Anda di halaman 1dari 6

SIFAT SOMBONG (‫) الكبر‬

A. PENDAHULUAN
Pada dasarnya Setiap manusia memiliki nafsu yg membedakan dengan makhluk yg lainnya dan
nafsu itu dibagi 2 tergantung bagaimana dia mengarahkannya pada dirinya kepada nafsu
mutmainnah nafsu yg baik yg bersih dari segala penyakit hati atau nafsu al ammaroh bis suu’
atau nafsu yg condong kepada kejelekan dan menuruti syahwat manusia yg sifatnya hannya
bersenang senang dan dilarang agama dan orang yg memiliki nafsu yg jelek inilah tandanya
orang tersebut telah memiliki penyakit hati yg akan merusak hati kita dan membimbingnya
kepada kemaksiatan dan perbuatan yg dimurkai allah contohnya dari pada penyakit hati ada
banyak sekali akan tetapi saya akan membahas tentang salah satu penyakit hati yg paling besar
dampaknya bagi diri manusia yaitu sifat sombong

B. HAKEKAT SOMBONG
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda,

َ ‫ان فِي َق ْل ِب ِه م ِْث َقا ُل َذرَّ ٍة مِنْ ِكب ٍْر َقا َل َر ُج ٌل ِإنَّ الرَّ ُج َل ُيحِبُّ َأنْ َي ُك‬
‫ون َث ْو ُب ُه َح َس ًنا َو َنعْ لُ ُه َح َس َن ًة َقا َل ِإنَّ هَّللا َ َجمِي ٌل‬ َ ‫اَل َي ْد ُخ ُل ْال َج َّن َة َمنْ َك‬
‫اس‬ ُ ْ‫ُيحِبُّ ْال َج َما َل ْال ِك ْب ُر َب َط ُر ْال َح ِّق َوغَم‬
ِ ‫ط ال َّن‬
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji
sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan
sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai
keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no.
91)
An Nawawi rahimahullah berkata, “Hadist ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu
menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak kebenaran”
Kesombongan ada dua macam, yaitu sombong terhadap al haq dan sombong terhadap
makhluk. Hal ini diterangkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hadist di atas dalam
sabda beliau, “sombong adalah menolak kebenaran dan suka meremehkan orang lain”.
Menolak kebenaran adalah dengan menolak dan berpaling darinya serta tidak mau
menerimanya. Sedangkan meremehkan manusia yakni merendahkan dan meremehkan orang
lain, memandang orang lain tidak ada apa-apanya dan melihat dirinya lebih dibandingkan orang
lain.
Sombong Terhadap al Haq (Kebenaran)
Sombong terhadap al haq adalah sombong terhadap kebenaran, yakni dengan tidak
menerimanya. Setiap orang yang menolak kebenaran maka dia telah sombong disebabkan
penolakannya tersebut. Oleh karena itu wajib bagi setiap hamba untuk menerima kebenaran
yang ada dalam Kitabullah dan ajaran para rasul ‘alaihimus salaam.
Orang yang sombong terhadap ajaran rasul secara keseluruhan maka dia telah kafir dan akan
kekal di neraka. Ketika datang kebenaran yang dibawa oleh rasul dan dikuatkan dengan ayat
dan burhan, dia bersikap sombong dan hatinya menentang sehingga dia menolak kebenaran
tersebut. Hal ini seperti yang Allah terangkan dalam firman-Nya,

ِ ‫ور ِه ْم ِإالَّ ِك ْب ٌر مَّاهُم ِب َبالِغِي ِه َفاسْ َتع ِْذ ِبا‬


{ ‫هلل ِإ َّن ُه ه َُو ال َّسمِي ُع ْالبَصِ ي ُر‬ ُ ‫ان َأ َتا ُه ْم ِإن فِي‬
ِ ‫ص ُد‬ ٍ ‫هللا ِب َغي ِْر ًس ْل َط‬
ِ ‫ت‬ َ ُ‫ِين ي َُجا ِدل‬
ِ ‫ون فِي َءا َيا‬ َ ‫ِإنَّ الَّذ‬
}56
“Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa lasan yang
sampai pada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan)
kesombongan yang mereka sekali-klai tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan
kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mnedengar lagi Maha Melihat” (QS. Ghafir:56)
Adapun orang yang sombong dengan menolak sebagian al haq yang tidak sesuai dengan hawa
nafsu dan akalnya –tidak termasuk kekafiran- maka dia berhak mendapat hukuman (adzab)
karena sifat sombongnya tersebut.
Maka wajib bagi para penuntut ilmu untuk memiliki tekad yang kuat mendahulukan perkataan
Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam di atas perkataan siapa pun. Karena pokok kebenaran adalah
kembali kepadanya dan pondasi kebenaran dibangun di atasnya, yakni dengan petunjuk Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kita berusaha untuk mengetahui maksudnya, dan mengikutinya
secara lahir dan batin. (Lihat Bahjatu Qulubil Abrar, hal 194-195, Syaikh Nashir as Sa’di, cet
Daarul Kutub ‘Ilmiyah)
Sikap seorang muslim terhadap setiap kebenaran adalah menerimanya secara penuh
sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla,
ً‫ضالَال‬ ِ ْ‫ون لَ ُه ُم ْال ِخ َي َر َة مِنْ َأ ْم ِر ِه ْم َو َمن َيع‬
َ ‫ص هللاَ َو َرسُولَ ُه َف َق ْد‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫ضى هللاُ َو َرسُولَ ُه َأ ْمرً ا َأن َي ُك‬
َ ‫ِن َوالَمُْؤ ِم َن ٍة ِإ َذا َق‬ َ ‫َو َما َك‬
ٍ ‫ان لِمُْؤ م‬
ً
}36{ ‫م ُِّبينا‬
“Dan tidaklah patut bagi mukmin laki-laki dan mukmin perempuan, apabila Allah dan Rasul-Nya
telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka.” (QS. Al-Ahzab: 36)
}65{ ‫ْت َو ُي َسلِّمُوا َتسْ لِيمًا‬ َ ‫ك فِي َما َش َج َر َب ْي َن ُه ْم ُث َّم الَ َي ِج ُدو ْا فِي َأنفُسِ ِه ْم َح َرجً ا ِّممَّا َق‬
َ ‫ضي‬ َ ‫ون َح َّتى ي َُح ِّكمُو‬
َ ‫ك الَيُْؤ ِم ُن‬
َ ‫َفالَ َو َر ِّب‬
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya” (QS. An Nisaa’: 65)
Sombong Terhadap Makhluk
Bentuk kesombongan yang kedua adalah sombong terhadap makhluk, yakni dengan
meremehkan dan merendahkannya. Hal ini muncul karena seseorang bangga dengan dirinya
sendiri dan menganggap dirinya lebih mulia dari orang lain. Kebanggaaan terhadap diri sendiri
membawanya sombong terhadap orang lain, meremehkan dan menghina mereka, serta
merendahkan mereka baik dengan perbuatan maupun perkataan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
‫ب امْ ِرٍئ م َِن ال َّشرِّ َأنْ َيحْ ق َِر َأ َخاهُ ْالمُسْ لِ َم‬
ِ ْ‫ِب َحس‬
“Cukuplah seseorang dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim”
(H.R. Muslim 2564). (Bahjatu Qulubill Abrar, hal 195)
Di antara bentuk kesombongan terhadap manusia di antaranya adalah sombong dengan
pangkat dan kedudukannya, sombong dengan harta, sombong dengan kekuatan dan kesehatan,
sombong dengan ilmu dan kecerdasan, sombong dengan bentuk tubuh, dan kelebihan-
kelebihan lainnya. Dia merasa lebih dibandingkan orang lain dengan kelebihan-kelebihan
tersebut. Padahal kalau kita renungkan, siapa yang memberikan harta, kecerdasan, pangkat,
kesehatan, bentuk tubuh yang indah? Semua murni hanyalah nikmat dari Allah Ta’ala. Jika Allah
berkehendak, sangat mudah bagi Allah untuk mencabut kelebihan-kelebihan tersebut. Pada
hakekatnya manusia tidak memiliki apa-apa, lantas mengapa dia harus sombong terhadap
orang lain.

