Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) serbagai respon


terhadap pengaruh faktor endogen dan eksogen. Keluhan utama yang muncul pada
penderita dermatitis yaitu gatal dengan kelainan berupa efloresensi polimorfik.
Neurodermatitis merupakan salah satu dermatitis yang disebabkan oleh faktor
endogen. Neurodermatitis sirkumskripta adalah peradangan kulit kronik, gatal,
sirkumskripta ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol
(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang
berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik.1 Pasien yang mengalami
penuaan dengan keluhan kulit gatal sebesar 12% berpotensi mengalami
neurodermatitis.2 Berdasarkan data dari registrasi Medical Center “St. Anna”
Varna dari bulan Januari 2007 hingga Juli 2015 tercataat sebanyak 39.968 kasus
pasien rawat jalan dengan kelainan kulit. Dengan mempertimbangkan usia maka
kasus kelainan kulit yang terjadi pada pasien yang berusia diatas 18 tahun
sebanyak 31.981 kasus dengan kasus neurodermatitis sebanyak 1.305 kasus.3
Berdasarkan data RSUD Dr. Soetomo Surabaya jumlah pasien dengan
neurodermatitis pada tahun 2011 sejumlah 16 kasus. 4 Menurut laporan tahunan
2012 di Polilklinik Kulit RS Indra Provinsi Bali sebanyak 234 kasus yang tercatat
dalam pelayanan rawat jalan.5
Penyebab neurodermatitis diperkirakan karena faktor psikologis, lingkungan,
dan penyakit yang mendasari. Stimulus untuk perkembangan neurodermatitis
adalah pruritus.6 Kelainan kulit pada neurodermatitis berupa plak eritema,
selanjutnya karena garukan berulang bagian tengan lesi akan menebal, kering,
berskuama, ekskoriasi, likenifikasi dan hiperpigmentasi. 7 Pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah histopatologi yang
didapatkan ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis dengan rete ridges
memanjang teratur.1
Neurodermatitis merupakan penyakit yang tergolong kompetensi 3A, sehingga
sebagai dokter umum hendaknya mampu melakukan diagnosis, penatalaksanaan
1
awal, hingga melakukan perujukan, dan merupakan kasus yang tidak gawat
darurat. Maka dari itu penyakit ini sangat perlu untuk dipelajari lebih lanjut agar
nantinya dapat mengaplikasikannya dalam praktik sehari-hari.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Neurodermatitis sirkumskripta atau liken simpleks kronik merupakan peradangan


kulit kronik, gatal, sirkumskripta ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit
tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat
garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan
pruritogenik.1

2.2 Epidemiologi

Neurodermatitis lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pria dengan


perbandingan 2:1. Usia dewasa ke atas memiliki insiden lebih besar dari pada
anank-anak . Kelainan ini dapat terjadi pada semua ras namun lebih sering pada
orang Asia dan orang Amerika-Afrika. Pasien yang mengalami penuaan dengan
keluhan kulit gatal sebesar 12% berpotensi mengalami neurodermatitis. 2
Berdasarkan data dari registrasi Medical Center “St. Anna” Varna dari bulan
Januari 2007 hingga Juli 2015 tercataat sebanyak 39.968 kasus pasien rawat jalan
dengan kelainan kulit. Dengan mempertimbangkan usia maka kasus kelainan kulit
yang terjadi pada pasien yang berusia diatas 18 tahun sebanyak 31.981 dengan
kasus neurodermatitis sebanyak 1.305 kasus.3 Berdasarkan data RSUD Dr.
Soetomo Surabaya jumlah pasien dengan neurodermatitis pada tahun 2011
sejumlah 16 kasus.4 Menurut laporan tahunan 2012 di Polilklinik Kulit RS Indra
Provinsi Bali sebanyak 234 kasus yang tercatat dalam pelayanan rawat jalan.5

2.3 Etiologi

Penyebab neurodermatitis belum diketahui secara pasti. Namun ada berbagai


faktor yang mendorong terjadinya rasa gatal pada penyakit ini, yaitu :

3
1. Psikologis
Ansietas sebagai bagian dari roses patologis dari lesi yang berkembang.
Telah dirumuskan bahwa neurotransmiter yang memengaruhi erasaan,
seerti doamin, serotonin atau peptide opioid memodulasi persepsi gatal
melalui penurunan jalur spinal.6
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat
menyebabkan iritasi yang dapat menimbulkan gatal. Suhu yang tinggi
memudahkan seseorang berkeringat sehingga dapat mencetuskan gatal.6
3. Penyakit yang mendasari
Gatal yang disebabkan oleh kelainan kulit yang terpenting adalah
dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, dan gigitan serangga.1

2.4 Patogenesis

Stimulus untuk perkembangan neurodermatitis adalah pruritus. Pruritus sebagai


dasar dari gangguan kesehatan dapat berhubungan dengan gangguan kulit,
tekanan emosional, dan faktor lingkungan. Neurodermatitis ditemukan pada regio
yang mudah dijangkau tangan untuk menggaruk sehingga timbul lesi klinis.
Adanya garukan yang terus menerus diduga karena adanya pelepasan mediator
dan aktivitas enzim proteolitik. Sejumlah saraf menunjukkan imunoreaktif
somatostatin, peptide histidine, isoleucin, galanin, dan neuropeptida. Hal tersebut
meninbulkan proliferasi nervus akibat dari trauma mekanik seperti garukan dan
goresan. SP (Substance Peptida) dan CGRP (Calsitonin Gene-Related Peptida)
melepaskan histamin dari sel mast maka akan timbul rasa gatal.1,6

2.5 Gejala Klinis

Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal sering kali saat istirahat.
Rasa gatal akan berkurang bila digaruk, dan penderita akan berhenti menggaruk
bila sudah timbul luka akibat tergantinya rasa gatal dengan rasa nyeri. Pada
stadium awal kelainan kulit pada neurodermatitis berupa plak eritema, selanjutnya
karena garukan berulang bagian tengan lesi akan menebal, kering, berskuama,
ekskoriasi, likenifikasi dan hiperpigmentasi. Pada stadium kronis kelainan kulit

4
berupa eritema tidak terlihat jelas karena bercampur dengan hiperpigmentasi. Lesi
biasanya ditemukan pada skalp, tengkuk, samping leher, ekstensor ekstremitas
atas, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutu, tungkai bawah
lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki.7

2.6 Diagnosis Banding

1. Neurodermatitis

Neurodermatitis sirkumskripta atau liken simpleks kronik merupakan peradangan


kulit kronik, gatal, sirkumskripta ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit
tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat
garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan
pruritogenik.1

2. Pesoriasis

Pesoriasis merupakan gangguan peradangan kulit yang kronik didaerah ekstensor


dengan karakteristik plak eritematous, berbatas tegas, berwarna putih keperakan,
skuama yang kasar, berlapis-lapis, transparan, disertai fenomena tetesan lilin,
Auspitz dan Kobner.8

3. Dermatitis Kontak Alergi

Pada anamnesis pasien mengeluh gatal pada daerah yang mengalami kontak. Lesi
akut berupa makula eritema berbatas tegas diikuti edema, papul, vesikel, dan bula
yang dapat pecah menjadi erosi serta eksudasi. Lesi kronik berupa kulit kering,
skuama, likenifikasi, fisura dan batas tidak tegas. Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis dermatitis kontak alergi adalah uji
tempel (patch test).8

4. Dermatitis Atopi

Diagnosis dermatitis atopi harus memenuhi kriteria Hnifin-Rajka yaitu tiga


kriteria mayor dan tiga kriteria minor. Tiga kriteria mayor adalah pruritus,
dermatitis di wajah atau ekstensor pada bayi dan anak, dermatitis di fleksura pada
dewasa, dermatitis kronis, dan riwayat atopi pada penderita atau keluarga. Tiga
5
kriteria minor adalah xerosis, infeksi kulit (S.aureus dan virus Herpes Simpleks),
dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki, iktiosis dan pitiriasis alba.1

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah histopatologi. Gambaran


histopatologi pada neurodermatitis berupa ortokeratosis, hipergranulosis,
akantosis dengan rete ridges memanjang teratur. Terlihat serbukan sel radang
limfosit dan histamin di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblas
bertambah, kolagen menebal.1

2.8 Diagnosis

Penegakan diagnosis neurodermatitis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan neurodermatitis
mengeluh rasa gatal yang timbul saat tidak beraktifitas atau saat istirahat.
Biasanya rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku,
lutut, dan pergelangan kaki. Pemeriksaan fisik menunjukkan plak eritema berbatas
tegas, likenifikasi, hiperpigmentasi.1,7,8

2.9 Penatalaksanaan

1. Kortikosteroid topikal

 Clobetasol

Kortikosteroid topikal kelas I yang memiliki cara kerja dengan menekan


mitosis dan menambah sintesis protein yang mengurangi peradangan dan
menyebabkan vasokontriksi.9

 Betamethasone dipropionate cream 0,05%

Diberikan pada perdangan kulit yang berespon baik terhadap


steroid.bekerja mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan memperbaiki permeabilitas kapiler.9

 Fluocinolone cream 0,1% atau 0,5%

6
Kortikosteroid topikal potensi tinggi yang menghambat proliferasi sel.
Mempunyai sifat imunosupresif dan anti peradangan.9

2. Anti pruritus

Obat oral dapat mengurangi gatal dengan memblok efek pelepasan histamin
sehingga pasien merasa tenang dan merangsang untuk tidur atau beristirahat. Obat
yang dapat diberikan seperti difenhidramin, chlorpheniramine, dan hydroxyzine.9

2.10 Prognosis

Pasien dengan neurodermatitis memiliki prognosis baik apabila rasa gatal dapat
diatasi, likenifikasi yang ringan dan perubahan pigmen dapat diatasi. Relaps dapat
terjadi apabila pasien berada dalam masa stres atau tekanan emosional yang
meningkat. Prognosis lebih buruk apabila disertai dengan gangguan psikologi atau
penyakit lain yang menyertai.10

7
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : NWSM

Umur : 56 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Br Jabapura,Ds Padangsambian Klod,Denpasar

Agama : Hindu

Suku Bangsa : Bali/Indonesia

Tanggal Pemeriksaan : 12 Nopember 2021

3.2 Anamnesis

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan Utama : Gatal di pergelangan kaki kanan dan kiri.

Pasien datang ke Ruang pemeriksaan Umum Puskesmas II Denpasar Barat


dengan keluhan gatal di pergelangan kaki kanan dan kiri sejak dua bulan yang
lalu. Keluhan lesi awalnya muncul di fleksor ekstremitas atas dan telah dinyatakan
sembuh. Tetapi lesi kemudian muncul di pergelangan kaki yang awalnya berupa
bentol, berbentuk bulat berisi cairan, dan sebesar biji jagung. Pasien akan merasa
nyaman jika menggaruknya sehingga di permukaan kulit terdapat luka yang sudah
mulai mengering. Pasien tidak merasakan keluhan yang lain.

8
b. Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien mengatakan memiliki riwayat gatal pada bagian siku sejak beberapa bulan
yang lalu dan sudah dinyatakan sembuh. Riwayat penyakit seperti kencing manis,
jantung, asma dan lain-lainnya juga tidak ada. Pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi.

c. Riwayat Pengobatan

Pasien memiliki riwayat penggunaanobat CTM, dan Betametason salep untuk


gatal pada siku yang dialaminya.

d. Riwayat Keluarga

Pasien mengatakan bahwa di keluarga pasien tidak ada yang memiliki gejala atau
keluhan yang sama seperti yang dialami dirinyal. Riwayat penyakit sistemik juga
tidak ada.

e. Riwayat Sosial

Pasien tidak memiliki riwayat perokok ataupun minum minuman beralkohol.


Pasien bekerja sebagai pembuat banten.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Status Present

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : E4 V5 M6

Nadi : 80 kali/menit

Suhu : 36,2 C

Tekanan darah : 140/80 mmHg

Status Generalis

Kesan dalam batas normal

9
Status Dermatologis

Lokasi : Tarsus dekstra-sinistra

Efloresensi : Plak hiperpigmentasi, multipel, bentuk geografika, batas tegas,


ukuran 3x2 cm dengan ekskoriasi diatasnya dan ditutupi skuama putih serta
likenifikasi, distribusi bilateral.

