Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS SKABIES PADA ANAK

DISUSUN OLEH:
dr. Andi Dessy Chalifah Caesarina Tawil

PEMBIMBING:
dr. Merry Buahaty

INTERNSIP PUSKESMAS KOTA SELATAN PERIODE KE I 2022-2023


PUSKESMAS KOTA SELATAN
KOTA GORONTALO
PROVINSI GORONTALO
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus:

Scabies pada Anak

Disusun oleh:

dr. Andi Dessy Chalifah Caesarina Tawil

Sebagai salah satu syarat dalam program dokter internsip periode I


Puskesmas Kota Selatan
Kota Gorontalo
Provinsi Gorontalo

Mengetahui
Pembimbing Dokter Internsip

dr. Merry Buahaty


BAB I

STATUS PASIEN

1. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : An. AFL
Tempat/tanggal lahir : Gorontalo/ 18 Januari 2010
Alamat : Tenilo
Usia : 12 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Sekolah menengah pertama
Agama : Islam

2. ANAMNESIS:
Pada tanggal 23 Maret 2022 pukul 10.00 WITA di Poli Umum Puskesmas Kota Selatan
dilakukan anamnesis kepada pasien dengan keluhan:
Keluhan utama : gatal-gatal dan dan timbul bercak kemerahan
Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal dan timbul bercak kemerahan pada semua sela-
sela jari kedua tangan, siku, punggung, perut, dan kedua tungkai. Keluhan ini dirasakan
sejak 1 minggu yang lalu, awalnya hanya muncul di sela-sela jari kedua tangannya,
namun lama-kelamaan mulai menyebar ke bagian tubuh yang lain. Keluhan gatalnya
dirasakan sangat mengganggu terutama saat malam hari sampai pasien sulit untuk tidur.
Pasien sering menggaruk bagian tubuh yang gatal sehingga timbul koreng dan bekas
luka. Pasien sempat diobati dengan obat warung oleh orang tuanya namun keluhan tidak
membaik hingga saat ini, malah bertambah parah. Pasien biasa mandi 2x sehari. Saat ini
pasien tinggal di rumah bersama kedua orang tuanya dan kakaknya. Selain pasien,
anggota keluarga lainnya yang tinggal serumah juga memiliki keluhan yang serupa yaitu
kakaknya. Karena pasien tidur bersama kakaknya di rumah. Riwayat demam 2 hari yang
lalu. Batuk tidak ada, sesak tidak ada, mual dan muntah tidak ada. Riwayat alergi
terhadap makanan, obat, maupun bahan-bahan alergen lainnya tidak ada. BAK dan BAB
lancar. Nafsu makan berkurang.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Frekuensi nadi : 78x/menit
Frekuensi napas : 18x/menit
Suhu : 36,4oC
Berat badan : 34 kg
Tinggi badan : 145 cm
Status gizi : Gizi baik

Kepala : Normocephali, rambut hitam


Mata :
OD ( mata kanan ) Penilaian OS (mata kiri)
6/6 Visus 6/6
Ortoforia Kedudukan bola mata Ortoforia
Normal Gerakan bola mata Normal
Hiperemis (-) edema (-) Palpebra superior Hiperemis (-) edema (-)
Hiperemis (-) edema (-) Palpebra inferior Hiperemis (-) edema (-)
Hiperemis (-) Conjungtiva tarsal superior Hiperemis (-)
Hiperemis (-) Conjungtiva tarsal inferior Hiperemis (-)
Hiperemis (-) Conjungtiva bulbi Hiperemis (-)
Jernih Kornea Jernih
Tidak dapat dinilai COA Tidak dapat dinilai
RCL (+) RCTL (+) Bulat, RCL (+) RCTL (+) Bulat,
Pupil
isokor isokor
Jelas Iris Jelas
Jernih Lensa Jernih

Hidung : Bentuk normal, secret hidung (-/-)


Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, serumen (-/-), tanda peradangan
(-/-), secret (-/-)
Mulut : Bentuk normal, sianosis (-), mukosa hiperemis (-), mukosa kering (-),
tonsil T1-T1 tidak hiperemis
Leher : Trakea di tengah
Jantung : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : Suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Timpani, distensi (-), bising usus dalam batas normal, hepar dan lien
tidak teraba
Anus & genitalia : Tidak dilakukan
Ekstremitas : Akral teraba hangat, CRT <2 detik

Status dermatologis:

- Regio abdomen dan thorax posterior, terdapat papul milier sewarna kulit sebagian
eritematosa, berjumlah multiple, tersebar diskret yang disertai erosi dan ekskoriasi.

