Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN SANITASI DASAR SERTA PERSONAL HYGIENE DENGAN

KEJADIAN DIARE PADA BALITA

PROPOSAL METODELOGI PENELITIAN

Disusun untuk memenuhi


tugas praktikum modul metodologi penelitian

Muhammad Rizky Sutarto

030001900083

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA


KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Diare menjadi masalah besar di berbagai negara terutama di negara berkembang.Diare
menurut World Health Organization (WHO) berada di urutan kedua penyebab
kematian pada anak.Terdapat sekitar 1,7 juta kasus diare terjadi setiap tahunnya (1).
Serta diare juga merupakan suatu penyakit menular penyumbang utama ketiga angka
kesakitan dan kematian anak di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia.
Berdasarkan data United Nation Children’s Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) pada 2013 secara global dalam setiap tahunnya terdapat dua juta
anak meninggal karena penyakit diare.Di Indonesia,Kejadian Luar Biasa (KLB) diare
pada tahun 2013 sebanyak 1.654 kasus menurun secara signifikan menjadi 646 kasus
pada tahun 2012.KLB diare tersebut paling banyak terjadi di 6 provinsi dengan
penderita terbanyak terjadi di Jawa Tengah sebanyak 294 kasus
(Riskesdas,2013).Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),Studi Moralitas dan Riset
Kesehatan Dasar menyatakan bahwa dari tahun ketahun diketahui bahwa diare akan
menyebabkan kematian pada balita di Indonesia apabila tata laksana yang diberikan
kurang tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan(2).

Terdapat banyak faktor risiko yang menjadi penyebab terjadinya penyakit


diare.Sanitasi lingkungan yang kurang baik menjadi salah satu faktor serta persediaan
air yang tidak higienis dan kurangnya pengetahuan (WHO,2013).Disamping itu pula
terdapat faktor hygiene perorangan yang kurang baik dan tidak adanya jamban di
lingkungan hidup tersebut juga dapat menjadi penyebab penyakit diare.(3).

Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor
pendorong terjadinya penyakit diare.Pada penelitian yang dilakukan oleh Stefen
didapatkan hasil uji statistik bahwa terdapat hubungan antara sanitasi yang bersih
dengan kejadian diare pada balita di Desa Bena.Kualitas sarana air besih yang buruk
serta tidak memenuhi syarat kesehatan akan mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan
oleh sarana air besih yang akan meningkatkan risiko meningkatnya kejadian penyakit
diare pada keluarga yang menggunakan sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat
kesehatan(4).

Menurut penelitian Devi,terdapat hubungan antara sumber air minum,kebiasaan


mencuci tangan dan sarana pembuangan sampah terhadap terjadinya diare tetapi
ditemukan tidak adanya hubungan yang berarti pada ketersediaan sertaa sanitasi
jamban serta pengelolaan air limbah sesuai syarat kesehatan dengan munculnya
kejadian penyakit diare.(5).

Oleh karena itu,berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan diatas,menurut saya


penelitian ini cukup penting untuk dilakukan mengingat banyak kejadian diare di
Indonesia serta kurangnya sanitasi dasar dan personal hygiene yang dilakukan oleh
masyarakat.

1.2 Rumusan masalah

Apakah terdapat hubungan antara tersedianya sanitasi dasar serta personal hygiene dengan
terjadinya kejadian diare pada balita?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Meningkatkan kesehatan balita dengan mengetahui hubungan antara sanitasi dasar


serta personal hygiene dengan kejadian diare.

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Untuk menentukan hubungan antara sanitasi dasar dengan kejadian diare
pada balita.

