PEDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang
neurodermatitis sirkumskripta yang angka kejadiannya di klinik cukup tinggi. Sehingga
kita dapat melakukan manajemen yang baik terhadap pasien yang datang dengan penyakit
tersebut.
1
1.3 Manfaat
Adapun manfaat peulisan case ini ialah agar menambah ilmu pengetahuan para
pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara umumya
dapat lebih mengetahui dan memahami mengenai neurodermatitis sirkumskripta.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, yang ditandai dengan kulit tebal
dan garis kulit tampak menonjol (likenifikasi) menyerupai batang kayu. Gejala
neurodermatitis timbul dikarenakan respon kutaneus terhadap garukan atau gosokan yang
terus menerus karena rangsangan pruritogenik.1,2
2.2 EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini dapat mengenai semua kelompok umur mulai dari anak-anak sampai
dewasa. Kelompok usia dewasa 30 – 50 tahun paling sering mengalami keluhan
neurodermatitis. Neurodermatitis dapat terjadi pada laki-laki dan wanita, tetapi lebih
sering dilaporkan terjadi pada wanita terutama pada umur pertengahan Individu.
Neurodermatitis jarang terjadi pada anak-anak, karena neurodermatitis merupakan
penyakit yang bersifat kronis dan dipengaruhi oleh keadaan emosi dan penyakit yang
mendasarinya. Dilihat dari ras dan suku bangsa, Asia terutama ras mongoloid lebih sering
terkena penyakit ini kemungkinan karena faktor protein yang dikonsumsinya berbeda
dengan ras dan suku bangsa lainnya.1,2
2.3 ETIOPATOGENESIS
Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa
likenifikasi. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang
mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin,
hipertiroid, penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan
serangga, dan aspek psikologi dengan tekanan emosi. Pada neurodermatitis jumlah
eosinofil meningkat. Eosinofil yang berisi protein X dan protein kationik akan
menimbulkan degranulasi sel mast . Degranulasi sel mast akan mengaktifkan sel-sel saraf
sumsum tulang sebagai kompensasinya. Sel-sel saraf yang berisi CGRP (Calcitonin Gene-
Related Peptide) dan SP (substance P), jumlahnya di dermis juga akan meningkat
sehingga akan melepaskan histamin dari sel mast yang selanjutnya akan memicu pruritus.
Semakin tinggi eosinofil pasien yang mengalami neurodermatitis akan semakin sering
pasien mengeluh gejala gatal1-3. Trauma mekanik kronis pada kulit berupa garukan atau
gosokan akan mengakibatkan penebalan pada kulit. Garukan dan gosokan berulang (yang
dipicu factor asing atau dari diri sendiri) menghasilkan nodular likenifikasi dan
3
hyperkeratosis. Gatal pada neurodermatitis bersifat lokal. Tempatnya tergantung dimana
sering terpapar rangsangan pruritogenik. Pada individu yang mengalami neurodermatitis
rasa ingin menggaruk sangat besar, pasien akan merasakan adanya gatal yang hebat dan
tidak dapat mengontrol untuk menggosok atau menggaruk pada tempat yang gatal.
Neurodermatitis dipengaruhi oleh keadaan emosi pasien. Gejalanya akan timbul seiring
dengan emosi pasien yang tinggi. Dari pemeriksaan efloresensi akan tampak
hiperpigmentasi pada kulit, lesi purpura dengan permukaan tidak rata, ekskoriasi pada
tempat yang gatal dan dapat menjadi krusta. Hasil efloresensi ini disebabkan karena
seringnya pasien menggaruk bagian yang gatal. Dari hasil studi immunohistokimia
menunjukkan peningkatan jumlah dari sel-sel saraf pada kulit terjadi terutama pada
neurodermaitis. Pada pemeriksaan biopsy kulit menunjukkan secara signifikan penurunan
kepadatan jaringan saraf intraepidermal, yang mengacu pada subklinikal neuropati
sejumlah kecil jaringan. Pada studi lainnya mengindikasikan bahwa sitokin berhubungan
dengan STAT 6 beraktivasi bersama dengan beberapa stimulus yang tidak diketahui yang
mengaktivasi STST 3 yang mempunyai peranan penting dalam pathogenesis
neurodermatitis2,3. Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat
menimbulkan penebalan dan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang nyata dari
garukan, maka disebut neurodermatitis sirkumskripta. Adanya garukan yang terus-
menerus diduga karena adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim proteolitik.
Walaupun sejumlah peneliti melaporkan bahwa garukan dan gosokan timbul karena
respon dari adanya stress. Adanya sejumlah saraf mengandung immunoreaktif CGRP
(Calsitonin Gene-Related Peptida) dan SP (Substance Peptida) meningkat pada dermis.
Hal ini ditemukan juga pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada neurodermatitis
sirkumskripta. Sejumlah saraf menunjukkan imunoreaktif somatostatin, peptide histidine,
isoleucin, galanin, dan neuropeptida Y, dimana sama pada neurodermatitis sirkumskripta,
prurigo nodularis dan kulit normal. Hal tersebut menimbulkan pemikiran bahwa
proliferasi nervus akibat dari trauma mekanik, seperti garukan dan goresan. SP dan CGRP
melepaskan histamin dari sel mast, dimana akan lebih menambah rasa gatal. Membran sel
schwann dan sel perineurium menunjukkan peningkatan dan p75 nervus growth factor,
yang kemungkinan terjadi akibat dari hyperplasia neural. Pada papilla dermis dan dibawah
dermis alpha-MSH (Melanosit Stimulating Hormon) ditemukan dalam sel endotel kapiler.4
4
2.4 GEJALA KLINIS
Keluhan utama dari neurodermatitis ialah gatal berulang. Pasien akan mengeluh gatal
yang hilang timbul terutama saat sore hari. Rasa gatal memang tidak terus menerus,
biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita
merasa enak bila digaruk; setelah luka, baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena
diganti dengan rasa nyeri). Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa,
sedikit edema, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan
menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit
normal tidak jelas. Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi akibat
digaruk. Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah di scalp,
tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha
bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung
kaki1,3.
Neurodermatitis di daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita,
berupa plak kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke scalp. Biasanya
skuamanya banyak menyerupai psoriasis. Variasi klinis neurodermatitis dapat berupa
prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada
suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup
krusta dan skuama, lambat laun menjadi keras dan berwarna lebih gelap
(hiperpigmentasi). Lesi biasanya multipel; lokalisasi tersering di ekstremitas; berukuran
mulai beberapa milimeter sampai 2 cm1 Keparahan gatal dapat diperburuk bila pasien
berkeringat, pasien berada pada suhu yang lembab, atau pasien terkena benda yang
merangsang timbulnya gatal (alergen). Gatal juga dapat bertambah pada saat pasien
mengalami stress psikologis.
Pada pasien muda, keluhan gatal umumnya kurang dirasakan karena tidak begitu
mengganggu aktivitasnya, akan tetapi keluhan gatalnya sangat dirasakan seiring
bertambahnya usia dan faktor pemicu stressnya. Kelainan kulit yang terjadi bisa berupa
eritem, edema, papul, likenifikasi (bagian yang menebal), kering, berskuama atau
hiperpigmentasi. Ukuran lesi bervariasi, berbatas tidak tegas dan bentuk umumnya tidak
beraturan. Lesi pada setiap individu pasien berbeda. Tidak ada penjelasan yang tegas
mengenai berapa lama lesi pada neurodermatitis terbentuk lesi tergantung dari sering dan
lamanya pasien mengalami keluhan gatal dan menggaruknya. Dari pemeriksaan
efloresensi, lesi tampak likenifikasi berupa penebalan kulit dengan garis-garis kulit yang
5
semakin terlihat, terlihat plak dengan ekskoriasi serta sedikit eritematosa (memerah) dan
edema. Pada lesi yang sudah lama, lesi akan tampak berskuama pada bagian tengahnya,
terjadi hiperpigmentasi (warna kulit yang digaruk berubah menjadi kehitaman) pada
bagian lesi yang gatal, bagian eritema dan edema akan menghilang, dan batas lesi dengan
bagian kulit normal semakin tidak jelas.3,4
1). Reaksi Crescendo : reaksi alergi, reaksi semakin jelas dari pembacaan satu dan
kedua
6
2). Reaksi Descrescendo : reaksi iritan, reaksi respon kuli cenderung menurun atau
membaik .
B. Pemeriksaan Laboratorium
Dasar gejala neurodermatitis ialah pruritus. Pruritus terjadi bisa berasal dari reaksi
alergi pasien atau reaksi penyakit yang mendasarinya (gangguan metabolisme atau
gangguan hematologi). Untuk mengobati neurodermatitis kita juga harus mengetahui
penyakit dasar yang menyebabkan terjadinya pruritus. Pemeriksaan laboratorium
bertujuan untuk mengetahui penyakit dasarnya. Dalam pemeriksaan laboratorium bisa
dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap, pemeriksaan hitung jenis, pemeriksaan
fungsi hati, pemeriksaan fungsi ginjal, dan pemeriksaan gula darah. Gangguan
metabolism yang sering menyebabkan pruritus, contohnya ialah diabetes mellitus. Pada
pasien diabetes mellitus yang lanjut, pasien akan mengalami neuropati. Neuropati
menyebabkan pasien kurang sensitif terhadap infeksi dan allergen dari luar. Sehingga
pasien akan terkena allergen secara berulang tanpa disadari. Semakin sering pasien terkena
allergen, semakin sering pasien mengeluh gatal maka akan semakin mudah pasien
mengalami neurodermatitis. Pada pemeriksaan hitung jenis, kita juga bisa memeriksa
kadar eosinofil pasien, terutama pasien yang memiliki riwayat alergi1,2
C. Histopatologi
Gambaran histopatologi neurodermatitis memperlihatkan Penebalan epidermis
sehingga tampak ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis dengan rate ridges memanjang
teratur dan kadang didapatkan sedikit papilomatosis dan spongiosis. berserbukan sel
radang limfosi dan histiosit dis ekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblast
bertambah, kolagen menebal5.
2.6 DIAGNOSIS
Diagnosis neurodermatitis ditegakkan berdasarkan anamnesa pasien mengenai
riwayat dan perjalanan penyakitnya dan gambaran lesi dari kulitnya yang khas. Perlunya
pemeriksaan lanjut digunakan untuk membedakan diagnosis yang memiliki kesamaan
dalam morfologi maupun efloresensinya. Dari anamnesis, keluhan utama dari pasien
biasanya ialah gatal-gatal pada kulit lokal yang terjadi sudah lama. Bisa disertai dengan
riwayat alergi ataupun riwayat penyakit yang mendasarinya (diabetes mellitus) atau tidak.
Dari pemeriksaan efloresensi bisa terlihat gambaran likenifikasi berupa penebalan kulit
dengan garis-garis kulit yang semakin terlihat, terlihat plak dengan ekskoriasi serta sedikit
eritematosa (memerah) dan edema. Pada lesi yang sudah lama, lesi akan tampak
7
berskuama pada bagian tengahnya, terjadi hiperpigmentasi (warna kulit yang digaruk
berubah menjadi kehitaman) pada bagian lesi yang gatal, bagian eritema dan edema akan
menghilang.6,7
2.7 DIAGNOSIS BANDING
A. Dermatitis atopik tipe dewasa
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif.dengan
keluhan utama gatal. Dermatitis atopik sering berhubungan dengan peningkatan kadar
igE dalam serum atau riwayat atopi pada pasien atau keluarga pasien (Rhinitis alergi
atau asma bronkial). Kelainan kulit pada dermatitis atopik berupa papul, ekskoriasi,
dan likenifikasi. Persamaan dermatitis atopik dengan neurodermatitis ialah adanya
rasa gatal pada kulit disertai likenifikasi dan hiperpigmentasi. Gangguan emosi juga
mempengaruhi keadaan dermatitis atopik. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada
wanita, anak-anak dan remaja. Penyakit ini cenderung menurun setelah usia 30 tahun.
Dari hasil penelitian Hanifin dan Rajka, dapat disimpulkan bahwa diagnosis
dermatitis atopik dapat ditegakkan jika memiliki kriteria mayor dan minor. Kriteria
mayor berupa keluhan pruritus (gatal-gatal), memiliki riwayat atopi penderita atau
keluarga, memiliki riwayat dermatitis yang kronis dan residif, serta umumnya pada
pasien dewasa dermatitis terjadi dibagian fleksura. Sedangkan kriteria minor berupa
xerosis, gatal bila berkeringat, muka pucat atau eritem, orbita gelap, sering mengalami
infeksi kulit, dan sering mengalami dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki.
Perbedaan antara dermatitis atopik dengan neurodermatitis bisa dilihat dari tempat
predileksinya dan riwayat atopi pada pasiennya. tempat predileksi dari dermatitis
atopik pada masa dewasa ialah disekitar lipat siku, lipat paha, disamping leher, dahi
dan disekitar mata.8
B. Prurigo nodularis
Prurigo nodularis merupakan penyakit kronik pada orang dewasa yang ditandai
oleh adanya nodus kutan yang gatal, terutama terdapat dibagian ekstremitas bagian
ekstensor. Prurigo nodularis sering dianggap neurodermatits sirkumpskripta bentuk
nodular atipik atau dengan liken planus bentuk hipertropik. Bentuknya yang nodul
membuat klinis sering salah mengartikan antara prurigo nodularis dengan
neurodermatitis sirkumpskripta bentuk nodular atipik. Kausa dari prurigo nodularis
belum diketahui, tetapi serangan-serangan gatal timbul bila terdapat atau mengalami
ketegangan emosional. Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit kronik yang sering
menyerang orang dewasa terutama wanita. Lesinya berupa nodus, yang tunggal atau
8
multiple, bisa mengenai ekstremitas terutama tempat predileksinya anterior paha dan
tungkai bawah. Lesi bisa sebesar kacang polong dengan warna merah atau kecoklatan.
Keluhan utama prurigo nodularis ialah adanya rasa gatal lokal yang terjadi sudah
lama. Persamaan prurigo nodularis dengan neurodermatitis ialah keluhan gatal kronis
yang dipengaruhi oleh keadaan emosi, serta sering terjadinya proses likenifikasi dan
hiprepigmentasi jika sudah terjadi dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan
perbedaan antara prurigo nodularis dengan neurodermatitis ialah tempat predileksi
prurigo nodularis pada bagian ekstremitas ekstensor terutama anterior paha dan
tungkai bawah, Lesinya berbatas tegas antara lesi dengan kulit yang normal, Serta
pada pemeriksaan histologik didapatkan penebalan epidermis yang tampak
hyperkeratosis, hipergranulosis, dan akantosis yang tidak teratur (hiperplasi
psoriasiformis).9
2.8 PENATALAKSANAAN
A. Antihistamin
9
keluhan tertentu. Antihistamin golongan H1 (generasi pertama) : Clemastin, hydroxyzine,
dan promethazin dapat diberikan untuk pasien yang mengalami keluhan gatal dan disertai
keluhan sulit tidur. Golongan H1 selain membantu pasien untuk menghilangkan keluhan
gatal, golongan H1 juga bersifat sedative yang juga mengurangi pemicu pruritus seperti
emosi. Antihistamin golongan H2 (generasi kedua) meliputi: cetirizin, levocetirizin,
loratadin, desloratadin, azelastin, fexofenadin, ebastin, atau rupatadin. Antihistamin
generasi kedua lebih ringan efek sedatifnya. Antihistamin generasi kedua lebih tepat
diberikan pada pasien-pasien muda agar tidak menganggu aktivitasnya. Dalam pemberian
antihistamin pasien juga perlu diberitahu mengenai efek sampingnya. Berikut ini contoh
antihistamin topical.10-12
1.) Dipenhidramin, Untuk meringankan gejala pruritus yang disebabkan oleh pelepasan
histamine.
2.) Chlorpheniramine Bekerja sama dengan histamine atau permukaan reseptor H1 pada
sel efektor di pembuluh darah dan traktus respiratori. 3.) Hidroxyzine Reseptor H1
antagonis diperifer. Dapat menekan aktifitas histamine diregion subkortikal sistem saraf
pusat.
B. Kortikosteroid
1.) Clobetasol Topical steroid super poten kelas 1: menekan mitosis dan menambah
sintesis protein yang mengurangi peradangan dan menyebabakan vasokonstriksi.
10
2.) Betamethasone dipropionate cream 0,05%. Untuk peradangan kulit yang berespon baik
terhadap steroid. Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.
3.) Triamcinolone 0,025 %, 0.1%, 0.5 % or ointment Untuk peradangan kulit yang
berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan migrasi
leukosit polimorfonuklear dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.
4.) Fluocinolone cream 0.1 % or 0.05% Topical kortikosteroid potensi tinggi yang
menghambat proliferasi sel. Mempunyai sifat imonusupresif dan sifat anti peradangan.
C. Kalsinuerin Inhibitor
D. Siklosporin
Pemberian siklosporin 3-5 mg mikroemulsi perkg berat badan perhari pada
puritus memberikan respon yang signifikan. Pada pemberian siklosporin sebaiknya
tekanan darah,pemeriksaan darah lengkap, transamin dan fungsi ginjal harus dikontrol
secara rutin. Siklosporin menghambat fungsi dari limfosit juga sel mast dan dapat pula
menekan pertumbuhan dari pruritus.15
2.9 PROGNOSIS
A. Fungsionam : dubia ad bonam, bersifat residif yang bisa menganggu aktivitas pasien
jika pasien tidak mampu mencegah terjadinya keluhan berulang
11
C. Sanationam : dubia ad bonam : bersifat kronis dan residif, bergantung dari kemampuan
pasien untuk mencegah terjadinya pengulangan terjadinya pruritus.
2.10 KOMPLIKASI
Komplikasi dari neurodermatitis dapat terjadi bila tidak adanya control dari
kebiasaan menggaruk untuk keluhan gatalnya. Komplikasinya bisa berupa perubahan
warna pada kulit yang permanen, terdapatnya bekas luka akibat garukan sampai terjadinya
ulkus karena seringnya pasien menggaruk.2
12
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesa
Diambil dari autoanamnesa pada tanggal 17 Juli 2020 pukul 10.30 WIB
Keluhan utama : Gatal pada punggung kaki sebelah kiri semakin meningkat sejak 1 minggu
yang lalu.
- Gatal pada punggung kaki sebelah kiri yang semakin meningkat sejak 1
minggu yang lalu. Awalnya keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak 2
kaki sebelah kiri dan disertai dengan kulit terasa tebal. Gatal dirasakan
daerah yang gatal terkadang sampai berdarah, rasa gatal biasanya timbul
pada waktu tidak sibuk terkadang timbul pada malam hari sehingga dapat
kakinya semakin terasa tebal dan bersisik serta warna kulit punngung
menggaruknya.
13
dokter spesialis kulit dengan keluhan yang sama, pasien diberikan obat
salep yang dioleskan pada daerah yang gatal, setelah diberi obat salep
- Batuk (-)
14
Riwayat Personal Sosial :
Antropometri
Tinggi Badan : 156 cm
Berat Badan : 52 kg
IMT : 21,6
Status Gizi : Normoweight
Status Lokalisata
- Kepala
Normochepal, rambut hitam dan putih tidak mudah dicabut
- Mata
15
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
- Telinga : Dalam batas normal
- Hidung : Dalam batas normal
- Mulut : Dalam batas normal
- Leher
JVP : 5+2 cmH2O
Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening (KGB) pada submandimula,
sepanjang M. sternocleidomastoideus,
supra/infraclavikula kiri dan kanan.
Kelenjar Tiroid : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
Deviasi Trakea : Tidak terdapat deviasi trakea
Paru-paru :
a. Inspeksi : Bentuk normochest, dinding dada simetris kiri dan kanan
b. Palpasi : Fremitus taktil sama kiri dan kanan
c. Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
d. Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Jantung :
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
c. Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
d. Auskultasi: Irama reguler, S3 gallop (-), murmur (-)
Abdomen :
a. Inspeksi : supel, sikatrik (-), Distensi (-), Venektasi (-)
b. Palpasi : Nyeri tekan (-) nyeri lepas (-)
c. Perkusi : Thympani
e. Auskultasi: Bising usus (+) normal
16
Ekstremitas : Akral hangat
Status Dermatologis :
BAB IV
18
KESIMPULAN
Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, yang ditandai dengan gejala kulit
tebal dan garis kulit tampak menonjol (likenifikasi) menyerupai batang kayu. Penyebab
dari neurodermatitis tidak diketahui, namun pada dasarnya pruritus yang berkepanjangan
menjadi dasar pembentuk terjadinya lesi pada neurodermatitis. Faktor resiko dari pruritus
ialah penyakit yang mendasarinya contohnya diabetes mellitus, penyakit kulit seperti
dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, atau aspek psikologi dengan
tekanan emosi1. Neurodermatitis lebih sering menyerang wanita dewasa dengan keluhan
utamanya ialah gatal-gatal yang berulang, Keparahan gatal dapat diperburuk bila pasien
berkeringat, pasien berada pada suhu yang lembab, atau pasien terkena benda yang
merangsang timbulnya gatal (alergen).