- Regio dorsum manus dan palmar manus, terdapat papul eritematosa, sebagian berupa
pustule dan erosi yang berjumlah multiple, tersebar diskret.
- Regio brachium dan antebrachium, terdapat papul eritematosa, sebagian berupa
pustule dan erosi yang berjumlah multiple, tersebar diskret.

- Regio cruris, terdapat papul milier sewarna kulit sebagian eritematosa berjumlah
multiple tersebar diskret disertai erosi dan ekskoriasi.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Belum dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien

5. DIAGNOSIS
Skabies dengan infeksi sekunder

6. CLINICAL REASONING
- Keluhan gatal dan bercak kemerahan disertai nanah di semua sela-sela jari kedua
tangan, siku, punggung, perut, dan kedua tungkai
- Gatal terutama pada malam hari
7. DIAGNOSIS BANDING
- Impetigo
- Pediculosis corporis

8. TATALAKSANA
- Amoxicillin 500 mg 3x1
- Chlorpheniramine maleate (CTM) 4 mg 2x1
- Dexamethasone 0,5 mg 2x1
- Salep 2-4 (3 hari berturut-turut pada malam seluruh tubuh kecuali wajah)

9. EDUKASI
- Edukasi mengenai penyebab penyakit pasien
- Edukasi mengenai cara penularan dan pencegahannya
- Edukasi mengenai terapi scabies, serta pemakaian obat secara baik dan benar
- Edukasi mengenai hygiene/ kebersihan diri dan lingkungan
- Edukasi untuk kontrol 3 hari setelah mendapat pengobatan

10. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam

11. PERMASALAHAN
Telah diperiksa seorang anak laki-laki usia 12 tahun yang berdasarkan hasil anamnesis
dan pemeriksaan fisik didapatkan pasien menderita Skabies dengan infeksi sekunder.

Pada anamnesis, didapatkan pasien datang dengan keluhan gatal-gatal dan timbul bercak
kemerahan pada semua sela-sela jari kedua tangan, siku, punggung, perut, dan kedua
tungkai dirasakan sejak 1 minggu yang lalu yang dirasakan sangat mengganggu terutama
saat malam hari. Anggota keluarga lainnya yang tinggal serumah juga memiliki keluhan
yang serupa yaitu kakaknya. Karena pasien tidur bersama kakaknya di rumah. Keluhan
ini sesuai dengan gejala klinis dari penyakit Skabies.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan papul milier sewarna kulit sebagian eritematosa,
berjumlah multiple, tersebar diskret yang disertai erosi dan ekskoriasi, dan sebagian
sudah disertai pus. Menurut referensi, pada anak-anak, lesi lebih sering berupa vesikel
disertai infeksi sekunder akibat garukan sehingga lesi menjadi bernanah. Namun, pada
pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang berupa kerokan kulit.

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan pasien menderita Skabies
dengan infeksi sekunder.

Penatalaksanaan diberikan antibiotik oral untuk mengatasi infeksinya, anti histamin


diberikan agar keluhan gatal pada pasien dapat berkurang, diberikan juga kortikosteroid
sebagai anti radang, dan diberikan salep 2-4 yang isinya adalah sulfur presipitatum 2-5%,
sering kali dicampur dengan asam salisilat 2%. Obat ini banyak digunakan di puskesmas,
karena harganya yang murah dan cukup efektif mengobati skabies. Namun salep 2-4
tidak efektif untuk membunuh scabies dalam fase telur. Dari beberapa referensi
mengatakan permethrin 5% sebagai lini utama dalam pengobatan penyakit scabies, selain
cara penggunaan cukup mudah dengan mengoleskan selama 8-10 jam, cukup 1 kali saja,
yang jika tidak membaik maka dapat diulang kembali seminggu kemudian. Obat ini juga
mampu membunuh scabies dalam fase telur. Tetapi harga permethrin 5% terbilang cukup
mahal dibandingkan dengan salep 2-4, oleh karenanya di puskesmas menyediakan salep
2-4 untuk pengobatan penyakit scabies.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Skabies adalah penyakit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi kulit oleh tungau
Sarcoptes scabiei dan produknya. Penyakit ini berhubungan erat dengan higiene yang buruk.
Prevalensi skabies tinggi pada populasi yang padat. Dari hasil penelitian di Brazil, prevalensi
skabies dua kali lebih tinggi di daerah kumuh perkotaan yang padat penduduk daripada di
masyarakat nelayan dimana mereka tinggal di tempat yang lebih luas.

Penularan dapat terjadi karena:

1. Kontak langsung kulit dengan kulit penderita skabies, seperti menjabat tangan,
hubungan seksual, atau tidur bersama.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), seperti penggunaan perlengkapan tidur
bersama dan saling meminjam pakaian, handuk dan alat-alat pribadi lainnya, tidak
memiliki alat-alat pribadi sendiri sehingga harus berbagi dengan temannya.

Tungau hidup dalam epidermis, tahan terhadap air dan sabun dan tetap hidup bahkan setelah
mandi dengan air panas setiap mandi.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Gejala klinis

1. Pruritus nokturna, yaitu gatal yang hebat terutama pada malam hari atau saat
penderita berkeringat.
2. Lesi timbul di stratum korneum yang tipis, seperti di sela jari, pergelangan tangan dan
kaki, aksila, umbilikus, areola mammae dan di bawah payudara (pada wanita) serta
genital eksterna (pria).

Faktor Risiko

1. Masyarakat yang hidup dalam kelompok yang padat seperti tinggal di asrama atau
pesantren.
2. Higiene yang buruk.
3. Sosial ekonomi rendah seperti di panti asuhan, dan sebagainya.
4. Hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

Lesi kulit berupa terowongan (kanalikuli) berwarna putih atau abu- abu dengan panjang rata-
rata 1 cm. Ujung terowongan terdapat papul, vesikel, dan bila terjadi infeksi sekunder, maka
akan terbentuk pustul, ekskoriasi, dan sebagainya.Pada anak-anak, lesi lebih sering berupa
vesikel disertai infeksi sekunder akibat garukan sehingga lesi menjadi bernanah.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit untuk menemukan tungau.

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Terdapat 4 tanda


kardinal untuk diagnosis skabies, yaitu

1. Pruritus nokturna.
2. Penyakit menyerang manusia secara berkelompok.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, rata-rata panjang 1 cm,
pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel.
4. Ditemukannya tungau dengan pemeriksaan mikroskopis.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda tersebut.

Diagnosis Banding

Skabies adalah penyakit kulit yang disebut dengan the great imitator dari kelainan kulit
dengan keluhan gatal. Diagnosis bandingnya adalah: Pioderma, Impetigo, Dermatitis,
Pedikulosis korporis

Komplikasi

Infeksi kulit sekunder terutama oleh S. aureus sering terjadi, terutama pada anak. Komplikasi
skabies dapat menurunkan kualitas hidup dan prestasi belajar

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan

1. Melakukan perbaikan higiene diri dan lingkungan, dengan:

o Tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersama-sama dan alas tidur diganti bila
ternyata pernah digunakan oleh penderita skabies.
o Menghindari kontak langsung dengan penderita skabies.

2. Terapi tidak dapat dilakukan secara individual melainkan harus serentak dan menyeluruh
pada seluruh kelompok orang yang ada di sekitar penderita skabies. Terapi diberikan
dengan salah satu obat topikal (skabisid) di bawah ini:

o Salep 2-4 dioleskan di seluruh tubuh, selama 3 hari berturut- turut, dipakai setiap
habis mandi.
o Krim permetrin 5% di seluruh tubuh. Setelah 10 jam, krim permetrin dibersihkan
dengan sabun.

Terapi skabies ini tidak dianjurkan pada anak < 2 tahun.


Konseling dan Edukasi

Dibutuhkan pemahaman bersama agar upaya eradikasi skabies bisa melibatkan semua pihak.
Bila infeksi menyebar di kalangan santri di sebuah pesantren, diperlukan keterbukaan dan
kerjasama dari pengelola pesantren. Bila sebuah barak militer tersebar infeksi, mulai dari
prajurit sampai komandan barak harus bahu membahu membersihkan semua benda yang
berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit.

Kriteria Rujukan

Pasien skabies dirujuk apabila keluhan masih dirasakan setelah 1 bulan paska terapi.

Prognosis

Prognosis umumnya bonam, namun tatalaksana harus dilakukan juga terhadap


lingkungannya.

Referensi

1. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
keenam. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Heukelbach, J. & Feldmeier, H. 2006. Scabies. The Lancet, 367, 1767-74. June 8, 2014.
http://Search.Proquest.Com/Docview/199054155/Fulltextpdf/Afb f4c2fd1bd4016pq/6?
Accountid=17242
3. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical

Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders Elsevier.


4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman Pelayanan Medik.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai