DISUSUN OLEH :
NIM : P07120419018N
Laporan Pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan dan disetujui oleh
pembimbing lahan dan pembimbing akademik pada :
Hari/Tanggal :
Bangsal/Ruangan :
Mengetahui,
Pembimbing Akademik,
( MAS’ADAH, M.Kep. )
NIP : 197912202002122002
LAPORAN PENDAHULUAN
ATRESIA ANI
A. PENGERTIAN
Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi
membran yang memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan
lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke
dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan
rektum (Purwanto, 2010).
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi
membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan
lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke
dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan
rectum. ( agung hidayat, 2009 )
Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada
distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi & Yuliani, R, 2010).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Pencernaan adalah proses pemecahan molekul-molekul zat makanan
dari yang lebih besar menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga dapat
diserap oleh dinding usus halus. Proses pencernaan makanan dibantu oleh HCl,
garam empedu dan berbagai enzim pencernaan yang disekresikan oleh kelenjar
pencernaan. Selain kelenjar pencernaan, proses ini juga memerlukan alat-alat
pencernaan.
Berikut dijelaskan proses pencernaan makanan secara berurutan dari
mulut hingga usus besar:
a. Mulut
Di dalam rongga mulut, makanan dicerna secara mekanik dan
kimiawi. Pencernaan mekanik dibantu beberapa organ yaitu gigi dan lidah.
Gigi berfungsi untuk memotong dan penghalus makanan. Lidah digunakan
untuk mengatur letak makanan dalam mulut, sebagai indra perasa dan
mendorong makan masuk ke kerongkongan. Adanya kelenjar ludah di
sekitar mulut dapat membantu pencernaan secara kimiawi. Kelenjar
tersebut menghasilkan enzim ptialin yang berfungsi memecah amilum
menjadi disakarida.
b. Kerongkongan (Oesophagus)
Organ ini berfungsi menghubungkan mulut dengan lambung
(panjang: sekitar 20 cm). Selama di kerongkongan makanan tidak
mengalami proses pencernaan, karena di kerongkongan hanya terjadi
gerak peristable.
c. Lambung (Gaster)
Lambung berbentuk seperti kantung yang terdiri dari fundus,
kardiak dan pilorus. Di organ ini makanan dicerna secara kimiawi dengan
bantuan getah lambung. Sekresi getah lambung dipacu oleh hormon
Gastrin.
d. Usus Halus (Intestin)
Saluran usus halus merupakan saluran terpanjang yang terdiri dari
duodenum (usus dua belas jari), jejunum (usus kosong) dan ileum (usus
penyerapan). Dalam usus duodenum bermuara dua saluran dari pankreas
dan hepar. Hepar akan mengirimkan getah empedu ke duodenum untuk
mengemulsikan lemak. Usus halus juga bisa mensekresi enzim antara lain
erepsinogen dan enterokinase. Enterokinase adalah enzim pengaktif, yang
dapat mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin dan erepsinogen menjadi
erepsin.
Hasil pencernaan di usus halus akan diserap oleh jonjot usus (villi)
yang ada di illeum dan kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Sebelum
beredar, sari makanan dialirkan dulu ke hepar melalui vena porta hepatica.
Khusus untuk lemak dan vitamin yang larut dalam lemak tidak diangkut
melalui darah tapi melalui pembuluh getah bening.
e. Usus Besar (Colon)
Di dalam colon tidak ada lagi proses pencernaan. Dengan adanya
Escherichia coli, sisa pencernaan akan dibusukkan dan diperoleh vitamin
K dari proses tersebut. Fungsi utama colon adalah mengatur keadaan air
sisa makanan.
f. Rektum
Rektum ini merupakan lanjutan dari kolon sigmoid yang
menghubungkan intestinum mayor dengan anus, panjangnya 12 cm,
dimulai dari pertengahan sakrum sampai kanalis anus.
Rektum terletak dalam rongga pelvis didepan os sarkum dan os
koksigis.
Rektum terdiri atas dua bagian yaitu :
1) Rektum propia : bagian yang melebar disisa sebut ampula rekti, jika
terisi makanan akan timbul hasrat defekasi
2) Rektum analis rekti : sebelah bawah ditutupi oleh serat-serat otot polos
(muskulus spingter ani internus dan muskulus sfingter ani eksternus).
Kedua otot ini berfungsi pada waktu defekasi. Tunika mukosa rektum
mengandung pembuluh darah, jaringan mukosa dan jaringan otot yang
membentuk lipatan disebut kolumna rektalis. Bagian bawah terdapat
vene rektalis (hemoroidalis dan inferior) yang sering mengalami
pelebaran atau varises yang disebut wasir (ambeyen).
g. Anus
Anus merupakan saluran pencernaan yag berhubungan dengan
dunia luar terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh spingter ani
yang terdiri atas :
1) Spingter ani internus : terletak disebelah dalam bekerja tidak menurut
kehendak
2) Spingter lefatomi : bagian tengaah bekerja tidak menurut kehendak
3) Spingter ani eksternus : sebelah luar bekerja menurut kehendak
Defekasi adalah hasil refleks. Apabila bahan feses masuk kedalam
rektum, dinding rektum akan meregang menimbulkan impuls aferens
disalurkan melalui pleksus mesentrikus sehingga menimbulkan gelombang
peristaltik pada kolon desenden dan kolon sigmoid yang akan mendorong
feses ke arah anus. Apabila gelombang peristaltiik sampai di anus, spfingter
ani internus akan menghambat feses sementara dan sfingter ani eksternus
melemas sehingga terjadi defekasii.
C. ETIOLOGI
1. Secara pasti belum diketahui
2. Merupakan anomali gastrointestinal dan genitourynari
Namun ada sumber yang mengatakan kelainan anus bawaan disebabkan
oleh:
a. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan
embrionik.
b. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi
lahir tanpa lubang anus.
c. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani,
karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia
12 minggu atau 3 bulan.
d. Kelainan bawaan , dimana sfingter internal mungkin tidak memadai.
(Betz. Ed 7. 2012)
D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya anus imperforata karena kelainan congenital dimana saat
proses perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan
anus dan rectum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang
berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi genitor urinary dan
struktur anoretal.
Atresia ani ini terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan
perkembangan kolon antara 7-10 minggu selama perkembangan janin.
Kegagalan tersebut terjadi karena abnormalitas pada daerah uterus dan
vagina, atau juga pada proses obstruksi. Anus imperforate ini terjadi karena
tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga menyebabkan
feses tidak dapat dikeluarkan.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstuksi dan adanya 'fistula.
Obstuksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah
dengan segala akibatnya Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum,
maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia,
sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi
berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rectum
dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina
(rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki- laki biasanya letak
tinggi, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate
(rektovesika) pada letak rendah fistula menuju ke urethra (rektourethralis).
(Mediana,2011)
E. PATHWAY
Faktor kongenital dan faktor lain
Yang tidak diketahui / Idiopatik
ATRESIA ANI
G. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang khas pada klien antresia ani seperti :
1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada
fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
7. Perut kembung. ( Amin Huda & hardhi Kusuma, 2015 )
9
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada klien dengan atresia ani menurut Aziz Alimul
Hidayat (2010), Suriadi dan Rita Yuliani ( 2011 ), Fitri Purwanto ( 2009 ) adalah
sebagai berikut :
1. Penatalaksanaan Medis
a. Therapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan
keparahan defek. Untuk anomaly tinggi dilakukan colostomi beberapa
hari setelah lahir, bedah definitifnya yaitu anoplasti perineal ( prosedur
penarikan perineum abdominal ). Untuk lesi rendah diatasi dengan
menarik kantong rectal melalui sfingter sampai lubang pada kulit anal,
fistula bila ada harus ditutup. Defek membranosa memerlukan tindakan
pembedahan yang minimal yaitu membran tersebut dilubangi dengan
hemostat atau scalpel.
b. Pemberian cairan parenteral seperti KAEN 3B
c. Pemberian antibiotic seperti cefotaxim dan garamicin untuk mencegah
infeksi pada pasca operasi.
d. Pemberian vitamin C untuk daya tahan tubuh.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Monitor status hidrasi ( keseimbangan cairan tubuh intake dan output )
dan ukur TTV tiap 3 jam.
b. Lakukan monitor status gizi seperti timbang berat badan, turgor kulit,
bising usus, jumlah asupan parental dan enteral.
c. Lakukan perawatan colostomy, ganti colostomybag bila ada produksi,
jaga kulit tetap kering.
d. Atur posisi tidur bayi kearah letak colostomy.
e. Berikan penjelasan pada keluarga tentang perawatan colostomy dengan
cara membersihkan dengan kapas air hangat kemudian keringkan dan
daerah sekitar ostoma diberi zing zalf, colostomybag diganti segera setiap
ada produksi.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk memperkuat diagnosis sering di perlukan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan radiologist
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.
10
3. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system
pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena
massa tumor.
4. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaanfisik rectum
Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang
atau jari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan
dengan traktus urinarius. (Betz. Ed 7. 2012)
J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
1. Obstruksi
2. Perforasi
3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
4. Komplikasi jangka panjang.
a. Eversi mukosa anal
b. Stenosis
5. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
6. Inkontinensia (akibat stenosis awal )
7. Prolaps mukosa anorektal.
8. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)
9. Sepsis. (Wong, Whaley.2011)
11
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
ATRESIA ANI
A. PENGKAJIAN
1. Biodata klien
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan masa lalu
3. Riwayat tumbuh kembang
a. BB lahir abnormal
b. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang
pernah mengalami trauma saat sakit
c. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
d. Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
4. Pola nutrisi Metabolik
Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan
atresia ani post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu
oleh mual dan munta dampak dari anestesi.
5. Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru
maka tubuh dibersihkan dari bahan – bahan yang melebihi kebutuhan dan dari
produk buangan. Oleh karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada
anus, sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam defekasi
6. Pola Aktivitas dan Latihan
Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan
otot.
7. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman,
daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
8. Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri
pada luka inisisi.
9. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body
comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka
jahitan operasi
10. Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah
sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas
fisik untuk melaksanakan peran
12
11. Pola Reproduktif dan Sexual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi
12. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi, Adanya faktor stress lama, efek
hospitalisasi, masalah keuangan
13. Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini
diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap
klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.
14. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah
anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi,
termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada
auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah
bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina. (Mediana,2011)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Pre Operasi
2. Post Operasi
13
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Kriteria Hasil :
1. Pasien tidak
mengalami
penurunan berat
badan
2. Turgor pasien
baik
3. Pasien tidak
mual, muntah
4. Nafsu makan
bertambah
2. Deficit volume 1. Monitor intake-output 1. Mengantisipasi adanya
cairan cairan dehidrasi.
berhubungan 2. Monitor status hidrasi 2. Perubahan status hidrasi,
dengan (kelembapan membran membran mukosa, turgor
muntah mukosa, nadi adekuat) kulit menggambarkan
berlebihan. berat/ringannya
kekurangan cairan.
Tujuan : Setelah 3. Lakukan pemasangan
3. Mengetahui kehilangan
dilakukan infus dan berikan cairan
cairan melalui suhu
IV
tindakan tubuh yang tinggi.
keperawatan 4. Pantau TTV 4. Mengetahui keadaan
selama 3x24 jam umum pasien
diharapkan 5. Dorong keluarga untuk 5. Keluarga sebagai
kebutuhan membantu pasien makan. pendorong pemenuhan
Kriteria Hasil :
1. Output
urin 1-2
ml/kg/jam,
2. Capillary
refill 3-5 detik,
3. Turgor
kulit baik,
membrane
mukosa lembab
4. Pengeluar
an feses
terkontrol
3. Peningkatan 1. Pantau tanda-tanda 1. Tan da-tanda vital
suhu tubuh / vitalterutama suhu merupakan aluan untuk
Hipertermi mengetahui keadaan
berhubungan umum pasien terutama
dengan proses suhu tubuhnya.
peradangan, 2. air (1500-2000 cc/hari)Beri 2. Dengan minum banyak
pengeluaran pasien banyak minum air diharapkan cairan
inter Leukin I. yang hilang dapat
diganti.
Tujuan : Setelah 3. Beri pasien kompres air 3. Dengan kompres akan
dilakukan hangat atau air dingin terjadi perpindahan
tindakan panas secara konduksi
dan kompres hangat
keperawatan
akan mendilatasi
selama 3 jam pembuluh darah.
diharapkan suhu 4. Beri selimut pendingin 4. Untuk mengurangi
tubuh tidak panas demam umumnya lebih
lagi besar dari 39,5-400C dan
untuk mengurangi respon
Kriteria Hasil : hipertermi.
5. Pantau suhu lingkungan 5. Suhu ruangan harus
1. Suhu tubuh
dirubah agar dapat
dalam rentang
membantu
normal (36,5-
mempertahankan suhu
37,50C)
pasien
2. Nadi dan RR
6. Kolaborasi dalam pemberian 6. Pemberian obat
dalam rentang
obat antipiretik dan antibiotik unuk
normal
antibiotik mencegah infeksi
3. Tidak ada
pemberian obat
perubahan
antipiretik untuk
warna kulit dan
penurunan panas.
tidak pusing
7. Ketidakefektifa 1. Kaji frekuensi kedalaman 1. Kecepatan biasanya
n Pola Nafas pernafasan dan mencapai kedalaman
berhubungan ekspansidada. Catat upaya pernafasan bervariasi
dengan sesak, pernafasan termasuk tergantung derajat gagal
distensi penggunaan ototbantu nafas. Expansi dada
abdomen.
