TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Spondilitis Tuberkulosis (TB) atau pott’s disease adalah suatu osteomielitis kronik
Infeksi umumnya mulai dari korpus vertebra lalu ke diskus intervertebralis dan ke
turutialah daerah torakal terutama bagian bawah, daerah lumbal dan servikal 1-4
(Surjono, 2011:177).
membentuk saluran spinal cord. Spinal cord merupakan struktur yang sangat
sensitif dan penting karena meghubungkan sistem saraf otak dan sistem saraf
2.2 Epidemiologi
utama pada negara yang belum dan sedang berkembang, terutama di Asia.
terbesar terdapat di Asia Tenggara (34 persen insiden TB secara global) termasuk
oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Satu hingga lima persen
osteoartikular banyak ditemukan pada penderita HIV positif, imigran dari negara
dengan prevalensi tertinggi, usia tua, anak-anak di bawah 15 tahun dan kondisi-
TB diketahui 500 kali lebih tinggi dibandingkan populasi orang HIV negatif. Di
sisi lain, sekitar 25-50 persen kasus baru TB di Amerika Serikat adalah HIV
Pott’s. Di Belanda antara tahun 1993 dan 2001, TBC tulang dan sendi
menyumbang 3,5 persen dari semua kasus tuberkulosis (0,2-1 persen pada
penderita asal Eropa dan 2,3-6,3 persen penderita asal non Eropa). Menurut
WHO 2015, Indonesia adalah negara yang menduduki peringkat ketiga dalam
kematian di seluruh dunia yang dapat dikaitkan dengan agen infeksi tunggal.
Lebih dari 40 persen kasus TB di seluruh dunia terjadi di bagian Selatan Asia
4 menit ada satu penderita yang meninggal di negara-negara tersebut, dan setiap
muskuloskeletal, infeksi paru aktif terlibat sekitar kurang dari 50 persen kasus.
(Jacobus, 2014:676).
Pada masa lalu, spondilitis tuberkulosis sering terjadi pada mereka kelompok
umur 3-5 tahun. Seiring meningkatnya pelayanan kesehatan dan gizi pada anak,
pola penyebaran penyakit ini berubah. Pada negara sedang berkembang, sekitar
60 persen kasus rata-rata terjadi pada usia di bawah 20 tahun, sedangkan pada
negara maju lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua. Meskipun
perbandingan antara pria dan wanita hampir sama, biasanya pria lebih rentan
terkena spondilitis TB dibandingkan wanita dengan perbandingan pria : wanita
Pada kasus-kasus penderita dengan TB, keterlibatan tulang dan sendi terjadi
pada kurang lebih 10 persen kasus dan lebih kurang 50 persen kasus tuberkulosis
yang paling sering terlibat, yaitu 50 persen dari seluruh kasus tuberkulosis
tulang, 15 persen dari kasus TB ekstrapulmonal dan 3-5 persen dari seluruh
2.3 Etiopatogenesis
MTB menyebar melalui udara saat batuk, bersin, berbicara, dan tetesan air liur
dihirup oleh orang terdekat. Basil tuberkulum memasuki tubuh manusia terutama
ini cukup kecil mampu mencapai saluran pernafasan bawah. Keberhasilan infeksi
intraselulernya, fase laten terkandung fase infeksi dan infeksi paru aktif. Langkah-
langkah ini bisa berkembang menuju klinis yang berbeda dengan skenario:
penyembuhan spontan, penyakit, infeksi laten dan aktivasi ulang, atau infeksi
2.3.1 Patogenesis
eksudasi dan pencairan, dan terbentuklah cold abscess. Cold abscess terdiri
kekebalan tubuh host, tahap penyakit, dan pengobatan. Hasil akhir mungkin
pengkejuan, lesi granular kronis derajat ringan, dan penyebaran lokal atau
677).
yang paling sering dijumpai yaitu 50% kasus. Lokasi predileksinya adalah
infeksi hingga ke jaringan lunak dan membentuk abses. Abses ini akan
menyebar pada lokasi sesuai aliran limfe seperti lipat paha, bokong, atau
1. Stadium I (Implantasi)
2. Stadium ini terjadi awal, bila keganasan kuman lebih kuat dari daya
Terjadi 8-12 minggu setelah stadium II. Bila stadium ini tidak diterapi
maka akan terjadi destruksi hebat dan kolaps dengan pembentukan bahan
dan otonom.
