Oleh:
Kholifa Nur Ardhina
14711022
Pembimbing:
dr. Suyoso, Sp.PD
dr. Susiati, Sp.KJ
Meimin Setyaningsih, S.Kep.Ns
Galuh Ardianti, S.Gz
هّٰللا
ض َ ــا َّو4ًٔن ۙ اِ ۡذ اَ ۡع َجبَ ۡـت ُكمۡ َك ۡث َرتُ ُكمۡ فَلَمۡ ت ُۡغ ِن ع َۡن ُكمۡ ش َۡئـ
ُ ضاقَ ۡت َعلَ ۡي ُك ُم ااۡل َ ۡر ٍ اطنَ َكثِ ۡي َر ٍة ۙ َّويَ ۡو َم ُحنَ ۡي ِ ص َر ُك ُم ُ فِ ۡى َم َو َ َلَـقَ ۡد ن
َۚبِ َما َر ُحبَ ۡت ثُ َّم َولَّ ۡـيتُمۡ ُّم ۡدبِ ِر ۡين
“Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah)
Perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang
banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu,
kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang.” (QS at-Taubah: 25)
َس ۡولِ ٖه َو َعلَى ۡال ُم ۡؤ ِمنِ ۡينَ َواَ ۡن َز َل ُجنُ ۡودًا لَّمۡ ت ََر ۡو َها ۚ َوع ََّذ َب الَّ ِذ ۡينَ َكفَ ُر ۡوا ؕ َو ٰذ لِكَ َجزَ ٓا ُء ۡال ٰـكفِ ِر ۡين هّٰللا
ُ س ِك ۡينَـت َٗه ع َٰلى َر
َ ُ ثُ َّم اَ ۡنزَ َل
Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang
beriman, dan Dia menurunkan bala tentara (para malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia
menimpakan azab kepada orang-orang kafir. Itulah balasan bagi orang-orang kafir. (QS at-
Taubah: 26)
C. Hadits
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
D. Sirah Nabi
Sebagaimana kisah dalam Qur’an Surat At-Taubah ayat 25-26. Ketika itu, sebagian di antara
mereka -para sahabat- ada yang berkata, “Pada hari ini kita tidak akan kalah gara-gara jumlah
yang sedikit.”
Tatkala penyakit ujub itu menyelinap ke dalam hati mereka, maka Allah berikan pelajaran
bagi mereka. Padahal, mereka itu adalah para Sahabat Nabi -orang-orang termulia di atas muka
bumi setelah para nabi- sejumlah 12 ribu pasukan kaum muslimin kocar-kacir di awal
pertempuran dalam menghadapi 4 ribu pasukan musyrikin dari kabilah Hawazin. Tafsir al-Karim
ar-Rahman, hal. 345).
Sahabat Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu ‘anhu berkata, "Keburukan yang engkau lakukan
adalah lebih baik daripada kebaikan di sisi Allah yang membuatmu berbangga diri. Kemaksiatan
yang menyebabkan dirimu terhina dan tercerai-berai adalah lebih baik daripada ketaatan yang
menyebabkan dirimu berbangga dan menyombongkan diri."
Ibnu Sa’ad menceritakan di dalam kitabnya ath-Thabaqat, bahwasanya Umar bin Abdul Aziz
apabila berkhutbah di atas mimbar kemudian dia khawatir muncul perasaan ujub di dalam
hatinya, dia pun menghentikan khutbahnya.
Demikian juga apabila dia menulis tulisan dan takut dirinya terjangkit ujub maka dia pun
menyobek-nyobeknya, lalu dia berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari
keburukan hawa nafsuku.” (dikutip dari al-Fawa’id, hal. 146).
E. Tambahan
Bahaya ‘Ujub
Sifat ‘ujub membawa akibat buruk dan menyeret kepada kehancuran, baik bagi pelakunya
maupun bagi amal perbuatannya. Di antara dampak dari sifat ‘ujub tersebut adalah:
1. Membatalkan pahala.
Seseorang yang merasa ‘ujub dengan amal kebajikannya, maka pahalanya akan gugur
dan amalannya akan sia-sia karena Allah tidak akan menerima amalan kebajikan
sedikitpun kecuali dengan ikhlas karena-Nya.
2. Menyebabkan Murka Allah.
3. Terjerumus ke dalam sikap ghurur (terperdaya) dan takabur.
Orang yang kagum pada diri sendiri akan lupa melakukan instrospeksi diri. Bersamaan
dengan perjalanan waktu, hal itu akan menjadi penyakit hatinya. Pada akhirnya ia
terbiasa meremehkan orang lain atau merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dan
tidak mau menghormati orang lain. Itulah yang disebut takabur.
4. Menyebabkan mengumbar nafsu dan melupakan dosa-dosa.
Seseorang yang mempunyai perasaan ‘ujub akan selalu menilai dirinya baik dan tidak
pernah menilai dirinya buruk dan serba kekurangan, sehingga ia selalu mengumbar
keinginan hawa nafsunya dan tidak merasa kalau dirinya telah berbuat dosa.
5. Menyebabkan orang lain membenci pelakunya.
Pada umumnya, orang tidak suka terhadap orang yang membanggakan diri, mengagumi
diri sendiri, dan sombong. Oleh karena itu, orang yang ‘ujub tidak akan banyak
temannya, bahkan ia akan dibenci meskipun luas ilmunya dan terpandang kedudukannya.
Syeikh Mustafa As Sibai berkata, “Separuh kepandaian yang disertai tawadhu’ lebih
disenangi oleh orang banyak dan lebih bermanfaat bagi mereka daripada kepandaian
yang sempurna yang disertai kesombngan.”
6. Menyebabkan su’ul khotimah dan kerugian di akhirat.
Qatadah berkata, “Barangsiapa yang diberi kelebihan harta, atau kecantikan, atau ilmu,
atau pakaian, kemudian ia tidak bersikap tawadhu’, maka semua itu akan berakibat buruk
baginya pada hari kiamat.”