Anda di halaman 1dari 47

CRS TB Limfadenitis

Identitas Umum
Nama : An. E,
Umur : 7 tahun 10 bulan
Alamat : Cipadung, Cibiru
Tanggal Lahir : 14/3/2009
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Nama Ibu : Bapa P.
Tanggal masuk Poli : 04 Januari 2017
Tanggal Pemeriksaan : 04 Januari 2017
Anamnesis
Keluhan utama : Kontrol TB

Penderita datang ke Poli untuk kontrol TB.


Keluhan sebelum didiagnosis TB :
• benjolan di leher kanan, tidak nyeri sejak 6
bulan yang lalu
• Keringat malam
• Kesulitan naik berat badan
Anamnesis
Tidak ada keluhan keluhan batuk lama, demam
lama yang tidak diketahui penyebabnya,
pembengkakan lutut dan sendi.

Tidak ada keluhan sesak nafas, ruam merah


disekitar badan, mencret, sesak nafas, dan nyeri
menelan.
Anamnesis
Karena keluhannya pasien dibawa ke RSUD Kota
Bandung -> dilakukan PPD test dan Rontgen dada.

Hasil PPD test positif, rontgen dada tidak ada


kelainan -> pasien didiagnosis TB kelenjar dan
diberikan pengobatan.

Pasien belum pernah di ambil jaringan/disuntik di


leher.
Anamnesis
Pada hari pemeriksaan pasien kontrol akhir
pengobatan bulan ke-6. Keluhan tidak ada.
Kelenjar sudah tidak teraba membesar. Hasil
rontgen tidak ada kelainan.
Anamnesis
Terdapat riwayat kontak TB, yaitu tetangga
pasien. Ayah pasien merokok di rumah. Pasien
tinggal di rumah berukuran 18m2.

Pasien lahir dari Ibu P1A0, cukup bulan, lahir di


bidan, BBL 2,7 kg dan panjang badan tidak
diketahui.
Anamnesis
Pasien makan nasi 2-3 kali sehari dengan lauk
seperti tahu, tempe, mie, dan telur. Pasien
mengkonsumsi daging 1-2 kali perminggu.

Pada saat bayi pasien diberi ASI eksklusif


kemudian dilanjutkan dengan susu formula.
Mulai mengkonsumsi makanan dewasa saat
umur 1 tahun.
Anamnesis
Imunisasi dasar, imunisasi lanjutan, dan BIAS
pada pasien telah lengkap. Perkembangan dan
pertumbuhan sesuai dengan usia pasien.
Timeline
6 bulan SM
6 bulan SM
Poli RSUD
Poli RSUD

• Benjolan • PPD test • Akhir


di leher positif hasil pengobatan
kanan, rontgen bulan ke-6
tidak normal • Keluhan
nyeri • Didiagnosis tidak ada
• Sulit naik TB • Hasil
berat limfadenitis rontgen
badan • Dimulailah normal
• Keringat pengobatan
malam OAT FDC
• Di periksa anak 1x4
PPD dan
rongten
dada
Pemeriksaan Fisik
Status praesens
Keadaan umum: kesadaran kompos mentis, sakit
sedang
Tanda vital
• Nadi : 100 x/menit
• Respirasi : 28 x/menit
• Suhu : 36,5 C
Pemeriksaan Fisik
Antopometri
• BB : 21,5 kg
• TB : 118 cm

Status Gizi
• BB/U > -1 SD
• TB/U > -1 SD
• BMI/U median
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
PCH (-), mukosa bibir tidak kering, POC (-), tonsil
tenang T1-T1, faring tidak hiperemis
Leher : KGB tidak teraba membesar
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Thorax : Bentuk dan gerak simetris, bunyi
jantung S1 S2 murni reguler, murmur (-), VBS
kiri=kanan, sonor kiri=kanan, ronki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : Datar supel, nyeri tekan (-), bising
usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
Refleks : tidak dinilai
Pemeriksaan penunjang
• Rontgen thorax tanggal 29/12/ 2016
• Kesimpulan : cor tidak tampak kelainan,
pulmo tidak tampa kelainan
Diagnosis Banding
TB Paru
Limfadenitis TB
Usulan Pemeriksaan
Darah Rutin (Hb, PCV, leukosit, trombosit)
Diagnosis Kerja
• Limfadenitis TB pengobatan lengkap
Penatalaksanaan
• Stop obat TB
• Edukasi kepada orang tua mengenai pentingnya
menjaga asupan makanan terutama asupan
kalori dan protein
Pembahasan
Dasar diagnosis
• Pengakuan pasien bahwa pasien kontrol TB
dan telah mengkonsumsi OAT selama 6 bulan
• Berdasarkan anamnesis sebelum sakit TB,
diperoleh SkorTB : 6
Terapi
Obat TB dihentikan karena pasien sudah
menyelesaikan regimen obat TB dengan tuntas
selama 6 bulan (2HRZ 4HR) menggunakan obat
FDC anak 4x/hari disertai dengan membaiknya
kondisi klinis dan foto toraks yang normal.
CSS TB Limfadenitis
Definisi infeksi TB
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang ditularkan
melalui udara (air-borne disease) yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB).
Epidemiologi TB
Indonesia merupakan negara yang termasuk
sebagai 5 besar dari 22 negara di dunia dengan
beban TB. Kontribusi TB di Indonesia sebesar
5,8%. Saat ini timbul kedaruratan baru dalam
penanggulangan TB, yaitu TB Resisten Obat
(Multi Drug Resistance/ MDR) (PPK Fasyankes
Dokter Primer)
Infeksi M.
Tuberculosis

Kuman Mati Fagositosis oleh Makrofag Masa Inkubasi


Alveolus Paru 2-12 minggu

Kuman Hidup
Berkembang biak

Pembentukan fokus primer


(Ghon)
Penyebaran limfogen
Penyebaran hematogen

Kompleks Primer
Uji Tuberkulin + Terbentuk imunitas spesifik seluler

Sakit TB Infeksi TB
Komplikasi kompleks primer Imunitas optimal
Komplikasi penyebaran hematogen
Komplikasi penyebaran limfogen Reaktivasi

Sakit TB
Meninggal Sembuh
Reaktivasi/Infeksi

Gambar 1
Patogenesis TB
Diagnosis
Diagnosis
Manifestas Klinis
Faktor yang mempengaruhi manifestasi klinis

Faktor Faktor
Kuman Penjamu
Manifestas Klinis
Gejala umum atau non-spesifik pada TB anak
adalah :
• Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau
tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan
gizi yang baik.
• Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan
gagal tumbuh dan berat badan tidak naik
dengan adekuat (failure to thrive).
• Diare persisten yang tidak sembuh2
Manifestas Klinis
Gejala umum atau non-spesifik pada TB anak
adalah :
• Demam lama (>2 minggu) dan atau berulang
tanpa sebab jelas, umumnya tidak tinggi dan
dapat disertai keringat malam.
• Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang
multipel dan tidak sakit.
• Batuk lama >3 minggu dan sebab lain telah
disingkirkan.
• Anak lesu, kurang aktif bermain
Gejala klinis spesifik terkait organ
Tuberkulosis kelenjar (terbanyak di daerah leher
atau regio colli):
• Pembesaran KGB multipel (>1 KGB), diameter
≥1 cm, konsistensi kenyal, tidak nyeri,
• dan kadang saling melekat atau konfluens.

https://www.researchgate.net/profile/Dana_Base
m2/publication/272665435/figure/fig3/AS:30641
6180056064@1450066718500/Figure-3-
Tuberculous-lymphadenitis-in-a-5-year-old-male-
child.png
Gejala klinis spesifik terkait organ
Tuberkulosis otak dan selaput otak:
• Meningitis TB: Gejala-gejala meningitis dengan
seringkali disertai gejala akibat keterlibatan
saraf-saraf otak yang terkena.
• Tuberkuloma otak: Gejala-gejala adanya lesi
desak ruang.
Gejala klinis spesifik terkait organ
Tuberkulosis sistem skeletal:
• Tulang belakang (spondilitis): Penonjolan tulang
belakang (gibbus).
• Tulang panggul (koksitis): Pincang, gangguan
berjalan, atau tanda peradangan di daerah
panggul.
• Tulang lutut (gonitis): Pincang dan/atau bengkak
pada lutut tanpa sebab yang jelas.
• Tulang kaki dan tangan (spina ventosa/daktilitis).
Gejala klinis spesifik terkait organ
Skrofuloderma:
• Ditandai adanya ulkus disertai dengan
jembatan kulit antar tepi ulkus (skin bridge).

http://www.ijdvl.com/a
rticles/2015/81/4/imag
es/ijdvl_2015_81_4_38
0_157447_f2.jpg
Gejala klinis spesifik terkait organ
Tuberkulosis organ-organ lainnya, misalnya
peritonitis TB, TB ginjal, TB mata, TB pleura
dicurigai bila ditemukan gejala gangguan pada
organ-organ tersebut tanpa sebab yang jelas dan
disertai kecurigaan adanya infeksi TB.
Pengobatan TB
Hal penting dalam pengobatan TB
• Obat TB tida boleh diberikan monoterapi
• Pemberian Gizi yang adekuat
• Mencari penyakit penyerta, bila ada
ditatalaksana secara bersamaan
Pengobatan TB
Tabel 2 OAT anak yang biasa dipakai dan
dosisnya
Pengobatan TB
Tabel 3 OAT Katergori anak dan peruntuukannya
Pengobatan TB
Tabel 4 OAT Dosis Kombinasi OAT pada anak
Pemantauan hasil pengobatan
• Kontrol tiap minggu
• Respon pengobatan di evaluasi pada akhir
minggu ke-2 dan ke-6
• Di evaluasi berdasarkan gambaran klinis dan
foto toraks
• Pada akhir bulan ke-2, apabila respon baik
maka pengobatan dilanjutkan
• Apabila respon tidak baik, OAT dilanjut
kemudian rujuk
Efek Samping OAT pada anak
Pasien dengan keluhan neuritis perifer (misalnya
kesemutan) dan asupan piridoksin (vitamin B6)
dari bahan makanan tidak tercukupi, maka
dapat diberikan vitamin B6 10 mg tiap 100 mg
INH.
Efek Samping OAT pada anak
Untuk pencegahan neuritis perifer, apabila
tersedia piridoksin 10 mg/hari
direkomendasikan diberikan pada :
• Bayi yang mendapat ASI eksklusif
• Pasien gizi buruk
• Anak dengan HIV positif
Tatalaksana pasien TB anak yang tidak
teratur
Ketidakpatuhan minum obat OAT pada pasien TB
merupakan penyebab kegagalan terapi.
• Jika anak tidak minum obat > 2 minggu di fase
intensif atau > 2 bulan di fase lanjutan dan
menunjukan gejala TB, beri obat kembali mulai
dari awal
Tatalaksana pasien TB anak yang tidak
teratur
• Jika anak tidak minum obat < 2 minggu di fase
intensif atau < 2 bulan di fase lanjutan dan
menunjukkan gejala TB, lanjutkan sisa
pengobatan sampai selesai.
• Pada pasien dengna pengobatan tidak teratur
aan meningkatkan risiko terjadinya TB resisten
obat.

Anda mungkin juga menyukai