Anda di halaman 1dari 4

Risalah Kajian Malam FIWA Rabu 11 Januari 2022

Ust. Wenny Satrya Maulana, S.Pd

Lisanmu menentukan Surga dan Nerakamu

‫ وأشهد أال إله إال هللا وأشهد أن حممدا‬.‫ وجعل هذه األمة بني األمم عدوال وخيارا‬,‫احلمد هلل الذي جعل له من كل شيء خيارا‬
‫عبده ورسوله صلى هللا عليه وعلى آله وصحبه وسلم تسليما مزيدا إىل يوم الدين‬
Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang mana telah menciptakan lisan
untuk kita mahlukNya sebagai washilah besar untuk meraih Ridho dan Rahmat Nya. Dan tak terluput
dari kita Shalawat dan Salam kepada sebaik baik ciptaan, sebaik baik pemimpin, Imamnya para syuhada
dan orang-orang sholeh, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan tak lupa kepada
keluargaNya dan para Sahabat dan juga para pengikutnya hingga hari kiamat kelak.

Pada malam hari ini seperti malam malam biasanya kita melaksanakan kajian malam dengan tema
Lisanmu menentukan Surga atau Neraka bagimu. Dan tak lupa kita berdoa kepada Allah agar senantiasa
menurunkan rahmat dan karuniaNya, serta hidayahNya di majelis kita pada malam hari ini dan
memahamkan kita tentang agama yang diridhoiNya ini. Aamiin.

Sungguh pemandangan yang miris dikalangan kita, yang sudah menuntut ilmu, apalagi sudah
bertahuntahun menuntut ilmu, namun sampai sekarang ilmu tersebut tidak membekas didalam dirinya.
Kita dapat melihatnya dari seberapa kuatkah kita menahan lisan dari perkataan yang tidak baik ataupun
kotor. Mengapa demikian, karna buah ilmu ataupun hasil dari ilmu itu adalah rasa takut kepada Allah,
sebagaimana Allah berfirman didalam KitabNya :

ِِ ِ ِ
ٌ ‫شى اللم َـه م ْن عبَاده الْعُلَ َماءُ ۗ إِ من اللم َـه َع ِز ٌيز غَ ُف‬
‫ور‬ َ ْ‫إِ مَّنَا ََي‬
“Hanyalah para ulama yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan takut yang sebenarnya
dikalangan manusia, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
(QS. Fatir[35]: 28)

Dari sini kita ketahui bahwasannya orang yang benar-benar menuntut ilmulah yang mempunyai rasa
takut kepada Allah. Akan tetapi sangat disayangkan banyak diantara kita yang tidak takut kepada Allah,
buktinya adalah masih banyak diantara kita masih saja berkata kotor dan tidak menggunakan lisan kita
sebaik-baiknya.

Tidakkah kita takut dengan firman Allah Subhanahu Wa ta’ala:

‫يب َعتِي ٌد‬ ِ ِ ِ ُ ‫ما يـل ِْف‬


ٌ ‫ظ من قَـ ْو ٍل إِمال لَ َديْه َرق‬ َ
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu
hadir.” (QS. Qaf: 18)

Kita ketahui dari ayat ini bahwasannya setiap ucapan kita baik ucapan yang baik maupun ucapan yang
buruk maka malaikat tersebut akan senantiasa mencatat dan mengawasi. Dan hasil catatan tersebut
akan kita pertanggung jawabkan kelak di hari akhirat nanti ketika seluruh makhluk menghadap kepada
RabNya, hari yang paling mengerikan yang belum pernah dirasakan oleh makhluk manapun.

Allah Ta’ala berfirman :

َ ‫ْيا يَـ َرهُ * َوَم ْن يَـ ْع َم ْل ِمثْـ َق‬


ُ‫ال َذ مرةٍ َش ًّرا يَـ َره‬ ٍ َ ‫فَمن يـعمل ِمثْـ َق‬
ً ْ ‫ال ذَ مرة َخ‬ ْ َ َْ ْ َ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula” (QS. Az Zalzalah: 7-8).

Tidakkah kita takut kepada kabar dari Rasulullah, dari hadits nabi yang mana Beliau Shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :

ٍ ‫اّلل ِِبا َدرج‬


‫ َوإِ من ال َْع ْب َد لَيَـتَ َكلم ُم‬،‫ات‬ ِ ِ‫ان م‬ ِ ‫ضو‬ ِِ ِ
َ َ َ ُ‫ يَـ ْرفَ ُع م‬، ً‫اّلل الَ يُـلْقى ََلَا َِبال‬ َ ْ ‫إِ من ال َْع ْب َد لَيَـتَ َكلم ُم ِِبلْ َكل َمة م ْن ِر‬
ِ ِ ِ ِ‫ِِبلْ َكلِم ِة ِمن س َخ ِط م‬
َ ‫اّلل الَ يُـلْقى ََلَا َِبالً يَـ ْه ِوى ِبَا ِف َج َهن‬
‫مم‬ َ ْ َ

“Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah
mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara
dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia
dilemparkan ke dalam jahannam.” (HR. Bukhari no. 6478)

ِ ‫ني ال َْم ْش ِر ِق َوال َْم ْغ ِر‬ ِ ‫إِ من الْعب َد لَيـتَ َكلمم ِِبلْ َكلِم ِة ما يـتَـب م‬
‫ب‬ َ ْ َ‫ني َما ف َيها يَـ ْه ِوى ِِبَا ِِف النما ِر أَبْـ َع َد َما ب‬
ََُ َ َ ُ َ َْ

“Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan
bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari
pada jarak antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988)

Tidakkah kita takut dengan ancaman-ancaman berikut? Dimana iman kita? Kita semua mengaku
beriman kepada Allah dan Hari Akhir serta hari Pembalasan namun masih saja diantara kita berkata-kata
kotor. Sungguh tidak sinkron antara pengakuan kita dengan perbuatan kita sehari-hari yang sering
berkata-kata kotor. Padahal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ت‬
ْ ‫ص ُم‬ ً ْ ‫َم ْن َكا َن يـُ ْؤم ُن ِب مّلل َوالْيَـ ْوم اآلخ ِر فَـ ْليَـ ُق ْل َخ‬
ْ َ‫ أ َْو لي‬،‫ْيا‬
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka
diamlah.” (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47).

Dan juga, diantara tanda kita memiliki lisan yang jelek yaitu suka berteriak. Suatu adab yang buruk ketika
kita punya kebiasaan teriak-teriak dan berkata dengan nada yang kasar sekaligus tinggi.

Padahal Allah sudah mengabadikan nasehat Luqman kepada anaknya didalam alQuran yang mana
Luqman berkata :

‫ت ا ْحلَ ِم ِْي‬
ُ ‫ص ْو‬ ِ ْ ‫ك إِ من أَنْ َكر ْاأل‬
َ ِ‫ص ْوت‬ ِ ‫ض‬
َ َ‫َص َوات ل‬ َ َ ‫ض م ْن‬
ْ ُ ‫َوا ْغ‬
“dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Luqman: 19).

Maksudnya adalah, janganlah kita meninggikan suara kita tanpa kebutuhan dan juga janganlah kita
berteriak-teriak ketika berbicara. Karna teriakan teriakan melengking itu termasuk menyerupai suara
keledai dan seburuk-buruk suara ialah suara yang menyerupai suara keledai.

Kita mengaku bahwasannya kita adalah umat nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, kita juga
menginginkan syafaat dari beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam, kita mengaku sebagai pengikut beliau
shallahu ‘alaihi wasallam, tapi semua klaim klaim itu, pengakuan pengakuan itu sebatas hanya kalimat
dan khayalan semata. Nyatanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang tidak suka
berteriak-teriak bahkan Allah langsung memuji beliau karna beliau tidak suka berteriak-teriak. Allah
berfirman di sebuah hadits Qudsi :

،‫سيِئَ ِة‬
‫سيِئَةَ ِبل م‬
‫وال يَ ْدفَ ُع ال م‬ ِ ‫ِبألسو‬
َ ،‫اق‬ ٍ ‫وال َسخ‬ ٍ ‫وال غَِل‬
َ ‫ليس ب َف ٍظ‬ ِ َ ُ‫ ََسمْيـت‬،‫ورسوِِل‬ ِ َ ْ‫أن‬
َ ْ ‫ماب‬ َ ،‫يظ‬ َ ،‫ك املُتَـ َوك َل‬ َ ‫ت َع ْبدي‬
‫ص َف ُح‬ ِ
ْ َ‫ولَك ْن يَـ ْع ُفو وي‬
“Engkau (Muhammad) adalah hamba-Ku dan rasul-Ku, aku namai engkau Al Mutawakkil, engkau bukan
orang yang keras dan kasar, bukan orang yang suka berteriak-teriak di pasar, engkau tidak membalas
keburukan dengan keburukan, bahkan engkau pemaaf dan lapang dada” (HR. Bukhari no. 6622).

Semua perkara perkara dari lisan, memang ringan dan kadang kita menganggapnya remeh, padahal
Allah subhanahu wata’ala berfirman :

‫يم‬ ِ ِ‫وََتْسبونَه هيِنًا وهو ِع ْن َد م‬


ٌ ‫اّلل َعظ‬ َُ َ َ ُ َُ َ
“Kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (QS. An Nur:
15).

Gunakanlah lisan kita sebaik baiknya, sebagaimana tema kita bahwa lisan kita menentukan surga atau
neraka? Maka gunakan lisan itu untuk berdakwah, dakwah bukan hanya tugasnya ustadz, bukan juga
hanya tugasnya guru. Akan tetapi tugas kita semua yang mana kita menjadi umat terbaik dibandingkan
umat terdahulu karna ciri khas kita adalah dakwah. Yang mana Allah berfirman :

ِ‫وف وتَـ ْنـهو َن َع ِن الْم ْن َك ِر وتُـ ْؤِمنُو َن ِِب م‬


ِ ِ ‫ت لِلن‬
ْ ‫ْي أُم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
‫ّلل‬ َ ُ ْ َ َ ‫ماس ََت ُْم ُرو َن ِِبل َْم ْع ُر‬ َ ْ ‫ُك ْنـتُ ْم َخ‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)

Siapa yang menggunakan lisannya untuk saling menasehati dan berdakwah maka dia termasuk umat
terbaik yang dimaksudkan di ayat ini. Dan balasannya apa? Tentunya syurganya Allah subhanahu
wata’ala.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai makhluknya yang dapat menjaga lisan dari perkataan kotor,
teriak teriak dan semisal dengannya, dan menjadikan kita sebagai hambanya yang takut kepadanya
karena inti dari ilmu adalah rasa takut kepadaNya. Wallahu ta’ala a’lam bishowab

Anda mungkin juga menyukai