ۨت َو ْال َح ٰيوةَ لِيَ ْبلُ َو ُك ْم اَيُّ ُك ْم اَحْ َس ُن َع َماًل ۗ َوهُ َو ْال َع ِز ْي ُز ْال َغفُ ْو ۙ ُر
َ ق ْال َم ْو
َ َالَّ ِذيْ َخل
(Allah) yaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa
di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.
(Al-Mulk - Ayat 2)
Makna “…untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya…” Fudhail
bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Yang paling ikhlas dan paling benar.” Orang-orang
bertanya, “Wahai Abu ‘Ali! Apa yang dimaksud dengan yang paling ikhlas dan paling benar
itu?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya amal apabila dilakukan dengan ikhlas namun tidak
benar, maka tidak akan diterima. Dan apabila dilakukan dengan benar namun tidak ikhlas,
maka tidak akan diterima hingga ia dilakukan dengan ikhlas dan benar. Yang dilakukan
dengan ikhlas ialah hanya ditujukan untuk Allah Tabaraka wa Ta’ala, sedangkan yang benar
ialah sesuai dengan tuntunan syariat islam.
Orang yang Beriman Pasti Diberikan Cobaan dan Ujian oleh
Allah Tabaraka wa Ta’ala
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,
ۖ ﴾ َو َل َقدْ َف َت َّنا ا َّلذِينَ مِنْ َق ْبلِ ِه ْم٢﴿ َاس َأنْ ُي ْت َر ُكوا َأنْ َيقُولُوا آ َم َّنا َو ُه ْم اَل ُي ْف َت ُنون
ُ أ َحسِ َب ال َّن
َ ََف َل َي ْع َل َمنَّ هَّللا ُ ا َّلذِين
َص َدقُوا َو َل َي ْع َل َمنَّ ا ْل َكاذ ِِبين
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami
telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang
sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui
orang-orang yang dusta.” [Al-‘Ankabuut/29:2-3]
َ اس َأ
ش ُّد بَالَ ًء ُّ يَا رَ سُو َل اللَّ ِه َأ
ِ َّى الن
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab,
ص ْلبًا ُ ب ِدي ِن ِه َفِإنْ َكانَ ِدينُ ُه ِ س َ « اَأل ْن ِبيَا ُء ثُ َّم اَألمْ ثَ ُل َفاَألمْ َث ُل َفيُ ْب َت َلى الرَّ ُج ُل عَ َلى َح
ب ِدي ِن ِه َفمَا يَبْرَ ُح ا ْلبَالَ ُء ِبا ْل َع ْب ِدِ سَ ى عَ لَى َح َ اشتَ َّد بَالَُؤ ُه وَ ِإنْ َكانَ ِفى ِدي ِن ِه ِر َّق ٌة ا ْبتُ ِل ْ
» ض مَا عَ لَ ْي ِه خَ ِطيَئ ٌة ِ َْحتَّى يَ ْترُ َك ُه يَمْ ِشى عَ لَى اَألر
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan
kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila
agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa
akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” [1]
(HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024)
Semakin kuat iman, semakin berat cobaan, namun semakin Allah cinta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
ك َعْنهُ بِ َذنْبِ ِه َحىَّت ِِ ُّ ِإ َذا ََأر َاد اللَّهُ بِ َعْب ِد ِه اخْلَْيَر َع َّج َل لَهُ الْعُ ُقوبَةَ ىِف
َ الد ْنيَا َوِإ َذا ََأر َاد اللَّهُ بِ َعْبده الشََّّر َْأم َس
يُ َوىَّف بِِه َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah
menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga
akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani).
Barakallahu (Khutbah ke – 2)
Makna asal dari sabar adalah “menahan”. Secara syar’i, Ibnul Qayyim menjelaskan pengertian sabra
yaitu:
“Sabar adalah menahan diri dari menggerutu, menahan lisan dari mengeluh, dan menahan anggota
badan dari menampar pipi, merobek-robek baju dan perbuatan tidak sabar selain keduanya.”[8] Jadi,
sabar meliputi menahan hati, lisan dan anggota badan.
Iman kepada takdir ada dua, sebagaimana di dalam hadits Jibril ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ditanya tentang apa itu iman? Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
َ َ وَ تُْؤ ِمنَ ِبا ْل َقد ِْر خَ ي ِْر ِه و، وَ ا ْليَوْ ِم اآْل ِخ ِر، س ِل ِه
شرِّ ِه ُ وَ ُر، وَ ُكت ُِب ِه، وَ َماَل ِئ َك ِت ِه، هلل
ِ َأنْ تُْؤ ِمنَ ِبا.
”Iman adalah engkau beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya,
hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk.”[18]
Kita wajib mengimani takdir yang baik maupun takdir yang buruk, yang manis maupun yang pahit.
Seluruh manusia tidak akan bisa menolak, ataupun menghindar dari takdir Allah. Semua berjalan
menurut apa yang Allah sudah takdirkan, termasuk yang sekarang ini sedang menimpa kaum
Muslimin.
Apakah itu bentuknya ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, kekurangan jiwa (banyak orang yang
mati), dan kurangnya bahan-bahan makanan, buah-buahan dan lain sebagainya. Ini semua
merupakan cobaan dari Allah.