3.4 Diagnosis Banding

 Neurodermatitis Sirkumskripta

 Dermatitis Kontak Alegi (DKA)

 Dermatitis Atopi
10
 Psoriasis

3.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.

3.6 Diagnosis Kerja

Neurodermatitis Sirkumskripta

3.7 Penatalaksanaan

Terapi medikamentosa :

 Ceterizine 10 mg diberikan 1 kali 1 tablet per hari.

 Desoximetasone 0,05% + neomycin sulfate 0,5%

3.8 Prognosis

Prognosis neurodermatitis bergantung pada penyebab pruritus dan status


psikologik pasien.

11
BAB IV

PEMBAHASAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon


terhadap pengaruh faktor endogen dan eksogen. Neurodermatitis sirkumskripta
atau liken simpleks kronik merupakan dermatitis yang disebabkan oleh respon
endogen. Neurodermatitis yaitu peradangan kulit kronik, gatal, sirkumskripta
ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi)
menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang
karena berbagai rangsangan pruritogenik. Neurodermatitis lebih sering terjadi
pada wanita usia tua dari ras Asia dan Amerika-Afrika. Faktor psikologi,
lingkungan dan penyakit yang medasari dapat menimbulkan terjadinya
neurodermatitis.

Pada kasus, pasien adalah perempuan usia 56 tahun, sesuai dengan


epidemiologi neurodermatits yang terjadi pada wanita usia tua dengan ras Asia.
Anamnesis didapatkan bahwa pasien merasa gatal sejak dua bulan yang lalu dan
memiliki riwayat gatal pada fleksor ekstremitas atas yang sudah dinyatakan
sembuh.

Neurodermatitis memiliki gejala yang sserupa seperti beberapa penyakit,


yaitu: psoriasis, dermatitis kontak alergi, dan dermatitis atopi. Pada dermatitis
kontak alergi melalui anamnesis pasien mengeluh gatal pada daerah yang
mengalami kontak. Lesi akut berupa makula eritema berbatas tegas diikuti edema,
papul, vesikel, dan bula yang dapat pecah menjadi erosi serta eksudasi. Lesi
kronik berupa kulit kering, skuama, likenifikasi, fisura dan batas tidak tegas.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis
dermatitis kontak alergi adalah uji tempel (patch test). Pada dermatitis atopi
diagnosis ditegakkan dengan memenuhi kriteria Hnifin-Rajka yaitu tiga kriteria
mayor dan tiga kriteria minor. Tiga kriteria mayor adalah pruritus, dermatitis di
wajah atau ekstensor pada bayi dan anak, dermatitis di fleksura pada dewasa,
dermatitis kronis, dan riwayat atopi pada penderita atau keluarga. Tiga kriteria

12
minor adalah xerosis, infeksi kulit (S.aureus dan virus Herpes Simpleks),
dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki, iktiosis dan pitiriasis alba. Psoriasis
merupakan peradangan kulit yang kronik didaerah ekstensor dengan karakteristik
plak eritematous, berbatas tegas, berwarna putih keperakan, skuama yang kasar,
berlapis-lapis, transparan, disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.

Penegakan diagnosis neurodermatitis dapat ditegakkan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan
neurodermatitis mengeluh rasa gatal yang timbul saat tidak beraktifitas atau saat
istirahat. Biasanya rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki,
siku, lutut, dan pergelangan kaki. Pemeriksaan fisik menunjukkan plak eritema
berbatas tegas, likenifikasi, hiperpigmentasi. Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan adalah histopatologi dengan gambaran ortokeratosis, hipergranulosis,
akantosis dengan rete ridges memanjang teratur.

Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan gatal pada pergelangan kaki.
Keluhan dirasakan sejak dua bulan yang lalu serta pasien memiliki riwayat
dermatitis kontak alergi pada fleksor ekstremitas atas. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan pada pasien didapatkan status dermatologi tarsus dekstra dan sinistra
dengan efloresensi plak eritema, multipel, bentuk oval, batas tidak tegas, ukuran
3x2 cm dengan ekskoriasi diatasnya dan ditutupi skuama putih serta likenifikasi,
bilateral. Maka dari itu, pasien yang ditemukan sesuai dengan teori.

Neurodermatits memiliki gejala yang serupa dengan dermatitis kontak


alergika, dermatitis atopi dan psoriasis, dimana pada dermatitis kontak alergika
memiliki riwayat kontak dengan bahan alergen, timbul rasa gatal didaerah yang
mengalami kontak sedangkan pada neurodermatitis merupakan kelianan kulit
kronis dengan rasa gatal saat beristirahat kemudian akan menghilang setelah
timbul lesi. Pada dermatitis atopi dan psoriasis cenderung merupakan kelainan
kulit yang diturunkan secara genetik.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengobatan neurodermatitis adalah


pencegahan untuk tidak menggaruk kelainan kulit yang timbul. Untuk mengatasi
13
peradangan pada neurodermatitis seperti eritema, edema, ekskoriasi, dan
likenifikasi dapat diberikan kortikosteroid. Sedangkan untuk megatasi gatal-gatal
dapat diberikan antihistamin. Pada kasus, pasien diberikan pengobatan sistemik
berupa ceterizine 10mg, sedangkan untuk pengobatan topikal diberikan
desoximetasone 0,05% + neomycin sulfate 0,5%. Jika dibandingkan antara kasus
dengan teori dapat dikatakan pengobatan neurodermatitis sudah sesuai dengan
teori.

14
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Telah dilaporkan kasus neurodermatitis sirkumskripta pada tanggal 12 Nopember


2021.Pada kasus ini, pasien merupakan seorang perempuan berusia 56 tahun ras
Asia bertempat tinggal di Br jabapura. Pasien datang dengan keluhan gatal di
pergelangan kaki kanan dan kiri. Keluhan dirasakan sejak dua bulan yang lalu.
Sebelumnya pasien memiliki riwayat gatal di lipatan siku yang telah melakukan
pengobatan. Pasien didiagnosis neurodermatitis melalu anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Status demartologi tarsus dekstra- sinistra dengan efloresensi
plak eritema, multipel, bentuk oval, batas tidak tegas, ukuran 3x2 cm dengan
ekskoriasi diatasnya dan ditutupi skuama putih serta likenifikasi, distribusi
bilateral yang sesuai dengan teori.

Penatalaksanaan kasus ini sudah sesuai dengan teori, dimana pasien diberikan
pengobatan sistemik berupa ceterizine 10mg, sedangkan untuk pengobatan topikal
diberikan desoximetasone 0,05% + neomycin sulfate 0,5%.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi


Keenam. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013: p.
129, p.143-144, p.147-148.

2. Schoenfeld J MD. Lichen Simplex Chronicus. Last update 30 Maret 2016. Accessed
on: 9 Mei 2017.

3. Georgieva F. Current Epidemiology Of Lichen Simplex Chronicus. Journal of IMAB


vol.22. Bulgaria. 2016, p. 1221-1225.

4. Ariyanti P, Suyoso S. Studi Retropektif: Pemahaman Klinis Liken Simplek


Kronik. Bekala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol.26 (2). 2014, p.122-
126.

5. Direktur Rumah Sakit Indra. Laporan Tahun 2012 RS Indra Provinsi Bali.
Bali. 2012, p.21.

6. Soter NA. Numular Eczema and Lichen Simpleks Chronicus. Fitzpatrick’s


Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York. 2013, p 160-162.

7. Damayanti I T. Circumscribed Neurodermatitis in Woman With Controlled


Hypertension Statge I. Medula, Vol.2(3). 2014, p 44-51.

8. Wolff K. Viral infection of skin and mucosa. Fitzpatrick’s Color Atlas &
Synopsis of Clinical Dermatology. 6th. United Kingdom: Wiley Blackwell;
2007, p.81.

9. Sterling JC. Virus infection. Rook’s Textbook of Dermatology. 8th.. United


Kingdom: Wiley Blackwell; 2012, p.1023-1029.

10. Gang J A. Quality Of Life of Patients with Neurodermatitis. International


Journal of Medical Science 10(1). 2013, p.6.

16

Anda mungkin juga menyukai