Anda di halaman 1dari 27

KUMPULAN LAPORAN STASE

KEPERAWATAN ANAK
RESUME KASUS MALFORMASI ANOREKTAL
TANGGAL 22 MARET S.D 03 APRIL 2021

Kelompok 4
Cici Paramida
Ujang Asep S
Vivy Pragustila

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHTAN BANI SALEH
MARET, 2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN

A.    PENGERTIAN
Atresia ani atau malformasi anorektal (MAR) adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. 
Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2010).

Atresia ani atau malformasi anorektal (MAR) adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna.
Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rectum. ( agung hidayat, 2009 )

Atresia ani atau malformasi anorektal (MAR) adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik
pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi & Yuliani, R, 2010).

B. ANATOMI FISIOLOGI
Pencernaan adalah proses pemecahan molekul-molekul zat makanan dari yang lebih besar
menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga dapat diserap oleh dinding usus halus.
Proses pencernaan makanan dibantu oleh HCl, garam empedu dan berbagai enzim pencernaan
yang disekresikan oleh kelenjar pencernaan. Selain kelenjar pencernaan, proses ini juga
memerlukan alat-alat pencernaan.

Berikut dijelaskan proses pencernaan makanan secara berurutan dari mulut hingga usus besar:

2
a.  Mulut
Di dalam rongga mulut, makanan dicerna secara mekanik dan kimiawi. Pencernaan
mekanik dibantu beberapa organ yaitu gigi dan lidah. Gigi berfungsi untuk memotong dan
penghalus makanan. Lidah digunakan untuk mengatur letak makanan dalam mulut, sebagai
indra perasa dan mendorong makan masuk ke kerongkongan. Adanya kelenjar ludah di
sekitar mulut dapat membantu pencernaan secara kimiawi. Kelenjar tersebut menghasilkan
enzim ptialin yang berfungsi memecah amilum menjadi disakarida.
b.  Kerongkongan (Oesophagus)
Organ ini berfungsi menghubungkan mulut dengan lambung (panjang: sekitar 20 cm).
Selama di kerongkongan makanan tidak mengalami proses pencernaan, karena di
kerongkongan hanya terjadi gerak peristable.
c.  Lambung (Gaster)
Lambung berbentuk seperti kantung yang terdiri dari fundus, kardiak dan pilorus. Di organ
ini makanan dicerna secara kimiawi dengan bantuan getah lambung. Sekresi getah
lambung dipacu oleh hormon Gastrin.
d. Usus Halus (Intestin)
Saluran usus halus merupakan saluran terpanjang yang terdiri dari duodenum (usus dua
belas jari),  jejunum (usus kosong) dan ileum (usus penyerapan). Dalam usus duodenum
bermuara dua saluran dari pankreas dan hepar. Hepar akan mengirimkan getah empedu ke
duodenum untuk mengemulsikan lemak. Usus halus juga bisa mensekresi enzim antara lain
erepsinogen dan enterokinase. Enterokinase adalah enzim pengaktif, yang dapat
mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin dan erepsinogen menjadi erepsin. 
Hasil pencernaan di usus halus akan diserap oleh jonjot usus (villi) yang ada di illeum dan
kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Sebelum beredar, sari makanan dialirkan dulu ke
hepar melalui vena porta hepatica. Khusus untuk lemak dan vitamin yang larut dalam
lemak tidak diangkut melalui darah tapi melalui pembuluh getah bening.
e.  Usus Besar (Colon)
Di dalam colon tidak ada lagi proses pencernaan. Dengan adanya Escherichia coli, sisa
pencernaan akan dibusukkan dan diperoleh vitamin K dari proses tersebut. Fungsi utama
colon adalah mengatur keadaan air sisa makanan.
f. Rektum
Rektum ini merupakan lanjutan dari kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, panjangnya 12 cm, dimulai dari pertengahan sakrum sampai kanalis
anus.Rektum terletak dalam rongga pelvis didepan os sarkum dan os koksigis.
Rektum terdiri atas dua bagian yaitu :
1)  Rektum propia : bagian yang melebar disisa sebut ampula rekti, jika terisi makanan akan
timbul hasrat defekasi
2)  Rektum analis rekti : sebelah bawah ditutupi oleh serat-serat otot polos (muskulus
spingter ani  internus dan muskulus sfingter ani eksternus). Kedua otot ini berfungsi pada
waktu defekasi. Tunika mukosa rektum mengandung pembuluh darah, jaringan mukosa
dan jaringan otot yang membentuk lipatan  disebut kolumna rektalis. Bagian bawah

3
terdapat vene rektalis (hemoroidalis superior dan inferior) yang sering mengalami
pelebaran atau varises yang disebut wasir (ambeyen).

g.     Anus
Anus merupakan saluran pencernaan yag berhubungan dengan dunia luar terletak didasar
pelvis, dindingnya diperkuat oleh spingter ani yang terdiri atas :
1)    Spingter ani internus : terletak disebelah dalam bekerja tidak menurut kehendak
2)    Spingter lefatomi : bagian tengaah bekerja tidak menurut kehendak
3)    Spingter ani eksternus : sebelah luar bekerja menurut kehendak

Defekasi adalah hasil refleks. Apabila bahan feses masuk kedalam rektum, dinding rektum akan
meregang menimbulkan impuls aferens disalurkan melalui pleksus mesentrikus sehingga
menimbulkan gelombang peristaltik pada kolon desenden dan kolon sigmoid yang akan
mendorong feses ke arah anus. Apabila gelombang peristaltiik sampai di anus, spfingter ani
internus akan menghambat feses sementara dan sfingter ani eksternus melemas sehingga terjadi
defekasii.

C.     ETIOLOGI
1.      Secara pasti belum diketahui
2.      Merupakan anomali gastrointestinal dan genitourynari
Namun ada sumber yang mengatakan kelainan anus bawaan disebabkan oleh:
a) Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan
pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
b) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang
anus.
c) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
d) Kelainan bawaan , dimana sfingter internal mungkin tidak memadai. (Betz. Ed 7. 2012)

D.    PATOFISIOLOGI
Terjadinya anus imperforata karena kelainan congenital dimana saat proses perkembangan
embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan rectum. Dalam perkembangan
selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi
genitor urinary dan struktur anoretal.Atresia ani ini terjadi karena tidak sempurnanya migrasi
dan perkembangan kolon antara 7-10 minggu selama perkembangan janin. Kegagalan tersebut
terjadi karena abnormalitas pada daerah uterus dan vagina, atau juga pada proses obstruksi.
Anus imperforate ini terjadi karena tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus
sehingga menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan.Manifestasi klinis diakibatkan adanya
obstuksi dan adanya 'fistula. Obstuksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan,
muntah dengan segala akibatnya Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin
akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses mengalir kearah

4
traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk
fistula antara rectum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina
(rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki- laki biasanya letak tinggi, umumnya
fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate (rektovesika) pada letak rendah fistula
menuju ke urethra (rektourethralis) (Mediana,2011)

5
E.    PATHWAY
Faktor kongenital dan faktor lain
Yang tidak diketahui / Idiopatik

ATRESIA ANI

Ujung rektum buntu

Ketidakmampuan fekal dikeluarkan

Pre operasi Fekal menjadi menumpuk diatas Dilakukan tindakan operasi

Kurang pengetahuan Obstruksi


Colostomy Terputusnya kontinuitas Pembuatan lubang anus
ttg tindakan Operasi
Distensi abdomen jaringan
Perubahan
Respon psikologis Waktu lama tidak terkontrol
Mendorong diafragma Merangsang peningkatan Konsep diri
Pot de entri Merangsang mediator Penutupan anus
Pasien dan keluarga Peristaltik usus mikroorganisme
Complience paru terganggu HDR kimia ( BHSP ) ujung-
cemas ujung saraf bebas Distensi abdomen
Memudahkan masuknya
Kebutuhan O2tidak adekuat Penumpukan feses
Pergerakan makanan Mk : Body kuman kedalam tubuh Radix Dorsalis Penumpukan Feses
Mk : Ansietas Pernafasan tdk optimal lambat Image
Proses peradangan
Pengeluaran Infeksi Impuls / rangsangan Mk: Gangguan Eliminasi
Medulla
Thalamusspinalis
Sesak Peningkatan
Rasa HCL
penuh diperut inter Leukin I Mk : Resiko Alvi
(asam lambung) Korteks serebri
Infeksi
Mk: Ketidakefektifan Set point Temperature
Pola Nafas Anoreksia, mual , meningkat Persepsi nyeri Merangsang RAS
muntah
Febris Tidur terjaga
Mk: Nyeri Akut
Muntah berlebihan
Mk : Peningkatan Mk: Gangguan
Mk: Ketidakseimbangan
suhu tubuh / Istirahat Tidur
nutrisai kurang dari
Hipertermi
kebutuhan tubuh Mk : Deficit
Volume Cairan Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma , 2015

6
F.     KLASIFIKASI
Secarafungsional, pasien atresia anidapatdibagimenjadi 2 kelompokbesaryaitu
1) Yang tanpa anus tetapidengandekompresi adequate
traktusgastrointestinalisdicapaimelaluisaluran fistula
eksterna.Kelompokiniterutmamelibatkanbayiperempuandengan fistula
rectovaginaataurectofourchette yang relatifbesar, dimana fistula
iniseringdenganbantuandilatasi, makabisadidapatkandekompresiusus yang adequate
sementarawaktu.
2) Yang tanpa anus dantanpa fistula traktus yang tidak adequate
untukjalamkeluartinja.Padakelompokinitidakadamekanismeapapununtukmenghasilka
ndekompresispontankolon, memerlukanbeberapabentukintervensibedahsegera.
Pasienbisadiklasifikasikanlebihlanjutmenjadi 3 sub kelompokanatomiyaitu :
a.  Anomalirendah
Rectum mempunyaijalurdesenden normal melaluiototpuborectalis,
terdapatsfingter internal daneksternal yang berkembangbaikdenganfungsi normal
dantidakterdapathubungandengansalurangenitourinarius.
b.  Anomaliintermediet
Rectum beradapadaatau di bawahtingkatototpuborectalis; lesung anal
dansfingtereksternalberadapadaposisi yang normal.
c.  Anomalitinggi
Ujung rectum di atasototpuborectalisdansfingter internal tidakada.Hal
inibiasanyaberhungandenganfistulsgenitourinarius – retrouretral (pria)
ataurectovagina (perempuan).Jarakantaraujungbuntu rectum sampaikulit
perineum lebihdari 1 cm.
( Amin Huda & hardhi Kusuma, 2015 )

G.     MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang khas pada klien antresia ani seperti :
1.      Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2.      Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3.      Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya
4.      Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
5.      Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
7
6.      Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
7.      Perut kembung. ( Amin Huda & hardhi Kusuma, 2015 )

H.    PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada klien dengan atresia ani menurut Aziz Alimul Hidayat (2010), Suriadi
dan Rita Yuliani  ( 2011 ), Fitri Purwanto ( 2009 ) adalah sebagai berikut :
1.    Penatalaksanaan Medis
a.  Therapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan defek.
Untuk anomaly tinggi dilakukan colostomi beberapa hari setelah lahir, bedah
definitifnya yaitu anoplasti perineal ( prosedur penarikan perineum abdominal ).
Untuk lesi rendah diatasi dengan menarik kantong rectal melalui sfingter sampai
lubang pada kulit anal, fistula bila ada harus ditutup. Defek membranosa
memerlukan tindakan pembedahan yang minimal yaitu membran tersebut dilubangi
dengan hemostat atau scalpel.
b.  Pemberian cairan parenteral seperti KAEN 3B
c.  Pemberian antibiotic seperti cefotaxim dan garamicin untuk mencegah infeksi pada
pasca operasi.
d.  Pemberian vitamin C untuk daya tahan tubuh.

2.     Penatalaksanaan Keperawatan
a. Monitor status hidrasi ( keseimbangan cairan tubuh intake dan output ) dan ukur
TTV tiap 3 jam.
b. Lakukan monitor status gizi seperti timbang berat badan, turgor kulit, bising
usus, jumlah asupan parental dan enteral.
c. Lakukan perawatan colostomy, ganti colostomybag bila ada produksi, jaga kulit
tetap kering.
d. Atur posisi tidur bayi kearah letak colostomy.
e. Berikan penjelasan pada keluarga tentang perawatan colostomy dengan cara
membersihkan dengan kapas air hangat kemudian keringkan dan daerah sekitar
ostoma diberi zing zalf, colostomybag diganti segera setiap ada produksi.

I.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untukmemperkuat diagnosis seringdiperlukanpemeriksaanpenunjangsebagaiberikut :
1. Pemeriksaan radiologist
8
Dilakukanuntukmengetahuiadatidaknyaobstruksi intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukanuntukmenentukankejelasankeseluruhan
boweldanuntukmengetahuijarakpemanjangankantung rectum darisfingternya.
3. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakanuntukmelihatfungsi organ internal terutamadalam system
pencernaandanmencariadanyafaktor reversible sepertiobstruksiolehkarenamassa
tumor.
4. CT Scan
Digunakanuntukmenentukanlesi.
5. Pyelografi intra vena
Digunakanuntukmenilaipelviokalisesdan ureter.
6. Pemeriksaanfisik rectum
Kepatenan rectal dapatdilakukancolokduburdenganmenggunakanselangataujari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Jugabisadigunakanuntukmengkonfirmasiadanya fistula yang
berhubungandengantraktusurinarius. (Betz. Ed 7. 2012)

J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
1.  Obstruksi
2.  Perforasi
3.  Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
4.  Komplikasi jangka panjang.
a.    Eversi mukosa anal
b.   Stenosis
5.  Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
6.  Inkontinensia (akibat stenosis awal )
7.  Prolaps mukosa anorektal.
8.  Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)
9.  Sepsis. (Wong, Whaley.20)

9
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1.   Biodata klien
2.   Riwayat keperawatan
a.  Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang
b.  Riwayat kesehatan masa lalu
3.   Riwayat tumbuh kembang
a.  BB lahir abnormal
b.  Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah
mengalami trauma saat sakit
c.  Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
d.  Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
4.   Pola nutrisi – Metabolik
Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia ani post
kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan munta
dampak dari anestesi.
5.   Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh dibersihkan
dari bahan – bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh karena pada
atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan mengalami kesulitan
dalam defekasi
6.  Pola Aktivitas dan Latihan
Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.
7.   Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa lalu
dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
8.  Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka inisisi.
9.   Konsep Diri dan Persepsi Diri

10
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort. Terjadi
perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi
10.  Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit. Perubahan
pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
11.  Pola Reproduktif dan Sexual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi
12.  Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi, Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi,
masalah keuangan
13.  Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan
konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan
motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.
14.  Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus tampak
merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang
dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengan
hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan
vagina. (Mediana,2011)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :


1. Pre Operasi

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, mual, muntah.

b. Deficit volume cairan berhubungan dengan muntah berlebihan.

c. Peningkatan suhu tubuh / Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan,


pengeluaran inter Leukin I.

d. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan sesak, distensi abdomen.

e. Kecemasan / ansietasberhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit


dan prosedur perawatan.

2. Post Operasi

11
a. Nyeri Akut berhubungan dengan insisi pembedahan.

b. Gangguan eliminasi Alvi berhubungan dengan penumpukan feses.

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan persepsi nyeri post pembedahan

d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.

e. Body image berhubungan dengan colostomy.

( Amin Huda & hardhi Kusuma, 2015)

12
2. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa INTERVENSI RASIONAL
Keperawatan
Pre Operasi
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 1. Kaji KU pasien 1. Mengetahuikeadaanumum
kebutuhan tubuh berhubungan dengan 2. Timbangberatbadanpasien pasien
anoreksia, mual, muntah. 3. Catatfrekuensimual, muntahpasien 2.Mengantisipasi adanyamalnutrisi
4. Catatmasukannutrisipasien 3.  Mengetahui output pasien
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 5. Berimotivasipasienuntuk 4. Mengetahui input pasien.
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan meningkatkanasupannutrisi 5. Untukmenambahnutrisi
pasien tidak terjadi kekurangan nutrisi. 6. Kolaborasidenganahligizi pasien
dalampengaturan menu 6. Mengetahuidiit yang
Kriteria Hasil :
dibutuhkan
1. Pasien tidak mengalami penurunan
berat badan
2. Turgor pasien baik
3. Pasien tidak mual, muntah
4. Nafsu makan bertambah
2. Deficit volume cairan berhubungan .   1. Monitor intake – output cairan 1. 1. Mengantisipasiadanyadehidrasi.
dengan muntah berlebihan. 2. Monitor status hidrasi (kelembapan 2. 2.Perubahan status hidrasi, membran mukosa,
membran mukosa, nadi adekuat) turgor kulit menggambarkan berat ringannya
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3. Lakukan pemasangan infus dan kekurangan cairan.
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan berikan cairan IV 3. Mengetahuikehilangancairanmelaluisuhutubuh
kebutuhan volume cairanpasienterpenuhi 4. Pantau TTV yang tinggi.
5. 5. Dorong keluarga untuk membantu 4.Mengetahuikeadaanumum
Kriteria Hasil : pasien makan. pasien.
1. Output urin 1-2 ml/kg/jam,  5. Keluarga sebagai pendorong pemenuhan
2. Capillary refill 3-5 detik,  kebutuhan cairan klien.
3. Turgor kulit baik, membrane
mukosa lembab

13
4. Pengeluaran feses terkontrol
3. Peningkatan suhu tubuh / Hipertermi 1. Pantau tanda-tanda vitalterutama 1. Tanda-tanda vital merupakan aluan untuk
berhubungan dengan proses suhu mengetahui keadaan umum pasien terutama suhu
peradangan, pengeluaran inter Leukin 2. air (1500-2000 cc/hari)Beri pasien tubuhnya.
I. banyak minum 2. Dengan minum banyak air diharapkan cairan
3. Beri pasien kompres air hangat atau yang hilang dapat diganti.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan air dingin
3. Dengan kompres akan terjadi perpindahan panas
keperawatan selama 3 jam diharapkan 4. Beri selimut pendingin
secara konduksi dan kompres hangat akan 
suhu tubuh tidak panas lagi 5. Pantau suhu lingkungan
mendilatasi pembuluh darah.
6. Kolaborasi dalam pemberian obat
Kriteria Hasil : antipiretik dan antibiotik 4. Untuk mengurangi demam umumnya lebih besar
1. Suhu tubuh dalam rentang normal dari 39,5-400C dan untuk mengurangi respon
(36,5-37,50C) hipertermi.
2. Nadi dan RR dalam rentang normal 5. Suhu ruangan harus dirubah agar dapat
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan membantu mempertahankan suhu pasien
tidak pusing 6. Pemberian oabt antibiotik unuk mencegah
infeksi pemberian obat antipiretik untuk
penurunan panas.
4. Ketidakefektifan Pola Nafas 1. Kaji frekuensi kedalaman 1. Kecepatan biasanya mencapai kedalaman
berhubungan dengan sesak, distensi pernafasan dan ekspansidada. Catat pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal
abdomen. upaya pernafasan termasuk nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan
penggunaan ototbantu pernafasan / dengan atelektasis dan atau nyeri dada.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan pelebaran nasal. 2. ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalannafas
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan 2. Auskultasi bunyi nafas / kegagalan pernafasan.
pola nafas kembali efektif. dan catat adanya bunyi nafas seperti 3. duduk tinggi memungkinkan
krekels, wheezing. ekspansiparu dan memudahkan pernafasan.
Kriteria Hasil :
3. Tinggikan kepala dan 4. Kongesti
1. Pola nafas efektif, bunyi nafas normal
bantumengubah posisi. alveolarmengakibatkan batuk sering/iritasi.
atau bersih.
4. Observasi pola batuk 5. meningkatkan/banyaknya
2. TTV dalam batas normal
dankarakter sekret. sputum dimana gangguanventilasi dan ditambah
3. batuk berkurang, ekspansi paru
5. Dorong/bantu pasien ketidak nyaman upaya bernafas.
mengembang.

14
dalamnafas dan latihan batuk.

4. Kecemasan / ansietasberhubungan dengan 1. Jelaskan dg istilah yg 1. Agar orang tua mengerti


kurang pengetahuan tentang penyakit dan 1. dimengerti tentang anatomi dan fisiologi kondisi klien.
prosedur perawatan. saluran pencernaan normal. 2. Pengetahuan tersebut
2. 2. Gunakan alat, media dan gambar diharapkan dapat membantu menurunkan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan kecemasan.
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan 3. Beri informasi pada orang tua tentang 3. Membantu mengurangi
kecemasan orang tua dapat berkurang. operasi kolostomi kecemasan klien
Kriteria Hasil :
1. Pasien tidak lemas
2. Vital sign dalam batas normal
3. Menunjukkan tehnik untuk mengontrol
cemas
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurang nya kecemasan

Post Operasi
1. Nyeri Akut berhubungan dengan insisi
1. 1. Kajitingkatnyeri yang 1. Mengetahuitingkatnyeripadapasien.
pembedahan. dirasakanpasien. 2. Pasienmampumenerimaapa yang
2. 2. terjadipadapasien.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Berikanpenjelasanpadapasiententangnye 3.Mengurangi rasa nyeri 4.Agar
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
ri yang terjadi. tidakterjadiimobilitaspadapasien.
nyeri berkurang.
3. 3. Ajarkanteknikrelaksasi, distraksi. 5.Mengurangi rasa nyeripadaluka post operasi.
Kriteria Hasil : 4. 4. Bantu melakukanlatihanrentanggerak.
1. Nyeriberkurang 5. 5. Kolaborasipemberiananalgetik
2. Pasienmerasatenang
3. Status lingkungan yang nyaman
4. Mampu mengontrol nyeri
5. Status kenyamanan meningkat

15
6. Tidakadaperubahantanda vital

2. Gangguan eliminasi alvi berhubungan 1. Kajitingkatnyeri yang 1.Mengetahui pola BAB pasien
dengan penumpukan feses. dirasakanpasien. 2. Mengetahui input dan output
2. Ajarkanteknikrelaksasidistraksi. cairan yang adadalamtubuhklien
3. Berikanposisi yang 3.Mengetahui adanya
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
nyamanpadapasien. komplikasi
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
4. 4.Mengurangi  rasa sakit
tidakterjadiperubahanpolaeliminasi BAB.
Kolaborasipemberianobatsesuaiindik
Kriteria Hasil : asi.
1. Pasiendapat BAB dengan normal
2. Tidakadaperubahanpadajumlahfeses

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan 1.   Pantau keadaan umum pasien dan 1.   Mengetahui kesadaran, dan kondisi tubuh
persepsi nyeri post pembedahan TTV.
dalam keadaan normal atau tidak.
2.   Kaji Pola Tidur.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3.   Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, 2.   Untuk mengetahui kemudahan dalam tidur.
keperawatan selama 1 x 24 jam kecepatan, irama. 3.   Untuk mengetahui tingkat kegelisahan.
diharapkan pasien dapat istirahat tidur 4.   Kaji faktor yang menyebabkan 4.   Untuk mengidentifikasi penyebab aktual dari
malam dengan optimal. gangguan tidur (nyeri, takut,
gangguan tidur.
stress, ansietas, imobilitas,gangguan
Kriteria Hasil : eliminasi sepertisering 5.   Untuk memantau seberapa jauh dapat bersikap
1. Melaporkan istirahat tidur malam yang berkemih,gangguan metabolisme, tenang dan rilex.
optimal. gangguan transportasi,lingkungan 6.   Untuk membantu relaksasi saat tidur.
2. Tidak menunjukan perilaku gelisah. yang asing, temperature,aktivitas
3. Wajah tidak pucat dan konjungtiva 7.   Tidur akan sulit dilakukan tanpa relaksasi,
yang tidak adekuat).
mata tidak anemis karena kurang tidur 5.   Catat tindakan kemampuan untuk
malam. mengurangikegelisahan.
4.  Mempertahankan (atau membentuk) 6.   Ciptakan suasananyaman, Kurangi
pola tidur yang memberikan energi atau hilangkan distraksi
yang cukup untuk menjalani aktivitas lingkungan dan gangguan tidur.

16
sehari-hari. 7.Batasi pengunjung selama periode
istirahat yang optimal (mis;
setelahmakan).
4. Resiko infeksi berhubungan dengan 1. 1. Kaji KU pasien 1. Untukmengetahuikeadsaan
prosedur pembedahan. 2.    2. Observasitanda-tandainfeksi umumpasien
3. Kolaborasipemberianantibiotik 2.Mengetahui adanyatanda
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan tandainfeksi
keperawatan selama 2 x 24 jam 3. Untukmeminimalkanjumlah
diharapkan tidak ada tanda-tanda infeksi.
bakteri
Kriteria Hasil :
1. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
5. Body image berhubungan dengan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien ttg 1. Mengidentifikasi luas masalah dan perlunya
colostomy. kondisi dan pengobatan. intervensi.
2. Diskusi arti dari perubahan pasien. 2. Beberapa pasien memandang situasi sebagai
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3. Anjurkan orang terdekat tantangan.
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan memperlakukan pasien secara 3. Menyampaikan harapan bahwa pasien mampu
nyeri berkurang. normal dan bukan sebagai orang untuk mengatur situasi dan membantu untuk
cacat mempertahankan perasaan harga diri dan tujuan
Kriteria Hasil : hidup.
1. Body image positif
2. Mampu mengidentifikasi kekuatan
personal
3. Mempertahankan interaksi sosial.

17
4.  Pelaksanaan keperawatan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan dengan
melaksanakann berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperrawatan. Dalam tahap ini, perawat harus
mengetahui berbagai hal di antaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien,
tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari
pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam pelaksanaan rencana
tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis mandiri dan tindakan kolaborasi
(Hidayat, A. Aziz Alimul, 2010: 122).

5.    Evaluasi keperawatan
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap ini
adalah memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan mengembalikan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan
keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari 2 kegiatan yaitu:
a. Evaluasi formatif menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera.
b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status klien
pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan. Di
samping itu, evaluasi juga sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria
tertentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai
sebagian.
1) Tujuan tercapai
Tujuan dikatakan tercapai bila klien telah menunjukan perubahan dan kemajuan yang
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai secara keseluruhan
sehingga masih perlu dicari berbagai masalah atau penyebabnya, seperti klien dapat
makan sendiri tetapi masih merasa mual. Setelah makan bahkan kadang-kadang
muntah.
3) Tujuan tidak tercapai
Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukan adanya perubahan kearah kemajuan
sebagaimana kriteria yang diharapkan.

Adapun evaluasi akhir yang ingin dicapai dari tiap-tiap diagnosa adalah:


a. Klien mampu mempertahankan pola eliminasi BAB dengan teratur.
b. Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan.
c. Kecemasan orang tua dapat berkurang.
d. Rasa nyeri teratasi/ berkurang.
e. Tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan kulit lebih lanjut.
f. Tidak terjadi infeksi.
g. Gangguan pola eliminasi teratasi.

18
ASUHAN KEPERAWATAN

MALFORMASI ANOREKTAL

An. I usia 2 tahun perempuan dirawat dengan diagnose medis malformasi anorektal. Ibu dan
ayah pasien mengatakan air kencing pasien berwarna kecoklatan dan disertai dengan feses
yang lembek. Maka keluarga memutuskan untuk di bawa ke Rumah Sakit Umum Daerah.
Keluhan utama, ibu pasien mengatakan pasien sering menangis dan rewel semenjak di rawat
di Rumah Sakit. Riwayat penyakit sekarang, ibu dan ayah pasien mengatakan air kencing
pasien berwarna kecoklatan dan disertai dengan feses yang lembek. Maka keluarga
memutuskan untuk di bawa ke Rumah Sakit Umum Daerah. Riwayat penyakit dahulu dan
keluarga, di dalam keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti yang diderita pasien dan tidak
ada penyakit keturunan. Hasil pengkajian: keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran
kompos mentis, suhu 36,8ᵒC, nadi 100 x/mnt, pernafasan 24 x/mnt, mukosa bibir lembab,
suara nafas vesikuler, abdomen tampak kolostomi diperut kiri, sekitar stoma berwarna
kemerahan, peristaltic (+) 18 x/mnt, nyeri tekan (+), nyeri seperti ditusuk-tusuk dan perih
dibagian perut dan anus, skala nyeri 5/10, bertambah berat jika bergerak, perkusi abdomen
timpani, jantung normal, ekstremitas atas tidak oedem, tangan kiri terpasang infus D5 15 tpm,
genetalia bentuk normal, anus terdapat luka post operasi PSARP. Hasil lab: Hb 14,1 g/dl (N
11,5 – 13,5), leukosit 15,8 ribu/ul (N5,5 – 7,0), Eritrosit 6,13 juta/ul (N 3,9 – 5,3). Terapi:
Infus D5 ¼ NS 15 Tpm, injeksi ceftriaxone 125 mg/12 jam ( IV ), injeksi metamizole 150
mg/ 8jam ( IV ), injeksi Ranitidine 25 mg/12jam. Diet sesuai terapi ( NS ), obat salep
Erlamycetin 0,5 g, Hydrocortisone 2,5 % ( 5 g ).

2.1 Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien

Nama : An. I
Umur : 2 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Kartini RT006/01 Bekasi Timur
Agama : Islam
Pendidikan :-
Tanggal Masuk : 29 Maret 2021
No. Rm :-
Diagnosa Medisa : Malformasi Anorektal

19
2. Alasan masuk Rumah Sakit
Orang tua pasien mengatakan air kencing pasien berwarna kecoklatan dan disertai
dengan feses yang lembek, maka keluraga memustuskan untuk di bawa ke Rumah
Sakit Umum Daerah.
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan pasien sering menangis dan rewel semenjak di rawat di
Rumah Sakit
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu dan ayah pasien mengatakan air kencing pasien berwarna kecoklatan dan
disertai dengan feses yang lembek, maka keluarga memutuskan untuk di bawa
ke Rumah Sakit Umum Daerah
c. Riwayat kesehatan dahulu dan keluarga
Keluarga mengatakan di dalam keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti
yang di derita pasien dan tidak ada penyakit keturunan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pasien tampak lemah dengan kesadaran compos mentis
b. Tanda tanda vital
Suhu : 36,8 c
Nadi : 100x/menit
Pernapasan : 24x/menit
c. Pemeriksaan Head To Toe

1. Kepala : Bentuk Mesochepal, tidak ada luka, warna rambut


hitam, lurus, pendek, bersih.
2. Mata : fungsi pengelihatan baik, sklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis
3. Telinga : fungsi pendengaran baik, bentuk simetris kanan dan
kiri, tidak ada luka, terdapat sedikit serumen
4. Hidung : fungsi penciuman baik, bentuk simetris, terdapat
sedikit secret
5. Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis.
6. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
7. Thorax
I : dada kanan kiri pasien simetris
P : fremitus seimbang

20
P : Sonor
A : Vesikuler
8. Abdomen
I : terdapat kolostomi di perut kiri, sekitar stoma berwarna
kemerahan.
A : peristaltik ( + ) 18 x / menit
P : erdapat nyeri tekan
P : Timpani
9. Jantung : Normal
10 Ekstremitas
.
Atas : tidak ada oedem, tangan kiri terpasang infuse D5 ¼ NS
15 tpm
Bawah : tidak ada oedem, tidak ada lesi
11. Genetalia : bentuk normal, jenis kelamin perempuan
12 Anus : terdapat luka post op PSARP.
.

5. Pemeriksaan penunjang
Hasil Lab :
Hb 14,1 g/dl (N 11,5 – 13,5)
Leukosit 15,8 ribu/ul (N5,5 – 7,0)
Eritrosit 6,13 juta/ul (N 3,9 – 5,3)
Terapi:
Infus D5 ¼ NS 15 Tpm, injeksi ceftriaxone 125 mg/12 jam ( IV ), injeksi
metamizole 150 mg/ 8jam ( IV ), injeksi Ranitidine 25 mg/12jam. Diet sesuai
terapi ( NS ), obat salep Erlamycetin 0,5 g, Hydrocortisone 2,5 % ( 5 g ).

2.2 Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Agen pencedera fisik Nyeri akut
- Pasien mengatakan
nyeri
- nyeri seperti ditusuk-
tusuk dan perih
dibagian perut dan anus

21
- skala nyeri 5/10
- nyeri bertambah berat
jika bergerak
DO :
- Terdapat kolostomi di
perut kiri, sekitar stoma
berwarna kemerahan.
- Pasien tampak lemas
- Menangis dan rewel
- suhu 36,8ᵒC, nadi 100
x/mnt, pernafasan 24
x/mnt
DS : Feses masuk ke uretra Gangguan eliminasi urine
- Orang tua pasien (dysuria)
mengatakan air kencing
pasien berwarna
kecoklatan dan disertai
dengan feses yang
lembek
DS : Kehilangan fungsi Inkontinensia Fekal
- Orang tua pasien pengendalian sfingter
mengatakan air kencing rektum
pasien berwarna
kecoklatan dan disertai
dengan feses yang
lembek
DS : Kerusakan integritas kulit Resiko infeksi
- Pasien mengatakan ada
nyeri tekan di bagian
abdomen
DO :
- Terdapat kolostomi di
perut kiri, sekitar stoma
berwarna kemerahan

22
2.3 Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik
b. Gangguan eliminasi urine b.d Feses masuk ke uretra (dysuria)
c. Inkontinensia fekal b.d kehilangan fungsi pengendalian sfingter rektum
d. Resiko infeksi b.d Kerusakan integritas kulit

2.4 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Kriteria Intervensi


Nyeri b.d SLKI SIKI
agen Setelah di lakukan Manajemen Nyeri
pencedera asuhan keperawatan Observasi
fisik 1x24 jam diharapkan - Idntifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
nyeri berkurang. frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
Luaran utama : - Identifikasi skala nyeri
Tingkat nyeri - Identifikasi responnyeri non verbal
Kriteria hasil : - Idetifikasi faktor yang memperberat
1. Keluhan nyeri dan mempermudah nyeri
menurun - Idetifikasi pengetahuan dan keyakinan
2. Meringis menurun tentang nyeri
3. Gelisah menurun - Idetifikasi pengaruh budaya tentang
respon nyeri
- Idetifikasi pengaruh nyeri pada
kualitashidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah di berikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangirasa nyeri (mis. Tens,
hypnosis, akupuntur, terapimusik,
terapipijat,

23
- Kontrol lingkungan yang memperberat
nyeri (mis. Suhuruangan,
pencahayaan, kebisingan.)
- Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, priode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jikaperlu
Gangguan SLKI SIKI
eliminasi Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi Urine
urine b.d asuhan keperawatan Observasi
Feses 1x24 jam diharapkan - Identifikasi tanda dan gejala retensi
masuk ke gangguan eliminasi atau inkontinensia urine
uretra urine dapat teratasi - Identifikasi faktor yang menyebabkan
(dysuria) Luaran utama : retensi atau inkontinensia urine
Eliminasi uriene - Monitor eliminasi urine (karakretistik
Kriteria hasil : urine)
1. Karakteristik urine Terapeutik
membaik - Catat waktu-waktu dan haluaran
berkemih
- Batasi asupan cairan, jika perlu
- Ambil sampel urine tengah atau kultur
Edukasi
- Ajarkan tanda dan gejala infeksi
saluran kemih

24
- Ajarkan mengukru asupan cairan dan
haluaran urine
- Ajarkan mengambil apesimen urine
midstream
- Ajarkan mengenali tanda berkemih
dan waktu yang tepat untuk berkemih
- Ajarkan terpi modalitas penguatan
otot-oto panggul/berkemih
- Anjurkan minum cukup, jika tidak
ada kontraindikasi
- Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Inkontinensi SLKI SIKI
a fekal b.d Setelah dilakukan Perawatan Inkontinensia Fekal
kehilangan asuhan keperawatan Observasi
fungsi 1x24 jam diharapkan - Identifikasi penyebab
pengendalia inkontinensia fekal inkontinensia fekal baik fisik
n sfingter teratasi maupun psikologis
rektum Luaran utama : - Identifikasi perubahan frekuensi
Kontinensia fekal defekasi dan konsistensi feses
Kriteria hasil : - Monitor kondisi kulit perianal
Pengontrolan feses - Monitor diet dan kebutuhan cairan
meningkat - Monitor efek samping pemberian
obat
Terapeutik
- bersihkan daerah perianal dengan
sabun dan air
- Jaga kebersihan tempat tidur dan
pakaian
- Laksanakan program latihan usus
(bowel training), jika perlu
- Jadwalkan BAB di tempat tidur,
jika perlu
- Berikan celana

25
pelindung/pembalut/popok, sesuai
kebutuhan
- Hindari makanan yang
menyebabkan diare
Edukasi
- jelaskan defisini, jenis
inkontinensia, penyebab
inkontinensia fekal
- anjurkan mencatat karakteristik
feses
kolaborasi
- kolaborasi pemberian obat diare
Resiko SLKI SIKI
infeksi b.d Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
Kerusakan asuhan keperawatan Observasi
integritas 1x24 jam diharapkan - Monitor tanda dan gejala lokal dan
kulit pasien bebas dari sistemik
tanda-tanda infeksi Terapeutik
Luaran utama : - Batasi jumlah pengunjung
Tingkat Infeksi - Berikan perawatan kulit pada area
Kriteria hasil : edema
1. Kemerahan - Cuci tangan sebelum dan sesudah
menurun kontak dengan pasien dan lingkungan
2. Nyeri menurun pasien
3. Bengkak menurun - Pertahankan teknik aseptik pada
pasien beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi

26
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian iminusasi, jika
perlu

DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Nanda NIC-NOC. Jogjakarta :
Penerbit Mediaction

Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2012. BukuSakuKeperawatanPediatrik. Edisike-3.Jakarta


: EGC.
Hidayat,Agung . 2009. http//Askep Atresia Ani Pada Anak « Hidayat2's Blog.com  yang
diakses pada tanggal 12 April 2016 pada pukul 15.20
Hidayat, A. Azis Alimul . (2010) . Pengantar Ilmu Anak buku 2. Editor Dr Dripa Sjabana
Suriadi & Rita Yuliani, 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Jakarta : Penebar
swadaya.
Wong, Donna L. 2011. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Monica Ester (Alih Bahasa).
Sri Kurnianianingsih (ed),. edisi ke-4. Jakarta : EGC.

27

Anda mungkin juga menyukai