Anda di halaman 1dari 30

Nama:

LateefaAndrienne Zayna
NIM: 030001900155
Kelompok:8B
Kasus: 1 sesi 1
Klarifikasi Istilah
1. Hipertensi: Hipertensi
adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara
terus-menerus lebih dari suatu
periode. Hipertensi
dipengaruhi oleh faktor resiko
ganda, baik yang bersifat
endogen seperti usia, jenis
kelamin dan
genetik/keturunan, maupun
yang bersifat eksogen seperti
obesitas, konsumsi garam,
rokok dan kopi.
2. Amlodipin: Amlodipine
merupakan obat antihipertensi
golongan CCBs yang bekerja
sebagai vasodilator dengan
menghambat masuknya ion
kalsium pada sel otot polos
vaskuler dan miokard sehingga
tahanan perifer turun dan otot
relaksasi.
3. Dislipidemia: Kelainan
metabolisme lipid yang
ditandai dengan peningkatan
maupun penurunan fraksi lipid
dalam plasma. Kelainan fraksi
lipid yang utama adalah
kenaikan kadar kolesterol
total, kolesterol LDL,
trigliserida, serta penurunan
kolesterol HDL.
4. Sindrom metabolik:
Sindroma Metabolik
merupakan kelainan metabolik
kompleks yang diakibatkan
oleh peningkatan obesitas.
Sindrom ini merupakan
kumpulan dari faktor-faktor
resiko terjadinya penyakit
kardiovaskular.
Identifikasi Masalah
1. Seorang perempuan, R
berusia 50 tahun datang ke
poliklinik tempat anda praktek
untuk kontrol tekanan darah.
2. Pasien diketahui menderita
hipertensi sejak 2 tahun lalu
dan rutin minum obat
amlodipin 5 mg.
3. Saat
keluhan.ini pasien tidak ada
4. Pada pemeriksaan
didapatkan data sebagaifisik
berikut:
-Tinggi Badan : 160 cm
-Berat Badan : 60 kg
-Tekanan
mmHg darah : 130/80
-Lingkar pinggang 95 cm
5. Pada pemeriksaan
laboratorium:
-Kadar trigliserida : 200 mg/dl
-Kolestrol LDL : 95 mg/dl
-Kolestrol HDL : 55 mg/dl
-Kolesterol total : 150 mg/dl
-Gula darah puasa 120 mg/dl

Brainstorming
Learning Objective
1. Menjelaskan definisi
sindrom metabolik,
dislipidemia
2. Epidemiologi
metabolik sindrom
3. Diagnosis
metabolik sindrom
4. Patofisiologi
metabolic sindrom
5. Patogenesis
metabolik sindrom
6. Faktor
metabolik resiko sindrom
7. Manifestasi
metabolik klinis sindrom
8. Tatalaksana
metabolik sindrom

1. Definisi Dislipidemia
Dislipidemia adalah
mana kadar lemak dalamkondisi di
darah meningkat. Hal ini
berisiko menyebabkan
penyakit jantung dan stroke.
Dislipidemia tidak
menimbulkan gejala, dan
biasanya baru terdeteksi saat
pemeriksaan darah
atau medical check-up.
Kolesterol adalah zat
yang berguna memecah lemak
makanan dan memproduksi
hormon. Ada tiga jenis
kolesterol di dalam tubuh,
yaitu kolesterol baik high-
density lipoprotein HDL,
kolesterol jahat low-density
lipoprotein atau LDL,
dan trigliserida.
Definisi Sindrom Metabolik
Sindroma metabolik
merupakansuatu kumpulan
faktor risiko metabolikyang
berkaitan langsung
terhadapterjadinya penyakit
kardiovaskulerartherosklerotik.
Faktor risiko tersebutantara
lain terdiri dari dislipidemia
aterogenik, peningkatan
tekanan darah, peningkatan
kadar glukosa plasma, keadaan
prototrombik, dan
proinflamasi.

2. Klasifikasi Dislipidemia
Klasifikasi dislipidemia
berdasarkan proses terjadinya
penyakit yaitu :
1. Dislipidemia Primer
Dislipidemia primer yaitu
dislipidemia yang disebabkan
karena kelainan penyakit
genetik dan bawaan yang
dapat menyebabkan kelainan
kadar lipid dalam darah.
Dislipidemia primer yang
berhubungan dengan obesitas
ditandai dengan peningkatan
trigliserida, penurunan kadar
HDL, LDL, dan komposisi
abnormal Grundy, 2004.
2. Dislipidemia Sekunder
Dislipidemia Sekunder yaitu
dislipidemia yang disebabkan
oleh suatu keadaan seperti
hiperkolesterolemia yang
diakibatkan oleh
hipotiroidisme, syndrome
nefrotik, kehamilan, anoreksia
nervosa, dan penyakit hati
obstruktif. Hipertrigliserida
disebabkan oleh diabtes
mellitus, konsumsi alkohol,
gagal ginjal kronik, miokard
infark, dan kehamilan. Selain
itu dislipidemia dapat
disebabkan oleh gagal ginjal
akut, dan penyakit hati oleh
Grundy, 2004.

3. Epidemiologi Dislipidemia
Pada penelitian yang dilakukan
oleh Sudijanto Kamso dkk.
2004 terhadap 656 responden
di 4 kota besar di Indonesia,
yaitu Jakarta, Bandung,
Yogyakarta, dan Padang
didapatkan keadaan
dislipidemia berat total
kolesterol kurang lebih dari
sama dengan 240 mg/dL pada
orang berusia diatas 55 tahun
didapatkan paling banyak di
Padang dan Jakarta lebih dari
56 persen, diikuti oleh mereka
yang tinggal di Bandung 52,2
persen dan Yogyakarta 27,7
persen. Pada penelitian ini juga
didapatkan bahwa prevalensi
dislipidemia lebih banyak
didapatkan pada wanita 56,2
persen dibandingkan pada pria
47 persen. Dari keseluruhan
wanita yang mengidap
dislipidemia tersebut
ditemukan prevalensi
dislipidemia terbesar pada
rentang usia 55-59 tahun 62,1
persen dibandingkan yang
berada pada rentang usia 60-69
tahun 52,3 persen dan berusia
diatas 70 tahun 52,6 persen.

4. Etiologi Dislipidemia
Etiologi dislipidemia
dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya seperti:
1. Faktor Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan
faktor yang berhubungan
dengan rendahnya kolesterol
HDL. Resiko terjadinya
dislipidemia pada wanita lebih
besar daripada pria.
Sebagaimana penelitian
Cooper pada 589 perempuan
didapatkan respon peningkatan
kolesterol sedikit berbeda yaitu
kadar LDL kolesterol
meningkat lebih cepat
sedangkan kadar HDL
kolesterol juga meningkat
sehingga rasio kadar kolesterol
total/HDL menjadi rendah oleh
Djauzi, 2005.
2. Faktor Usia
Semakin tua usia seseorang
maka fungsi organ tubuhnya
semakin menurun, begitu juga
dengan penurunan aktivitas
reseptor LDL, sehingga bercak
perlemakan dalam tubuh
semakin meningkat dan
menyebabkan kadar kolesterol
total lebih tinggi, sedangkan
kolesterol HDL relative tidak
berubah. Pada usia 10 tahun
bercak perlemakan sudah
dapat ditemukan di pembuluh
darah. Prevalensi
hiperkolesterolemia pada
kelompok usia 25-34 tahun
adalah 9,3 persen dan
meningkat sesuai dengan
pertambahan usia hingga 15,5
persen pada kelompok usia 55-
64 tahun oleh Djauzi, 2005.

3. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan
salah satu faktor terjadinya
dislipidemia. Dalam ilmu
genetika menyebutkan bahwa
gen diturunkan secara
berpasangan memerlukan satu
gen dari ibu dan satu gen dari
ayah, 6 sehingga kadar
hiperlipidemia tinggi dan
diakibatkan oleh faktor
dislipidemia primer karena
faktor genetik oleh Djauzi,
2005.
4. Faktor Kegemukan
Salah satu penyebab kolesterol
naik adalah karena kelebihan
berat badan atau juga bisa
disebut dengan penyakit
obesitas. Kelebihan berat
badan ini juga bisa disebabkan
oleh makanan yang terlalu
banyak yang mengandung
lemak jahat tinggi di
dalamnya. Kelebihan berat
badan dapat meningkatkan
trigliserida dan dapat
menurunkan HDL oleh Anwar,
2004.
5. Faktor Olahraga
Manfaat berolahraga secara
teratur dapat membantu untuk
meningkatkan kadar kolesterol
baik atau HDL dalam tubuh.
Selain itu berolahraga mampu
meproduksi enzim yang
berperan untuk membantu
proses memindahkan
kolesterol LDL dalam darah
terutama pada pembuluh arteri
kemudian dikembalikan
menuju ke hati untuk diubah
menjadi asam empedu. Asam
empedu ini diperlukan
melancarkan proses
pencernaan kadar lemak dalam
darah. Semakin rutin
berolahraga dengan teratur
maka kadar kolesterol LDL
dalam tubuh akan semakin
berkurang sampai menuju ke
titik normal oleh Arisman,
2008.
6. Faktor Merokok
Merokok dapat meningkatkan
kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, trigliserida,
dan menurunkan kolesterol
HDL. Ketika pengguna rokok
menghisap rokok maka secara
otomatis akan memasukkan
karbon monoksida ke dalam
paru-paru dan akan merusak
dinding pembuluh darah.
Nikotin yang terkandung
dalam asap rokok akan
merangsang hormone
adrenalin, sehingga akan
mengubah metabolisme lemak
yang dapat menurunkan kadar
kolesterol HDL dalam darah
oleh Anwar, 2004.
7. Faktor Makanan
Konsumsi
menyebabkantinggi kolesterol
hiperkolesterolemia dan
arterosklerosis. Asupan tinggi
kolesterol dapat menyebabkan
atau peningkatan kadar
kolestertol total dan LDL
sehingga mempunyai resiko
terjadinya dislipidemia oleh
Anwar, 2004.
Etiologi Sindrom Metabolik
belum dapat diketahui secara
pasti. Suatu hipotesis
menyatakan bahwa penyebab
primer dari SM adalah
resistensi insulin.
Menurut pendapat Tenebaum
penyebab sindrom metabolik
adalah:
a. Gangguan fungsi sel Beta
dan hipersekresi insulin untuk
mengkompensasi resistensi
insulin. Hal ini memicu
terjadinya komplikasi
makrovaskuler atau
komplikasi jantung
b. Kerusakan berat sel
menyebabkan penurunan Beta
progresif sekresi insulin,
sehingga menimbulkan
hiperglikemia. Hal ini
menimbulkan komplikasi
mikrovaskuler atau
nephropathy diabetica.

5. Patofisiologi Dislipidemia
Lipid dalam darah diangkut
dengan 2 cara yaitu jalur
eksogen dan jalur endogen.
Jalur eksogen yaitu trigliserida
dan
kolesterol yang berasal
makanan dalam usus dikemasdari
sebagai kilomikron. Selain
kolesterol yang berasal dari
makanan dalam usus juga
terdapat kolesterol dari hati
yang diekskresi bersama
empedu ke usus halus. Baik
lemak di usus halus yang
berasal dari makanan maupun
yang berasal dari hati disebut
lemak eksogen. Jalur endogen
yaitu trigliserida dan kolesterol
yang disintesis oleh hati
mengalami hidrolisis dalam
sirkulasi oleh lipoprotein
lipase yang juga
menghidrolisis kilomikron
menjadi partikel lipoprotein
yang lebih kecil. LDL
merupakan
lipoprotein yang mengandung
kolesterol paling banyak 60-70
persen. Lipoprotein
dikelompokkan menjadi 6
kategori yaitu :
ILDL+very-low-density
Kilomikron , IIa LDL , IIb
lipoprotein VLDL , III
intermediate
densitylipoprotein, IV VLDL ,
V VLDL+kilomikron.
Patofisiologi
Metabolik Sindrom
Obesitas merupakan
komponen utama kejadian SM,
namun mekanisme yang jelas
belum diketahui secara pasti.
Obesitas yang diikuti dengan
meningkatnya metabolisme
lemak akan menyebabkan
produksi Reactive Oxygen
Species atau ROS meningkat
baik di sirkulasi maupun di sel
adiposa. Meningkatnya ROS
di dalam sel adipose dapat
menyebabkan keseimbangan
reaksi reduksi oksidasi atau
redoks terganggu, sehingga
enzim antioksidan menurun di
dalam sirkulasi. Keadaan ini
disebut dengan stres oksidatif.
Meningkatnya stres oksidatif
menyebabkan diregulasi
jaringan adiposa dan
merupakan awal patofisiologi
terjadinya SM, hipertensi dan
aterosklerosis.

6. Gejala Dislipidemia
Sebagian besar dislipidemia
tidak memunculkan gejala
yang berarti. Dislipidemia
biasanya diketahui ketika
seseorang menjalani
pemeriksaan rutin untuk darah
dan kondisi lainnya.
Dislipidemia yang berat
menimbulkan komplikasi yang
serius mengarah kepada
penyakit
dan stroke. jantung koroner
Beberapa gejala
muncul adalah: umum yang
-Pusing.
-Nyeri kepala
dan pundak. hingga ke leher
-Rasa kesemutan pada
jari tangan dan kaki. ujung
-Keringat dingin.
-Mual dan muntah.
-Nyeri pada kaki.
-Nyeri dada.
-Mudah lelah.

7. Penyebab Dislipidemia
Secara
dibagi umum, dislipidemia
menjadi dua,
dislipidemia primer dan
sekunder. Dislipidemia primer
disebabkan oleh faktor genetik
yang diturunkan dari keluarga.
Dislipidemia sekunder
disebabkan oleh gaya hidup
dan kondisi medis yang
mempengaruhi kadar
dalam darah, seperti: lemak
-Obesitas, terutama obesitas
sentral dengan penumpukan
lemak di sekitar perut.
-Diabetes.
-Hipotiroidisme, kondisi
dimana produksi hormon tiroid
di bawah normal.
-Alkoholisme, penggunaan
alkohol berlebihan.
-Sindrom
gejala metabolik, kumpulan
berkaitan dengan
metabolisme tubuh.
-Konsumsi lemak
berlebih, terutama lemak jenuh
dan lemak trans.
-Sindrom cushing, kumpulan
gejala akibat tingginya hormon
kortikotropin dalam darah.
-Infeksi berat,
pengidap HIV. seperti pada
-Aneurisma aorta abdominal,
kelainan pada pembuluh darah
aorta di perut.
8. Diagnosis Dislipidemia
Diagnosis dislipidemia
ditegakkan dengan dapat
pemeriksaan kadar kolesterol
total, HDL, LDL, dan
Trigliserida TG plasma darah
vena. Setidaknya pasien
diminta puasa 12 jam sebelu
pemeriksaan untuk
meningkatkan reliabilitas
pemeriksaan profil lipid.
Penghitungan kadar LDL
dapat dilakukan secara
langsung direk atau tak
langsung indirek .
Pemeriksaan kadar kolesterol
indirek dilakukan dengan
rumus Friedwald yaitu :
LDL=
TG/5 Kol Total - Kol HDL -
Rumus ini tidak dapat
digunakan apabila kadar TG
kurang dari 400 mg/dL.
Pemeriksaan penyaringan
skrinning test dianjurkan untuk
setiap orang berusia kurang
dari 20 tahun bila normal perlu
diulang tiap 5 tahun.
Pemeriksaan lain dapat
disesuaikan dengan klinis
untuk mencari adakah penyakit
lain yang menyertai atau
menjadi penyebab dislipidemia
misalnya glukosa darah, tes
fungsi hati, urin lengkap, tes
fungsi ginjal, TSH, EKG.

9. Faktor Resiko Dislipidemia


Beberapa
berpengaruh faktor diketahui
terhadap
meningkatnya dislipidemia
pada
yaitu: seseorang, di antaranya
-Obesitas.
-Kurangnya aktivitas fisik.
-Penggunaan alkohol.
-Merokok.
-Diabetes.
-Diet tinggi lemak.
-Penyakit
kronis. ginjal dan liver
-Usia tua.
-Perempuan, diketahui
perempuan memiliki kadar bahwa
LDL yang lebih tinggi setelah
masa menopause.
-Penyakit
metabolik, hati, sindrom
penyakit
jantung, diabetes yang tidak
terkontrol, dan hipotiroidisme.
-Berat badan
atau obesitas. berlebih
-Penyakit ginjal, seperti
ginjal dan gagal ginjal. batu
-Konsumsi obat penurun
tekanan darah golongan beta
blocker, kortikosteroid,
diuretik, pengobatan HIV, atau
pil KB.
Kolesterol yang terlalu banyak
jumlahnya dapat menumpuk di
dinding pembuluh darah arteri
dan membentuk plak atau
aterosklerosis. Akibatnya,
aliran darah di dalam tubuh
termasuk ke jantung dan otak,
jadi terganggu.
Hal tersebut dapat
menimbulkan sejumlah
penyakit, seperti stroke,
tekanan darah tinggi, serangan
jantung, penyakit jantung
koroner, dan penyakit arteri
perifer.

10. Tatalaksana
-Tatalaksana Farmakologis
Golongan statin:
Simvastatin 5-40mg
Lovastatin 10-80 mg
Pravastatin 10-40 mg
Fluvastatin 20-80 mg
Atorvastatin 10-80 mg
Rosuvastatin 10-40 mg
Pitavastatin 1-4 mg
Golongan bile acid sequestrant
Kolestiramin 4-16 mg
Golongan nicotinic acid
Nicotinic acid immediate
release 2x100 mg s.d. 1,5-3 g
Terapi hiperkolesterolemia
untuk pencegahan primer,
dimulai dengan statin atau bile
acid sequestrant atau nicotinic
acid. Pemantauan profil lipid
dilakukan setiap 6 minggu.
Bila target sudah tercapai,
pemantauan setiap 4-6 bulan.
Bila setelah 6 minggu
target belum tercapai: terapi,
intensifkan atau naikkan dosis
statin atau kombinasi dengan
yang lain.
Bila setelah 6 minggu
berikutnya terapi farmakologis
diintensifkan. Pasien dengan
PJK, kejadian koroner mayor
atau dirawat untuk prosedur
koroner, diberi terapi obat saat
pulang dari RS jika kolesterol
LDL lebih dari 100 mgdL.

-Penatalaksanaan Pasien
dengan Hipertrigliseridemia
Penatalaksanaan pasien
dengan hipertigliseridemia
hampir sama dengan pasien
dengan hiperkolesterolemia
dalam pendekatan non-
farmakologis. Perbedaan yang
jelas ada pada pendekatan
farmakologis pasien dengan
hipertrigliseridemia.
-Penatalaksanaan
Farmakologis Pasien dengan
Hipertrigliseridemia
Target terapi pasien dengan
hipertrigliseridemia sangat
ditentukan klasifikasi klinis
pasien yang digambarkan dari
profil lipid. Pasien dengan
trigliserida borderline tinggi:
tujuan utama terapi adalah
mencapai target kolesterol
LDL. Pasien dengan
trigliserida tinggi: target
sekunder adalah kadar
kolesterol non-HDL, yakni
sebesar 30 mgdL lebih tinggi
dari target kadar kolesterol
LDL.
Pendekatan terapi obat:
-Obat penurun
LDL, atau kadar kolesterol
-Ditambahkan obat fibrat atau
nicotinic acid. Golongan fibrat
terdiri dari
-Gemfibrozil
1x900 mg 2x600 mg atau
-Fenofibrat 1x200 mg
11.Komplikasi
Apabila dislipidemia tidak
segera diatasi, maka dapat
terjadi berbagai macam
komplikasi antara lain :
1. Atherosklerosis
2. Penyakit jantung koroner
3.seperti
Penyakit
strokserebrovaskular
4.tubuh
Kelainan pembuluh
lainnya darah
5. Pankreatitis akut
Learning Issues
1. Diagnosis sindrom
metabolik kriteria diagnosis
2. Komplikasi
metabolik sindrom
3. Tatalaksana sindrom
metabolik lebih spesifik di non
farmako, target
penatalaksanaan farmako
4. Pencegahan sebelum
sindrom metabolik terjadi

Anda mungkin juga menyukai