Biasanya terjadi 3-5 tahun setelah stadium I. Kifosis atau gibus tetap ada,
2.3.2 Klasifikasi
daerah vertebra.
2.4.1 Anamnesis
Anamnesa yang dilakukan membutuhkan suatu riwayat medis yaitu
hati dan akurat terhadap riwayat medis penderita yang dapat diperoleh
perkawinan
Sumber riwayat medis, biasannya langsung melalui penderita, tetapi
medis.
Keluhan utama, satu atau lebih gejala atau kekhawatiran yang
sekarang.
Riwayat penyakit dahulu, daftar penyakit yang pernah dialami oleh
dalam keluarga.
Riwayat profesional dan sosial, menjelaskan tingkat pendidikan, asal
keluarga, anggota keluarga saat ini, minat pribadi dan gaya hidup.
Tinjauan sistim tubuh, catatan ada dan tidaknya gejala yang
Pemeriksaan fisik
Gamabaran krinis spondylitis tuberkulosa bervariasi dan tergantung pada banyak
bervariasi dari bulan hingga tahun; sebagian besar kasus didiagnosa sekurangnya
1. Inspeksi
Gambaran adanya penyakit sistemik: kehilangan BB , keringat
paha.
Tampak adanya deformitas, dapat berupa : kifosis (gibbus/angulasi
lesi. Dapat juga teraba di sekitar dinding dada. Perlu diingat bahwa
tidak ada hubungan antara ukuran lesi destruktif dan kuantitas pus
terkena.
3. Perkusi :
Pada perkusi secara halus atau pemberian tekanan diatas prosesus
Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X
Sinar-X merupakan pemeriksaan radiologis awal yang paling sering
sebaiknya dua jenis, proyeksi anterior posterior dan lateral. Pada fase
awal, akan tampak lesi osteolitik pada bagian anterior badan vertebra dan
ketinggian dari badan vertebra T9 (tanda bintang), serta juga dapat terlihat
Gambar 3. Kolaps korpus vertebrae pada anak 10 tahun dengan PD pada L1-3.
Foto Ro Lumbal lateral menunjukkan kolaps vertebrae L1-3. Terdapat
penyempitan diskus intervertebralis dengan gambaran lineasi yang buruk (anak
panah).
(Dikutip dari: Jacobus, 2014)
Gambar 4. Pada pada anak usia 2 tahun. Foto toraks AP menunjukkan masa di
paraspinal (anak panah) pada area vertebrae Th7-Th9 yang kolaps.
(Dikutip dari: Jacobus, 2014)
2. CT Scan
CT-scan dapat memperlihatkan dengan jelas sklerosis tulang,
2014:161).
Selain hal yang disebutkan di atas, CT scan dapat juga berguna untuk
Gambar 6. Kolaps korpus vertebrae pada anak 10 tahun dengan PD pada L1-3.
CT aksial pada vertebrae L2 menunjukkan perluasan erosi pada sisi kiri korpus
vertebrae (anak panah). Terdapat kalsifikasi jaringan lunak pada kanalis spinalis,
yang menyebabkan kompresi (kepala anak panah).
(Dikutip dari: Jacobus, 2014)
Gambar 7. Pada pada anak usia 2 tahun. Potongan aksial CT pada Th8
menunjukkan destruksi korpus vertebrae (anak panah). Formasi abses
paravertebrae (kepala anak panah), dengan perluasan ke kanalis spinalis(anak
panah kecil).
(Dikutip dari: Jacobus, 2014)
3. MRI
MRI aksial, dan sagital yang meliputi seluruh vertebra untuk mencegah
Gambar 11. Pemantauan gambaran MR pada laki-laki usia dua dengan riwayat PD
sebelumnya, dan saat ini mengeluh nyeri punggung. Potongan sagital (a) T1 dan
(b) T2 menunjukkan ankilosis tulang vertebrae L3-L4 yang menghasilkan kifosis.
Didapatkan infi ltrasi ke jaringan medulla spinalis dari dalam korpus vertebrae.
Selain itu juga didapatkan deformitas dan penyempitan kanalis spinalis.
(Dikutip dari: Jacobus, 2014)
Diagnosis Banding
1. Spondilitis piogenik
Salah satu penyakit dengan presentasi gejala yang serupa dengan
spondilitis TB dan tidak mudah untuk membedakan keduanya tanpa
pemeriksaan penunjang yang adekuat. Spondilitis piogenik umumnya
disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus, dan
Pneumococcus. Secara epidemiologi, spondilitis piogenik lebih sering
menyerang usia produktif, sekitar usia 30–50 tahun. Hingga saat ini,
prevalensi spondilitis piogenik dilaporkan meningkat diakibatkan
banyaknya penyalahgunaan antibiotik, tindakan invasive spinal,
pembedahan spinal. Di lain pihak, jumlah kasus baru spondilitis TB
semakin berkurang dengan penggunaan OAT. Spondilitis piogenik
memiliki perjalanan yang lebih akut dengan gejala yang hampir sama
dengan spondilitis TB. Vertebra servikal dan lumbal lebih sering terlibat,
dibandingkan dengan spondilitis TB yang lebih sering menyerang vertebra
torakolumbal lebih dari satu vertebra (Zuwanda, 2013:665).
Telah dilakukan studi untuk membedakan kedua penyakit melalui
MRI. Jung dkk menjabarkan beberapa perbedaan temuan MRI secara rinci
yang mengarahkan pada infeksi TB: 1) sinyal abnormal paraspinal
berbatas tegas. 2) dinding abses tipis dan halus. 3) adanya abses paraspinal
dan intraoseus. 4) penyebaran subligamen lebih dari 2 vertebra. 5)
keterlibatan vertebra torakal. 6) lesi multipel (Zuwanda, 2013:665).
3. Keganasan primer
Pada pasien anak-anak yang cukup sering menyebabkan kompresi
tergantung tingkat lesi, muncul jika tumor sudah menekan epidural dan
terjadi akibat destruksi badan vertebra/ fraktur oleh invasi tumor dengan
diskus yang bebas dari kerusakan. MRI belum dapat secara pasti
2013:665).
4. Fraktur kompresi
Badan vertebra berpotensi menyebabkan deformitas kifotik disertai
dan posterior yang bervariasi. Medula spinalis segmen torakal lebih sering
2.6.1 Farmakoterapi
1. Medikamentosa
Spondilitis TB dapat diobati secara sempurna hanya dengan OAT
saja hanya jika diagnosis ditegakkan awal, dimana destruksi tulang
dan deformitas masih minimal. Seperti pada terapi TB pada
umumnya, terapi infeksi spondilitis TB adalah multydrug therapy.
Secara umum, regimen OAT yang digunakan pada TB paru dapat
pula digunakan pada TB ekstraparu, namun rekomendasi durasi
pemberian OAT pada TB ekstraparu hingga saat ini masih belum
konsisten antar ahli.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi salah satunya adalah cedera corda spinalis
(spinalcord injury). Hal ini dapat terjadi karena adanya tekanan epidural
baik (berbeda dengan kondisi paralisis pada tumor). MRI dan miolografi dapat
membantu membedakan paraplegi karena tekanan atau karena investasi dura dan
Prognosis
Modalitas pengobatan saat ini sangat efektif terhadap penyakit spondilitis
tuberkulosis tidak rumit oleh cacat parah atau didirikan defisit neurologis.
Deformitas dan defisit motorik adalah konsekuensi paling serius pada spondilitis
tuberkulosis dan terus menjadi masalah serius ketika diagnosa tertunda atau
presentasi penderita dalam stadium lanjut dari penyakit. Terapi kepatuhan dan
Rehabilitatif
cepat mencapai status ambulatorik. Jenis imobilisasi spinal tergantung pada jenis
tingkat lesi. Pada daerah servikal dapat dimobilisasi dengan jaket Minerva; pada
daerah vertebra torakal , torakolumbal dan lumbal bagian atas dapat dimobilisasi
lumbosacral, dan sacral dilakukan imobilisasi dengan body jacket atau kerset
dari gips yang disertai dengan fiksasi salah satu sisi panggul.Terapi pada
tuberkulosis.
2. Pengawasan ketaatan minum obat dan kontrol secara teratur
3. Pola hidup sehat dan sanitasi lingkungan (Natarajan, 2015:337)
Agrawal V., Patgaonkar P.R., Nagaria S.R. 2010. Tuberculosis of Spine. Jurnal of
Rani A., et al. 2015. Anamnesis & Pemeriksaan Fisis Komprehensif. Jakarta.
Interna Publishing: xxi+401 hlm.