Anda di halaman 1dari 22

SERVISITIS DAN

P E LV I C I N F L A M M AT O R Y
DISEASE (PID)
Oleh:
Revini Nabilla - 4151171495

Pembimbing:
dr. Abraham Andy,. SpOG
PENDAHULUAN

• Servisitis adalah peradangan pada serviks. Servisitis sama dengan uretritis pada pria dan banyak
kasus disebabkan oleh infeksi penyakit menular seksual.
• Pada perempuan gangguan ini 60% karena infeksi bakteri seperti gonore atau infeksi pra dan
pasca persalinan.
• Faktor risiko untuk pengembangan servisitis termasuk mulai hubungan seksual pada usia dini,
risiko tinggi perilaku seksual, riwayat penyakit menular seksual, dan memiliki pasangan seksual
yang banyak.
• Jika sudah terkena servisitis akan mempermudah terjadinya infeksi pada uterus, tuba atau
bahkan sampai ke ovarium dan karena itu fungsi genitalia sebagai alat reproduksi bisa terganggu
atau bahkan tidak bisa difungsikan.
PENDAHULUAN (LANJUTAN)

• Jika servisitis tidak diobati, dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PID),
infertilitas, kehamilan ektopik, nyeri panggul kronis, abortus, kanker serviks, atau komplikasi lain
selama kehamilan.
• Pelvic Inflammatory Disease (PID) atau penyakit radang panggul adalah peradangan pada saluran
genitalia wanita bagian atas, termasuk uterus, tuba fallopi, dan struktur panggul lain sekitarnya.
• Penyakit ini merupakan lanjutan dari servisitis yang dapat menyebar ke rongga perut, termasuk
struktur perihepatik.
• Pasien berisiko tinggi adalah wanita yang sudah menstruasi dengan usia dibawah 25 tahun yang
memiliki banyak pasangan seks (multiple sex partner), tidak menggunakan kontrasepsi, dan tinggal
di daerah dengan prevalensi tinggi penyakit menular seksual (PMS).
TINJAUAN PUSTAKA
SERVISITIS
• Servisitis adalah peradangan jaringan serviks.
• Servisitis disebabkan oleh penyakit menular seksual dan, bisa juga karena cedera pada serviks,
memeriksakan jalan lahir yang kurang seperti dipasangnya diafragma dan bahkan kanker.
• Karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris sehingga
lebih mudah terinfeksi.
• Servisitis juga merupakan; infeksi non spesifik dari serviks dan erosi ringan (permukaan licin),
erosi kapiler (permukaan kasar), erosi folikuler (kistik).
• Jika tidak ditangani, dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk hamil dan mempertahankan
kehamilan.
LANJUTAN
Gambaran sitologi servisitis kronis

• Servisitis sering disebabkan oleh infeksi Chlamydia


Trachomatis, infeksi Trichomonas Vaginalis, Trikomoniasis
asosiasi dengan Kandidiasis, Gonorrheae Neisseria
(Gonore), Herpes simplex virus, Human papilloma virus
(HPV), penyebab lainnya adalah mikosis, sifilis, tuberculosis.
• Bakteri ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng
dan perubahan inflamasi kronik dalam jaringan serviks
yang mengalami trauma.
• Servisitis dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion,
robekan serviks tersebut dapat terjadi akibat alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti
dilatasi.
• Risiko servisitis meningkat saat seorang wanita menderita diabetes, vaginitis akut dan servisitis
berulang atau memiliki banyak pasangan seksual.
LANJUTAN

• Servisitis sering terjadi dan mengenai hampir


50% wanita dewasa dengan resiko tinggi
perilaku seksual bebas, riwayat IMS, memiliki
pasangan seksual lebih dari satu, aktivitas
seksual pada usia dini, pasangan seksual
dengan kemungkinan menderita IMS,
servisitis juga dapat disebabkan oleh bakteri
(stafilokokus dan streptokokus) atau akibat
pertumbuhan berlebihan bakteri normal
flora vagina (vaginosis bakterial).
LANJUTAN
• Diagnosis servisitis selanjutnya ditentukan oleh pemeriksaan kolposkopi dan Pap smear

• Pap smear: untuk melihat adanya perubahan sitologis (seluler) serviks.


• Kolposkopi: metode pemeriksaan leher rahim yang menggunakan sebuah alat optik yang meningkatkan citra,
yang disebut colposcope, selama kolposkopi tes Lugol juga dilakukan untuk melihat lebih jelas bagian yang
bermasalah pada mukosa serviks.
LANJUTAN
Penatalaksanaan
• Pengobatan medika mentosa bertujuan untuk menghilangkan infeksi, untuk servisitis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri (Chlamydia, Gonorrhoea) diberikan antibiotika. Pada infeksi
herpes dapat diberikan antiviral. Terapi hormonal (dengan estrogen atau progesterone) dapat
diberikan pada pasien menopause.
• Metode pembedahan yang dilakukan tergantung pada usia, kedalaman dan keadaan permukaan
lesi, yang terlihat pada saat kolposkopi dan sitology, dapat dilakukan salah satu dari metode;
electrocauterization, cryotherapy, terapi laser, loop eksisi, conization, pemotongan serviks.
LANJUTAN
Komplikasi
• Servisitis dapat berlanjut selama bertahun-tahun, dengan flour albus yang sedikit atau banyak,
biasanya tanpa rasa sakit, demam, gangguan haid atau terganggunya kehidupan seksual.
• Penyakit radang panggul (PID) diantaranya endometritis, myometritis, parametritis, salpingitis,
infertilitas, lain-lain dapat terjadi kehamilan ektopik, abortus, kanker serviks.
PELVIC INFLAMMATORY DISEASE
(PID)
• Pelvic Inflammatory Disease (PID) atau penyakit inflamasi panggul adalah penyakit infeksi dan
inflamasi pada saluran genitalia wanita bagian atas, termasuk uterus, tuba fallopi, dan struktur
panggul lain sekitarnya. Infeksi dan inflamasi merupakan lanjutan dari servisitis yang dapat
menyebar ke rongga perut, termasuk struktur perihepatik.
• Pasien berisiko tinggi adalah wanita yang sudah menstruasi dengan usia dibawah 25 tahun yang
memiliki banyak pasangan seks (multiple sex partner), tidak menggunakan kontrasepsi, dan tinggal
di daerah dengan prevalensi tinggi penyakit menular seksual (PMS).
LANJUTAN

• Organisme yang paling sering terisolasi dalam kasus PID akut adalah N.gonorrhoeae dan
C.trachomatis.

Kiri : Neisseria gonorrhea; kanan : Chlamydia trachomatis


LANJUTAN

• Faktor risiko lainnnya terjadi PID yaitu penggunaan kontrasepsi.


• Berbagai bentuk alat kontrasepsi dapat mempengaruhi insiden dan keparahan PID.
• Pil kontrasepsi meningkatkan risiko infeksi endoserviks, mungkin dengan meningkatkan zona
ektopi serviks, risiko secara keseluruhan PID pada wanita yang memakai IUD .
LANJUTAN
Patofisiologi
• PID terjadi dalam 2 tahap. Tahap pertama adalah infeksi vagina atau serviks. Infeksi ini sering
menular melalui hubungan seksual dan mungkin asimtomatik. Tahap kedua naiknya infeksi
melalui kontraksi Rahim yang terjadi selama orgasme. Bakteri juga dapat bersama sperma
masuk menuju ke dalam uterus dan tuba.
• Bakteri dan mediator inflamasi akan membuat peradangan yang akan menyebabkan edema pada
mukosa. Mediator inflamasi dapat menyebabkan timbulnya gejala keluar cairan dari vagina
dengan warna, konsistensi, dan bau yang abnormal, demam, nyeri ketika melakukan hubungan
seksual, nyeri punggung bagian bawah, nafsu makan berkurang sering berkemih.
• Infeksi dapat meluas melalui melalui penyebaran secara limfatik ke luar pelvis dan dapat
mengakibatkan peritonitis akut atau perihepatitis akut.
• Korioamnionitis dapat terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan, dimana bakteri dapat naik
sebelum lendir uterus menjadi solid dan menjadi pelindung uterus dan dapat terjadi kematian
janin.
LANJUTAN
Pemeriksaan penunjang
• Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukannya
laparoskopi, pemeriksaan USG transvaginal, dan MRI dapat
menunjukkan tuba menebal, berisi cairan dengan atau
tanpa cairan bebas di pelvis atau dapat berupa abses tubo-
ovarium (TOA) dan biopsi endometrium yang
menunjukkan endometritis.
LANJUTAN
Penatalaksanaan
• Pasien yang didiagnosis PID dapat diberikan antibiotik oral. Ini harus dilanjutkan selama total 14
hari. Salah satu contoh pengobatan yang diberikan:
• Ceftriaxone 250 mg intramuskular (IM) dosis tunggal, ditambah
• Doksisiklin 100 mg secara oral dua kali sehari selama 14 hari
• Metronidazol 500 mg secara oral dua kali sehari selama 14 hari dapat ditambahkan jika ada
bukti atau dugaan vaginitis atau jika pasien menjalani instrumentasi ginekologis 2 – 3 minggu
sebelumnya.
• Dapat juga dilakukan laparaskopi, laparoskopi berguna untuk mengidentifikasi lokulasi pus yang
membutuhkan drainase.
• Pembedahan dapat dilakukan salpingo-ooforektomi unilateral atau histerektomi dan salpingo-
ooforektomi bilateral.
LANJUTAN
Komplikasi
• PID dapat menyebabkan abses tuboovarial
• Peritonitis pelvis
• Sindrom Fitz-Hugh-Curtis (perihepatitis).
LANJUTAN
Pencegahan
• Berlatih perilaku seksual yang aman, seperti monogami atau setia pada pasangan seksual.
• Wanita yang memulai aktivitas seksual pada usia dini.
• Jika servisitis disebabkan oleh penyakit menular seksual, pasien disarankan untuk memberitahu
semua pasangan seksualnya.
• Jika rentan terhadap infeksi, kenakan celana dalam katun. Hindari celana dalam yang terbuat dari
bahan non-ventilasi. Bahan sintetis dalam keadaan vagina yang basah dan hangat, yang dapat
memicu infeksi vagina atau serviks.
• Wanita dengan PID harus berhenti sementara dari aktivitas seksual sampai dinyatakan sehat.
KESIMPULAN

