarankan
mendengarkan dan oleh
memperhatikan saat mahasiswa.
diberikan materi
penyuluhan.
g. Keluarga binaan
aktif bertanya

30
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Kesehatan Lingkungan
Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya
sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitik beratkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang
menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang
harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung
penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif.
Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya,
serta aset bagi pemiliknya (UU RI No. 1 Tahun 2011). Menurut WHO, rumah adalah
struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna
untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan
keluarga dan individu. Sedangkan menurut Koes Irianto (2014) rumah merupakan
tempat dimana anggota keluarga berkumpul dan saling berhubungan. Seluruh
keluarga serta kebiasaan hidup sehari-harinya merupakan suatu ketentuan yang
berhubungan erat. Rumah bukan hanya sekedar tempat istirahat, melainkan juga
merupakan tempat untuk mendapatkan kesenangan, kecintaan dan mendapatkan
kebahagiaan. Rumah adalah tempat dimana kesetiaan ditumpahkan, menimbulkan
kerinduaan bila jauh dan mendatangkan kebahagiaan bila berada didalamnya. Itulah
sebabnya Kesehatan harus dimulai dari rumah, untuk ini rumah dan pengaturannya

31
harus memenuhi syarat-syarat kesehatan. Rumah terdiri dari ruangan, halaman dan
area sekelilingnya. Maka dapat dikatakan bahwa sanitasi rumah adalah usaha
kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik
dimana orang menggunakannya untuk tempat tinggal yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia
Pembinaan keluarga yang dilakukan mahasiswa peserta PKN pada keluarga
Tn.Adi berjalan dengan lancer namun tetap ada beberapa penghambat baik itu factor
eksternal ataupun maupun eksternal.

a. Penampungan air alami disekitar rumah dan semak belukar


Tempat berkembang-biakan utama ialah tempat-tempat penampungan air berupa
genangan yang tertampung disuatu tempat atau bejana didalam atau sekitar rumah
atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi 500 meter dari rumah. Nyamuk
ini biasanya tidak dapat berkembang biak di genangan air yang langsung berhubungan
dengan tanah (Kemenkes RI, 2012).
jenis tempat perkembang-biakan nyamuk Aedes aegypti dapat di kelompokkan
sebagai berikut:

1. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti drum,


tangki, reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember

2. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti:


tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang
bekas(ban, kaleng, botol, plastic dan lain-lain).

3. Tempat penampungan air alamiah seperti: Lobang pohon, lobang batu,


pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu
(Kemenkes RI, 2012).
Masalah yang dialami oleh keluarga Tn.Adi adalah mengenai Kesehatan
lingkungan disekitar rumah Tn.Ady yang mana terdapat penampungan air hujan
secara alami dan terdapat semak belukar disekitar rumahnya.
Rumah Tn A pun tidak tertata rapi dan Semak belukar dan tempat
penampungan air secara alami disekitar rumah dapat menyebabkan sarang nyamuk
salah satu penyebab DBD, selainitu rumah yang tidak tertata rapi menimbulkan
ketidaknyamanan. Terlebih lagi usia anak-anak Ny.Jawahir masih sangat muda, usia
anak tertuanya adalah 28 tahun, diketahui bahwa DBD lebih sering menyerang anak-

32
anak usia 15 tahun kebawah. Pada penyakit DBD di Indonesia umumnya lebih banyak
menyerang anak- anak, terutama umur 15 tahun kebawah. Hanya saja, sekalipun
variabel umur adalah penting, namun untuk menentukan penyebaran suatu masalah
kesehatan menurut umur secara tepat tidaklah mudah. Masalah pokok yang dihadapi,
yang terutama ditemukan dinegara-negara yang sedang berkembang adalah kesulitan
dalam menetapkan umur seseorang. Cara pengelompokkan keterangan umur sangat
dipengaruhi oleh tujuan yang ingin dicapai. Apabila pengelompokan umur telah
dilakukan, maka dapat diukur penyebab tiap-tiap kelompok umur, baik berupa insiden
maupun angka prevalennya, kemudian dicari jalan keluar untuk menanggulangi
masalah kesehatan tersebut (Myrnawati, 2010).

b. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

No Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi


1. a. memberikan penyuluhan a. Memberi salam a. Keluarga
mengenai bahaya pembuka binaan
genangan air yang b. Memperkenalkan mampu
menjadi salah satu sumber diri memahami
sarang nyamuk penyebab c. Mengucapkan materi yang
DBD dan memotivasi terimakasih atas diberikan
keluarga agar dapat diizinkannya untuk oleh
menciptakan lingkungan melakukan mahasiswa.
rumah yang memenuhi penyuluhan b. Keluarga
syarat. d. Menjelaskan pokok binaan
bahasan dan tujuan meraskan
penyuluhan. dampak dari
e. Membagi Power masalah
Point yang telah di tersebut dan
cetak (print) bersedia
f. Memberikan untuk
penyuluhan menyelesaik
mengenai bahaya an masalah
genangan air dan tersebut.
semak belukar
disekitar rumah
karna bisa menjadi
sarang nyamuk
penyebab DBD.
g. Memotivasi ibu agar
mau membersihkan
rumahnya
berkolaborasi
dengan suami serta
anak anaknya.

33
h. Keluarga binaan
mendengarkan dan
memperhatikan saat
diberikan materi
penyuluhan

2. a. memberikan penyuluhan a. Keluarga binaan a. Keluarga


mengenai pentingnya mendengarkan dan binaan
menjaga kebersihan memperhatikan saat mampu
rumah untuk tumbuh diberikan materi memahami
kembang anak. penyuluhan. materi yang
diberikan
namun
keluarga
tidak
merasakan
dampak dari
masalah
tersebut dan
tidak ingin
masalah
tersebut
segera
ditangani.

B. Keputihan

A. Pengertian
Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan darah.
Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari hampir
semua penyakit kandungan.
B. Tanda dan Gejala Yang Menyebabkan Keputihan
Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala
keputihan tersebut dapat disebabkan oleh:
1. Gejala keputihan karena faktor fisiologis antara lain :
a. Cairan yang keluar encer
b. Berwarna bening/krem/tidak berwarna
c. Tidak berbau
d. Tidak gatal
e. Jumlahnya sedikit atau cukup banyak
2. Gejala keputihan karena faktor patologis antara lain :
a. Cairan yang keluar bersifat keruh dan kental

34
b. Berwarna putih susu, kekuningan, keabu-abuan atau kehijauan
c. Terasa gatal
d. Berbau tidak sedap, busuk atau amis
e. Menyisakan bercak pada pakaian dalam
f. Jumlahnya banyak
C.   Penyebab Terjadinya Keputihan
a) Jamur Candidas atau Monilia
Warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal pada
kemaluan.  Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Biasanya,
penyakit kencing manis dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu.
b) Parasit Trichomonas Vaginalis
Ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, atau bibir kloset. Cairan
keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau
anyir. Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina nyeri
bila ditekan.
c) Bakteri Gardnella
Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan kebauan,
berair, berbuih, dan berbau amis. Dapat memicu munculnya penyakit kelamin
seperti sifilis dan gonorrhoe.
d) Faktor hygiene yang jelek
Kebersihan yang jelek dapat menyebabkan timbulnya keputihan. Hal ini
terjadi karena kelembaban vagina yang meningkat sehingga bakteri patogen
penyebab infeksi mudah menyebar.
e) Pemakaian obat-obatan (antibiotik) dalam waktu lama.
Pemakaian obat- obatan khususnya antibiotik yang terlalu lama dapat
menimbulkan sistem imunitas dalam tubuh. wanita yang mengkonsumsi antibiotik
timbul keputihan.
f) Stres
Otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi jika reseptor otak
mengalami stress maka hormonal di dalam tubuh mengalami perubahan
keseimbangan dan dapat menyebabkan timbulnya keputihan. wanita bisa
mengalami gangguan siklus menstruasi / keputihan yang disebabkan oleh stres.
g)  Alergi

35
Penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang dimasukkan
secara sengaja atau tidak sengaja ke dalam vagina, seperti tampon, rambut
kemaluan, benang yang berasal dari selimut, celana dan lainnya. Bisa juga karena
luka seperti tusukan, benturan, tekanan atau iritasi yang berlangsung lama.
h) Penyakit organ kandungan
Keputihan juga dapat timbul jika ada penyakit di organ kandungan, misalnya
peradangan, Tumor (misalnya papiloma, sering menyebabkan keluarnya cairan
encer, jernih, dan tidak berbau), kanker rahim atau kanker serviks (leher rahim)
(cairan yang keluar bisa banyak disertai bau busuk dan kadang disertai darah).
i) Keluarnya mucus servix (tidak haid).
Keadaan tersebut menyebabkan menghilangnya suasana asam sehingga vagina
dan uretra mudah terinfeksi dan sering timbul gatal. Akibat rasa gatal divagina,
maka garukan yang sering dilakukan menyebabkan terjadinya luka–luka yang
mudah terinfeksi dan menyebabkan keputihan. Kekurangan atau hilangnya
estrogen karena remaja putri masih mengalami ketidak seimbangan hormonal.
Akibatnya mereka juga sering mengeluh keputihan selama beberapa tahun
sebelum dan sesudah menarche (haid pertama)
F.   Cara Mengatasi
1.      Menjaga kebersihan, diantaranya:
a. Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar tetap
kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur.
b. Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa basah dan
lembab.
c. Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya iritasi
pada vagina.
d. Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang mengandung
deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal itu dapat
mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang munculnya jamur
atau bakteri.
e. Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah depan
ke belakang untuk mencegah penyebaran bakteri dari anus ke vagina.
f. Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi Candida akibat
garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun dibawah kuku
tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok.

36
2.   Memperhatikan pakaian, diantaranya:
a. Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab sebaiknya segera
diganti dengan yang kering dan bersih. Minimal sehari 2 kali.
b. Menghindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang yang terlalu ketat
karena dapat meningkatkan kelembaban organ kewanitaan.
c. Tidak duduk dengan pakaian basah(misalnya: selesai olahraga dan selesai
renang karena jamur lebihsenang pada lingkungan yang basah dan lembab.
d. Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena katun menyerap
kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.
3.  Mengatur gaya hidup, diantaranya:
a. Menghindari seks bebas atau berganti–ganti pasangan tanpa menggunakan alat
pelindung seperti kondom.
b. Mengendalikan stres
c. Rajin berolahraga agar stamina tubuh meningkat untuk melawan serangan
infeksi.
d. Mengkonsumsi diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan tinggi gula dan
karbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang
merugikan.
e. Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang.Kegemukan dapat membuat
kedua paha tertutup rapat sehingga mengganggu sirkulasi udara dan
meningkatkan kelembaban sekitar vagina.
f. Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan pengobatan antibiotik oral
(yang diminum) sebaiknya mengkonsumsi antibiotik tersebut sampai habis
sesuai dengan yang diresepkan agar bakteri tidak kebal dan keputihan tidak
datang lagi.
e. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi

Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

a. memberikan a. Memberikan penyuluhan a. Keluarga binaan


pendidikan mengenai mengenai pengertian mampu
pengetahuan tentang keputihan . memahami
b. Factor penyebab keputihan materi yang
keputihan
c. Menjelaskan tanda dan bahaya diberikan oleh
b. Memberikan motivasi dari keputihan mahasiswa.
kepada nn.v agar mau d. Menjelaskan Cara mencegah b. Keluarga binaan
memeriksa kesehatan dari tanda dan bahaya merasakan
ke fasilitas kesehatan keputihan dampak dari

37
e. Memotivasi Nn.V agar masalah tersebut
melakukan pemeriksaan ke dan bersedia
fasilitas kesehatan melakukan apa
f. Keluarga binaan yang disarankan.
mendengarkan dan c. Keluarga juga
memperhatikan saat diberikan dapat
materi penyuluhan. mengulangi
g. Keluarga binaan aktif bertanya materi yang
diberikan.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan, kegiatan PKN berlangsung dengan baik.Program-program
yang direncanakan dapat terealisasi dengan optimal dan tepat waktu meskipun ada
beberapa faktor penghambat baik eksternal maupun internal yang membuat beberapa
program kurang maksimal. Dari semua pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
edukasi mengenai Kesehatan reproduksi terutama mengenai remaja dengan keputihan
masih sangat awam didengar oleh masyarakat bahkan tidak mengetahui bahwa
keputihan bisa saja menjadi berbahaya untuk kesehatan selanjutnya
Oleh karena itu setelah dilakukannya kegiatan penyuluhan mengenai keputihan
pada remaja ini diharapkan dapat mengubah cara pandang remaja dan setidaknya
dapat menerapkan hidup bersih .
B. Saran
1. peserta PKN hendaknya tetap menjaga kekompakan dan keharmonisan
2. Peserta PKN hendaknya mampu menunjukkan peran dan manfaatnya sebagai
insan intelektual di masyarakat
3. Peserta PKN hendaknya tidak menjadi orang asing di daerahnya sendiri

38
DAFTAR PUSTAKA

Irianto, Koes. (2015). Kesehatan reproduksi (reproductive health) teoridan praktikum.


Bandung : Alfabeta.
Kurniawati, Riffqoi. (2013). Hubungan perilaku pencegahan keputihandengan kejadian
keputihan patologi pada remaja putri di SMA N 1 Pegandon Kabupaten Kandal. Stikes
Ngudi Waluyo.
Octaviyati, Namira. (2012). Hubungan pengetahuan mengenai kebersihangenitalia eksterna
dengan kejadian keputihan pada mahasiswi fakultas MIPA UNS. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

39

Anda mungkin juga menyukai