1.3.2.2 Untuk menentukan hubungaan personal hygiene dengan kejadian diare


pada balita.
1.4 Hipotesis
Sanitasi dasar dan personal hygiene berhubungan dengan kejadian diare pada
balita.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat bagi ilmu pengetahuan
Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di dapatkan dengan
menemukan adanya hubungan mengenai sanitasi dasar dan personal hygiene
dengan terjadinya diare pada balita
1.5.2 Maanfaat bagi institusi
Mewujudkan Universitas trisakti sebagai universitas yang terbaik dalam melak
ukan penelitian terutama mengenai kejadian diare.
1.5.3 Manfaat bagi masyarakat
Menambah wawasan mengenai hubungan sanitasi dasar dan personal hygiene
dengan kejadian diare pada balita dalam upaya meningkatkan kesehatan pada
balita.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi Dasar

2.1.1 Definisi

Sanitasi dasar merupakan syarat kesehatan lingkungan minimal yang harus


dipunyai oleh setiap keluarga yang bertujuan untuk memenuhi keperluan sehari-hari.Ruang
lingkup sanitasi dasar meliputi sarana penyediaan air bersih,sarana pembuangan
sampah,sara jamban keluarga dan sarana pembuangan limbah.(6).

2.1.2 Faktor Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar yang baik memiliki beberapa faktor yang menjadi syarat kelayakan sanitasi
tersebut,(6), antara lain :

1.Sarana Air Bersih

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air menyebutkan bahwa syarat air bersih yaitu memenuhi
syarat kesehatan serta memiliki kadar maksimum yang diperbolehkan meliputi persyaratan
mikrobiologi,meliputi air bebas dari kuman yang dapat mengganggu kesehatan kemudian
jauh dari sumber pencemar yang mengandung banyak kuman penyakit seperti saluran
septic tank.Kedua yaitu syarat fisika,meliputi air yang tidak berwarna,berbau,dan
berasa.Ketiga yaitu syarat kimia,meliputi air bebas dari bahan kimia yang berbahaya bagi
kesehatan.Dan yang terakhir syarat radioaktif,meliputi kadar radioaktif yang diperbolehkan
bagi air bersih adalah Gross alpha activity (0,1 Bq/L) dan Gross beta activity (1 Bq/L).
2.Sarana Pembuangan Limbah Cair

Sarana pembuangan limbah cair di rumah tangga meliputi pembuangan air bekas
buangan dapur,kamar mandi,dan sarana cuci tangan.Air limbah tersebut pada umumnya
mengandung banyak zat yang berbahaya bagi manusia sehingga jika tidak dibuang dan
diolah secara benar dapat menimbulkan penyakit bagi masyarakat sekitarnya dan dapat
berbahaya pada lingkungan.Metode pembuangan limbah seperti air buangan yang belum
memiliki SPAL yang sesuai akan mencemari lingkugan serta menimbulkan bau dan
mempengaruhi kondisi air yang berada di bawah tanah sehingga berpengaruh pada kualitas
air sumur sebagai sumber air minum yang ada di suatu masyarakat.

3.Sarana Pembuangan Sampah

Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa sampah adalah semua benda atau produk
sisa dalam bentuk padat akibat aktivitas manusia yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak
dikehendaki oleh pemiliknya. Menurut Wahid dan Chayatin (2009) tentang tahap pengelolaan
dan pemusnahan sampah dilakukan dengan 2 metode yaitu metode memuaskan dan metode tidak
memuaskan. Dalam metode memuaskan terdapat 3 cara yaitu dengan sanitary landfill,
inceneration, dan composting metode tersebut memiliki dampak positif dan negatif masing-
masing. Sedangkan dalam metode tidak memuaskan terdapat 3 cara juga yaitu 1) open dumping
atau sistem pembuangan sampah yang dilakukan secara terbuka, hal ini akan berdampak negatif
apabila dilakukan disekitar pemukiman penduduk karena dapat mengundang vektor dan rodent
untuk berkembang biak, 2) dumping in water atau pembuangan sampah kedalam air. Hal ini akan
mengakibatkan rusaknya ekosistem yang ada di air dan akan menimbulkan penyakit khususnya
water borne disease, dan 3) burning on premises yang dikenal dengan istilah pembakaran yaitu
sampah yang dibakar di sekitar area rumah tangga. Metode tersebut akan menimbulkan dampak
polusi udara hingga timbulnya penyakit akibat dari udara yang tidak sehat.

4.Sarana Jamban Sehat

Jamban merupakan salah satu sarana sanitasi dasar yang harus dipenuhi dalam tatanan
rumah tangga, sehingga menjadi salah satu indikator utama kesehatan personal dalam keluarga.
Sebagaimana terdapat pada Keputusan Menteri Kesehatan No.3 Tahun 2014 tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) menyatakan bahwa jamban sehat adalah suatu fasilitas
pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit.Namun dari
sekian banyak kepala keluarga yang sadar akan pentingnya jamban sehat,masih ada 10,1%
kepala keluarga yang masih memiliki jamban sehat,mereka terbiasa untuk BAK atau BAB di
tanah yang digali dengan kedalaman tertentu dan ditutupi oleh keramik atau kayu setelah BAK
atau BAB.Hal tersebut dapat menimbulkan pencemaran lingkungan serta penyakit berupa
diare,kecacingan,penyakit kulit dan penyakit pencernaan lainnya.

2.2 Personal Hygiene

2.2.1 Definisi

Menurut Tarwoto dan Wartonah,personal hygiene adalah kebersihan dan


kesehatan perorangan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri
maupun orang lain,baik secara fisik maupun psikologis.personal hygiene yang tidak baik
dapat meningkatkan risiko timbulnya penyakit yang berhubungan dengan perilaku sehat
dan kebersihan diri, seperti diare dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Demam
Berdarah Dengue (DBD),cacingan,infeksi tangan mulut,cacar,gondong,infeksi mata dan
telinga.(7).

2.2.2 Manfaat Personal Hygiene

Terdapat banyak manfaat dari dilaksanakannya personal hygiene,yaitu dapat


mempertahankan perawatan diri secara mandiri maupun dengan bantuan,dapat melatih
hidup bersih dan sehat dengan memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kebersihan
dan kesehatan,dan menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan.Selain itu, dapat membuat rasa nyaman dan relaksasi untuk menghilangkan
kelelahan,mencegah gangguan sirkulasi serta dapat mempertahankan integritas jaringan(7).

2.2.3 Hal Yang Mempengaruhi Personal Hygiene Seseorang


Berdasarkan penelitian yang dilakukan Alimul (2006) bahwa personal hygiene
seseorang juga dipengaruhi oleh faktor budaya,nilai sosial individu atau
keluarga,pengetahuan serta persepsi terhadap perawan diri.Selain itu tindakan kebersian
diri seseorang juga dipengaruhi oleh status sosial ekonomi dan kondisi fisik yang
berdampak pada meningkatnya kepercayan diri seseorang(7).

2.3 Kejadian Diare

2.3.1 Definisi

Diare adalah defekasi buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
dengan kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 gram
atau 200ml/ 24 jam.Defisini lain yaitu memakai kriteria frekuensi,yaitu buang air besar
encer lebih dri 3 kali sehari dengan dapat disertai lendir dan darah.(8).

2.3.2 Prevalensi Diare pada Balita

Hasil riset yang didapatkan menurut Riskesdas 2013 menyatakan bahwa kejadian
diare berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur adalah sebesar 3,5% (kisaran
menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan kejadian pada balita sebesar 6,7% (kisaran menurut
provinsi 3,3%-10,2%).Sedangkan untuk period pravalence diare pada seluruh kelompok
umur berdasarkan gejala didapati sebesar 7% dengan persentase pada balita sebesar 10,2%.
(8).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013,prevalensi diare tersebar di semua


kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terjadi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu
16,7%.Sedangkan berdasarkan jenis kelamin prevalensi pada laki-laki dan perempuan
hampir sama yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan.Pada survei mordibilitas
yang dilakukan oleh Subdit Diare,Departemen Kesehatan RI pada tahun 2000 s/d 2013
menyatakan bahwa terdapat kecenderungan insiden naik dengan target nasional angka
kematian case fatality rate (CFR) pada tahun 2014 sebanyak 1,14%.(9).

2.3.3 Klasifikasi Diare

1.Diare Akut

Menurut World Gastroenterology Organisation Global Guidelines 2005,diare akut


merupakan pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal yang
berlangsung kurang dari 14 hari.Pada diare akut terdapat beberapa faktor,yaitu faktor
kausal
(agent) dan faktor pejamu (host) .Faktor kausal merupakan daya penetrasi yang dapat
merusak sel mukosa serta kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi
cairan usus halus serta daya lekat kuman.Sedangkan faktor pejamu adalah kemampuan
tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare
akut(10).

2.Diare Kronis

Diare kronis adalah diare yang berlangsung selama 15 hari,namun beberapa pakar
didunia telah mengjukan beberapa kriteria mengenai batasan kronik pada kasus diare
tersebut,mulai dari 15 hari, 3 minggu, 1 bulan , dan 3 bulan, tetapi di Indonesia waktu lebih
15 hari dipilih agar dokter tidak lengah dan dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab
diare dengan lebih cepat.(10).

2.3.4 Etiologi Diare

Lebih dari 90% kasus diare akut disebabkan oleh agen infeksi; kasus ini sering
disertai dengan adanya muntah,demam,dan nyeri abdomen.Pada 10% kasus lainnya diare
dapat disebabkan oleh obat,ingesti zat toksik,iskemia,dan lingkungan yang tidak
sehat.Penularan oral menjadi penyebab infeksi diare yang paling sering melalui ingesti
makanan atau air yang tercemar patogen dari feses manusia atau hewan.Infeksi akut atau
cedera akan terjadi ketika mikroba yang berasal dari feses mengalahkan imun dan non
imun (asam lambung,enzim pencernaan,sekresi mukus,peristis,dan flora residen supresif)
mukosa pejamu.Sedangkan pada diare kronik akan menimbulkan kelainan
endokrin,kelainan hati,kelainan pankreas,infeksi keganasan dll.Diperkirakan sekitar 10%-
15% pasien diare kronik tidak dapat ditetapkan etiologinya,mungkin disebabkan oleh
kelainan sekresi atau mekanisme neuroendokrin yang belum diketahui.(10).

Penyebab diare dapat dikelompokan menjadi :

1.Virus : Rotavirus (40%-60%),Adenovirus.

2.Bakteri : Escherichia coli (20%-30%),Shigella sp (1%-2%),Vibro cholerae,dan lain-lain.

3.Parasit : Entamoeba histolytica (<1%),Giardia lambia,Cryslosoridium (4%-11%).

4.Keracunan makanan

5.Malabsorbsi : karbohidrat,lemak,dan protein

6.Alergi : makanan,susu sapi.

7.Imunodefisiensi : AIDS.(13).

2.1.5 Patofisiologi Diare

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih penyebab antara lain adalah sebagai
berikut :

1.Osmolaritas intraluminal yang meninggi atau disebut diare osmotik

Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan osmotik intralumen usus
halus yang disebabkan oleh obat-obatan/zat kimia yang hiperosmotik,malabsorbsi umum
dan defek dalam absorbsi mukosa usus misalnya pada defisiensi disararidase,malarbsorbsi
glukosa/galaktosa.

2.Sekresi cairan dan elektrolit meninggi atau disebut diare sekretorik


Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus
serta menurunnya absorbsi dan ditemukan volume tinja yang banyak.Diare ini akan tetap
berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum,penyebab diare tersebut antara kain
karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholerai atau Escherichia coli,penyakit yang
menghasilkan hormon (VIPoma),reseksi ilium.

3.Malabsorbsi asam empedu dan malabsorbsi lemak

Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu


dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.

4.Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit

Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif


Na+K+ATPase dienterosit dan absorbsi Na+ dan air yang abnormal.

5.Motilitas dan waktu transit usus abnormal

Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularis motilitas usus sehingga
menyebabkan absorbsi yang abnormal di usus halus.Penyebab gangguan motilitas ini
antara lain : diabetes melitus,pasca vagotomi,hipertiroid.

6.Gangguan permeabilitas usus

Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya
kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.

7.Inflamasi dinding usus

Diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena proses
inflamasi,sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit
kedalam lumen,gangguan absorbsi air-elektrolit.Inflamasi mukosa usus halus dapat
disebabkan oleh infeksi atau non infeksi.

8.Infeksi dinding usus atau diare infeksi

Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare.Dari sudut pandang
kelainan usus,diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif.Bakteri non-invasif
menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri toksigenik.Enterotoksin yang
dihasilkan kuman Vibrio cholerae/eltor merupakan protein yang dapat menempel pada
epitel usus yang akan membentuk adenosin monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus
dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air,ion bikarbonat,dan kation
natrium serta kalium.(10).

2.3.6 Dampak Diare pada Balita

Bayi yang terkena penyakit diare akan cenderung akan mengalami


dehidrasi,ketidakseimbangan asam dan basa,hipoglikemia,hipokalemia,masalah status
gizi,dan masalah sirkulasi yang akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit dalam tubuh balita.Kejadian diare dapat menimbulkan kesakitan bahkan
kematian pada balita karena akan menyebabkan terjadinya mordibitas dan mortalitas pada
balita di negara berkembang sehingga balita di negara berkembang akan mengalami rata-
rata 3-4 kali kejadian diare pertahun bahkan 9 kali kejadian per tahun dimana balita akan
menghabiskan 15%-20% waktu hidupnya untuk diare.(8).

Angka kematian yang tinggi akibat diare akan berdampak negatif pada kualitas
pelayanan kesehatan karena angka kematian anak (AKA) merupakan salah satu indikator
untuk menilai derajat kesehatan optimal dimana jika upaya tidak ditanggulangi dengan
baik,maka peningkatan kejadian diare pada balita akan semakin meningkat.(11).

2.3.7 Faktor Risiko Diare pada Balita

Faktor sanitasi dasar yang kurang baik meliputi pengolahan sampah,kepemilikan


jamban yang tidak ada serta kualitas sanitasi dan persediaan air yang tidak higienis dapat
meningkatkan risiko balita mengalami diare.Faktor lain yang menyebabkan terjadinya
diare pada balita yaitu infeksi bakteri,virus,atau parasit yang menyebabkan gangguan
penyerapan makanan atau malarbsorbsi serta imunodefisiensi yang menyebabkan
kekebalan tubuh balita menurun.(11).
Penelitian yang dilakukan Caruso et al mendapatkan bahwa faktor pendidikan ibu
adalah penting karena seorang ibu yang tidak dibekali pengetahuan akan asupan cairan
sebagai tata laksana kehilangan cairan akan mempunyai pola pikir bahwa apabila balita
diberikan cairan maka balita akan mengalami diare lagi.Hal tersebut sangat bertentangan
dengan kejadian diare pada balita karena balita dengan diare mengalami dehidrasi yang
mengarah kepada kegagalan tumbuh.Faktor personal hygiene pada ibu yang kurang baik
seperti kebiasaan mencuci tangan serta membersihkan alat dan barang yang rentan menjadi
media kontaminasi agen infeksi juga berakibat pada terjadinya diare pada balita.(12).

2.4 Hubungan Sanitasi Dasar dan Personal Hygiene terhadap Kejadian Diare pada
Balita

Penelitian menyebutkan bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi


kejadian diare pada balita yaitu faktor sanitasi dasar yang buruk seperti sarana air
bersih,sarana pembuangan limbah cair,sarana pembuangan sampah,dan sarana jamban
yang belum tersedia di masyarakat, (11), karena tidak terpenuhinya syarat sanitasi yang baik
maka balita dapat dengan mudah terinfeksi virus serta bakteri penyebab diare yang muncul
karena sanitasi dasar keluarga yang buruk.Disamping hal tersebut terdapat juga faktor
personal hygiene yang merupakan pintu masuk bagi bibit penyakit bila personal hygiene
dalam keadaan yang tidak baik,namun sebagian besar masyarakat di Indonesia masih
belum dapat membiasakaan kebiasaan hidup bersih secara mandiri yang merupakan syarat
terpenuhinya personal hygiene tersebut.(9). Tetapi beberapa penelitian juga menyatakan
bahwa kesediaan akan sanitasi jamban dan sarana pengolahan limbah tidak mempengaruhi
terjadinya kejadian diare pada masyarakat.(5). Oleh karena itu hal ini perlu mendapatkan
perhatian yang serius sehingga daapat menurunkan jumlah kejadian diare serta
meningkatkan kesehatan balita di Indonesia.
2.5 Ringkasan pustaka

Peneliti Lokasi Studi Desain Subjek Studi Variabel yang diteliti Lama waktu Studi Hasil
Rahman Desa solor, Cross-sectional 105 responden Variabel bebas : 3 bulan Faktor-faktor yang berhubunga
n dengan diare
Handono Kecamatan Yang tinggal di Sanitasi dasar lingkungan
antara lain sanitasi lingkung
Fatkhur, Cermee Desa solor Dan hygiene perorangan an, ketersediaan air bersih,
hygiene perorangan, sanitasi
dkk(3) Bondowoso, Kecamatan Cermee makanan, ketersediaan
Jawa Timur Bondowoso Variabel tergantung : diare jamban, dan perilaku buang ti
nja.

Taosu Desa Bena, Cross-sectional 78 responden Variabel bebas : 3 bulan Ada hubungan yang bermakna antar
a sarana
Stefen Kecamatan Ibu rumah tangga Sanitasi dasar rumah da
sanitasi dasar dengan kejadian diare
Anyerdy, Amanuban, yang memiliki ana n perilaku ibu rumah ta pada balita di Desa Bena tetapi yan
(4) Nusa Tengg k balitaa ngga g paling
Azizah
dominan menyebabkan kejadian dia
ara Variabel tergantung : re pada balita
Timur Diare adalah penggunaan jamban keluarg
a.
Nugrahaen Kecamatan S Cross-sectional 110 responden Variabel bebas : 1 bulan Terdapat hubungan antara kualitas s
i emarang Uta Warga Kecmatan Se Fasilitas sanitasi dsar dan umber air dan kebiasan menjaga ke
(5)
Devi ra,Kota Sem marang Utara Personal hygiene bersihan diri tetapi tidak ditemukan
arang, Variabel tergantung : Diare hubungan antara sanitasi jamban da
Jawa Tengah n pengelolaan air limbah dengan ter
jadinya diare.
2.6 Kerangka Teori

 Pengolahan limb
ah
 Kepemilikan Jam
ban
 Persediaan air b
ersih
Sanitasi Dasar

Bakteri

Pengetahuan Orang tua Diare pada Balita Virus

Parasit

 Kebiasaan mencu
ci tangan
 Kebiasaan memb
ersihkan alat dan
barang
 Kebiasaan BAB

Personal Hygiene
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka pada penelitian ini fokus pada faktor sanitasi dasar yang meliputi pengolahan
limbah,kepemilikan jamban,dan persediaan air bersih serta personal hygiene yang diduga
menjadi penyebab kejadian diare pada balita.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Sanitasi dasar

Diare pada Balita

Personal Hygiene

Anda mungkin juga menyukai