Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SAKIT PADA BY MS

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ATRESIA ANI


DI RUANG NICU RUMAH SAKIT SEKAR ASIH
TANGGAL 8 - 9 APRIL 2020

DISUSUN OLEH :

NAMA : I MADE SATYA WIGUNA

NIM : P07120419018N

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATANMATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan dan disetujui oleh
pembimbing lahan dan pembimbing akademik pada :
Hari/Tanggal :
Bangsal/Ruangan :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik,

( MAS’ADAH, M.Kep. )
NIP : 197912202002122002
LAPORAN PENDAHULUAN
ATRESIA ANI

A. PENGERTIAN
Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi
membran yang memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan
lubang anus yang tidak sempurna.  Anus tampak rata atau sedikit cekung ke
dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan
rektum (Purwanto, 2010).
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi
membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan
lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke
dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan
rectum. ( agung hidayat, 2009 )
Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada
distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi & Yuliani, R, 2010).

B. ANATOMI FISIOLOGI
Pencernaan adalah proses pemecahan molekul-molekul zat makanan
dari yang lebih besar menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga dapat
diserap oleh dinding usus halus. Proses pencernaan makanan dibantu oleh HCl,
garam empedu dan berbagai enzim pencernaan yang disekresikan oleh kelenjar
pencernaan. Selain kelenjar pencernaan, proses ini juga memerlukan alat-alat
pencernaan.
Berikut dijelaskan proses pencernaan makanan secara berurutan dari
mulut hingga usus besar:
a.    Mulut
Di dalam rongga mulut, makanan dicerna secara mekanik dan
kimiawi. Pencernaan mekanik dibantu beberapa organ yaitu gigi dan lidah.
Gigi berfungsi untuk memotong dan penghalus makanan. Lidah digunakan
untuk mengatur letak makanan dalam mulut, sebagai indra perasa dan
mendorong makan masuk ke kerongkongan. Adanya kelenjar ludah di
sekitar mulut dapat membantu pencernaan secara kimiawi. Kelenjar
tersebut menghasilkan enzim ptialin yang berfungsi memecah amilum
menjadi disakarida.
b.    Kerongkongan (Oesophagus)
Organ ini berfungsi menghubungkan mulut dengan lambung
(panjang: sekitar 20 cm). Selama di kerongkongan makanan tidak
mengalami proses pencernaan, karena di kerongkongan hanya terjadi
gerak peristable.
c.    Lambung (Gaster)
Lambung berbentuk seperti kantung yang terdiri dari fundus,
kardiak dan pilorus. Di organ ini makanan dicerna secara kimiawi dengan
bantuan getah lambung. Sekresi getah lambung dipacu oleh hormon
Gastrin.
d.    Usus Halus (Intestin)
Saluran usus halus merupakan saluran terpanjang yang terdiri dari
duodenum (usus dua belas jari),  jejunum (usus kosong) dan ileum (usus
penyerapan). Dalam usus duodenum bermuara dua saluran dari pankreas
dan hepar. Hepar akan mengirimkan getah empedu ke duodenum untuk
mengemulsikan lemak. Usus halus juga bisa mensekresi enzim antara lain
erepsinogen dan enterokinase. Enterokinase adalah enzim pengaktif, yang
dapat mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin dan erepsinogen menjadi
erepsin. 
Hasil pencernaan di usus halus akan diserap oleh jonjot usus (villi)
yang ada di illeum dan kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Sebelum
beredar, sari makanan dialirkan dulu ke hepar melalui vena porta hepatica.
Khusus untuk lemak dan vitamin yang larut dalam lemak tidak diangkut
melalui darah tapi melalui pembuluh getah bening.
e.    Usus Besar (Colon)
Di dalam colon tidak ada lagi proses pencernaan. Dengan adanya
Escherichia coli, sisa pencernaan akan dibusukkan dan diperoleh vitamin
K dari proses tersebut. Fungsi utama colon adalah mengatur keadaan air
sisa makanan.
f.     Rektum
Rektum ini merupakan lanjutan dari kolon sigmoid yang
menghubungkan intestinum mayor dengan anus, panjangnya 12 cm,
dimulai dari pertengahan sakrum sampai kanalis anus.
Rektum terletak dalam rongga pelvis didepan os sarkum dan os
koksigis.
Rektum terdiri atas dua bagian yaitu :
1) Rektum propia : bagian yang melebar disisa sebut ampula rekti, jika
terisi makanan akan timbul hasrat defekasi
2) Rektum analis rekti : sebelah bawah ditutupi oleh serat-serat otot polos
(muskulus spingter ani  internus dan muskulus sfingter ani eksternus).
Kedua otot ini berfungsi pada waktu defekasi. Tunika mukosa rektum
mengandung pembuluh darah, jaringan mukosa dan jaringan otot yang
membentuk lipatan  disebut kolumna rektalis. Bagian bawah terdapat
vene rektalis (hemoroidalis dan inferior) yang sering mengalami
pelebaran atau varises yang disebut wasir (ambeyen).
g.     Anus
Anus merupakan saluran pencernaan yag berhubungan dengan
dunia luar terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh spingter ani
yang terdiri atas :
1) Spingter ani internus : terletak disebelah dalam bekerja tidak menurut
kehendak
2) Spingter lefatomi : bagian tengaah bekerja tidak menurut kehendak
3) Spingter ani eksternus : sebelah luar bekerja menurut kehendak
Defekasi adalah hasil refleks. Apabila bahan feses masuk kedalam
rektum, dinding rektum akan meregang menimbulkan impuls aferens
disalurkan melalui pleksus mesentrikus sehingga menimbulkan gelombang
peristaltik pada kolon desenden dan kolon sigmoid yang akan mendorong
feses ke arah anus. Apabila gelombang peristaltiik sampai di anus, spfingter
ani internus akan menghambat feses sementara dan sfingter ani eksternus
melemas sehingga terjadi defekasii.

