PENDAHULUAN
1
uterus; juga pemeriksaan vagina dapat menyebabkan perdarahan antepartum. Faktor-
faktor risiko untuk pengembangan plasenta previa termasuk persalinan sesar
sebelumnya, operasi intrauterin, merokok, kehamilan multifetal, peningkatan paritas,
usia ibu dan meningkatnya tingkat operasi caesarkasus ini masih menarik dipelajari
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena faktor predisposisi yang
masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya andil besar dalam angka
kematian maternal dan perinatal yang merupakan parameter pelayanan
kesehatan.2Pada kasus ini akan dibahas tentang diagnosis defenitif plasenta previa
berdasarkan klasifikasinya dan efek penggunaan berulang kortikosteroid antenatal
sebagai fetal maturasi.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
3
5. Riwayat Obstetri
G4P2A1
Hidup/
Jenis BB Umur
No. Penolong JK Meningg
Persalinan (Gram) Sekarang
al
1. Aterm Dokter 3800 g ♂ 13 tahun Hidup
( SC)
2. Abortus
(2 bulan)
3. Aterm Dokter 2800 g ♂ 4 tahun Hidup
( Vakum )
4 Hamil ini
6. Riwayat Pernikahan
Usia pernikahan ♀: 39 tahun, Pendidikan D3, Pekerjaan:IRT
Usia pernikahan ♂: 40 tahun, Pendidikan D3, Pekerjaan: Swasta
Suami : ke-1
Pernikahan dengan suami sekarang: 13 Tahun
7. Riwayat Menstruasi
Menarche: 13 Tahun
Siklus haid: Teratur (28 hari)
Gejala penyerta: Nyeri Haid (+)
HPHT : 14/8/2018
TP :21/5/2019
UK : 26 Minggu
4
8. Pemeriksaan Antenatal (PAN/ANC)
Berapa kali : 4x dipuskesmas Towano, 4x di dokter SP.OG
Imunisasi TT : 1x
5
Thoraks : Paru : Suara napas vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada,
Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, gallop tidak ada, murmur tidak ada
6
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap 13 januari 2016 Nilai rujukan
Hemoglobin 8,5 g/dl 11,7-15,5
Hematokrit 25,9% 35,0 %-48,8%
Leukosit 7,15x103 /µL 4,1-10,9 x 103 /µL
Trombosit 312 x 103/µL 150-500 x 103 / µL
Eritrosit 3,36 x106 /µL 3.69-5.46 x 106 /µL
GDS 97 mg/dL <=140
HBs Ag Non reaktif Non reaktif
2.6 Resume
Pasien G4P2A1 datang membawa pengantar dari dokter Sp.OG dengan keluhan
keluar sedikit darah dari jalan lahir sejak 1 jam SMRS. Pasien mengatakan darah
keluar ketika pasien sedang mencuci pakaian. Pasien mengatakan darah yang
keluar merupakan darah segar dan tidak menyadari ketika darah keluar. Ketika
darah keluar pasien mengaku tidak merasakan nyeri dan merupakan perdarahan
yang pertama kalinya pada kehamilan ini. Keluar air-air dari jalan lahir (-), gerak
janin dirasakan aktif, keputihan saat hamil (-), gatal (-), bau (-), demam(-).HPHT :
14/8/2018, TP: 21/5/2019 UK: 26 minggu. ANC 4x di PKM Towano dan 4 kali di
dokter Sp.OG.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 1. Klasifikasi Plasenta Previa; (a) Plasenta previa totalis, (b) Plasenta
previa parsialis, (c) Plasenta previa marginalis, (d) Plasenta previa letak rendah.
8
Beberapa faktor dan etiologi dari plsenta previa tidak diketahui. Tetapi
diduga hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas dari vaskularisasi
endometrium yang mungkin disebabkan oleh timbulnya parut akibat trauma
operasi/infeksi. Perdarahan berhubungan dengan adanya perkembangan segmen
bawah uterus pada trimester ketiga. Plasenta yang melekat pada area ini akan
rusak akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim. Kemudian perdarahan akan
terjadi akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim untuk berkonstruksi secara
adekuat.
Setelah bulan ke-4 terjadi regangan dinding uterus karena karena isinya lebih
cepat tumbuh dari pada uterus sendiri, akibatnya, istmus uteri tertarik dan
menjadi bagian dari dinding korpus uteri yang disebut dengan segmen bawah
uterus. Pembentukan segmen bawah uterus lengkap pada usia kehamilan 32
minggu atau 8 bulan.
Pada plasenta previa tidak mungkin terjadi tanpa adanya pergeseran antara
plasenta dan dinding uterus. Waktu perdarahan bergantung kepada kekuatan
insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada istmus uteri. Perdarahan dalam
plasenta previa terjadi karena plasenta terlepas dari dasarnya. Perdarahan
bersifat berulang-ulang karena setelah terjadi pergeseran antara plasenta dan
dinding uterus, regangan dinding uterus dan tarikan pada servik berkurang,
tetapi dengan majunya kehamilan,regangan bertambah lagi dan timbul
perdarahan baru. Darah terutama berasal dari darah ibu, yakni dari ruang
9
intervilosa. Akan tetapi perdarahan dapat juga berasal dari janin bila jonjot
terputus atau pembuluh darah plasenta yang lebih besar terbuka.
2. Bagian terendah anak sangat tinggi, disebabkan oleh karena plasenta di kutub
bawah uterus sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas
panggul
10
usia kehamilan sekitar 32 minggu, karena pembentukan segmen bawah uterus
telah komplit.
Dikenal ada empat cara pemeriksaan USG dalam bidang kebidanan
dankandungan, yaitu melalui dinding perut (transabdominal), melalui
vagina(transvaginal), melalui kerampang (transperineal), dan melalui dubur
(transrektal).Pemeriksaan USG transabdominal, transperineal atau
transvaginal dapatmemvisualisasi lebih baik hubungan OUI dengan plasenta.
Pemeriksaan USGtransabdominal, transperineal atau transvaginal dapat
memvisualisasi lebih baikhubungan os uteri internum dengan plasenta.4
Transabdominal USG dalam keadaan kandung kemih yang berisi
akanmemberi kepastian diagnosis plasenta previa dengan ketepatan tinggi
sampai 96%- 98%. Walaupun lebih superior jarang diperlukan transvaginal
USG untukmendeteksi keadaan ostium uteri internum. Di tangan yang tidak
ahli pemakaiantransvaginal USG bisa memprovokasi perdarahan lebih
banyak. Di tangan yangahli dengan transvaginal USG dapat dicapai 98%
positive predictive value dan100% negative predictive value pada upaya
diagnosis plasenta previa.Transperineal sonografi dapat mendeteksi ostium
uteri internum dan segmenbawah rahim, dan teknik ini dilaporkan 90%
positive predictive value dan 100%negative predictive value dalam diagnosis
plasenta previa.4
11
Gambar 2. Pengukuran jarak antara os internal dan tepi plasenta adalah L ¼
1,41 cm (os serviks internal dan tepi plasenta ditandai dengan tanda þ);
pengukuran ketebalan tepi plasenta (panah ganda merah) pada plasenta letak
rendah terlihat dalam 1 cm (garis kuning ¼ 1 cm); sudut (garis putus-putus
putih) antara basal dan chorionic plate adalah> 45 derajat.6
Pada gambar 2 dapat dilihat ketebalan tepi plasenta letak rendah juga telah
dievaluasi sebagai prediktor perdarahan pada pasien dengan plasenta
marginal. Ketebalan plasenta diukur dalam 1 cm dari titik pertemuan basal
dan chorionic plate dan dengan estimasi sudut antara basal dan chorionic
plate. "Tebal" plasenta didiagnosis ketika ketebalan yang diukur >1 cm atau
ketika sudutnya lebih dari sama dengan 45 derajat; semua plasenta lain
dicirikan sebagai "tipis." Dalam penelitian itu, meskipun tidak ada perbedaan
dalam os servikal rata-rata untuk jarak tepi plasenta antara plasenta tipis dan
tebal (masing-masing 14,5 vs 15,2 mm), tepi plasenta tipis dikaitkan dengan
risiko yang lebih kecil. untuk pendarahan antepartum (40% vs 88%; P ¼ .01)
dan kelahiran sesar darurat <36 minggu (30% vs 65%; P ¼ .02) dibandingkan
dengan tepi plasenta yang tebal.6
12
Gambar 3. USG transvaginal pada kehamilan trimester ke 3 memperlihatkan
plasenta letak rendah. Sebagai catatan bagian tepi bawah plasenta adalah 0,9
cm dari OS serviks internum.
13
Gambar 4. USG trasvaginal pada usia kehamilan trimertes ke 3
memperlihatkan plasenta previa. Sebagai catatan plasenta menutupi OS
serviks internum.
14
mengetahui derajat pada klasifikasi plasenta previa. Jika plasenta lateralis atau
marginalis dilanjutkan dengan amniotomi dan diberikan oksitosin drip untuk
mempercepat persalinan jika tidak terjadi perdarahan yang banyak kemudian
pasien di antar kembali ke kamar bersalin. Jika terjadi perdarahan banyak atau
ternyata plasenta previa totalis, langsung dilakukan seksio sesarea.4
15
Tabel 1. Tahap pertumbuhan dan Pematangan Paru8
Fase Waktu (minggua)
Embryonic 3 - 5 minggu
Pseudoglandular 5 – 16 minggu
Canalicular 16 – 26 minggu
Saccular 26 – 36 minggu
Alveolar 36 minggu – 2 tahun
Post Natal Growth 2 tahun – 18 tahun
Pada fase embrional, paru pertama kalimuncul sebagai sebuah ventral bud
yang terpisahdari esofagus dan kaudal dari sulkuslaringotrakheal. Celah antara
bud paru danesofagus akan semakin dalam, disertai dengansemakin
memanjangnya bud dan mesenkim dan semakin terpisah membentuk calon
bronkhi. Padafase pseudoglandular, pembelahan cepatmembentuk 15 hingga 20
saluran udara. Saluranudara yang terbentuk dilapisi oleh selapis selkuboid yang
kaya akan glikogen. Pembuluh daraharteri dan paru juga berkembang seiring
denganperkembangan saluran udara. Di akhir fasepseudoglanduler saluran udara,
arteri dan venatelah berkembang menyerupai pola yangditemukan pada paru
dewasa. Pada fase ini puladiafragma terbentuk dan memisahkan ronggadada dan
abdomen, kegagalan penutupan akanmenyebabkan hernia diafragma dan
hypoplasiaparu.6
16
Fase kanalikuler, antara 17 hingga 26 minggu kehamilan, menunjukkan
perubahan dariparu yang praviabel menjadi paru yang berpotensiviabel dengan
kemampuannya untuk melakukanpertukaran gas. Perubahan utama yang
terjadipada fase ini adalah terbentuknya asinus,diferensiasi epitel dengan
pembentukan sawarudara-darah (air blood barrier) dan dimulainyasintesis
surfaktan di sel tipe II. Struktur asinusterdiri dari bronkiolus respiratorius, ductus
alveolar, dan alveoli rudimenter. Setelah usiakehamilan 20 minggu, sel kuboid
yang kaya akanglikogen ini akan mulai membentuk badan lamellar dalam
sitoplasmanya menandakan dimulainyaproduksi surfaktan. Badan lamelar
mengandungprotein surfaktan dan fosfolipid dalam pneumosittipe II dapat
ditemui dalam asinus tubulus padastadium ini.8
Fase sakuler merupakan fase perkembangan paru pada janin yang
dianggapviabel yaitu pada usia kehamilan 26 hingga 36minggu. Sakulus
merupakan struktur terminal dariparu janin, yang terdiri dari tiga
tahapanpembentukan, yaitu bronkiolus repiratorik, duktus alveolaris, baru
kemudian terjadi septasi sekunderdari sakulus yang akan membentuk
alveoli.Alveolarisasi dimulai pada usia kehamilan 32hingga 36 minggu dari
sakulus terminalis denganmunculnya septa yang mengandung kapiler,
seratelastin, dan kolagen. Selama tahap alveolar,dibentuk septa alveolar sekunder
yang terjadi darigestasi 36 minggu sampai 24 bulan setelah lahir.8
Surfaktan dibuat oleh sel alveolus tipe II yang mulai tumbuh pada gestasi 22-24
minggudan mulai mengeluarkan keaktifan pada gestasi24-26 minggu, yang mulai
berfungsi pada masagestasi 32-36 minggu. Produksi surfaktan padajanin
dikontrol oleh kortisol melalui reseptorkortisol yang terdapat pada sel alveolus
type II.Produksi surfaktan dapat dipercepat lebih dinidengan meningkatnya
pengeluaran kortisol janinyang disebabkan oleh stres, atau oleh
pengobatanbetamethasone atau deksamethason yangdiberikan pada ibu yang
diduga akan melahirkanbayi dengan defisiensi surfaktan atau kehamilanpreterm
24-34 minggu.8
17
Gambar 6. Peran kortikosteroid dalam pematangan paru8
18
BAB III
SIMPULAN
1. Diagnosa pada kasus ini belum tepat, karena diagnosa pasti plasenta previa
dilakukan dengan pemeriksaan USG transvaginal pada usia kehamilan 32
minggu, dilakukan pada usia 32 minggu karena segmen bawah uterus yang
merupakan tempat implantasi dari plasenta previa sudah terbentuk dengan
lengkap.
2. Manfaat penggunaan kortikosteroid pada kasus ini adalah untuk maturasi dari
paru-paru janin. Mempercepat sintesis dari surfaktan yang sudah dibentuk pada
minggu ke 24 kehamilan, sehingga pada saat kelahiran jika terjadi kelahiran
prematur paru=paru sudah siap untuk beradaptasi dan tidak kolaps saat bayi
bernafas untuk pertama kalinya di luar rahim ibu.
19
DAFTAR PUSTAKA
3. Wardana GA dan Karkata MK. 2007. Faktor Risiko Plasenta Previa . CDK 34:
229-32.
4. Chalik, T. Perdarahan pada Kehamilan Lanjut & Persalinan. Dalam : Saifuddin,
A., Rachimhadi, T., dan Wiknjosastro, G. (Eds). Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2008 : 493-521
5. Cunningham FG. 2006. Obstetri William Vol. 1. Jakarta: EGC. pp: 685-704
6. Saifuddin A., Rachimhadhi T., Wiknjosastro G. 2016. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Ed. 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
7. Sastrawinata RS. Perdarahan Antepartum. Dalam : Obstetri Patologi. Bandung :
Elstar Offset,1984:110-27.
8. Anthony M. Vintzileos, MD, et all. 2015. Using ultrasound in the clinical
management ofplacental implantation abnormalities. American Journal of
Obstetrics &Gynecology OCTOBER 2015
9. Alfred Abuhamad, MD. 2014. Ultrasound in Obstetrics and Gynecology; A
Practical Approach. ISBN -14: 978-0-692-26142-2
10. Rembulan Ayu NP, Ratna Dewi Puspita Sari. 2017. Peran Kortikosteroid dalam
Pematangan Paru Intrauterin. Majority | Volume 6| Nomor 3 | Juli 2017: 142-147
11. Kuo-Gon Wang, et all. 2014. Effects of Antenatal Corticosteriodisin Preterm
Delivery. Taiwanese J Obstet Gynecol • December 2004 • Vol 43 • No 4
12. Antenatal Corticosteroid Clinical Practice Guidelines Panel. Antenatal
corticosteroids given to women prior tobirth to improve fetal, infant, child and
adult health: Clinical Practice Guidelines. 2015. Liggins Institute, TheUniversity
of Auckland, Auckland. New Zealand
20