Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

TINEA CORPORIS

Disusun oleh:

Muhammad Rizky Sutarto

030001900083

Pembimbing:

dr. Prima Kartika Esti, Sp.KK, M.Epid

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSUP DR. SITANALA, TANGERANG

PERIODE 02 OKTOBER-04 NOVEMBER 2023

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PENGESAHAN LAPORAN KASUS


Judul:

TINEA CORPORIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Sitanala periode 02 Oktober-04 November 2023

Yang disusun oleh:


Muhammad Rizky Sutarto

030001900083

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Prima Kartika Esti, Sp.KK, M.Epid selaku pembimbing
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Sitanala

Tangerang, 30 Oktober 2023

Pembimbing,

dr. Prima Kartika Esti, Sp.KK, M.Epid.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia yang telah diberikan-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus dengan judul “Tinea
Corporis”. Penulisan laporan kasus ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin di RSUP Dr. Sitanala 02 Oktober-
04 November 2023.

Tidak lupa terima kasih kepada yang terhormat dr. Prima Kartika Esti, Sp.KK, M.Epid
selaku pembimbing, dokter dan staf-staf Ilmu penyakit kulit dan kelamin di RSUP Dr. Sitanala,
teman-teman sesama Co-Assisten, dan semua pihak yang turut serta memberikan bantuan, doa,
semangat, dan membantu kelancaran dalam proses penyusunan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, segala kritik dan saran sangat penulis hargai dan harapkan demi
penyempurnaan laporan kasus ini dan juga yang akan datang. Demikian laporan kasus ini
penulis susun, semoga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membacanya.

Tangerang, 30 Oktober 2023

Muhammad Rizky Sutarto


BAB I

PENDAHULUAN

Tinea corporis adalah infeksi jamur superfisial pada kulit yang dapat
menyerang bagian tubuh mana pun, kecuali tangan dan kaki, kulit kepala, wajah
dan janggut, selangkangan, dan kuku. Umumnya disebut 'kurap' karena gejalanya
berupa lesi berbentuk cincin yang khas.(1) Tinea korporis adalah dermatofitosis
penyebabnya yaitu jamur golongan dermatofita, utamanya pada kelas Fungi
imperfecti, meliputi epidermophyton, Trichophyton, serta Genus Microsporum.
Tinea korporis ini seringkali didapatkan di bagian daerah pubis, perineum, perianal,
kulit lipat paha, dan genitalia. Penyakit dermatofita ini yang paling banyak
didapatkan pada daerah lipatan paha atau inguinal sebanyak 65 hingga 80% di
seluruh penyakit kulit pada inguina(2).

Data epidemiologis menunjukkan bahwa penyakit kulit karena jamur


superfisial (dermatomikosis superfisialis) merupakan penyakit kulit yang banyak
dijumpai pada semua lapisan masyarakat, baik di pedesaan maupun perkotaan,
tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Insidensi
dermatomikosis di berbagai rumah sakit pendidikan dokter di Indonesia
menunjukkan angka persentase yang bervariasi mulai dari yang terendah yaitu di
Kota Semarang (2,93%), Kota Surabaya (4,8%), Kota Padang (27,6), Kota
Surakarta (82,6 %)(5).

Pada daerah tropis, penyakit tinea corporis paling banyak terjadi disebabkan
faktor kelembapan yang tinggi serta memicu pengeluaran keringat yang berlebihan.
Faktor lain yang menjadi penularan tinea corporis yaitu sanitasi dan hygiene yang
buruk, terbiasa mengenakan pakaian yang ketat atau lembab, tinggal di daerah
pedesaan yang penduduknya padat, serta diabetes melitus juga obesitas menjadi
faktor risiko lainnya disebabkan keadaan yang dapat menurunkan tingkat kekebalan
tubuh dalam melindungi dari infeksi(4).
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia :65 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Melati VI Kel. Tanah Tinggi Tangerang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 09 Oktober 2023
Ruangan : Poliklinik Kulit dan Kelamin

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Sitanala pada tanggal 09 Oktober 2023.

Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan gatal dan muncul bintik kemerahan pada
paha kanan sejak 6 bulan SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluhkan gatal serta bintik kemerahan di paha kanan sejak 6 bulan
lalu. Gatal muncul pertama kali ditandai dengan bintik kemerahan pada paha
kanan setelah bangun tidur lalu semakin lama semakin menyebar dan semakin
gatal. Gatal hanya dirasakan pada malam hari hingga mengganggu tidur. Area
gatal terasa perih saat digaruk oleh pasien. Pasien sebelumnya sudah pernah
berobat ke klinik dan membeli obat secara mandiri dan keluhan dirasa
membaik namun kambuh kembali dan memburuk setelah berhenti
mengkonsumsi obat.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang serupa

Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan jarang membersihkan kasur tempat pasien tidur.

Riwayat Pengobatan
Pasien telah berobat ke klinik dan diberikan salep dan obat minum. Keluhan
pasien sempat membaik namun timbul kembali dan bertambah buruk.

Riwayat Alergi
Riwayat alergi sebelumnya disangkal.
III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 55 kg
Kepala : tidak dilakukan pemeriksaan
Leher : tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax : tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : tidak dilakukan pemeriksaan
Status Dermatologis

- Regio : Femoris dextra


- Efloresensi primer : Plak eritematosa
- Efloresensi sekunder : Skuama
- Distribusi : Multiple
- Bentuk : Tidak beraturan
- Batas : Diffus
- Ukuran : Lentikular - plakat

IV. PEMERIKSAAN TAMBAHAN DAN PENUNJANG


Pada pasien dilakukan pemeriksaan penunjang berupa KOH dengan
ditemukan Hifa dan spora Tricophyton.

V. RESUME
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr. Sitanala
dengan keluhan gatal serta bintik kemerahan di paha kanan sejak 6 bulan
lalu. Gatal muncul pertama kali ditandai dengan bintik kemerahan pada
paha kanan setelah bangun tidur lalu semakin lama semakin menyebar
dan semakin gatal. Gatal hanya dirasakan pada malam hari hingga
mengganggu tidur.
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pada
keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa
Pasien memiliki kebiasaan tidur bersama dengan suami dan jaran
membersihkan tempat tidur.
Sebelum ke RS Dr. Sitanala, pasien telah berobat ke klinik dan
diberikan salep serta obat minum. Pasien sempat merasa keluhan
membaik namun timbul kembali. Riwayat alergi sebelumnya disangkal.
Dari pemeriksaan fisik, status dermatologis pada regio paha
tampak plak eritematosa dengan tepi lesi aktif berukuran lentikular -
plakat berbatas sirkumkripta dengan gambaran skuama .

VI. DIAGNOSIS BANDING


- Tinea corporis
- Dermatitis atopik
- Cadidiasis Cutaneous
VII. DIAGNOSIS KERJA
- Tinea corporis
VIII. PENATALAKSANAAN
- MEDIKAMENTOSA
- riseofulvin 500 mg 1x1 hari selama 2 minggu
- Cetirizine 10 mg 1x1 hari selama 2 minggu
- Racikan krim 2x1 hari setelah mandi :
o Ketoconazol SK 3 %
o Asam Salisilat 1 %
NON-MEDIKAMENTOSA
- Tidak meminjam/meminjamkan handuk atau pakaian pada orang
lain
- Menjaga kebersihan sprei dan kasur tempat tidur
- Mengganti baju setelah melakukan aktifitas yang menyebabkan
tubuh berkeringat
- Tubuh harus kering sempurna setelah mandi
IX. PROGNOSIS

Ad vitam : Bonam
Ad fungsionam : Bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB III

