Anda di halaman 1dari 4

Allah Tabaraka wa Ta’ala Menciptakan Manusia Untuk

Memberikan Cobaan dan Ujian


Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah menciptakan segala sesuatu dan segala puji
bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik ciptaan. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman;

ۨ‫ت َو ْال َح ٰيوةَ لِيَ ْبلُ َو ُك ْم اَيُّ ُك ْم اَحْ َس ُن َع َماًل ۗ َوهُ َو ْال َع ِز ْي ُز ْال َغفُ ْو ۙ ُر‬
َ ‫ق ْال َم ْو‬
َ َ‫الَّ ِذيْ َخل‬
(Allah) yaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa
di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.
(Al-Mulk - Ayat 2)

Makna “…untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya…” Fudhail
bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Yang paling ikhlas dan paling benar.” Orang-orang
bertanya, “Wahai Abu ‘Ali! Apa yang dimaksud dengan yang paling ikhlas dan paling benar
itu?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya amal apabila dilakukan dengan ikhlas namun tidak
benar, maka tidak akan diterima. Dan apabila dilakukan dengan benar namun tidak ikhlas,
maka tidak akan diterima hingga ia dilakukan dengan ikhlas dan benar. Yang dilakukan
dengan ikhlas ialah hanya ditujukan untuk Allah Tabaraka wa Ta’ala, sedangkan yang benar
ialah sesuai dengan tuntunan syariat islam.
Orang yang Beriman Pasti Diberikan Cobaan dan Ujian oleh
Allah Tabaraka wa Ta’ala
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,

ۖ ‫﴾ َو َل َقدْ َف َت َّنا ا َّلذِينَ مِنْ َق ْبلِ ِه ْم‬٢﴿ َ‫اس َأنْ ُي ْت َر ُكوا َأنْ َيقُولُوا آ َم َّنا َو ُه ْم اَل ُي ْف َت ُنون‬
ُ ‫أ َحسِ َب ال َّن‬
َ َ‫َف َل َي ْع َل َمنَّ هَّللا ُ ا َّلذِين‬
َ‫ص َدقُوا َو َل َي ْع َل َمنَّ ا ْل َكاذ ِِبين‬
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami
telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang
sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui
orang-orang yang dusta.” [Al-‘Ankabuut/29:2-3]

Seseorang Akan Mendapatkan Ujian Sebanding Kualitas


Imannya
Siapakah yang akan mendapatkan ujian terberat …
Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,

َ ‫اس َأ‬
‫ش ُّد بَالَ ًء‬ ُّ ‫يَا رَ سُو َل اللَّ ِه َأ‬
ِ َّ‫ى الن‬
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab,
‫ص ْلبًا‬ ُ ‫ب ِدي ِن ِه َفِإنْ َكانَ ِدينُ ُه‬ ِ ‫س‬ َ ‫« اَأل ْن ِبيَا ُء ثُ َّم اَألمْ ثَ ُل َفاَألمْ َث ُل َفيُ ْب َت َلى الرَّ ُج ُل عَ َلى َح‬
‫ب ِدي ِن ِه َفمَا يَبْرَ ُح ا ْلبَالَ ُء ِبا ْل َع ْب ِد‬ِ ‫س‬َ ‫ى عَ لَى َح‬ َ ‫اشتَ َّد بَالَُؤ ُه وَ ِإنْ َكانَ ِفى ِدي ِن ِه ِر َّق ٌة ا ْبتُ ِل‬ ْ
» ‫ض مَا عَ لَ ْي ِه خَ ِطيَئ ٌة‬ ِ ْ‫َحتَّى يَ ْترُ َك ُه يَمْ ِشى عَ لَى اَألر‬
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan
kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila
agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa
akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” [1]
(HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

َ ‫وَ ِا َذا عَ ظُمَت ال ِم ْحنَ ُة َكانَ َذ ِلكَ ِل ْل ُمْؤ ِم ِن الصَّ ا ِل ِح‬


‫سبَبًا ِل ُعلُ ِّو الدَرَ َج ِة وَ عَ ِظي ِْم االَ ْج ِر‬
“Cobaan yang semakin berat akan senantiasa menimpa seorang mukmin yang sholih untuk
meninggikan derajatnya dan agar ia semakin mendapatkan ganjaran yang besar.”[2]

Syaikhul Islam juga mengatakan,

‫هللا تَعَالَى َق ْد َج َع َل َأ ْك َم َل ال ُمْؤ ِم ِنيْنَ ِإ ْيمَانًا َأعْ ظ َ ُم ُه ْم بَالَ ًء‬


ُ ‫و‬
“Allah akan memberikan cobaan terberat bagi setiap orang mukmin yang sempurna imannya.”[3]
Al Munawi mengatakan, “Jika seorang mukmin diberi cobaan maka itu sesuai dengan ketaatan,
keikhlasan, dan keimanan dalam hatinya.”[4]

Semakin kuat iman, semakin berat cobaan, namun semakin Allah cinta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

dari Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


ِ ِّ ُ‫ب َق ْو ًما ْابتَالَ ُه ْم فَ َم ْن َر ِض َى َفلَه‬ ‫ِإ‬ ‫ِ ِإ‬ ِ ِ ِ ‫ِإ‬
ُ‫ضا َو َم ْن َسخ َط َفلَه‬
َ ‫الر‬ َ ‫َّن عظَ َم اجْلََزاء َم َع عظَ ِم الْبَالَء َو َّن اللَّهَ ذَا‬
َّ ‫َأح‬
‫ط‬
ُ ‫الس َخ‬ َّ
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai
suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang
akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu
Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).
Ujian dan Musibah Tanda Allah Cinta
Inilah yang patut dipahami setiap insan beriman. Bahwa cobaan kadang dapat meninggikan derajat
seorang muslim di sisi Allah dan tanda bahwa Allah semakin cinta kepada hamba-Nya. Dan semakin
tinggi kualitas imannya, semakin berat pula ujiannya. Namun ujian terberat ini akan dibalas dengan
pahala yang besar pula. Sehingga kewajiban kita adalah bersabar. Sabar ini merupakan tanda
keimanan dan kesempurnaan tauhidnya.

Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

‫ك َعْنهُ بِ َذنْبِ ِه َحىَّت‬ ِِ ُّ ‫ِإ َذا ََأر َاد اللَّهُ بِ َعْب ِد ِه اخْلَْيَر َع َّج َل لَهُ الْعُ ُقوبَةَ ىِف‬
َ ‫الد ْنيَا َوِإ َذا ََأر َاد اللَّهُ بِ َعْبده الشََّّر َْأم َس‬
‫يُ َوىَّف بِِه َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة‬
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah
menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga
akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani).

Juga dari hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


ِ ِّ ُ‫ب َق ْو ًما ْابتَالَ ُه ْم فَ َم ْن َر ِض َى َفلَه‬ ‫ِإ‬ ‫ِ ِإ‬ ِ ِ ِ ‫ِإ‬
ُ‫ضا َو َم ْن َسخ َط َفلَه‬
َ ‫الر‬ َ ‫َّن عظَ َم اجْلََزاء َم َع عظَ ِم الْبَالَء َو َّن اللَّهَ ذَا‬
َّ ‫َأح‬
‫ط‬
ُ ‫الس َخ‬ َّ
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai
suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang
akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu
Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).

Barakallahu (Khutbah ke – 2)

Kemudian apa yang harus kita lakukan ketika mendapat cobaan?

Kewajiban kita adalah bersabar dan bersabar.


Ganjaran bersabar sangat luar biasa. Ingatlah janji Allah,

ٌ‫َٰه ِذ ِه الدُّ ْن يَ ا َح َس نَ ة‬ ‫َأح س نُ وا يِف‬


َ ْ َ ‫ين‬ ِ ‫َّك م ۚ` لِ ل‬
‫َّذ‬ ُ
ْ َ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫وا‬ ‫َّق‬
ُ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫وا‬ ‫ن‬
ُ ‫آم‬
َ َ ‫ين‬ ِ ‫اد ال‬
‫َّذ‬ ِ ‫قُل ي ا ِع ب‬
َ َ ْ
ٍ ‫ِح س‬
‫اب‬ ِ‫َأج ر ُه م بِ غَ رْي‬ ِ ‫َّه و‬
َ ‫اس َع ةٌ ۗ` ِإ مَّنَ ا يُ َو ىَّف الصَّابِ ُر‬ ِ ‫ۗ` و َأر ض الل‬
َ ْ َ ْ ‫ون‬ َ ُ ْ َ
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang
berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Al Auza’i mengatakan bahwa  ganjarannya tidak bisa ditakar dan ditimbang. Ibnu Juraij mengatakan
bahwa balasan bagi orang yang bersabar pahala bagi mereka tidak bisa dihitung sama sekali, akan
tetapi akan diberi tambahan dari itu. Maksudnya, pahala mereka tak terhingga. Sedangkan As Sudi
mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah surga.[7]

Makna asal dari sabar adalah “menahan”.  Secara syar’i, Ibnul Qayyim menjelaskan pengertian sabra
yaitu:

“Sabar adalah menahan diri dari menggerutu, menahan lisan dari mengeluh, dan menahan anggota
badan dari menampar pipi, merobek-robek baju dan perbuatan tidak sabar selain keduanya.”[8] Jadi,
sabar meliputi menahan hati, lisan dan anggota badan.

Kita Harus Beriman Kepada Takdir Baik & Buruk


Inilah kehidupan, inilah cobaan, inilah ujian. Kita wajib melihat bahwa semua ini Allah yang
menakdirkan dan Allah sudah tulis dalam Lauh Mahfuzh sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.
Kewajiban kita mengimani bahwa Allah yang menakdirkan semua ini, kita wajib meyakini bahwa Allah
Maha Adil, Maha Sayang kepada hamba-hamba-Nya. Dan semua itu ada hikmahnya, dan apa yang
Allah takdirkan semuanya baik.

Iman kepada takdir ada dua, sebagaimana di dalam hadits Jibril ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ditanya tentang apa itu iman? Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

َ َ‫ وَ تُْؤ ِمنَ ِبا ْل َقد ِْر خَ ي ِْر ِه و‬، ‫ وَ ا ْليَوْ ِم اآْل ِخ ِر‬، ‫س ِل ِه‬
‫شرِّ ِه‬ ُ ‫ وَ ُر‬، ‫ وَ ُكت ُِب ِه‬، ‫ وَ َماَل ِئ َك ِت ِه‬، ‫هلل‬
ِ ‫َأنْ تُْؤ ِمنَ ِبا‬.
”Iman adalah engkau beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya,
hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk.”[18]

Kita wajib mengimani takdir yang baik maupun takdir yang buruk, yang manis maupun yang pahit.
Seluruh manusia tidak akan bisa menolak, ataupun menghindar dari takdir Allah. Semua berjalan
menurut apa yang Allah sudah takdirkan, termasuk yang sekarang ini sedang menimpa kaum
Muslimin.

Apakah itu bentuknya ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, kekurangan jiwa (banyak orang yang
mati), dan kurangnya bahan-bahan makanan, buah-buahan dan lain sebagainya. Ini semua
merupakan cobaan dari Allah.

Anda mungkin juga menyukai