Gatal juga dapat bertambah pada saat pasien mengalami stress psikologis. pada
pemeriksaan efloresensi ditemukan lesi tampak likenifikasi berupa penebalan kulit dengan
garis-garis kulit yang semakin terlihat, terlihat plak dengan ekskoriasi serta sedikit
eritematosa (memerah) dan edema. Pada lesi yang sudah lama, lesi akan tampak
berskuama pada bagian tengahnya, terjadi hiperpigmentasi (warna kulit yang digaruk
berubah menjadi kehitaman) pada bagian lesi yang gatal, bagian eritema dan edema akan
menghilang, dan batas lesi dengan bagian kulit normal semakin tidak jelas.
Gejala pruritus kronis pada neurodermatitis harus dibedakan dengan dermatitis
atopik dan prurigo nodularis berdasarkan predileksi tempatnya dan gambaran klinisnya.
Terapi utama neurodermatitis ialah dengan pengobatan non medika mentosa yakni dengan
mencegah pemicu terjadinya pruritus. Terapi medika mentosa yang bisa diberikan ialah
kortikosteroid, antihistamin, dan antibiotic jika sudah timbul luka akibat garukan.
Komplikasi dari neurodermatitis ialah ulkus dan hiperpigmentasi yang permanen.
Prognosis dari neurodermatitis umumnya baik, jarang terjadi pengulangan gejala hingga
menganggu aktivitas jika pasien mengetahui dan mampu mencegah terjadinya pemicu
pruritus.
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Sularsito SA, Djuanda S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .5th.ed. Penerbit FKUI,
Jakarta 2005. p. 129-153
2. Koenig TW, Jones SG, Rencie A,Tausk FA.Noncutaneous manifestations of
skin.In:Freedberg IM,Eisen AZ,Wolff K,Austen KF, Goldsmith LA, KATZ
SC,editors.Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 8thed. New York : Mc Graw
Hill 2012.p.158-162
3. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit 2nded. Penerbit buku kedokteran
EGC, Jakarta,2013.p.135-7
4. Murtiastuti D, Ervianti E, Agusni I, et al. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. 2nded.
Airlanggga Universityy Press, Surabaya, 2010 p 117-8
5.Histopatologi Neurodermatitis. Diunduh 8 Agustus 2013.
http://missinglink.ucsf.edu/lm/dermatologyglossary/lichen_simplex_chronicus.htm
6. Lesi Neurodermatitis. Diunduh 8 Agustus 2013.
http://venasaphenamagna.blogspot.com/2011/10/neurodermatitissirkumskripta.html
7. Lichen Simplex Chronis. Diunduh 8 Agustus 2013.http://www.dermnet.com
/prurigo_nodularis.pic 8. Dermatitis Atopik. Diunduh
8. Agustus 2013.http://www.medicinenet.com /dermatitis atopic.pic
9. Prurigo Nodularis. Diunduh 8 Agustus 2013.http://www.skinsight.com
/Lichensimplexchronic.
10. Dewoto, R. Hedi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. FKUI, Jakarta 2008. P 273287 11.
Radmanesh M,Sharifi M,Shafiei S. Iranian Journal of Dermatology vol 14.no1.Iranian
Society of Dermatology.Sring 2011 pg 25-8
12. Schulz S, Metz M, Siepmann D, et al.Antipruritic efficacy of high-dosage
antihistamine therapy. Results of a retrospectively analysed case series. Hautarzt 2009; 60:
564-8
13. Mazza M,Journal of clinical pharmacy and therapeutic vol 38 issue 1,pg168,Febuary
2013.
14. Stander S, Schurmeyer HF,Luger TA, Weisshaar E.Treatment of pruritic disease with
topical calcineurin inhibitors. Ther Clin Risk Manag 2006;2 pg 213-8 15. Siepmann D,
Luger TA, Stander S.Antipruritic effect of cyclosporine microemulsion in pruritus : results
of a case series.J Dtsch Dermatol Ges 2008;6 pg 941-6
20
21