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien menderita tinea corporis. Tinea corporis, juga dikenal
sebagai 'kurap', adalah infeksi dermatofita superfisial pada kulit, selain pada tangan
(tinea manuum), kaki (tinea pedis), kulit kepala (tinea capitis), area berjanggut
(tinea barbae), wajah ( tinea faciei), selangkangan (tinea cruris), dan kuku
(onikomikosis atau tinea unguium)(2). Tinea corporis paling sering disebabkan oleh
dermatofita yang termasuk dalam salah satu dari tiga genera,
yaitu Trichophyton (yang menyebabkan infeksi pada kulit, rambut, dan
kuku), Microsporum (yang menyebabkan infeksi pada kulit dan rambut),
dan Epidermophyton (yang menyebabkan infeksi. pada kulit dan
kuku)(1,2). Dermatofita dikelompokkan menjadi antropofilik, zoofilik, atau geofilik,
bergantung pada apakah sumber utamanya adalah manusia, hewan, atau
tanah. Karena tinea corporis umum terjadi dan banyak lesi annular lain yang
menyerupai infeksi jamur ini(2).

Tinea corporis paling sering disebabkan oleh Trichophyton rubrum , T.


tonsurans , dan Microsporum canis . T. rubrum sejauh ini merupakan penyebab
paling umum dari dermatofitosis di seluruh dunia. Tinea corporis sekunder akibat
tinea kapitis sering disebabkan oleh T. tonsurans . Sebaliknya, tinea corporis akibat
kontak dekat dengan anjing atau kucing sering kali disebabkan oleh
M. . canis . Organisme penyebab lainnya termasuk T. interdigitale (sebelumnya
dikenal sebagai T. mentagrophytes ), T. verrucosum , T. violaceum , T.
concentricum , Epidermophyton floccosum , M. audouinii , dan M. gypseum. (2).

Transmisi terjadi melalui kontak langsung dengan manusia atau hewan yang
terinfeksi, serta benda-benda yang terkontaminasi, seperti pakaian, sprei, dan
handuk. Infeksi dimulai dengan deposisi langsung spora atau hifa pada permukaan
kulit yang mudah dimasuki dilanjutkan dengan kolonisasi dalam jaringan keratin
yang mati. Hifa menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke dalam jaringan
epidermis, merusak keratinosit, dan menimbulkan reaksi inflamasi. Setelah masa
inkubasi selama 1-3 minggu, respon jaringan terhadap infeksi semakin jelas dan
meninggi di bagian tepi lesi, disebut sebagai ringworm(3).

Diagnosa pasien, ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan laboratorium (kerokan kulit dengan KOH 10% bila sensitif
memperlihatkan elemen jamur berupa hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh
sekat dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora)). Penatalaksanaan secara
umum perlu diberikan edukasi kepada pasien untuk meningkatkan kebersihan
badan dan menghindari pakaian yang tidak menyerap keringat, dan
penatalaksanaan secara khusus meliputi sistemik dan topikal(4).

Tinea corporis merupakan menyakit yang menular dan oleh karena itu
mungkin mempunyai dampak psikologis, sosial, dan kesehatan kerja yang
signifikan. Superinfeksi bakteri sekunder dapat terjadi akibat garukan dan abrasi
pada kulit. Hipopigmentasi dan hiperpigmentasi pasca inflamasi dapat
terjadi. Reaksi auto-eczematization, atau eksim diseminata adalah erupsi
dermatitik sekunder yang mungkin terjadi sehubungan dengan infeksi jamur
terutama setelah dimulainya pengobatan antijamur sistemik. Pasien yang terkena
sering mengalami papula, makulopapula, papulovesikel, atau pustula yang luas,
sangat gatal, eritematosa, dan bersisik(4,5).

Pengobatan standar tinea corporis adalah dengan antijamur topikal dan terdapat
bukti keunggulan antijamur topikal dibandingkan penggunaan plasebo. Tinea
corporis yang terlokalisasi atau superfisial biasanya berespon terhadap terapi
antijamur topikal yang diterapkan pada lesi dan setidaknya 2 cm di luar lesi sekali
atau dua kali sehari selama 2-4 minggu. Agen antijamur topikal yang umum
digunakan termasuk azoles (misalnya econazole, ketoconazole, miconazole,
klotrimazol, miconazole, oxiconazole, sulconazole, sertaconazole, eberconazole,
dan luliconazole), allylamines (misalnya naftifine, terbinafine), benzylamine
(butenafine), ciclopirox, dan tolnaftate(5).