C. DAMPAK NEGATIF SIFAT SOMBONG


Ada beberapa dampak negatif dari sifat sombong yang sangat berbahaya berdasarkan Al-
Qur’an dan Al-Hadits.
Pertama, dibenci Allah swt dan Rasulullah saw.:
Allah swt berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. ” (QS Luqman : 18).
Rasulullah saw juga pernah bersabda yang artinya, “Sombong adalah menolak kebenaran dan
meremehkan manusia.” (HR Muslim).
Semua makhluk di alam semesta diciptakan oleh Allah sesuai dengan kehendak dan keinginan-
Nya. Hal tersebut menurut Allah sangat baik dan indah. Dan bagi manusia selalu ada hikmah-
Nya. Kenapa manusia diciptakan berbeda-beda, kenapa harus ada jin, malaikat, hewan,
tumbuhan, dan lain-lain, agar sesama makhluk Allah saling mengenal dan mengagungkan Allah
swt.
Akan tetapi ketika kita merasa lebih mulia dari yang lainya, padahal sejatinya kemuliaan yang
kita miliki bersumber dari Allah, dan Allah menginginkan kemulian tersebut untuk
mengagungkan dan memuji-Nya, maka niscaya Allah akan membenci diri kita.
Kedua, diabaikan Allah swt.:
Di dalam sebuah hadis, Rasulullah saw pernah bersabda yang artinya, “Ada tiga golongan yang
tidak akan diajak bicara oleh Allah, tidak disucikan oleh-Nya, dan baginya adzab yang pedih,
(yaitu) orang yang sudah tua berzina, penguasa pendusta dan orang miskin yang sombong.” (HR
Muslim).
Agama Islam mengajarkan untuk tidak menyombongkan diri dari segala keadaan dan peristiwa,
seperti sombong dalam keadaan kaya dan miskin. Lalu pertanyaannya, apakah orang miskin
bisa sombong? Jawabannya sangat bisa. Karena sombong selalu mengikuti hawa nafsu
manusia.
Kebanyakan orang miskin yang sombong timbul dalam dirinya rasa iri hati, karena tidak mampu
mencapai sesuatu. Bukannya selalu bersyukur dan menerima, justru malah selalu suudzan dan
selalu mengeluh.
Contohnya, jika ada tetangga sudah membeli TV baru, jika orang yang tidak mampu tersebut
hatinya busuk ia akan berburuk sangka, seperti “Beli TV baru paling juga uangnya hasil korupsi,
mending kita lebih mulia uangnya hasil kerja keras sendiri dan lebih nyaman”.
Meskipun ini hanya contoh, akan tetapi mungkin saja di luar sana ada yang menemukan kasus
seperti ini, atau bahkan diri kita sendiri.
Ketiga, menjadi makhluk yang hina. :
Allah swt berfirman yang artinya, “Orang-orang yang bersikap sombong di muka bumi tanpa
alasan yang benar, mereka akan Aku palingkan dari kebenaran sehingga mereka tidak dapat
memahami bukti-bukti kekuasaan-Ku. Sekalipun orang-orang yang sombong itu menyaksikan
bukti-bukti kekuasaan-Ku, mereka tetap tidak mau beriman. Jika mereka melihat jalan sesat
justru mereka mau mengikutinya. Begitulah karakter orang-orang yang sombong, mereka telah
mendustakan agama Kami, dan mereka telah melalaikan bukti-bukti kekuasan Kami.” (QS Al-
A’raf : 146).
Orang yang sombong seringkali tidak akan pernah mau kalah dan mengalah. Andaikata ada
yang mengunggulinya, ia akan bersikap sinis dan berlomba-lomba untuk melebihi yang lain lagi,
atau bahkan bisa berbohong, mereka-reka cerita dan peristiwa yang tujuannya mengangkat
dirinya.
Itu semua disebabkan karena hatinya telah mati. Jika hati sudah mati, sangat sulit akan
menerima masukan dan nasehat dari saudaranya. Sebenarnya sangat kasihan dengan orang
seperti ini, karena sejatinya ia sedang menggali lobang kehinaan dari dirinya sendiri.
Keempat, hatinya terkunci.:
Allah swt akan menutup rapat pintu hati manusia yang bersikap sombong, sehingga ia tidak
akan lagi mampu menerima kebenaran, sebagaimana tertulis di dalam dalil berikut:
“…….demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.” (QS
Al-Mukmin : 35).
Seperti yang ada di atas, orang yang sombong sangat sulit untuk menerima kebenaran jika
hatinya telah mati dan dikunci oleh Allah swt. Jalan satu-satunya ia harus benar-benar
bertaubat kepada-Nya, serta harus mempelajari hikmah tentang kepemilikan semu dan
kepemilikan yang sejati.
Kelima, menjadi pengikut Iblis. :
Allah swt berfirman yang artinya, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabur
maka ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS Al-Baqarah : 34).
Peristiwa ini menjadi penanda bahwa makhluk yang mulia bisa menjadi hina disebabkan karena
kesombongannya. Sombong tidak hanya memandang manusia yang rendah, manusia yang
mulia juga bisa menjadi lebih rendah jika memiliki sifat sombong.
Contoh lain kisah wali Allah Syekh Barsiso yang konon memiliki santri yang bisa terbang semua,
kemudian menjadi hina berlumuran dosa akibat memiliki sifat sombong dalam hatinya. Atau
juga kisah dua malaikat bernama Harut dan Marut yang sombong kepada Allah, kemudian
dihukum di atas laut sampai hari kiamat.
Keenam, menjadi penghuni neraka. :
Orang yang sombong akan dibenci Allah swt., sehingga menjadi pengikut iblis yang mendekam
selamanya di neraka, sebagaimana tertulis di dalam sabda Rasulullah saw. berikut,
”Para penghuni neraka adalah orang-orang yang keras kepala, kasar lagi sombong.” (HR Bukhari
dan Muslim).

Maksud hadits tersebut menjadi penanda bahwa orang yang memiliki sifat sombong bisa
menjalar menjadi sifat yang buruk lainnya, seperti menjadi riya, iri dengki, dendam, sum’ah,
musyrik dan lain sebagainya
D. CARA MENGOBATI SIFAT SOMBONG
Ada banyak cara dalam mengobati sifat sombong Seorang mukmin sudah seharusnya
menjauhkan diri dari sifat sombong dan angkuh. Kita harus merendahkan hati agar tak dibenci
Allah yang Mahasuci. Untuk mengatasi kesombongan dan keangkuhan, Imam al-Ghazali
menyampaikan enam nasihat.
Pertama, jika berjumpa dengan anak-anak, anggaplah bahwa anak-anak tersebut lebih mulia
daripada kita karena mereka belum banyak melakukan dosa.
Kedua, apabila bertemu dengan orang tua, anggaplah ia lebih mulia daripada kita karena dia
sudah lama beribadah.
Ketiga, jika berjumpa dengan orang alim, anggaplah dia lebih mulia daripada kita karena
mereka telah mempelajari dan mengetahui banyak ilmu.
Keempat, jika melihat orang bodoh, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita karena mereka
melakukan dosa dalam kebodohan, sedangkan kita melakukan dosa dalam keadaan
mengetahui.
Kelima, apabila melihat orang jahat, jangan anggap kita lebih mulia karena mungkin suatu hari
nanti dia akan bertobat atas kesalahannya.
Keenam, apabila bertemu dengan orang kafir, katakan di dalam hati bahwa mungkin suatu hari
nanti mereka akan mendapatkan hidayah dan memeluk Islam sehingga segala dosa mereka
akan diampuni oleh Allah.
Nasihat Imam al-Ghazali mengajarkan kita agar rendah hati dan tidak merasa lebih baik
daripada orang lain. Orang mukmin adalah mereka yang selalu rendah hati dan menghargai
manusia lainnya. Allah SWT berfirman: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu
(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS al-
Furqan:63).semoga dengan adanya tulisan ini kita dapat menjaga diri kita dan menjauhkan diri
daripada sifat sombong dan menjadikan hati kita sebagai hati yg bersih sehingga kita tergolong
orang yg memiliki nafsu muthmainnah amiiiin .

Anda mungkin juga menyukai