C. ETIOLOGI
1. Secara pasti belum diketahui
2. Merupakan anomali gastrointestinal dan genitourynari
Namun ada sumber yang mengatakan kelainan anus bawaan disebabkan
oleh:
a. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan
embrionik.
b. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi
lahir tanpa lubang anus.
c. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani,
karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia
12 minggu atau 3 bulan.
d. Kelainan bawaan , dimana sfingter internal mungkin tidak memadai.
(Betz. Ed 7. 2012)

D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya anus imperforata karena kelainan congenital dimana saat
proses perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan
anus dan rectum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang
berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi genitor urinary dan
struktur anoretal.
Atresia ani ini terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan
perkembangan kolon antara 7-10 minggu selama perkembangan janin.
Kegagalan tersebut terjadi karena abnormalitas pada daerah uterus dan
vagina, atau juga pada proses obstruksi. Anus imperforate ini terjadi karena
tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga menyebabkan
feses tidak dapat dikeluarkan.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstuksi dan adanya 'fistula.
Obstuksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah
dengan segala akibatnya Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum,
maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia,
sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi
berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rectum
dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina
(rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki- laki biasanya letak
tinggi, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate
(rektovesika) pada letak rendah fistula menuju ke urethra (rektourethralis).
(Mediana,2011)
E. PATHWAY
Faktor kongenital dan faktor lain
Yang tidak diketahui / Idiopatik

ATRESIA ANI

Ujung rektum buntu

Ketidakmampuan fekal dikeluarkan

Pre operasi Fekal menjadi menumpuk diatas Dilakukan tindakan operasi

Kurang pengetahuan Obstruksi


ttg tindakan Operasi Colostomy Terputusnya kontinuitas Pembuatan lubang anus
Distensi abdomen jaringan
Perubahan
Respon psikologis Waktu lama tidak terkontrol
Mendorong diafragma Konsep diri
Merangsang peningkatan Pot de entri Merangsang mediator Penutupan anus
Pasien dan keluarga Peristaltik usus mikroorganisme
Complience paru terganggu HDR kimia ( BHSP ) ujung-
cemas ujung saraf bebas
Distensi abdomen
Memudahkan masuknya
Kebutuhan O2tidak adekuat Penumpukan feses
Pergerakan makanan Mk : Body kuman kedalam tubuh Radix Dorsalis Penumpukan Feses
Pernafasan tdk optimal lambat Image
Mk : Ansietas Proses peradangan Infeksi Mk: Gangguan Eliminasi
Pengeluaran Impuls / rangsangan
Medulla
Thalamusspinalis
Sesak Peningkatan
Rasa HCL
penuh diperut inter Leukin I Alvi
Mk : Resiko
(asam lambung) Infeksi Korteks serebri
Mk: Ketidakefektifan Pola Set point Temperature
Nafas Anoreksia, mual , meningkat Persepsi nyeri Merangsang RAS
muntah
Febris Tidur terjaga
Mk: Nyeri Akut
Muntah berlebihan
Mk : Peningkatan Mk: Gangguan
Mk: Ketidakseimbangan suhu tubuh / Istirahat Tidur
nutrisai kurang dari Hipertermi
kebutuhan tubuh
Mk : Deficit
Volume Cairan Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma , 2015
F. KLASIFIKASI
Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok
besar yaitu :
1. Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastro
intestinalis di capai melalui saluran fistula eksterna. Kelompok ini terutma
melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina atau rectofourchette
yang relative besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka
bisa di dapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.
2. Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalan
keluar tinja. Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk
menghasilkan dekompresi spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk
intervensi bedah segera. Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3
sub kelompok anatomi yaitu :
a. Anomali rendah
b. Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis,
terdapat sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan
fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran
genitourinarius.
c. Anomali intermediet
d. Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal
dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
e. Anomali tinggi
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada.
Hal ini biasanya berhungan dengan fistul sgenitourinarius-retrouretral (pria)
atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit
perineum lebihdari 1 cm.
( Amin Huda & hardhi Kusuma, 2015 )

G. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang khas pada klien antresia ani seperti :
1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada
fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
7. Perut kembung. ( Amin Huda & hardhi Kusuma, 2015 )

9
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada klien dengan atresia ani menurut Aziz Alimul
Hidayat (2010), Suriadi dan Rita Yuliani  ( 2011 ), Fitri Purwanto ( 2009 ) adalah
sebagai berikut :
1. Penatalaksanaan Medis
a. Therapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan
keparahan defek. Untuk anomaly tinggi dilakukan colostomi beberapa
hari setelah lahir, bedah definitifnya yaitu anoplasti perineal ( prosedur
penarikan perineum abdominal ). Untuk lesi rendah diatasi dengan
menarik kantong rectal melalui sfingter sampai lubang pada kulit anal,
fistula bila ada harus ditutup. Defek membranosa memerlukan tindakan
pembedahan yang minimal yaitu membran tersebut dilubangi dengan
hemostat atau scalpel.
b. Pemberian cairan parenteral seperti KAEN 3B
c. Pemberian antibiotic seperti cefotaxim dan garamicin untuk mencegah
infeksi pada pasca operasi.
d. Pemberian vitamin C untuk daya tahan tubuh.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Monitor status hidrasi ( keseimbangan cairan tubuh intake dan output )
dan ukur TTV tiap 3 jam.
b. Lakukan monitor status gizi seperti timbang berat badan, turgor kulit,
bising usus, jumlah asupan parental dan enteral.
c. Lakukan perawatan colostomy, ganti colostomybag bila ada produksi,
jaga kulit tetap kering.
d. Atur posisi tidur bayi kearah letak colostomy.
e. Berikan penjelasan pada keluarga tentang perawatan colostomy dengan
cara membersihkan dengan kapas air hangat kemudian keringkan dan
daerah sekitar ostoma diberi zing zalf, colostomybag diganti segera setiap
ada produksi.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk memperkuat diagnosis sering di perlukan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan radiologist
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.

10
3. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system
pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena
massa tumor.
4. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaanfisik rectum
Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang
atau jari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan
dengan traktus urinarius. (Betz. Ed 7. 2012)

J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
1. Obstruksi
2. Perforasi
3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
4. Komplikasi jangka panjang.
a. Eversi mukosa anal
b. Stenosis
5. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
6. Inkontinensia (akibat stenosis awal )
7. Prolaps mukosa anorektal.
8. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)
9. Sepsis. (Wong, Whaley.2011)

11
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
ATRESIA ANI

A. PENGKAJIAN
1. Biodata klien
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan masa lalu
3. Riwayat tumbuh kembang
a. BB lahir abnormal
b. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang
pernah mengalami trauma saat sakit
c. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
d. Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
4. Pola nutrisi Metabolik
Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan
atresia ani post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu
oleh mual dan munta dampak dari anestesi.
5. Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru
maka tubuh dibersihkan dari bahan – bahan yang melebihi kebutuhan dan dari
produk buangan. Oleh karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada
anus, sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam defekasi
6. Pola Aktivitas dan Latihan
Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan
otot.
7. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman,
daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
8. Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri
pada luka inisisi.
9. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body
comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka
jahitan operasi
10. Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah
sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas
fisik untuk melaksanakan peran

12
11. Pola Reproduktif dan Sexual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi
12. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi, Adanya faktor stress lama, efek
hospitalisasi, masalah keuangan
13. Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini
diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap
klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.
14. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah
anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi,
termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada
auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah
bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina. (Mediana,2011)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Pre Operasi

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia, mual, muntah.

b. Deficit volume cairan berhubungan dengan muntah berlebihan.

c. Peningkatan suhu tubuh / Hipertermi berhubungan dengan proses


peradangan, pengeluaran inter Leukin I.

d. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan sesak, distensi abdomen.

e. Kecemasan / ansietasberhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


penyakit dan prosedur perawatan.

2. Post Operasi

a. Nyeri Akut berhubungan dengan insisi pembedahan.

b. Gangguan eliminasi Alvi berhubungan dengan penumpukan feses.

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan persepsi nyeri post pembedahan

d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.

e. Body image berhubungan dengan colostomy.


( Amin Huda & hardhi Kusuma, 2015 )

13
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa INTERVENSI RASIONAL


Keperawatan
Pre Operasi
1. Ketidakseimba 1. Kaji KU pasien 1. Mengetahui keadaan
ngan nutrisi umum pasien
kurang dari 2. Timbang berat badan 2. Mengantisipasi adanya
kebutuhan pasien malnutrisi
tubuh 3. Catat frekuensi mual, 3. Mengetahui output
berhubungan muntah pasien pasien
dengan 4. Catat masukan nutrisi 4. Mengetahui input
anoreksia,
pasien pasien.
mual, muntah.
5. Berimotivasi pasien untuk 5. Untuk menambah
meningkatkan asupan nutrisi pasien
Tujuan : Setelah
nutrisi
dilakukan
6. Kolaborasi dengan ahli 6. Mengetahui diit yang
tindakan gizi dalam pengaturan dibutuhkan
keperawatan menu
selama 3x24 jam
diharapkan
pasien tidak
terjadi
kekurangan
nutrisi.

Kriteria Hasil :

1. Pasien tidak
mengalami
penurunan berat
badan
2. Turgor pasien
baik
3. Pasien tidak
mual, muntah
4. Nafsu makan
bertambah
2. Deficit volume 1. Monitor intake-output 1. Mengantisipasi adanya
cairan cairan dehidrasi.
berhubungan 2. Monitor status hidrasi 2. Perubahan status hidrasi,
dengan (kelembapan membran membran mukosa, turgor
muntah mukosa, nadi adekuat) kulit menggambarkan
berlebihan. berat/ringannya
kekurangan cairan.
Tujuan : Setelah 3. Lakukan pemasangan
3. Mengetahui kehilangan
dilakukan infus dan berikan cairan
cairan melalui suhu
IV
tindakan tubuh yang tinggi.
keperawatan 4. Pantau TTV 4. Mengetahui keadaan
selama 3x24 jam umum pasien
diharapkan 5. Dorong keluarga untuk 5. Keluarga sebagai
kebutuhan membantu pasien makan. pendorong pemenuhan

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


volume kebutuhan cairan klien.
cairanpasienterpe
nuhi

Kriteria Hasil :
1. Output
urin 1-2
ml/kg/jam, 
2. Capillary
refill 3-5 detik, 
3. Turgor
kulit baik,
membrane
mukosa lembab
4. Pengeluar
an feses
terkontrol
3. Peningkatan 1. Pantau tanda-tanda 1. Tan da-tanda vital
suhu tubuh / vitalterutama suhu merupakan aluan untuk
Hipertermi mengetahui keadaan
berhubungan umum pasien terutama
dengan proses suhu tubuhnya.
peradangan, 2. air (1500-2000 cc/hari)Beri 2. Dengan minum banyak
pengeluaran pasien banyak minum air diharapkan cairan
inter Leukin I. yang hilang dapat
diganti.
Tujuan : Setelah 3. Beri pasien kompres air 3. Dengan kompres akan
dilakukan hangat atau air dingin terjadi perpindahan
tindakan panas secara konduksi
dan kompres hangat
keperawatan
akan  mendilatasi
selama 3 jam pembuluh darah.
diharapkan suhu 4. Beri selimut pendingin 4. Untuk mengurangi
tubuh tidak panas demam umumnya lebih
lagi besar dari 39,5-400C dan
untuk mengurangi respon
Kriteria Hasil : hipertermi.
5. Pantau suhu lingkungan 5. Suhu ruangan harus
1. Suhu tubuh
dirubah agar dapat
dalam rentang
membantu
normal (36,5-
mempertahankan suhu
37,50C)
pasien
2. Nadi dan RR
6. Kolaborasi dalam pemberian 6. Pemberian obat
dalam rentang
obat antipiretik dan antibiotik unuk
normal
antibiotik mencegah infeksi
3. Tidak ada
pemberian obat
perubahan
antipiretik untuk
warna kulit dan
penurunan panas.
tidak pusing
7. Ketidakefektifa 1. Kaji frekuensi kedalaman 1. Kecepatan biasanya
n Pola Nafas pernafasan dan mencapai kedalaman
berhubungan ekspansidada. Catat upaya pernafasan bervariasi
dengan sesak, pernafasan termasuk tergantung derajat gagal
distensi penggunaan ototbantu nafas. Expansi dada
abdomen.

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


pernafasan / pelebaran terbatas yang
Tujuan : Setelah nasal. berhubungan dengan
dilakukan tindakan atelektasis dan atau nyeri
keperawatan dada.
selama 3x24 jam 2. Auskultasi bunyi nafas dan 2. ronki
diharapkan pola catat adanya bunyi nafas dan wheezing menyertai
nafas kembali seperti krekels, wheezing. obstruksi jalannafas /
efektif.
kegagalan pernafasan.
3. Tinggikan kepala dan 3. duduk
Kriteria Hasil :
bantumengubah posisi. tinggi memungkinkan
1. Pola nafas ekspansiparu dan
efektif, bunyi memudahkan pernafasan.
nafas normal 4. Kong
atau bersih. 4. Observasi pola batuk esti
2. TTV dalam dankarakter sekret. alveolarmengakibatkan
batas normal batuk sering/iritasi.
3. batuk 5. Dorong/bantu pasien 5. menin
berkurang, dalamnafas dan latihan gkatkan/banyaknya
ekspansi paru batuk. sputum dimana
mengembang. gangguanventilasi dan
ditambah ketidak
nyaman upaya bernafas.
4. Kecemasan / 1. Jelaskan dg istilah yg 1. Agar orang tua mengerti
ansietasberhub dimengerti tentang anatomi kondisi klien.
ungan dengan dan fisiologi saluran
kurang pencernaan normal.
pengetahuan 2. Gunakan alat, media dan
tentang gambar. 2. Pengetahuan tersebut
penyakit dan diharapkan dapat
prosedur 3. Beri informasi pada orang membantu menurunkan
perawatan. tua tentang operasi kecemasan.
kolostomi 3. Membantu mengurangi
Tujuan : Setelah kecemasan klien
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24 jam
diharapkan
kecemasan orang
tua dapat
berkurang.

Kriteria Hasil :

1. Pasien tidak
lemas
2. Vital sign
dalam batas
normal
3. Menunjukkan
tehnik untuk
mengontrol
cemas
4. Postur tubuh,

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


ekspresi
wajah, bahasa
tubuh dan
tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurang nya
kecemasan

Post Operasi
1. Nyeri Akut 1. Kaji tingkat nyeri yang 1. Mengetahui tingkat nyeri
berhubungan dirasakan pasien. pada pasien.
dengan insisi 2. Berikan penjelasan pada 2. Pasien mampu menerima
pembedahan. pasien tentang nyeri yang apa yang terjadi pada
terjadi. pasien.
Tujuan : Setelah 3. Ajarkan teknik relaksasi, 3. Mengurangi rasa nyeri
dilakukan distraksi.
tindakan
4. Bantu melakukan latihan 4. Agar tidak terjadi
keperawatan
rentang gerak. imobilitas pada pasien.
selama 1x24 jam
diharapkan nyeri 5. Kolaborasi pemberian 5. Mengurangi rasa nyeri
berkurang. analgetik pada luka post operasi.

Kriteria Hasil :

1. Nyeriberkuran
g
2. Pasienmerasat
enang
3. Status
lingkungan
yang nyaman
4. Mampu
mengontrol
nyeri
5. Status
kenyamanan
meningkat
6. Tidakadaperub
ahantanda
vital

2. Gangguan 1. Kaji tingkat nyeri yang 1. Mengetahui pola BAB


eliminasi alvi dirasakan pasien. pasien
berhubungan 2. Ajarkan teknik relaksasi 2. Mengetahui input dan
dengan distraksi. output cairan yang ada
penumpukan 3. Berikan posisi yang nyaman dalam tubuh klien
feses. pada pasien. 3. Mengetahui adanya
4. Kolaborasi pemberian obat komplikasi
sesuai indikasi. 4. Mengurangi  rasa sakit
Tujuan : Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


selama 1x24 jam
diharapkan
tidakterjadi
perubahan pola
eliminasi BAB.

Kriteria Hasil :

1. Pasien dapat
BAB dengan
normal
2. Tidak ada
perubahan
pada jumlah
feses

3. Gangguan 1. Pantau keadaan umum 1. Mengetahui kesadaran,


pola tidur pasien dan TTV.
dan kondisi tubuh dalam
berhubungan
dengan keadaan normal atau
persepsi nyeri tidak.
post 2. Untuk mengetahui
2. Kaji Pola Tidur
pembedahan
kemudahan dalam tidur.
Tujuan : Setelah . 3. Untuk mengetahui
dilakukan 3. Kaji fungsi pernapasan: tingkat kegelisahan.
tindakan bunyi napas, kecepatan,
keperawatan irama.
selama 1 x 24 jam 4.  Kaji faktor yang 4. Untuk mengidentifikasi
diharapkan pasien menyebabkan gangguan penyebab aktual dari
dapat istirahat tidur (nyeri, takut, gangguan tidur.
tidur malam stress, ansietas,
dengan optimal. imobilitas,gangguan
eliminasi sepertisering
Kriteria Hasil : berkemih,gangguan
1. Melaporkan metabolisme, gangguan
istirahat tidur transportasi,lingkungan
malam yang yang asing,
optimal. temperature,aktivitas yang
2. Tidak tidak adekuat) 5. Untuk memantau
menunjukan 5. Catat tindakan kemampuan seberapa jauh dapat
perilaku untuk
mengurangikegelisahan. bersikap tenang dan
gelisah.
rilex.
3. Wajah tidak
pucat dan 6. Ciptakan suasana 6. Untuk membantu
konjungtiva nyaman, Kurangi atau relaksasi saat tidur.
mata tidak hilangkan distraksi
anemis karena lingkungan dan gangguan
tidur 7. Tidur akan sulit
kurang tidur
malam. 7. Batasi pengunjung selama dilakukan tanpa
4.  Mempertahan periode istirahat yang relaksasi,
kan (atau optimal (mis; setelah
membentuk) makan).
pola tidur

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


yang
memberikan
energi
yang cukup
untuk
menjalani
aktivitas
sehari-hari.
4. Resiko infeksi 1. Kaji KU pasien 1. Untuk mengetahui
berhubungan keadaan umum pasien
dengan 2. Observasi tanda-tanda 2. Mengetahui adanya
prosedur infeksi tanda-tanda infeksi
pembedahan. 3. Kolaborasi pemberian 3. Untuk meminimalkan
antibiotik jumlah bakteri
Tujuan : Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2 x 24 jam
diharapkan tidak
ada tanda-tanda
infeksi.

Kriteria Hasil :

1. Pasien bebas
dari tanda dan
gejala infeksi
2. Menunjukkan
kemampuan
untuk
mencegah
timbulnya
infeksi
5. Body image 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Mengidentifikasi luas
berhubungan pasien ttg kondisi dan masalah dan perlunya
dengan pengobatan. intervensi.
colostomy. 2. Diskusi arti dari perubahan 2. Beberapa pasien
pasien. memandang situasi
Tujuan : Setelah 3. Anjurkan orang terdekat sebagai tantangan.
dilakukan memperlakukan pasien 3. Menyampaikan harapan
tindakan secara normal dan bukan bahwa pasien mampu
keperawatan sebagai orang cacat untuk mengatur situasi
selama 1x24 jam dan membantu untuk
diharapkan nyeri mempertahankan
berkurang. perasaan harga diri dan
tujuan hidup.
Kriteria Hasil :

1. Body image
po
siti
f
2. Mampu
mengidentifik

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


asi kekuatan
personal
3. Mempertahan
kan interaksi
sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Nanda NIC-NOC.
Jogjakarta : Penerbit Mediaction

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2012. BukuSakuKeperawatanPediatrik.
Edisike-3.Jakarta : EGC.
Hidayat, A. Azis Alimul . (2010) . Pengantar Ilmu Anak buku 2. Editor Dr Dripa
Sjabana
Suriadi & Rita Yuliani, 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Jakarta :
Penebar swadaya.
Wong, Donna L. 2011. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Monica Ester
(Alih Bahasa). Sri Kurnianianingsih (ed),. edisi ke-4. Jakarta : EGC.

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SAKIT PADA BY MS


DENGAN DIAGNOSA MEDIS ATRESIA ANI
DI RUANG NICU RUMAH SAKIT SEKAR ASIH
TANGGAL 8-10 APRIL 2020

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


Nama Mahasiswa/NPM : I Made Satya Wiguna
Tempat Praktek : Rumah Sakit Sekar Asih
Ruangan : NICU
Tanggal : 8 April 2020

I. IDENTITAS DATA
Nama : By.Ms
Tempat/tanggal lahir : 6 April 2020
Nama Ayah/Ibu : Ny S
Pekerjaan Ayah : PNS
Pendidikan Ayah : SMA
Pekerjaan Ibu : IRT
Pendidikan Ibu : SMA
Alamat/No. Telepon : Jalan: Ahmad Yani, No 6. Lembuak, Narmada.

Kultur : Sasak
Agama : Islam

II. KELUHAN UTAMA


Ibu pasien mengatakan By Ms tidak memiliki anus sejak lahir
III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
III.1 Prenatal
 Jumlah kunjungan : 7 kali
 Bidan/Dokter : Bidan 5x, Dokter 2x
Penkes yang didapat : Tanda bahaya kehamilan, Pemeriksaan
kehamilan secara rutin, Persiapan persalinan, Gizi ibu hamil, Tanda
Persalinan
 .HPHT : 10/07/2019. HTP : 17/04/2020. UK: 38-39
Minggu
 Komplikasi kehamilan : Tidak ada
 Komplikasi Obat : Tidak ada
 Obat-obatan yang didapat : Fe, Asam Folat, Kalk (Kalsium)
 Riwayat Hospitalisasi : Tidak ada
 Golongan drah ibu :B
 Pemeriksaan kehamilan / Maternal screening
( ) Rubelle ( √ ) Hepatitis ( ) CMV

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


( ) Go ( ) Herpes ( √ ) HIV
III.2 Natal
 Awal Persalinan : Pasien mengeluh sakit pinggang menjalar ke
perut bagian bawah sejak tanggal 05/04/2020 pukul: 22:00 WITA,
keluar lendir darah tanggal 06/04/2020 pukul 05:00 WITA.
 Lama Persalinan : 8 jam dengan kala I : 7 jam dan kala II : 1 jam
 Komplikasi persalinan : Tidak ada
 Terapi yang diberikan : injeksi oxytocin 1 ampul/IM
 Cara melahirkan
( √ ) pervaginam ( ) Caesar
 Tempat melahirkan :
( ) Rumah bersalin ( ) Rumah ( √ ) Rumah Sakit
III.3 Postnatal
 Usaha Nafas
( ) dengan bantuan
(√) tanpa bantuan
 Kebutuhan resusitasi
o Jenis dan lamanya dari 1 dan 5 menit : - 5
o Skor Apgar : 7-9
 Obat-obat yang diberikan pada neonatus
Injeksi Vitamin K 1 mg/IM dan pemberian imunisasi injeksi HB 0.
Setelah 1 jam pemberian injeksi vitamin K
 Interaksi orang tua dengan bayi
o Kualitas : IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
o Lamanya : 1 jam
 Trauma lahir
( ) Ada (√) Tidak ada
 Narkosis
( ) Ada (√) Tidak ada
 Keluarnya urine / bab
( ) Ada (√) Tidak ada
 Respon fisiologis atau perilaku yang bermakna
Menangis dan menhisap Asi
IV. RIWAYAT KELUARGA
Ibu pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
sakit seperti bayinya dan tidak ada riwayat penyakit keturunan
V. RIWAYAT SOSIAL

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


1. Sistem pendukung / keluarga yang dapat dihubungi
Keluarga/Orang tua
2. Hubungan orang tua dengan bayi
Ibu Ayah
√ Menyentuh √
√ Memeluk √
√ Berbicara √
√ Berkunjung √
√ Kontak mata √
3. Anak yang lain
Jenis Kelamin Anak Riwayat persalinan Riwayat Imunisasi
Tidak ada Tidak ada Tidak ada

4. Lingkungan rumah
Ibu pasien mengatakan lingkungan rumahnya bersih dan jauh dari parik
maupun limbah/pembuangan sampah
5. Problem sosial yang penting
( ) Kurangnya sistem pendukung sosial
( ) Perbedaan bahasa
( ) Riwayat penyalahgunaan zat aditif ( obat-obatan )
( ) Lingkungan rumah yang kurang memadai
(√) Keuangan
( ) Lain-lain, sebutkan
VI. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1. Diagnosa medis

Atresia Ani

2. Tindakan operasi
Belum dilakukan tindakan operasi

3. Status Nutrisi

ASI

4. Status Cairan
Pasien diberikan infus KEN 3B : D5 ¼ Ns : 8 Tpm (Micro)

5. Obat-obatan

infus KEN 3B : D5 ¼ Ns : 8 Tpm (Micro)

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


6. Hasil Laboratorium
PARAMETER NILAI SATUAN NILAI
NORMAL
Hemoglobin 16 g/dl 14 – 24
Hematokrit 44 % 44 – 64
Leukosit 10 103/uL 4 – 10.5
Trombosit 200 103/uL 150 – 450
Eritrosit 5.5 103/uL 4.8 – 7.1
MDV 11.2 FL 6.5 – 12
PDC 11.6 % 9 – 12
PCT 0.1 % %

7. Pemeriksaan Penunjang

VII. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Sedang
Tingkat kesadaran : Compos Mentis
0c
Tanda vital Nadi : 160 x/menit Suhu : 37 RR : 65 x/menit SPO2 : 99%

Saat lahir Saat ini


1. Berata Badan 3.500 gram 3.400 gram
2. Panjang Badan 53 cm 53 cm
3. Lingkar Kepala 32 cm 32 cm

Beri tanda ( cek ) pada istilah yang tepat dari data-data dibawah ini.
Gambarkan semua temuan abnormal secara obyektif, gunakan kolom
komentar bila perlu.
1. Reflek Moro
( ) Moro ( √ ) Menggenggam ( ) Menghisap
2. Tonus / aktivitas
a. ( √ ) Aktif ( ) tenang ( ) Letargi ( )
Kejang
b. ( √ ) Menangis keras ( ) Lemah ( ) Melengking ( ) Sulit
menangis
3. Kepala / leher
a. Fontanel Anterior
( ) Lunak ( √ ) Tegas ( ) Datar ( ) Menonjol ( )
Cekung
b. Sutura sagitalis
( √ ) Tepat ( ) Terpisah ( ) menjauh
c. Gambaran wajah

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


( √ ) Simetris ( ) Asimetris
d. Molding
( √ ) Caput Succedaneum ( ) Chepalohematoma
4. Mata
( √ ) Bersih ( ) Sekresi
5. THT
a. Telinga
( √ ) Normal ( ) Abnormal
b. Hidung
( ) Bilateral ( ) Obstruksi ( √ ) Cuping
Hidung
c. Palatum
( √ ) Normal ( ) Abnormal
6. Abdomen
a. ( ) Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( √ )
Kembung
b. Lingkar perut : 33 cm
c. Liver : ( √ ) kurang dari 2 cm ( ) Lebih dari 2 cm
7. Thoraks
a. ( √ ) Simetris ( ) Asimetris
b. Retraksi : ( √ ) derajat 1 ( ) derajat 2 ( ) derajat
3
c. Klavikula : ( √ ) Normal ( ) Abnormal
8. Paru-paru
a. Suara nafas : ( √ ) Sama kanan kiri ( ) Tidak sama kanan kiri
( √ ) Bersih ( ) Ronchi ( ) Rales ( )
sekret
b. Bunyi nafas
( √ ) terdengan di semua lapang paru ( ) tidak terdengar ( )
menurun
c. Respirasi
( √ ) Spontan , jumlah : 65 x/menit
( ) Sungkup/boxhead, jumlah : …………x/menit
( ) Ventilasi assisted CPAP
9. Jantung
a. ( √ ) Bunyi Normal Sinus Rytme ( NSR )
( ) Mur-mur ( ) Lain-lain, sebutkan

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


b. Waktu pengisian kapiler, Batang tubuh : < 3 detik
Ektrimitas : < 3 detik
c. Nadi perifer
Kuat Lemah Tidak ada
Brachial kanan √
Brachial kiri √
Femoral kanan √
Femoral kiri √
10. Ekstrimitas
a. ( √ ) Semua ekstrimitas gerak ( ) ROM terbatas ( ) tidak
dapat dikaji
b. Ekstrimitas atas dan bawah ( √ ) Simetris ( )
Asimetris
11. Umbilikus : ( √ ) Normal ( ) Abnormal ( ) Inflamasi (
) Drainage
12. Genital : ( √ ) Normal ( ) Abnormal ( ) Ambivalen
13. Anus : ( ) Paten ( ) Imperforata ( √ ) Tidak ada
14. Spina : ( √ ) Normal ( ) Abnormal
15. Kulit
a. Warna : ( ) Pink ( √ ) Pucat ( ) Jaundice
b. ( ) Rash / kemerahan
c. ( ) tanda lahir
16. Suhu
a. Lingkungan
( ) Penghangat radian ( ) Pengaturan suhu
( ) Inkubator ( √ ) Suhu ruang ( ) Boks terbuka
b. Suhu kulit : 370c

VIII. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


1. Kemandirian dan bergaul
Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Motorik halus
Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Kognitif dan bahasa
Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Motorik kasar
Tidak dilakukan pemeriksaan
IX. KESIMPULAN PERKEMBANGAN

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


( √ ) Menangis bila tidak nyaman
( ) Membuat suara tenggorok yang pelan
( √ ) Memandang wajah dengan sungguh-sungguh
( √ ) Mengeluarkan suara
( ) Berespon secara berbeda terhadap obyek yang berbeda
( ) Dapat tersenyum
( √ ) Menggerakkan kedua lengan dan tungkai sama mudahnya ketika telentang
( √ ) Memberikan reaksi dengan melihat ke arah sumber cahaya ( misalnya dari
lampu
senter yang digerakkan ke kiri & kanan )
( ) Mengoceh dan memberikan reaksi terhadap suara
( ) Membalas senyuman

X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Atresia Ani Ketidakseimbangan
1. Ibu pasien Ujung rectum buntu nutrisi kurang dari
mengatakan Ketidak mampuan fecal kebutuhan tubuh
anaknya tidak mau dikeluarkan
menetek Obstruksi
2. Ibu pasien Distensi abdomen
mengatakan Merangsang

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


anaknya muntah peningkatan peristaltik
setiap menetek usus
3. Ibu pasien Pergerakan makanan
mengatakan By lambat
MS tidak memiliki Peningkatan HCL
anus (asam lambung)
Anoreksia, mual dan
DO : muntah
1. Pasien tampak
lemas dan muntah
saat di beri Asi
2. Wajah tampak
pucat
3. Kulit dan mukosa
tampak kering
4. BB Lahir 3500
gram turun
menjadi 3400 gram
2. DS : Atresia Ani Deficit volume
1. Ibu pasien Ujung rectum buntu cairan
mengatakan Ketidak mampuan fecal
anaknya muntah dikeluarkan
setiap menetek Obstruksi
2. Ibu pasien Distensi abdomen
mengatakan Merangsang
anaknya rewel dan peningkatan peristaltik
menangis usus
DO : Pergerakan makanan
1. Pasien tampak lambat
pucat Peningkatan HCL
2. Pasien tampak (asam lambung)
rewel dan Anoreksia, mual dan
menangis muntah
3. Ubun-ubun tampak Muntah berlebihan
cekung dan mata
cowong
4. Pasien terpasang

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


infus KAEN 3B : 8
tpm

3. DS : Distensi abdomen Ketidakefektifan


1. Ibu pasien Mendorong diafragma Pola Nafas
mengatakan Complience paru
anaknya sesak terganggu
2. Ibu pasien Kebutuhan O2tidak
mengatakan perut adekuat
anaknya kembung Pernafasan tdk optimal
3. Ibu pasien Sesak
mengatakan By
MS tidak memiliki
anus
DO :
1. Pasien tampak
sesak
2. Tampak tarikan
dinding dada
3. Perut tampak
buncit / distensi
abdomen
4. TTV :
Nadi: 160 x/menit
Suhu: 370c, RR : 65
x/menit, SPO2 :
99%
2. Rumusan diagnosa
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah di tandai dengan Ibu pasien
mengatakan anaknya tidak mau menetek, Ibu pasien mengatakan
anaknya muntah setiap menetek, Ibu pasien mengatakan By MS tidak
memiliki anus, Pasien tampak lemas dan muntah saat di beri Asi,
Wajah tampak pucat, Kulit dan mukosa tampak kering, BB Lahir 3500
gram turun menjadi 3400 gram.
b. Deficit volume cairan berhubungan dengan muntah berlebihan ditandai
dengan Ibu pasien mengatakan anaknya muntah setiap menetek, Ibu

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


pasien mengatakan anaknya rewel dan menangis, Pasien tampak pucat,
Pasien tampak rewel dan menangis, Ubun-ubun tampak cekung dan
mata cowong, Pasien terpasang infus KAEN 3B : 8 tpm.
c. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan sesak, distensi
abdomen, ditandai dengan Ibu pasien mengatakan anaknya sesak, Ibu
pasien mengatakan perut anaknya kembung, Ibu pasien mengatakan
By MS tidak memiliki anus, Pasien tampak sesak, Tampak tarikan
dinding dada , Perut tampak buncit / distensi abdomen, TTV : Nadi:
160 x/menit Suhu: 370c, RR : 65 x/menit SPO2 : 99%.

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


PROSES PERAWATAN

NAMA KLIEN : By MS NAMA MAHASISWA : I MADE SATYA WIGUNA


RUANG : NICU NIM : P07120419018N
DIAGNOSA MEDIS : ATRESIA ANI PARAF :𝜆
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO KEPERAWATA KRITERIA INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
N HASIL
1. 1. Ketidakseimba Setelah 7. Kaji keadaan umum 7. Mengetahui keadaan 1. Mengkaji keadaan S:
8/4/ ngan nutrisi dilakukan pasien umum pasien umum pasien Ibu pasien mengatakan
2020 kurang dari tindakan 8. Timbang berat badan 8. Mengantisipasi 2. Menimbang berat anaknya mau menetek
kebutuhan keperawatan 2 x pasien adanya malnutrisi badan pasien sedikit-sedikit dan masih
tubuh 24 jam 9. Catat frekuensi 9. Mengetahui output 3. Mencatat muntah
diharapkan mual, muntah pasien pasien frekuensi mual, O:
ketidak 10. Catat masukan 10. Mengetahui input muntah pasien a. Pasien tampak
seimbangan lemas dan pucat
nutrisi pasien pasien. 4. Mencatat
nutrisi dapat b. Mukosa bibir dan
11. Kolaborasi dengan 11. Mengetahui diit yang masukan nutrisi
teratasi dengan kulit lembab
kriteria hasil: ahli gizi dalam dibutuhkan pasien c. BB : 3.400 gram
a. Pasien mau pengaturan menu 5. Mengkolaborasi A:
menetek / kan dengan ahli Masalah belum teratasi
meminum ASI gizi dalam P:
b. Pasien tidak pengaturan menu Intervensi dilanjutkan
muntah saat
meminum ASI
c. Wajah tidak

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


tampak lemas
dan pucat
d. Mukosa bibir
dan kulit
lembab
e. Berat badan
naik (Normal
3.500 gram)

2. Deficit volume Setelah 6. Monitor intake- 6. Mengantisipasi 1. Memonitor intake-


S:
cairan dilakukan output cairan adanya dehidrasi. output cairan Ibu pasien mengatakan
berhubungan tindakan 7. Monitor status 7. Perubahan status 2. Memonitor status
anaknya mau menetek
dengan muntah keperawatan 2 x hidrasi (kelembapan hidrasi, membran hidrasi (kelembapan sedikit-sedikit dan masih
berlebihan 24 jam membran mukosa, mukosa, turgor kulit membran mukosa,muntah
diharapkan nadi adekuat) menggambarkan nadi adekuat) O:
Deficit volume berat/ringannya a. Pasien tampak
cairann dapat lemas dan pucat
kekurangan cairan.
teratasi dengan 8. Lakukan 3. Melakukan b. Tidak tampak ubun
8. Mengetahui
kriteria hasil: pemasangan infus pemasangan infus dan ubun cekung dan
1. Pasien tidak dan berikan cairan kehilangan cairan berikan cairan IV mata cowong
muntah saat IV melalui suhu tubuh c. Pasien terpasang
di berikan yang tinggi. 4. Memantau TTV infus KAEN 3B : 8
ASI 9. Pantau TTV 9. Mengetahui keadaan Tpm micro
(menyusui) umum pasien A:
2. Pasien tidak . Masalah teratasi sebagian
rewel dan P:
menangis Intervensi dilanjutkan
3. Pasien
tampak tidak
pucat

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


4. Tampak
ubun-ubun
tidak cekung
dan mata
tidak cowong
5. Pasien tidak
mengalami
dehidrasi
3. Ketidakefektifa Setelah 6. Kaji frekuensi 1. Kecepatan biasanya 1. Mengkaji frekuensi S :
n Pola Nafas dilakukan kedalaman pernafasan mencapai kedalaman kedalaman pernafasan O:
berhubungan tindakan dan ekspansidada. pernafasan bervariasi dan ekspansidada. a. Pasien tampak
dengan sesak, keperawatan 2 x Catat upaya tergantung derajat Catat upaya sesak
distensi 24 jam pernafasan termasuk gagal nafas. Expansi pernafasan termasuk b. Tidak tampak
abdomen diharapkan penggunaan ototbantu dada terbatas yang penggunaan ototbantu tarikan dinding
ketidakefektifan pernafasan / pelebaran berhubungan dengan pernafasan / dada
pola nafas dapat c. Perut tampak
nasal. atelektasis dan atau pelebaran nasal.
teratasi dengan kembung/distensi
nyeri dada.
kriteria hasil: d. TTV :
1. Pasien tidak 7. Auskultasi bunyi 2. ron 2. Mengauskultasi bunyi Nadi: 150 x/menit
sesak nafas dan catat adanya ki dan wheezing nafas dan catat adanya
bunyi nafas seperti menyertai obstruksi bunyi nafas seperti Suhu: 370c, RR : 56
2. Tidak tampak
tarikan krekels, wheezing. jalannafas / kegagalan krekels, wheezing. x/menit, SPO2 :
dinding dada pernafasan.
99%
3. Perut pasien 8. Tinggikan kepala dan 3. du 3. Meninggikan kepala
tidak bantumengubah duk tinggi dan mengubah posisi A:
kembung posisi. memungkinkan pasien. Masalah teratasi sebagian
(distensi) ekspansiparu dan P:
4. TTV dalam memudahkan Intervensi dilanjutkan
Batas normal pernafasan.

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


2. 1. Ketidakseimb Setelah 1. Kaji keadaan umum 1. Mengetahui keadaan 1. Mengkaji keadaan S:
9/4/ angan nutrisi dilakukan pasien umum pasien umum pasien Ibu pasien mengatakan
2020 kurang dari tindakan 2. Timbang berat badan 2. Mengantisipasi 2. Menimbang berat anaknya mau menetek
kebutuhan keperawatan 2 x pasien adanya malnutrisi badan pasien sedikit-sedikit
tubuh 24 jam 3. Catat frekuensi mual, 3. Mengetahui output 3. Mencatat frekuensi O:
diharapkan muntah pasien pasien mual, muntah pasien d. Pasien tampak tidak
ketidak 4. Catat masukan 4. Mengetahui input 4. Mencatat masukan lemas dan pucat
seimbangan e. Mukosa bibir dan
nutrisi pasien pasien. nutrisi pasien
nutrisi dapat kulit lembab
5. Kolaborasi dengan 5. Mengetahui diit yang 5. Mengkolaborasi kan
teratasi dengan f. BB : 3.450 gram
kriteria hasil: ahli gizi dalam dibutuhkan dengan ahli gizi A:
a. Pasien mau pengaturan menu dalam pengaturan Masalah teratasi sebagian
menetek / menu P:
meminum Intervensi dilanjutkan
ASI
b. Pasien tidak
muntah saat
meminum
ASI
c. Wajah tidak
tampak lemas
dan pucat
d. Mukosa bibir
dan kulit
lembab
e. Berat badan
naik (Normal

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


3.500 gram)

2. Deficit Setelah 1. Monitor intake- 1. Mengantisipasi 1. Memonitor intake-


S:
volume cairan dilakukan output cairan adanya dehidrasi. output cairan Ibu pasien mengatakan
berhubungan tindakan 2. Monitor status 2. Perubahan status 2. Memonitor status
anaknya mau menetek
dengan keperawatan 2 x hidrasi (kelembapan hidrasi, membran hidrasi (kelembapan sedikit-sedikit dan tidak
muntah 24 jam membran mukosa, mukosa, turgor kulit membran mukosa,ada muntah
berlebihan diharapkan nadi adekuat) menggambarkan nadi adekuat) O:
Deficit volume berat/ringannya a. Pasien tidak
cairann dapat tampak lemas dan
kekurangan cairan.
teratasi dengan 3. Lakukan 3. Melakukan pucat
3. Mengetahui
kriteria hasil: pemasangan infus pemasangan infus dan b. Tidak tampak ubun
a. Pasien tidak dan berikan cairan kehilangan cairan berikan cairan IV ubun cekung dan
muntah saat IV melalui suhu tubuh mata cowong
di berikan yang tinggi. 4. Memantau TTV c. Pasien terpasang
ASI 4. Pantau TTV 4. Mengetahui keadaan infus D5 1/4 NS : 8
(menyusui) umum pasien Tpm micro
b. Pasien tidak 5. . A:
rewel dan Masalah teratasi
menangis P:
c. Pasien Intervensi dilanjutkan
tampak tidak
pucat
d. Tampak
ubun-ubun
tidak cekung
dan mata
tidak cowong
e. Pasien tidak
mengalami

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


dehidrasi
3. Ketidakefektif Setelah 1. Kaji frekuensi 1. Ke 1. Mengkaji S:
an Pola Nafas dilakukan kedalaman cepatan biasanya frekuensi kedalaman O:
berhubungan tindakan pernafasan dan mencapai kedalaman pernafasan dan a. Pasien tampak
dengan sesak, keperawatan 2 x ekspansidada. Catat pernafasan bervariasi ekspansidada. Catat sesak
distensi 24 jam upaya pernafasan tergantung derajat upaya pernafasan b. Tidak tampak
abdomen diharapkan termasuk gagal nafas. Expansi termasuk penggunaan tarikan dinding
ketidakefektifan penggunaan dada terbatas yang ototbantu pernafasan / dada
pola nafas dapat c. Perut tampak
ototbantu berhubungan dengan pelebaran nasal.
teratasi dengan kembung/distensi
pernafasan / atelektasis dan atau
kriteria hasil: d. TTV :
a. Pasien tidak pelebaran nasal. nyeri dada. 2. Mengauskultasi Nadi: 152 x/menit
sesak 2. ron bunyi nafas dan catat
2. Auskultasi bunyi ki dan wheezing adanya bunyi nafas Suhu: 370c, RR : 54
b. Tidak tampak
tarikan nafas dan catat menyertai obstruksi seperti krekels, x/menit, SPO2 :
dinding dada adanya bunyi nafas jalannafas / wheezing.
seperti krekels, kegagalan 99%
c. Perut pasien
tidak wheezing. pernafasan. 3. Meninggikan A:
kembung 3. du kepala dan mengubah Masalah teratasi sebagian
(distensi) 3. Tinggikan kepala dan duk tinggi posisi pasien. P:
d. TTV dalam bantumengubah memungkinkan Intervensi dilanjutkan
Batas normal posisi. ekspansiparu dan
memudahkan
pernafasan.

STASE ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM

Anda mungkin juga menyukai