Anda di halaman 1dari 10

F6 – PENGOBATAN DASAR

1. SKABIES
Latar Belakang
Skabies merupakan salah satu infeksi parasit yang cukup banyak kejadiannya dan
menjadi isu penting terutama di daerah padat penduduk. Penyakit ini dapat menyerang
segala usia dan berbagai kalangan sosial. Beberapa penyebab tingginya angka kejadian
skabies adalah penularan yang cepat, siklus hidup Sarcoptes scabiei yang pendek, dan
ketidakpatuhan pasien pada terapi.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan telurnya. Sinonim atau nama lain skabies
adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Skabies terjadi baik pada laki-
laki maupun perempuan, di semua daerah, semua kelompok usia, ras, dan kelas
sosial. Skabies ditularkan melalui kontak fisik langsung. (skin-to-skin) ataupun tak
langsung (pakaian, tempat tidur yang dipakai bersama).
Skabies menjadi masalah utama pada daerah yang padat dengan masalah sosial,
sanitasi yang buruk, dan negara miskin. Angka kejadian skabies tinggi di Negara
dengan iklim panas dan tropis. Skabies endemik terutama di lingkungan padat
penduduk dan miskin.
Faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: higiene buruk,
salah diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologi. Penyakit ini dapat
termasuk PHS (Penyakit akibat Hubungan Seksual).

Permasalahan
IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. R
Usia : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Alamat : Pojok
Tanggal Periksa : 30 Desember 2020

ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Gatal pada sela-sela jari tangan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien usia 15 tahun datang di antar orangtuanya ke balai pengobatan Puskesmas
Pamotan dengan keluhan gatal pada kedua tangan sejak 1 minggu yang lalu. Gatal
dirasakan semakin meluas, dan sering berpindah tempat, hilang timbul. Gatal lebih
parah saat malam hari. Tidak didapatkan luka pada sekitar kemaluan pasien, hanya
terdapat beberapa lesi kecil pada sela-sela jari tangan, berwarna putih keabuan. Pasien
merupakan anak pondok, dan temannya banyak yang menderita seperti pasien. Pasien
belum mengobati lukanya sendiri atau ke dokter.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada penyakit lain. Alergi Obat (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Vital Sign :
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 18 x / menit
Temp. : 36,3 oC
BB : 38 kg
Status Generalis :
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Paru : SN Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung : S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Soepel, Nyeri Tekan (-), Bising Usus (+)N
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada keterbatasan ROM

Status Lokalis :
Pada extremitas superior didapatkan papul multiple regio dorsopalmar dextra et sinistra.
Terdapat bentukan papul berbentuk garis lurus dan berkelok-kelok dengan warna putih
keabu-abuan, disertai ekskoriasi

Perencanaan
1. Terapi medikamentosa
2. Terapi non medikamentosa

Pelaksanaan
1. Terapi medikamentosa
- Tab cetirizine 1 x 1 selama 3 hari
- Permethrin krim 5%
2. Terapi non medikamentosa
- Pengobatan harus dilakukan secara bersamaan pada seluruh orang yang tinggal
dalam rumah dengan keluhan yang sama
- Memisahkan baju penderita dengan keluarga yang tidak ada keluhan serupa
- Baju pasien sebelum di cuci direndam air panas dahulu
- Persiapan untuk pengobatan :
1. Mandi seluruh badan sebelum memakai obat
2. Oleskan krim permethrin 5% mulai dari belakang telinga hingga keseluruh
badan, bila masih ada sisa bisa dioleskan ke bagian tubuh yang gatal
3. Pemakaian obat sekitar 8-10 jam, pengobatan bisa dimulai sebelum tidur atau
jam 8 malam sampai bangun tidur
4. Pagi hari sebelum mandi, cuci sprei dan barang-barang yang habis digunakan
pasien
5. Mandi seluruh badan hingga bersih
- Jemur sofa dan peralatan rumah yang lain atau bisa juga dilakukan penyemprotan
dengan insektisida
- Alas tidur diganti yang baru untuk mencegah penularan penyakit ke keluarga
yang sehat
- Menjaga kebersihan badan dan segera cuci tangan bila selesai menyentuh benda
atau tempat yang tidak higenis

Monitoring
Kontrol ke puskesmas 3 hari untuk melihat kondisi luka apakah sudah berkurang atau
belum.

2. DERMATITIS KONTAK IRITAN


Latar Belakang
Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan efek sitotoksik pada kulit berupa reaksi
peradangan non imunologik melalui jalur eksogen ataupun endogen yang berkontak
langsung dengan tubuh.
DKI dapat terjadi akibat dari pemaparan zat-zat kimia dengan gejala berupa iritasi,
gatal-gatal, kulit kering, pecah-pecah, kemerah-merahan, dan koreng yang sulit sembuh.
Penyakit dermatitis sering terjadi pada pekerja informal yang umumnya kurang
memperhatikan sanitasi dan perlindungan bagi kesehatan dirinya. Sekitar 80-90% kasus
DKI disebabkan oleh paparan iritan berupa bahan kimia dan pelarut. Inflamasi dapat
terjadi setelah satu kali pemaparan ataupun pemaparan berulang. Kelainan kulit yang
terjadi selain ditentukan oleh molekul, daya larut dan konsentrasi bahan paparan serta
lama kontak.
Kategori dermatitis kontak iritan dibagi berdasarkan faktor eksogen dan endogen
menjadi sepuluh kelompok jenis DKI yaitu reaksi kimia, DKI akut, DKI akut terhambat,
DKI kronik (kumulatif), iritan subyektif (sensorik), iritan suberitemataous
(noneritematosus), dermatitis frictional, trauma DKI, pustular atau acneiform DKI dan
asteatotic eksim iritan (eksikasi eksimatid).
Penanganan dermatitis kontak tidak selamanya mudah karena banyak dan seringnya
faktor-faktor tumpang tindih yang memicu setiap kasus dermatitis. Pencegahan kontak
kulit dengan bahan-bahan penyebab iritasi adalah strategi terapi utama pada DKI.

Permasalahan
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pamotan
Tanggal Periksa : 31 Desember 2020

ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Gatal pada telapak kaki kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang wanita berusia 40 tahun datang ke Balai Pengobatan Puskesmas Pamotan
dengan keluhan telapak kaki kiri terasa kering dan sedikit gatal sejak ± 1 bulan yang lalu.
Awalnya pasien merasakan gatal dan perih pada kedua kakinya, disertai perubahan
warna menjadi lebih merah dibandingkan kulit sekitarnya dan terbentuk lenting-lenting
berisi air. Keluhan ini bertambah banyak jika pasien mencuci pakaian dengan
menggunakan detergen, kemudian lenting-lenting tersebut pecah dan telapak kaki terasa
kering dan panas. Pasien mencuci pakaian dengan menggunakan detergen ber-merk rinso
kemudian berganti-ganti dengan detergen merk lain tanpa menggunakan alas kaki.
Riwayat alergi pada pasien dan keluarga disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada penyakit lain. Alergi Obat (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Vital Sign :
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 18 x / menit
Temp. : 36,3 oC

Status Generalis :
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Paru : SN Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung : S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Soepel, Nyeri Tekan (-), Bising Usus (+)N
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada keterbatasan ROM

Status Lokalis :
Pada status dermatologis di telapak kaki kiri didapatkan makula hiperpigmentasi difus
multipel dengan bentuk ireguler ukuran plakat dan terdapat skuama putih di atasnya.

Perencanaan
1. Terapi farmakologis
2. Terapi non farmakologis

Pelaksanaan
1. Terapi farmakologis
 Tab cetirizine 1x1 selama 3 hari
 Salep hidrocortison 2 x ue
2. Terapi non farmakologis
1) Menjaga kebersihan badan dengan mandi menggunakan sabun bayi
2) Apabila kulit terasa gatal maka bisa dioleskan lotion untuk mengurangi gatalnya,
usahakan untuk tidak di garuk agar lesi tidak bertambah parah
3) Menghindari kontak dengan bahan iritan, bila mencuci baju diusahakan
menggunakan sepatu boots, sepatu sebelum digunakan pastikan dulu sudah dalam
keadaan kering agar tidak semakin memperparah lesi
4) Salep digunakan 2x sehari sesudah mandi pagi dan sore

Monitoring
Kontrol ke puskesmas 3 hari untuk melihat kondisi luka apakah sudah berkurang atau
belum.

3. DERMATITIS ATOPIK
Latar Belakang
Dermatitis atopik adalah peradangan pada kulit yang kronis yang sering kambuh. Pada
umumnya penyakit ini terjadi pada masa bayi dan anak-anak.
Prevalensi penyakit ini telah meningkat tiga kali lipat dari tahun 1960 sampai
sekarang. Di negara industri prevalensi dermatitis atopik pada anak mencapai 10-20%,
sedangkan pada dewasa hanya 1-3%. Berbeda dengan negara-negara industri, negara
agraris seperti Indonesia memiliki prevalensi dermatitis atopik yang jauh lebih rendah.
Penyakit ini juga cenderung lebih banyak mengenai perempuan di banding laki-laki
dengan rasio 1,3:1.
Gejala dermatitis atopik yang paling khas adalah rasa gatal yang sangat berat
(sepanjang hari, terutama pada malam hari) dan adanya reaktivitas dari kulit pasien.
Penyakit ini sering berhubungan dengan kelainan fungsi pada sawar kulit dan adanya
sensitisasi alergen. Banyak faktor yang berperan dalam patogenesis dermatitis atopik,
seperti faktor genetik, lingkungan, host, farmakologik, dan imunologik. Kelainan kulit
yang muncul akibat penyakit ini berupa papul gatal, yang kemudian dapat mengalami
eksoriasi (hilangnya jaringan sampai pada stratum papilare) dan likenifikasi (penebalan
kulit).

Permasalahan
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. DS
Usia : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pamotan
Tanggal Periksa : 31 Desember 2020

ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Gatal pada lengan dan lipatan siku
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Balai Pengobatan Puskesmas Pamotan dengan keluhan gatal pada
kedua lengan dan lipatan siku. Hal tersebut dialami sejak ±2 bulan yang lalu. Awalnya
muncul bintik-bintik gatal pada lengan kanan, kemudian semakin parah dan menyebar
pada kedua lengan. Selain itu, gatal juga dirasakan di lipatan siku yang awalnya hanya
sedikit namun bertambah banyak sekitar sebulan ini. Gatal yang dirasakan bersifat terus-
menerus dan memberat pada malam hari. Pasien mengatakan kulit terasa semakin kering.
Sebelumnya pasien sudah pernah berobat di klinik dan diberi obat topikal yaitu
hidrokortison, dan juga obat oral yaitu CTM dan amoxilin. Pasien merasakan ada
perubahan, kemudian setelah obat habis gatal dirasakan semakin parah. Riwayat alergi
pada pasien disangkal, riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-), riwayat penyakit
kulit sebelumnya (-)

Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada penyakit lain. Alergi Obat (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Vital Sign :
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 18 x / menit
Temp. : 36,1 oC

Status Generalis :
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Paru : SN Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung : S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Soepel, Nyeri Tekan (-), Bising Usus (+)N
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada keterbatasan ROM

Status Lokalis :
Pada Lengan dan lipatan siku kiri kanan didpatkan makula eritematus dan terdapat
papula eritema dengan distribusi bilateral dan lentikuler. Selain itu didapatkan juga
ekskoriasi dan krusta yang tertutup skuama tipis.

Perencanaan
1. Terapi farmaklogis
2. Terapi non farmakologis

Pelaksanaan
1. Terapi farmakologis
a. Tab cetirizine 1x1 selama 3 hari
b. Salep hidrokortison 2 x ue
c. Cream urea 10%

2. Terapi non farmakologis


a. Untuk mengatasi kulit kering dapat menggunakan lotion yang dipunya pasien
dirumah
b. Untuk menghindari kekambuhan disarankan mandi menggunakan sabun bayi
dan menghindari penggunaan sabun antiseptik agar kulit tidak semakin
kering.
c. Apabila dirasakan kulit bertambah gatal dapat dioleskan cream urea dan
hindari menggaruk kulit agar tidak menimbulkan lesi baru atau menyebabkan
lesi bertambah parah.

Monitoring
Kontrol ke puskesmas 3 hari untuk melihat kondisi luka apakah sudah berkurang atau
belum.

4. DYSPEPSIA
Latar Belakang
Kasus dispepsia sering dijumpai dokter dalam menjalankan profesinya sehari-hari.
Angka kejadian dispepsia di masyarakat masih tinggi dan tidak mengenal usia.
Dispepsia biasanya ditujukan untuk kumpulan gejala klinis berupa rasa tidak nyaman
atau nyeri pada epigastrium setelah makan, umumnya karena terganggunya fungsi
pencernaan yang disertai keluhan lain seperti perasaan panas di dada (heart burn),
regurgitasi, kembung (flatulensi), disertai suara usus yang keras (borborigmi), perut
terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan
lainnya.
Dispepsia dibagi menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional.
Dispepsia organik apabila penyebabnya telah diketahui dengan jelas sedangkan
dispepsia fungsional merupakan dispepsia yang tidak ada kelainan organik tetapi
merupakan kelainan fungsi dari saluran makanan.
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya dispepsia, yaitu pengeluaran
asam lambung berlebih, pertahanan dinding lambung yang lemah, infeksi Helicobacter
pylori, gangguan gerakan saluran pencernaan dan gangguan kecemasan.
Dispepsia merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, namun dispepsia
fungsional dilaporkan berhubungan dengan gangguan kecemasan dan depresi, dapat
diikuti nyeri kepala, dan anggota tubuh lainnya. Hal ini menyebabkan seseorang dirawat
atau mendapat pelayanan kesehatan, gangguan tidur, serta meningkatnya secara
signifikan jumlah ketidakhadiran.
Salah satu faktor yang berperan dalam dispepsia fungsional adalah pola makan. Selain
jenis –jenis makanan yang dikonsumsi, ketidakteraturan makan, pola makan yang buruk,
tergesa – gesa dan jadwal yang tidak teratur dan tindakan remaja putri seperti
memanipulasi jadwal makan sehingga terjadi waktu jeda yang panjang antara jadwal
makan dapat menyebabkan dispepsia. Pada usia remaja sering terjadi gangguan seperti
anoreksia nervosa.
Oleh sebab itu, dispepsia yang sering dianggap sepele pada masyarakat umum
sebetulnya memerlukan pemantauan klinis apabila kejadiannya terjadi berulang
khususnya pada usia remaja sebelum keluhan pasien tersebut semakin memberat dan
jatuh kedalam anoreksia nervosa

Permasalahan
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. F
Usia : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pamotan
Tanggal Periksa : 04 Januari 2021

ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Perut sebah dan terasa penuh
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan perut sebah yang dirasakan sejak 1 hari yang lalu.
Kurang lebih sejak 1 bulan yang lalu pasien sering mengeluh nyeri ulu hati. Nyeri hilang
timbul. Nyeri hilang sesudah makan. Mual dirasakan sejak 1 hari yang lalu, muntah 1
kali sejak tadi pagi, perut rasa penuh, cepat kenyang jika makan, dan sering sendawa.
Pasien mengatakan tadi pagi minum promag dan keluhan tidak berkurang.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada penyakit lain. Alergi Obat (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Vital Sign :
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x / menit
Temp. : 36,4 oC

Status Generalis :
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Paru : SN Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung : S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Soepel, Nyeri Tekan (+) epigastrium, Bising Usus meningkat
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada keterbatasan ROM

Perencanaan
Terapi
 Omeprazole 2 x 1 selama 3 hari
 Antasida syr 3 x C1 selama 3 hari
 Metoklorpamid 3 x 1 prn muntah
Edukasi :
a. Makan sedikit tapi frekuensi sering
b. Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung
(coklat, keju, dan lain-lain).
c. Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang, melon,
semangka, dan lain-lain).
d. Hindari makanan yang terlalu pedas.
e. Hindari minuman dengan kadar caffeine, soda dan alkohol.
f. Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung, misalnya yang mengandung
ibuprofen, aspirin, naproxen, dan ketoprofen..
g. Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.
h. Hindari makan sebelum waktu tidur.
i. Hindari faktor-faktor yang membuat pencernaan terganggu, seperti makan terlalu
banyak, terutama makanan berat dan berminyak, makan terlalu cepat, atau makan
sesaat sebelum olahraga.

Pelaksanaan
Anamnesis, pemeriksaan fisik dan upaya pengobatan dasar dilaksanakan di
Puskesmas Pamotan pada tanggal 4 Januari 2021. Sebelum memulai kegiatan, terlebih
dahulu meminta persetujuan dan kesediaan pasien untuk mengikuti alur upaya
pengobatan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pengobatan.
Setelah dilakukan anamnesis, didapatkan hal – hal yang mendukung penegakan
diagnosis diantaranya: Pasien datang dengan keluhan perut sebah yang dirasakan sejak 1
hari yang lalu. Kurang lebih sejak 1 bulan yang lalu pasien sering mengeluh nyeri ulu
hati. Nyeri hilang timbul. Nyeri hilang sesudah makan. Mual, muntah 1 kali sejak tadi
pagi, perut rasa penuh, cepat kenyang jika makan, dan sering sendawa.
Pemeriksaan fisik pada abdomen ditemukan bising usus meningkat dan terdapat nyeri
tekan di bagian epigastrium.

Monitoring
Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah keluhan yang dialami
sudah berkurang atau belum. Diperiksa apakah masih ada nyeri tekan epigastrium.
Ditanyakan apakah obat masih ada atau tidak. Pasien juga diminta untuk melakukan
pemeriksaan endoskopi di rumah sakit untuk mengetahui keadaan lambung dan usus bila
ternyata keluhan semakin berulang dan memberat.

5. ASMA BRONKIAL
Latar Belakang
Asma adalah penyakit heterogen, selalu dikarakteristikan dengan inflamasi kronis di
saluran napas. Terdapat riwayat gejala respirasi seperti mengi, sesak, rasa berat di dada
dan batuk yang intensitasnya berbeda-beda berdasarkan variasi keterbatasan aliran udara
ekspirasi.
Permasalahan
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
Usia : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Tanggal Periksa : 11 Oktober 2021

ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Sesak
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang untuk kontrol rutin asma dan karena obat habis. Saat ini terdapat
keluhan sesak sejak tadi pagi, sesak kambuh karena udara dingin. Saat ini pasien
masih bisa berbicara dengan kalimat dan beraktivitas biasa. Keluhan disertai batuk
berdahak sejak 2 hari ini. Demam-, pilek-, nyeri tenggorokan-. Riwayat asma + sejak
kecil, obat digunaakan saat asma kambuh saja. Alergi : debu dan dingin.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Vital Sign :
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
TD : 150/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 24 x/ menit
Temp. : 36,2 oC

Status Generalis :
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Paru : SN Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (+/+)
Jantung : S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Soepel, Nyeri Tekan (-), Bising Usus (+)N
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada keterbatasan ROM

Perencanaan
Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

Terapi diberikan secara farmakologi dan non farmakologi

Pelaksanaan
Diagnosis Kerja : Asma bronkial

Terapi Farmakologi :
 Salbutamol tab 2x2mg
 Ambroxol 3x30mg
 CTM 3x1
 Metylprednisolon 2x2mg

Terapi Non Farmakologis :


 Kie hindari alergen
 Gunakan obat secara teratur

Monitoring
Pasien diminta untuk datang mengkontrol jika sesak kembali atau saat obat sudah habis.

Anda mungkin juga menyukai