• Servisitis adalah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir
cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan
dengan selaput lendir vagina.
• Servisitis merupakan infeksi non spesifik dari serviks, erosi ringan (permukaan licin), erosi
kapiler (permukaan kasar), erosi folikuler (kistik) dan biasanya terjadi pada serviks bagian
posterior.
• Servisitis sebabkan oleh bakteri seperti: trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau
mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti Streptococcus, Enterococus, E.Coli,
dan Stapilococus. Bakteri ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng
• Serviks yang mengalami trauma dan dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang
disebabkan ectropion, alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi.
KESIMPULAN (LANJUTAN)

• Pengobatan servisitis kronis terdiri dari dua tahap.Tahap pertama terdiri dari pengobatan medis
sesuai etiologinya, yang bertujuan untuk menanggulangi patogen penyebab.
• Tahap kedua adalah menggunakan prosedur pembedahan, diantaranya electrocauterization,
cryotherapy, terapi laser, loop eksisi (electrorezection), conization, dan histerektomi.
• Pembedahan hanya diindikasikan setelah sekitar 2 bulan setelah pengobatan infeksi dengan
medikamentosa tidak menampakkan perubahan.
KESIMPULAN (LANJUTAN)

• Pelvic Inflammatory Disease (PID) atau penyakit inflamasi panggul adalah penyakit infeksi dan
inflamasi pada saluran genitalia wanita bagian atas, termasuk uterus, tuba fallopi, dan struktur
panggul lain sekitarnya. Infeksi dan inflamasi merupakan lanjutan dari servisitis yang dapat
menyebar ke rongga perut, termasuk struktur perihepatik.
• Pasien berisiko tinggi adalah wanita yang sudah menstruasi dengan usia dibawah 25 tahun yang
memiliki banyak pasangan seks (multiple sex partner), tidak menggunakan kontrasepsi, dan tinggal
di daerah dengan prevalensi tinggi PMS.
• Organisme yang paling sering terisolasi dalam kasus PID akut adalah N. Gonorrhoeae dan
C.Trachomatis.
KESIMPULAN (LANJUTAN)

• PID akan mengalami perbaikan dengan pemberian antibiotik ceftriaxone 250 mg dosis tunggal
bersama dengan dosis oral tunggal azitromisin 1 g atau doksisiklin 100 mg per 12 jam selama 7
hari.
• Laparoskopi berguna untuk mengidentifikasi lokulasi pus yang membutuhkan drainase.
Pembesaran massa dipelvis mungkin mengindikasikan perdarahan sekunder dari erosi pembuluh
darah atau rupturnya abses.
• Salah satu pencegahan servisitis dan PID adalah perilaku seksual yang aman, seperti monogami,
tidak memulai aktivitas seksual pada usia terlalu muda, tidak berhubungan seksual sampai
pasangan yang terkena IMS dinyatakan sembuh, apabila sudah terkena servisitis atau PID
pengobatan harus dilakukan pada suami dan istri agar tidak terjadi fenomena pingpong.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai