030001900083
PENDAHULUAN
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor
pendorong terjadinya penyakit diare.Pada penelitian yang dilakukan oleh Stefen
didapatkan hasil uji statistik bahwa terdapat hubungan antara sanitasi yang bersih
dengan kejadian diare pada balita di Desa Bena.Kualitas sarana air besih yang buruk
serta tidak memenuhi syarat kesehatan akan mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan
oleh sarana air besih yang akan meningkatkan risiko meningkatnya kejadian penyakit
diare pada keluarga yang menggunakan sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat
kesehatan(4).
Apakah terdapat hubungan antara tersedianya sanitasi dasar serta personal hygiene dengan
terjadinya kejadian diare pada balita?
1.3.2.1 Untuk menentukan hubungan antara sanitasi dasar dengan kejadian diare
pada balita.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Sanitasi dasar yang baik memiliki beberapa faktor yang menjadi syarat kelayakan sanitasi
tersebut,(6), antara lain :
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air menyebutkan bahwa syarat air bersih yaitu memenuhi
syarat kesehatan serta memiliki kadar maksimum yang diperbolehkan meliputi persyaratan
mikrobiologi,meliputi air bebas dari kuman yang dapat mengganggu kesehatan kemudian
jauh dari sumber pencemar yang mengandung banyak kuman penyakit seperti saluran
septic tank.Kedua yaitu syarat fisika,meliputi air yang tidak berwarna,berbau,dan
berasa.Ketiga yaitu syarat kimia,meliputi air bebas dari bahan kimia yang berbahaya bagi
kesehatan.Dan yang terakhir syarat radioaktif,meliputi kadar radioaktif yang diperbolehkan
bagi air bersih adalah Gross alpha activity (0,1 Bq/L) dan Gross beta activity (1 Bq/L).
2.Sarana Pembuangan Limbah Cair
Sarana pembuangan limbah cair di rumah tangga meliputi pembuangan air bekas
buangan dapur,kamar mandi,dan sarana cuci tangan.Air limbah tersebut pada umumnya
mengandung banyak zat yang berbahaya bagi manusia sehingga jika tidak dibuang dan
diolah secara benar dapat menimbulkan penyakit bagi masyarakat sekitarnya dan dapat
berbahaya pada lingkungan.Metode pembuangan limbah seperti air buangan yang belum
memiliki SPAL yang sesuai akan mencemari lingkugan serta menimbulkan bau dan
mempengaruhi kondisi air yang berada di bawah tanah sehingga berpengaruh pada kualitas
air sumur sebagai sumber air minum yang ada di suatu masyarakat.
Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa sampah adalah semua benda atau produk
sisa dalam bentuk padat akibat aktivitas manusia yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak
dikehendaki oleh pemiliknya. Menurut Wahid dan Chayatin (2009) tentang tahap pengelolaan
dan pemusnahan sampah dilakukan dengan 2 metode yaitu metode memuaskan dan metode tidak
memuaskan. Dalam metode memuaskan terdapat 3 cara yaitu dengan sanitary landfill,
inceneration, dan composting metode tersebut memiliki dampak positif dan negatif masing-
masing. Sedangkan dalam metode tidak memuaskan terdapat 3 cara juga yaitu 1) open dumping
atau sistem pembuangan sampah yang dilakukan secara terbuka, hal ini akan berdampak negatif
apabila dilakukan disekitar pemukiman penduduk karena dapat mengundang vektor dan rodent
untuk berkembang biak, 2) dumping in water atau pembuangan sampah kedalam air. Hal ini akan
mengakibatkan rusaknya ekosistem yang ada di air dan akan menimbulkan penyakit khususnya
water borne disease, dan 3) burning on premises yang dikenal dengan istilah pembakaran yaitu
sampah yang dibakar di sekitar area rumah tangga. Metode tersebut akan menimbulkan dampak
polusi udara hingga timbulnya penyakit akibat dari udara yang tidak sehat.
Jamban merupakan salah satu sarana sanitasi dasar yang harus dipenuhi dalam tatanan
rumah tangga, sehingga menjadi salah satu indikator utama kesehatan personal dalam keluarga.
Sebagaimana terdapat pada Keputusan Menteri Kesehatan No.3 Tahun 2014 tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) menyatakan bahwa jamban sehat adalah suatu fasilitas
pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit.Namun dari
sekian banyak kepala keluarga yang sadar akan pentingnya jamban sehat,masih ada 10,1%
kepala keluarga yang masih memiliki jamban sehat,mereka terbiasa untuk BAK atau BAB di
tanah yang digali dengan kedalaman tertentu dan ditutupi oleh keramik atau kayu setelah BAK
atau BAB.Hal tersebut dapat menimbulkan pencemaran lingkungan serta penyakit berupa
diare,kecacingan,penyakit kulit dan penyakit pencernaan lainnya.
2.2.1 Definisi
2.3.1 Definisi
Diare adalah defekasi buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
dengan kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 gram
atau 200ml/ 24 jam.Defisini lain yaitu memakai kriteria frekuensi,yaitu buang air besar
encer lebih dri 3 kali sehari dengan dapat disertai lendir dan darah.(8).
Hasil riset yang didapatkan menurut Riskesdas 2013 menyatakan bahwa kejadian
diare berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur adalah sebesar 3,5% (kisaran
menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan kejadian pada balita sebesar 6,7% (kisaran menurut
provinsi 3,3%-10,2%).Sedangkan untuk period pravalence diare pada seluruh kelompok
umur berdasarkan gejala didapati sebesar 7% dengan persentase pada balita sebesar 10,2%.
(8).
1.Diare Akut
2.Diare Kronis
Diare kronis adalah diare yang berlangsung selama 15 hari,namun beberapa pakar
didunia telah mengjukan beberapa kriteria mengenai batasan kronik pada kasus diare
tersebut,mulai dari 15 hari, 3 minggu, 1 bulan , dan 3 bulan, tetapi di Indonesia waktu lebih
15 hari dipilih agar dokter tidak lengah dan dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab
diare dengan lebih cepat.(10).
Lebih dari 90% kasus diare akut disebabkan oleh agen infeksi; kasus ini sering
disertai dengan adanya muntah,demam,dan nyeri abdomen.Pada 10% kasus lainnya diare
dapat disebabkan oleh obat,ingesti zat toksik,iskemia,dan lingkungan yang tidak
sehat.Penularan oral menjadi penyebab infeksi diare yang paling sering melalui ingesti
makanan atau air yang tercemar patogen dari feses manusia atau hewan.Infeksi akut atau
cedera akan terjadi ketika mikroba yang berasal dari feses mengalahkan imun dan non
imun (asam lambung,enzim pencernaan,sekresi mukus,peristis,dan flora residen supresif)
mukosa pejamu.Sedangkan pada diare kronik akan menimbulkan kelainan
endokrin,kelainan hati,kelainan pankreas,infeksi keganasan dll.Diperkirakan sekitar 10%-
15% pasien diare kronik tidak dapat ditetapkan etiologinya,mungkin disebabkan oleh
kelainan sekresi atau mekanisme neuroendokrin yang belum diketahui.(10).
4.Keracunan makanan
7.Imunodefisiensi : AIDS.(13).
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih penyebab antara lain adalah sebagai
berikut :
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan osmotik intralumen usus
halus yang disebabkan oleh obat-obatan/zat kimia yang hiperosmotik,malabsorbsi umum
dan defek dalam absorbsi mukosa usus misalnya pada defisiensi disararidase,malarbsorbsi
glukosa/galaktosa.
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularis motilitas usus sehingga
menyebabkan absorbsi yang abnormal di usus halus.Penyebab gangguan motilitas ini
antara lain : diabetes melitus,pasca vagotomi,hipertiroid.
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya
kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.
Diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena proses
inflamasi,sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit
kedalam lumen,gangguan absorbsi air-elektrolit.Inflamasi mukosa usus halus dapat
disebabkan oleh infeksi atau non infeksi.
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare.Dari sudut pandang
kelainan usus,diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif.Bakteri non-invasif
menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri toksigenik.Enterotoksin yang
dihasilkan kuman Vibrio cholerae/eltor merupakan protein yang dapat menempel pada
epitel usus yang akan membentuk adenosin monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus
dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air,ion bikarbonat,dan kation
natrium serta kalium.(10).
Angka kematian yang tinggi akibat diare akan berdampak negatif pada kualitas
pelayanan kesehatan karena angka kematian anak (AKA) merupakan salah satu indikator
untuk menilai derajat kesehatan optimal dimana jika upaya tidak ditanggulangi dengan
baik,maka peningkatan kejadian diare pada balita akan semakin meningkat.(11).
2.4 Hubungan Sanitasi Dasar dan Personal Hygiene terhadap Kejadian Diare pada
Balita
Peneliti Lokasi Studi Desain Subjek Studi Variabel yang diteliti Lama waktu Studi Hasil
Rahman Desa solor, Cross-sectional 105 responden Variabel bebas : 3 bulan Faktor-faktor yang berhubunga
n dengan diare
Handono Kecamatan Yang tinggal di Sanitasi dasar lingkungan
antara lain sanitasi lingkung
Fatkhur, Cermee Desa solor Dan hygiene perorangan an, ketersediaan air bersih,
hygiene perorangan, sanitasi
dkk(3) Bondowoso, Kecamatan Cermee makanan, ketersediaan
Jawa Timur Bondowoso Variabel tergantung : diare jamban, dan perilaku buang ti
nja.
Taosu Desa Bena, Cross-sectional 78 responden Variabel bebas : 3 bulan Ada hubungan yang bermakna antar
a sarana
Stefen Kecamatan Ibu rumah tangga Sanitasi dasar rumah da
sanitasi dasar dengan kejadian diare
Anyerdy, Amanuban, yang memiliki ana n perilaku ibu rumah ta pada balita di Desa Bena tetapi yan
(4) Nusa Tengg k balitaa ngga g paling
Azizah
dominan menyebabkan kejadian dia
ara Variabel tergantung : re pada balita
Timur Diare adalah penggunaan jamban keluarg
a.
Nugrahaen Kecamatan S Cross-sectional 110 responden Variabel bebas : 1 bulan Terdapat hubungan antara kualitas s
i emarang Uta Warga Kecmatan Se Fasilitas sanitasi dsar dan umber air dan kebiasan menjaga ke
(5)
Devi ra,Kota Sem marang Utara Personal hygiene bersihan diri tetapi tidak ditemukan
arang, Variabel tergantung : Diare hubungan antara sanitasi jamban da
Jawa Tengah n pengelolaan air limbah dengan ter
jadinya diare.
2.6 Kerangka Teori
Pengolahan limb
ah
Kepemilikan Jam
ban
Persediaan air b
ersih
Sanitasi Dasar
Bakteri
Parasit
Kebiasaan mencu
ci tangan
Kebiasaan memb
ersihkan alat dan
barang
Kebiasaan BAB
Personal Hygiene
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka pada penelitian ini fokus pada faktor sanitasi dasar yang meliputi pengolahan
limbah,kepemilikan jamban,dan persediaan air bersih serta personal hygiene yang diduga
menjadi penyebab kejadian diare pada balita.
Sanitasi dasar
Personal Hygiene