Prognosis untuk tinea corporis sangat baik dengan pengobatan yang tepat dan
kepatuhan pasien. Kekambuhan dapat terjadi jika terapi dihentikan terlalu cepat
tanpa pemberantasan jamur secara menyeluruh. Infeksi ulang dapat terjadi jika
terdapat reservoir infeksi (tinea pedis, tinea capitis, onikomikosis)(2,5).

BAB IV

KESIMPULAN

Pada laporan kasus ini, seorang perempuan berusia 55 tahun datang dengan
keluhan gatal di paha kanan dan kemerahan dan paha sejak 6 bulan SMRS. Pasien
belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya dan di keluarga pasien tidak
ada yang mengalami keluhan serupa. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan gambaran klinis yang sesuai dengan tinea corporis. Tinea corporis
adalah infeksi jamur superfisial pada kulit yang dapat menyerang bagian tubuh
mana pun, kecuali tangan dan kaki, kulit kepala, wajah dan janggut, selangkangan,
dan kuku. Tinea korporis adalah dermatofitosis dengan penyebab yaitu jamur
golongan dermatofita, utamanya pada kelas Fungi imperfecti, meliputi
epidermophyton, Trichophyton, serta Genus Microsporum. Tinea kruris ini
seringkali didapatkan di bagian daerah pubis, perineum, perianal, kulit lipat paha,
dan genitalia. Penyakit dermatofita ini yang paling banyak didapatkan pada daerah
lipatan paha atau inguinal sebanyak 65 hingga 80% di seluruh penyakit kulit pada
inguina.

Diagnosa pasien, ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan laboratorium (kerokan kulit dengan KOH 10% bila sensitif
memperlihatkan elemen jamur berupa hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh
sekat dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora)). Penatalaksanaan secara
umum perlu diberikan edukasi kepada pasien untuk meningkatkan kebersihan
badan dan menghindari pakaian yang tidak menyerap keringat, dan
penatalaksanaan secara khusus meliputi sistemik dan topikal. Pada pasien ini telah
didapatkan hasil pemeriksaan fisik berupa plak eritematosa dengan tepi lesi aktif
berukuran lentikular hingga plakat dengan batas tidak tegas dan terdapat gambaran
skuama serta telah dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan
kerokan KOH dengan hasil berupa temuan hifa dan spora. Tatalaksana yang
diberikan pada pasien ini berupa pemberian Griseofulvin 500mg untuk mengatasi
infeksi jamur dan Cetirizin 10 mg dengan tujuan mengurangi gejala akibat reaksi
infeksi jamur serta diberikan racikan krim dengan komposisi Ketoconazol 3% dan
Asam salisilat 1% untuk menghambat pertumbuhan jamur pada kulit pasien.
Diharapkan dari penatalaksanaan ini keluhan pasien dapat membaik dan dapat
dihindari kejadian atau keluhan yang berulang pada pasien dengan tinea korporis
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi V. Jakarta; Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.

2. Jihan R. Tinea korporis et kruris kronis isebabkan oleh trichophyton


tonsurans pada pasien obesitas. Jakarta: FKUI; 2013.

3. Kumar K. Clinico-mycological profile of dermatophytic skin infections in a


tertiary care center-a cross sectional study. Sri Ramachandra J Med; 2007.

4. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia; 2010.

5. Arif R, Dirmawati K, Safruddin A. Tinea corporis and tinea cruris caused by


trychophyton mentagrophytes type glanular in asthma bronchiale patient.
Makassar; Medical Faculty of Hasanuddin University; 2013.

Anda mungkin juga menyukai