Kriteria Hasil :
1. Pasien tidak
lemas
2. Vital sign
dalam batas
normal
3. Menunjukkan
tehnik untuk
mengontrol
cemas
4. Postur tubuh,
Post Operasi
1. Nyeri Akut 1. Kaji tingkat nyeri yang 1. Mengetahui tingkat nyeri
berhubungan dirasakan pasien. pada pasien.
dengan insisi 2. Berikan penjelasan pada 2. Pasien mampu menerima
pembedahan. pasien tentang nyeri yang apa yang terjadi pada
terjadi. pasien.
Tujuan : Setelah 3. Ajarkan teknik relaksasi, 3. Mengurangi rasa nyeri
dilakukan distraksi.
tindakan
4. Bantu melakukan latihan 4. Agar tidak terjadi
keperawatan
rentang gerak. imobilitas pada pasien.
selama 1x24 jam
diharapkan nyeri 5. Kolaborasi pemberian 5. Mengurangi rasa nyeri
berkurang. analgetik pada luka post operasi.
Kriteria Hasil :
1. Nyeriberkuran
g
2. Pasienmerasat
enang
3. Status
lingkungan
yang nyaman
4. Mampu
mengontrol
nyeri
5. Status
kenyamanan
meningkat
6. Tidakadaperub
ahantanda
vital
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat
BAB dengan
normal
2. Tidak ada
perubahan
pada jumlah
feses
Kriteria Hasil :
1. Pasien bebas
dari tanda dan
gejala infeksi
2. Menunjukkan
kemampuan
untuk
mencegah
timbulnya
infeksi
5. Body image 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Mengidentifikasi luas
berhubungan pasien ttg kondisi dan masalah dan perlunya
dengan pengobatan. intervensi.
colostomy. 2. Diskusi arti dari perubahan 2. Beberapa pasien
pasien. memandang situasi
Tujuan : Setelah 3. Anjurkan orang terdekat sebagai tantangan.
dilakukan memperlakukan pasien 3. Menyampaikan harapan
tindakan secara normal dan bukan bahwa pasien mampu
keperawatan sebagai orang cacat untuk mengatur situasi
selama 1x24 jam dan membantu untuk
diharapkan nyeri mempertahankan
berkurang. perasaan harga diri dan
tujuan hidup.
Kriteria Hasil :
1. Body image
po
siti
f
2. Mampu
mengidentifik
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Nanda NIC-NOC.
Jogjakarta : Penerbit Mediaction
I. IDENTITAS DATA
Nama : By.Ms
Tempat/tanggal lahir : 6 April 2020
Nama Ayah/Ibu : Ny S
Pekerjaan Ayah : PNS
Pendidikan Ayah : SMA
Pekerjaan Ibu : IRT
Pendidikan Ibu : SMA
Alamat/No. Telepon : Jalan: Ahmad Yani, No 6. Lembuak, Narmada.
Kultur : Sasak
Agama : Islam
4. Lingkungan rumah
Ibu pasien mengatakan lingkungan rumahnya bersih dan jauh dari parik
maupun limbah/pembuangan sampah
5. Problem sosial yang penting
( ) Kurangnya sistem pendukung sosial
( ) Perbedaan bahasa
( ) Riwayat penyalahgunaan zat aditif ( obat-obatan )
( ) Lingkungan rumah yang kurang memadai
(√) Keuangan
( ) Lain-lain, sebutkan
VI. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1. Diagnosa medis
Atresia Ani
2. Tindakan operasi
Belum dilakukan tindakan operasi
3. Status Nutrisi
ASI
4. Status Cairan
Pasien diberikan infus KEN 3B : D5 ¼ Ns : 8 Tpm (Micro)
5. Obat-obatan
7. Pemeriksaan Penunjang
Beri tanda ( cek ) pada istilah yang tepat dari data-data dibawah ini.
Gambarkan semua temuan abnormal secara obyektif, gunakan kolom
komentar bila perlu.
1. Reflek Moro
( ) Moro ( √ ) Menggenggam ( ) Menghisap
2. Tonus / aktivitas
a. ( √ ) Aktif ( ) tenang ( ) Letargi ( )
Kejang
b. ( √ ) Menangis keras ( ) Lemah ( ) Melengking ( ) Sulit
menangis
3. Kepala / leher
a. Fontanel Anterior
( ) Lunak ( √ ) Tegas ( ) Datar ( ) Menonjol ( )
Cekung
b. Sutura sagitalis
( √ ) Tepat ( ) Terpisah ( ) menjauh
c. Gambaran wajah
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa data