KRITERIA URAIAN
1. Hasil (Catatan penting tentang hasil penelusuran literatur terhadap
penelusuran learning issue yang telah ditentukan sebelumnya).
literatur Target ideal dari terapi tekanan darah tergantung dari
populasi pasien, tetapi guideline harus merekomendasikan
terhadap populasi secara umum. Sampai saat ini target tekanan
darah adalah kurang dari 140per90 mmHg untuk hipertensi
uncomplicated dan target yang lebih rendah
Patogenesis Hipertensi
Pada dasarnya hipertensi merupakan penyakit multifaktorial
yang timbul akibat berbagai interaksi faktor-faktor resiko
tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya
kenaikan.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari
pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion
ke pembuluh darah kapiler, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah kapiler.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan
dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi.
Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi. Perubahan
struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung volume sekuncup,
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer.
Strategi tatalaksana Farmakologis Hipertensi Esensial
1. Inspeksi
Pada tahapan ini, pemeriksaan bisa dilakukan dengan melihat
bentuk dan ukuran dada, warna kulit di area dada, serta cara
bernapas dan penggunaan otot-otot dada.
Pada pemeriksaan ini, dapat dinilai adanya kelainan tulang dada,
baik cekung maupun menonjol, serta kelainan tulang belakang.
Dapat dinilai juga posisi dan penggunaan otot bantu
pernapasan yang khas pada pasien asma dan pasien
dengan penyakit paru obstruktif kronis.
2. Palpasi
Palpasi adalah metode pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter
dengan melakukan perabaan pada permukaan tubuh dengan
tangan dan jari. Pada palpasi dada, dokter akan menilai
tekstur, pergerakan, serta getaran dan aliran udara pada
dinding dada.
Pada pemeriksaan ini, dokter akan merasakan perbedaan
tekstur di area dada. Misalnya bila tulang dada teraba lunak,
cekung, atau menonjol, dokter bisa mencurigai adanya patah
tulang iga. Dokter juga bisa merasakan tekstur seperti busa
pada dinding dada, yang dikenal dengan istilah krepitasi. Ini
menandakan adanya udara di bawah kulit.
Selain itu, dokter mungkin akan meletakkan telapak tangan pada
permukaan dada, kemudian meminta Anda untuk bernapas,
berhitung, atau mengucapkan kata-kata tertentu. Tujuannya
adalah untuk merasakan getaran dari aliran udara pada paru-
paru.
3. Perkusi
Perkusi dada dapat dilakukan oleh dokter dengan mengetuk jari
pada sejumlah area di permukaan dada maupun punggung atas.
Bunyi dari ketukan ini bisa menandakan kondisi organ di
bawahnya.
Bunyi ketukan akan lebih kencang dan bergaung pada bagian
tubuh yang berisi udara, dan akan lebih lemah dan redup pada
bagian tubuh yang padat atau berisi air. Dengan pemeriksaan
ini, dapat terdeteksi gangguan paru-paru, seperti efusi
pleura dan pneumothoraks, serta kelainan jantung,
seperti kardiomegali.
4. Auskultasi
Auskultasi adalah metode pemeriksaan untuk mendengarkan
bunyi dari dalam tubuh dengan menempelkan stetoskop di area
tertentu. Pemeriksaan bunyi jantung dilakukan pada dada
sebelah kiri, sedangkan pemeriksaan bunyi paru-paru dilakukan
pada seluruh bagian dada.
Bunyi jantung sehat memiliki irama yang teratur, dan tidak ada
bunyi tambahan. Sementara pada paru-paru yang sehat, akan
terdengar suara napas yang normal, tanpa ada mengi, stridor,
atau suara napas abnormal lainnya.
Pemeriksaan fisik thorax seperti yang telah dijelaskan di atas
akan membantu dokter dalam menilai kondisi organ-organ di
dalam rongga dada, sehingga diagnosis dapat ditegakkan. Bila
masih ragu atau mencurigai adanya kondisi tertentu, dokter
dapat merekomendasikan pemeriksaan lanjutan, seperti Rontgen
dada dan elektrokardiogram , untuk memastikan diagnosis.
Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ
seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram
renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar
urin.
Nilai
Nama Fasilitator :
Tanda tangan fasilitator: