Anda di halaman 1dari 6

KASUS STASE KEPERAWATAN ANAK GELOMBANG 1

1. KASUS PREMATUR BBLR

By. Ny. A TTL : Bantul, 9 Mei 2019 Jenis kelamin : laki-laki. Nama ayah : Tn. B Umur : 20 th
Nama ibu : Ny. A Umur : 17 th Agama : Islam. Pendidikan ayah : SMA. Pendidikan ibu : SMP
Pekerjaan ayah : Karyawan swasta. Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga. Suku : Jawa. Alamat :
Sedayu, Bantul. Diagnosa medis : BBLR, KB, SMK. No RM : 34-56-78. Ibu bayi mengeluh
bayinya saat lahir memiliki berat badan rendah yaitu 2300 gram. Saat ini klien dirawat di ruang
perinatologi, tangisan kuat, gerak kurang aktif, bibir kering, tidak ada kejang. Riwayat kelahiran
dan persalinan: Ny. A mengatakan kehamilan pertama, G1P0A0, usia 17 tahun, tidak pernah
periksa ANC karena kehamilan yang tidak diharapkan. Ny.A mengatakan selama hamil
mengkonsumsi minuman beralkohol dan makan brem. Klien mengatakan makan teratur dan
tidak mempunyai riwayat penyakit kehamilan. Ny.A menyatakan, dibawa ke puskesmas karena
merasa sakit perut, kemudian dirujuk ke RSUD Bantul pada tanggal 9 Mei 2019 pukul 10.00
WIB kemudian di RSUD melahirkan secara spontan pada pukul 23.00 WIB dengan Usia
kehamilan 32 Minggu. Keadaan bayi baru lahir BB/ PB Lahir : 2300 gr / 46 cm Nilai APGAR :
1menit/ 5menit: 7/9. Bayi lahir dengan usaha nafas spontan. Air ketuban habis. Tidak ada trauma
saat lahir. bayi mendapat Vit K dan imunisasi HB 0. Ny.V mengatakan bahwa di keluarganya
tidak ada riwayat melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah. Keluarga klien tidak ada
riwayat hipertensi, diabetes, ginjal, jantung. Keadaan kesehatan saat ini: Bayi mendapat intake
oral ASI 1-2cc setiap 2 jam melalui OGT dan spuit . Residu 0,5-2 cc awal kelahiran berupa
lendir, hari selanjutnya berupa ASI. Klien terpasang cairan infus KAEN IB 15,4 cc/jam. Bayi
tampak kurang aktif, banyak tidur, menangis keras. Bayi mandi secara sponge bath setiap pagi
hari dan perawatan tali pusat. Popok diganti tiap selesai mandi dan tiap bayi b.a.b serta b.a.k
terlalu banyak. Bayi tampak bersih dan tidak tampak tanda iritasi. Bayi dapat B.A.B dan B.A.K
secara spontan. Ny. S menyatakan khawatir dengan keadaan anaknya. Ia menginginkan anaknya
cepat pulang seperti bayi- bayi lainnya. Ia mengusahakan untuk taat instruksi dokter dan
perawat, agar anaknya cepat pulang. Ibu bayi tampak lelah dan ASI keluar sedikit. Tanda vital
bayi: N : 138x/menit RR :46x/menit S :36,5ᵒC. BB sekarang : 2240 gr LD : 28 cm PB : 46 cm LP
: 27 cm LK : 30 cm LILA (kiri) : 9 cm Bayi memiliki reflek moro yang baik, memiliki reflek
palmar, memiliki reflek plantar, reflek tonik neck, reflek Babinski, reflek rooting dan sucking
yang lemah, ubun-ubun tidak cekung dan tidak menonjol, sutura tepat, wajah simetris, mata
sklera tidak ikterik, konjungtiva merah muda. Mulut terlihat kering. Sianosis (-), terpasang OGT
pada mulut bayi untuk mengetahui residu ASI dan memberikan ASI, telinga: bentuk simetris,
kartilago tampak belum sempurna, tidak ada cairan abnormal. Hidung : lubang hidung simetris,
pernapasan cuping hidung (-), toraks simetris, tidak terdapat penggunaan otot-otot pernapasan
tambahan, tidak terdapat retraksi dada. Gastrointestinal: distensi abdomen (-), bising usus (+),
residu berupa lendir dan ASI 0,5-2 cc. Ekstremitas lengkap tidak ada kelainan, akral hangat.
Integumen Kulit berwarna kemerahan, tidak ikterik. Turgor kulit <2 detik. Terapi : ASI eksklusif
melaui OGT , infus KAEN IB 15,4 cc/jam, Ampicillin 2x 115 mg, Gentamicin 1 x 11 mg,
Metronidazole 1 x 17 mg. Lab: Hb 17,5 g/dL, hematokrit 49 %, bilirubin total 4,3 mg%

2. KASUS ANAK DENGAN ASD

By. S, TTL 26 Januari 2015, usia 3 Bulan 20 hari, perempuan, suku jawa, agama islam. Ayah
Tn. B (25 tahun), ibu Ny. T (23 tahun). Tgl masuk RS 26 Februari 2015. Pengkajian 25 Maret
2015. Diagnosa medis ASD. Medrec 101213. Sumber informasi dari orangtua. Orangtua
mengatakan anak mengalami sesak, tidak mau menetek, tidak bisa tidur dan gelisah. Saat usia 10
hari bayi tampak sesak nafas, namun hanya sekali-sekali, sebelum masuk RS, bayi sesak nafas
sampai tampak kebiruan, gelisah, dan tidak mau menetek. Lalu bayi dibawa ke RSUD Boyolali.
Bayi lahir spontan pada tanggal 26 Januari 2015, usia kehamilan 9 bulan 1 minggu dengan BB
2,6 kg ditolong oleh bidan. Bayi langsung menangis, warna kulit merah, tidak ada tanda dan
gejala penyakit yang disertai. Menurut orangtua tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit yang sama seperti bayi dan selama hamil tidak minum obat sembarangan. Keadaan
bayi: kesadaran somnolen, terpasang ventilator dengan ETT mode IPPV, FiO 2 60%, FR 40
x/mnt, SaO2 50-60%, ronchi (+), retraksi intercostal (+), PCH (+), akral teraba dingin, sianosis
sentral dan perifer, CRT 3 detik, suhu 36,5oC, TD 70/40 mmHg, nadi 95 x/mnt, CVP 8 cm H2O,
infus D10 0,18 MS 200 cc/24 jam. GCS 6, gerakan sangat lemah, kejang (-), pupil isokor, sclera
putih, kemampuan membuka mata lemah, kateter (+), urin 3 cc/jam, bising usus (+), kembung
(+), BAB encer jumlah 50 cc/BAB, udema (-), kulit halus, kulit sekitar bokong dan genetalia
kemerahan dan sedikit menngelupas. Ibu sangat cemas, sering menanyakan kondisi anaknya dan
selalu menangis dan berdoa agar bayinya lekas sembuh. Rontgen thoraks: jantung membesar,
pulmo tampak infiltrate pada supra parahiler kanan, ECG: irama sinus, HR 142 x/mnt, Lab: K
1,59 meg/L, Na 11,7 meg/L, pH 7,44, pCO 2 68 mmHg, pO2 43,9 mmHg, SaO2 79,8%. Terapi:
Meronem 3 x 50 mg/iv, cloxacilin 3 x 50 mg/iv, infus D10 0,18 NS: 180 cc/24 jam, KCl 1 meq

3. KASUS ANAK DENGAN GIZI BURUK

Anak laki-laki, usia 5 tahun, BB 10 kg. datang diantar keluarganya dengan keluhan berat badan
tidak kunjung naik sejak ±7 bulan SMRS. Ibu pasien mengeluhkan bahwa pasien tidak nafsu
makan, demam sejak ±1 bulan yang lalu berlangsung terus menerus sepanjang hari, tidak terlalu
tinggi, namun demam turun dengan pemberian obat penurun panas tetapi demam akan kembali
muncul jika tidak diberi obat penurun panas. Keluhan mual, muntah, pilek disangkal, namun
sesekali batuk dengan dahak sulit dikeluarkan sejak 1 bulan yang lalu. Tiga hari sebelum masuk
rumah sakit, anak terlihat sangat lemas sehingga keluarga membawa pasien ke RSUD. Saat sakit
dirumah pasien tidak dibawa berobat dan hanya diberi obat penurun panas serta istirahat di
rumah. Riwayat saudara kandung pasien dengan lemas badan serta riwayat berat badan yang
tidak meningkat disangkal. Riwayat kontak dengan tetangga pasien yang sedang menjalani
pengobatan tuberkulosis disangkal. Riwayat kehamilan dan persalinan pasien normal. Riwayat
imunisasi pasien lengkap. Pada usia 0-6 bulan pasien diberi Air Susu Ibu (ASI) sejak lahir.
Frekuensi pemberian tergantung permintaan bayi ±6 kali/hari. Pada usia 6-9 bulan pasien diberi
ASI ±6x/hari ditambah dengan bubur nasi dengan pemberian 3x/hari. Pada usia 9-12 bulan
pasien diberi ASI ±6/hari, sebanyak 100 ml tiap pemberian serta bubur nasi diberikan 3x/hari
sebanyak 100 ml. Pada umur 1 tahun pasien diberi makanan yang sama dengan orang dewasa.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Heart Rate (HR) 61x/menit, Respiration Rate (RR) 28x/menit,
suhu badan 35,5 °C, Berat Badan (BB) 10 kg, Tinggi Badan (TB) 106 cm, BB/U <-3 SD (gizi
buruk), TB/U -1 SD (pendek), BB/TB <-3 SD (sangat kurus). Pada pemeriksaan fisik didapatkan
mata cekung (+), konjungtiva anemis (-/-), kelenjar getah bening (KGB) submandibular
membesar, iga gambang, paru dan jantung dalam batas normal, hepar dan lien tidak teraba, akral
hangat, ekstremitas pallor (+). Pada pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap
didapatkan hasil hemoglobin (Hb) 10,2 gr/dl, hematokrit (Ht) 29%, leukosit 20.300 /uL, eritrosit
3,8 juta/uL, laju endap darah (LED) 10%, neutrofil segmen 90%, gula darah sewaktu (GDS) 86
mg/dL. Pemeriksaan tuberkulin atau mantoux didapatkan negatif. Hasil rontgen dada didapatkan
infiltrat perifer dan pericordis dengan limfadenopati hillus bilateral sesuai gambaran dengan TB
anak. didiagnosis dengan KEP tipe marasmus + TB Paru Anak ditatalaksana dengan pemberian
Intra Venous Fluid Drip Ringer Lactat (IVFD RL) 20 tpm, obat anti tuberkulosis (OAT)
(isoniazid (1x100 mg), rifampisin (1x150 mg), pirazinamid (1x300 mg)), ambroxol sirup (3x2,5
ml), injeksi ceftriaxone (500mg/12 jam), parasetamol (3x5 ml) dengan penatalaksanaan gizi
buruk dan pengelolaan awal (fase stabilisasi), pasien ini diberikan 50 ml glukosa/larutan gula
pasir 10% secara per oral. Dua jam pertama diberikan larutan F75, pada pasien ini larutan F75
yang diberikan sebanyak 110 ml/2 jam. Pada 2 jam pertama diberikan 28 ml larutan F75 setiap
30 menit, kemudian untuk 10 jam berikutnya setiap 2 jam diberikan 110 ml larutan F75. Selama
dilakukan pemberian F75, dipantau tanda-tanda vital berupa nadi, pernafasan dan kesadaran
pasien

4. KASUS ANAK DENGAN HIRSPRUNG

Bayi A laki-laki usia 12 hari, agama islam, suku sunda, masuk RS tgl 10 April 2015. Bayi
diantar ke RS dengan keluhan tidak bisa buang air besar sejak lahir dan perut membesar. Ayah
Tn. S (35 tahun),SMP, kuli bangunan, ibu Ny. S (32 tahun), SMP, ibu rumah tangga. Alamat
kampung arab, sukabumi. Menurut informasi dari ibu Bayi tidak dapat buang air besar sejak
lahir, kentut hanya sekali, tidak pernah kecirit dan perut membesar. Bayi dibawa ke RSUD
Sukabumi kemudian dirujuk ke RSHS Bandung dan dirawat diruang perinatologi. Tanggal 13
April 2015 bayi dinyatakan  menderita hisprung disease. Tgl 15 April 2015 bayi dapat buang air
besar. Selama hamil, ibu periksa rutin ke bidan, seama hamil pernah sakit pilek, rutin
mengkonsumsi tablet Fe dan komix. Bayi lahir normal/spontan di polindes ditolong oleh bidan
pada usia gestasi 37-38 minggu, warna air ketuban jernih, berat lahir 3600 gram, PB 55 cm. saat
lahir bayi bernafas spontan, apgar 9/10. Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
Hasil pengkajian tgl 16 April 2015: bentuk tubuh simetris, komposmentis, BB 3300 gram, nadi
120 x/menit, suhu 36,2oC, RR 40 x/menit, bentuk kepala normal, fontanel anterior lunak, sutura
sagitalis tepat, distribusi rambut merata, sclera tidak icterus, konjuctiva anemis, reflex cahaya
(+), hidung normal, telinga bersih dan normal, mulut dan tenggorokan tidak ada kelainan, rooting
(+), sucking (+), trakea berada digaris tengah, tonic neck (+), reflex moro (+), babinski (+), dada
simetris, retraksi (-), suara nafas vesikuler, suara jantung murni S1 dan S2, tonus otot cukup,
grasping reflex (+), deformitas ekstremitas (-), bentuk abdomen destended, peristaltic 5 x/menit,
turgor > 3 dtk, hepar & lien tidak teraba, distensi abdomen (+), nyeri tekan abdomen (+), anus
(+), warna kulit kuning kecoklatan, kering, bersih. Bayi belum mendapatkan imunisasi.
Kebutuhaan cairan: ASI/SF OGT 8x65-70 cc, infus CN 10% + CaGluc 10% 3 cc + KCl 7,4%
3cc, output ±400 cc, volume urin ±300 cc di pampers, kuning jernih, spontan, tidur ±16-18 jam,
tidur sering terbangun dan rewel. Data penunjang: Hb 15,6 gr/dL (N 11,4 -15,1) eritrosit 4,33
(N4,0 – 5,0), leukosit 17,70 (N 4,7 – 11,3), Na 144 (N 136-145), K 3,65 (N 3,5 – 5,0), Klorida
110 (N 98 – 106). Hasil BNO: preperitoneal fat line D/S tertutup udara usus, distribusi udara
usus meningkat. Colon in Loop Hirsprung: sesuai gambaran hirsprung disease dengan segmen
aganglionik sepanjang rectosigmoid. Terapi: Ampicilin 3 x 180 mg (iv), gentamicin 1 x 16 mg
(iv), metronidazole 3 x 50 mg (iv).

5. KASUS ANAK DENGAN THALASEMIA

Anak M usia 8 tahun, laki-laki, islam, medrec 402120. Ayah Tn. A (40 tahun), buruh, SMA, Ibu
Ny N (38 tahun), SMA, IRT. Alamat Cibolerang, Bandung. Suku sunda. Anak masuk RS tgl 20
Mei 2016. Ibu mengatakan anaknya tampak sangat pucat dan harus mendapatkan transfusi darah.
Pengkajian: klien nampak pucat, mengeluh badan lemes dan pusing, akral dingin, kulit teraba
dingin sesak napas (-). lemes bertambah bila klien banyak beraktivitas yang terlalu capek.
Keluhan berkurang bila istirahat dan tidur dengan posisi setengah duduk. Gigi tampak kuning,
karies (+), sakit gigi bila makan permen, perut sedikit embuncit, teraba hepar dan limpa 5 cm,
nyeri tekan epigastrium, bunyi jantung dan pernafsan normal, tdak ada gangguan penglihatan dan
pendengaran, bising usus 6 x/menit, suhu 36,4 oC RR 22 x/menit, nadi 80 x/menit, konjuctiva
anemis, mukosa bibir pucat, turgor baik, CRT >3 detik. Anak menderita thalasemia mayor sejak
usia 3 bulan dan setiap 3 minggu harus dilaksanakan transfusi darah. Anak M adalah anak ke 2
dari 2 bersaudara. ibu mengatakan selama kehamilan tidak ada keluhan yang berarti, pada awal
kehamilan, ibu sempat mual-mual namun tidak sampai dirawat. Ibu kontrol kehamilan ke bidan
dan tidak ada keluhan selama kehamilan. Anak M lahir spontan, dengan BB 2800 gr dan PB 47
cm, nangis dan sehat. Tidak ada masalah paska melahirkan. Klien didiagnosa thalasemia pada
usia 3 bulan dengan gejala terlihat pucat dan lemes tanpa disertai tanda perdarahan, panas badan
atau memar-memar. Lalu di bawa ke dokter spesialis anak di RSHS dan di diagnosa Thalasemia
setelah dilakukan analisa haemoglobin, dan Hb waktu itu adalah 6,9 gr/dl, klien mendapatkan
transfusi darah. Setelah itu klien rutin melakukan transfusi darah. menurut ibu, klien
mendapatkan imunisasi dasar lengkap, kecuali campak. Ibu menyangkal bahwa dirinya dan
suaminya menderita thalasemia atau membawa (Carier). Ibu menyangkal di keluarga nya ada
yang mengidap thalasemia hanya orang tua dari suaminya mengidap kanker. Ibu dan suami
pernah diperiksa darah namun hasilnya menurut ibu negatif. Klien saat ini masih sering bermain
dengan saudara dan teman nya yang lain, dan sering pulang dengan kecapean. Ibu mengatakan,
selama ini klien tidak ada keluhan tentang makanan, bahkan ketika sakitpun. Makan 3X/hari
dengan menu paling banyak dengan ikan dan sayur. Klien paling senang dengan minuman
dingin, BAB dan BAK tidak ada keluhan, BAB biasa sehari sekali. biasa istirahat normal seperti
anak yang lain. Tidur malam biasa 8 jam dan sebelum tidur memiliku kebiasaan menggigit-gigit
ibu jarinya, klien sangat senang membaca, kebiasaan mandi 2 kali sehari dengan air hangat dan
menggunakan sabun. Klien mengetahui dia terkena Thalasemia dan harus dapat darah tiap 3
minggu, namun klien nampak tenang. Klien bercita-cita ingin menjadi guru bila sudah besar
nanti. Orangtua pasrah dan menerima kondisi klien. Laboratorium: Hb : 6,5 gr/dl HT : 18%
Lekosit : 9200/mm² Trombosit : 240.000/mm². Terapi: PRC 330 cc Exjade 1x2tab Asam folat
1x1 tablet Vitamin E 2x1 tablet.

6. KASUS ANAK DENGAN TUBERCULOSIS

An. F, laki-laki, tgl lahir 20-04-2012, umur 6 tahun. Islam, belum sekolah. Alamat: Tanjung
batu. Diagnosa Medis : TB paru. Tanggal pengkajian : 10-07-2019. Ayah Tn J (31 tahun), SMA,
swasta. Ibu Ny. E (28 tahun), SMA, IRT. Orangtua membawa anak ke RS dengan keluhan batuk,
nafsu makan menurun, berat badan tidak naik sejak 3 bulan kebelakang. Keluhan ibu selama
hamil: mual, dan kadang-kadang muntah, kenaikan BB 7 kg, melahirkan di praktik bidan,
normal/spontan, tidak ada komplikasi, berat badan lahir 2200 gr, PB 47 cm, Apgar 8/9, nafas
spontan, sebelumnya anak pernah sakit batuk dan demam dan berobat ke puskesmas, tidak ada
alergi, imunisasi lengkap. Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit TB paru. BB
sekarang 18,2 kg, TB 120 cm. umur 3 bulan anak sudah bisa mengangkat kepala memasukkan
tangan ke mulut. Umur 6 bulan anak sudah bisa duduk dengan kepala tegak, anak 8 bulan mulai
merangkak. Umur 12 bulan pasien sudah bisa berdiri dan mulai berjalan sendiri. ASI diberikan 2
jam setelah lahir sampai usia 2 tahun. Pemberian makanan tambahan sejak umur 5 bulan. Anak
diasuh bersama kedua orangtua dirumah, terkadang main kerumah neneknya. Anak sering ikut
solat ke masjid bersama ayahnya. Sebelum sakit, selera makan anak baik dan setiap makan selalu
habis dengan lauk dan sayur. Saat sakit, anak hanya makan 1-2 sendok/hari, minum hanya 2
gelas, tidak minum susu. BAB normal, BAK normal, tidur malam 8-9 jam dan tidur siang 1-2
jam, anak sehari-hari hanya bermain dengan teman-temannya, mandi 2 x/hari dimandikan oleh
ibu, rekreasi tidak terjadwal. Pemeriksaan fisik: Suhu 37oC, nadi 85 x/menit, respirasi 30
x/menit, TD 100/60 mmHg, lila 15 cm, pernafasan cuping hidung, secret tidak ada, terdapat
pembesaran KGB di leher, retraksi dada (-), ronchi (+), konjunctiva tidak anemis, bibir kering,
lidah agak kotor dan berbau, caries (+), peristaltik normal, kembung (-), penglihatan normal,
pendengaran normal, penciuman normal, kesadaran komposmentis, bicara lancar, ekspresi saat
bicara baik, ekstremitas kanan dan kiri simetris, pergerakan baik, warna rambut hitam, kulit sawo
matang, wajah tampak pucat, sering berkeringat, kelenjar tiroid tidak ada pembesaran, BAB dan
BAK tidak ada kelainan. Orangtua tidak tahu anaknya sakit TB paru dan tidak merasa sakit, ibu
juga bertanya apa yang harus dilakukan agar anaknya sembuh. Tn. J biasa merokok didalam
rumah. Tetangga Tn. J ada yang sakit batuk lama. Lab: BTA +. Program terapi: diet TKTP, OAT
kategori anak, Vit B6

Anda mungkin juga menyukai