Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN

POSTPARTUM
Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Tahap Stase Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :
VIVY PRAGUSTILA
0432950920021

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BEKASI
A. Konsep Teori:
a. Definisi
Menurut (Astuti et al., 2019, Cahyaningtyas, et al., 2019 dan Saleha,
Purnaningsari 2013) mengatakan bahwa postpartum atau masa nifas adalah
masa yang dimulai sejak lahirnya plasenta dan alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil berlangsung kurang lebih 6 minggu.

Pada ibu postpartum involusi uterus merupakan proses yang sangat penting
karena ibu memerlukan perawatan yang khusus, bantuan dan pengawasan
demi pulihnya kesehatan seperti sebelum hamil. Salah satu indikator dalam
proses involusi adalah tinggi fundus uteri.(Gunawan & Astuti, 2015)

b. Periode Masa Nifas


Menurut (Sari dan Widyaningrum, 2018) mengatakan ada 3 fase Perubahan
psikologis pada masa nifas, antara lain :
1. Fase taking in, periode ketergantungan selama hari pertama sampai hari
kedua dengan fokus pada diri sendirinya dan ibu menjadi lebih pasif
terhadap lingkungan.
2. Fase taking hold, berlangsung selama tiga sampai sepuluh hari, dalam fase
ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung
jawabnya terhadap proses merawat bayinya nanti. Ibu memerlukan
dukungan dari berbagai pihak terutama keluarganya bahwa ibu mampu
untuk merawat bayinya.
3. Fase letting go, pada fase ini ibu sudah mulai menerima tanggung jawab
akan peran barunya sebagai ibu. ibu sudah mampu menyesuaikan diri
dengan kondisi dirinya juga kondisi bayinya.
c. Etiologi
1. persalinan belum pasti diketahui namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan
pada saraf dannutrisi (Hafifah, 2011)
2. Teori penurunan hormone1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi
penurunan hormone progesterone danestrogen. Fungsi progesterone
sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
3. Teori placenta menjadi tua turunnya kadar hormone estrogen dan
progesterone menyebabkan kekejanganpembuluh darah yang
menimbulkan kontraksi rahim.
4. Teori distensi Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan
iskemik otot-otot rahimsehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
5. Teori iritasi mekanik di belakang servik terlihat ganglion servikale
(fleksus franterrhauss). Bila ganglionini digeser dan di tekan misalnya
oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
6. Induksi partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomipemecahan ketuban, oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.

d. Patofisiologi
Dalam masa postpartum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahanperubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.

Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah


yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera postpartum bentuk serviks agak menganga
seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin.

Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya


trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kirakira setebal 2-5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala

e. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Masa Nifas


Perubahan Fisiologis pada masa nifas: (Walyani, 2015).
1. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang
mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan
haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh
darah kembali ke ukuran semula.
2. Sistem Reproduksi
1) Uterus Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
- Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000gr
- Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah
pusat dengan berat uterus 750gr
- Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan
pusat simpisis dangan berat uterus 500gr
- Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat urterus 350gr
- Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50gr
2) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Macam-macam lochea:
Tabel
Perubahan Lochea berdasarkan Waktu dan Warna (Saleha, 2013)

Lochea Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra 1-3 hari Merah Berisi darah segar dan sisa-
(cruenta) postpartu sisa selaput ketuban, sel-
m sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, dan
meconium
Sanguinolenta 3-7 hari Berwarna Berisi darah dan lender
postpartu merah
m kekuningan
Serosa 7-14 hari Merah Cairan serum, jaringan
postpartu jambu desidua, leukosit, dan
m kemudian eritrosit.
kuning
Alba 2 minggu Berwarna Cairan berwarna putih
postpartu Putih seperti krim terdiri dari
m leukosit dan sel-sel
desidua.
Purulenta Terjadi infeksi, keluar
cairan seperti nanah berbau
busuk
Locheastatis Lochea tidak lancar
keluarnya

3) Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur, terkulai
dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri
berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Segera setelah bayi lahir, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-
3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Namun
demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama seperti
sebelum hamil (Rukiyah, 2011).

4) Vulva dan Vagina


Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. (Walyani,
2015)

5) Payudara
wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses
menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu produksi susu
dan sekresi susu (let down). Selama sembilan bulan kehamilan,
jaringan payudara tumbuh menyiapkan fungsinya untuk menyediakan
makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang
dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambat kelenjar pituitary
akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Ketika bayi
menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus posterior pituitary
untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let
down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus
aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI
dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini
terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak (Saleha, 2013)
3. Perubahan Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi
progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan konstipasi
terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi hal ini karena
kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflek
hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada perineum karena
adanya luka episiotomi (Bahiyatun, 2016).

4. Perubahan Sistem Perkemihan


Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi karena
saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal
setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih
mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh
adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine
yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan
oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat
berkurang setelah 24 jam postpartum (Bahiyatun, 2016).

5. Perubahan Tanda-tanda Vital


Perubahan Tanda-tanda Vital terdiri dari beberapa, yaitu: (Nurjanah, 2013)
1) Suhu Badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC-
38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan
(dehidrasi) dan kelelahan karena adanya bendungan vaskuler dan
limfatik. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya
pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan
ASI, payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya
ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi endometrium,
mastitis, tractus genetalis atau system lain.

2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per menit
atau 50-70 kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi
akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus
waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.

3) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole dan
10 mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak berubah
(normal), kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi pada masa
postpartum.

4) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
napas contohnya penyakit asma. Bila pernapasan pada masa
postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

6. Perubahan Sistem Kardiovaskular


Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala
tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada
beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir
minggu ke-3 postpartum (Bahiyatun, 2016).
f. Pathway

g. Tanda Dan Gejala / Manifestasi Klinis


Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa postpartum adalah sebagai
berikut:
1. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.
2. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan
berbalik (kerumitan).
3. Masa menyusui anak dimulai.
4. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan
sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.

h. Komplikasi
1. perdarahan Perdarahan postpartum adalah perdarahan dalam kala IV lebih
dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir Perdarahan
Postpartum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
a. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
b. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
2. Infeksi
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum
maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya
kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong
persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat
proses persalinan
3. blues
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby
blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering
tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking
in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan
berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca
persalinan.

i. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu. Hasil pemeriksaan TTV
2. Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan normal, TFU
bertambah kecil, tidak ada perdarahan yang abnormal dan tidak berbau.
Ibu dalam keadaan normal.
3. Menganjurkan ibu untuk menjadi akseptor KB dan memberikan konseling
macam-macam alat kontrasepsi yang sesuai kepada kondisi ibu yaitu
MAL, IUD, suntik 3 bulan dan AKBK.
4. Memberitahu kepada ibu bahwa ibu sudah dapat kembali aktif untuk
melakukan hubungan seksual.
5. Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk penimbangan dan imunisasi
dan menuliskan jadwal imunisasi di buku KIA.
6. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat dan bergizi,
karena mempengaruhi produksi ASI.

j. Pencegahan
1. Mobilisasi

Jelaskan bahwa latihan tertentu sangat membantu seperti :


1) Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut
selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada :
tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi 10 x.
2) Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel).
3) Berdiri dengan tungkai dirapatkan kencangkan otot-otot, pantat dan
pinggul dan tahan sampai 5 hitungan kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
4) Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan setiap minggu
naikkan 5 kali. Dan pada 6 minggu setelah persalinan ibu harus
mengerjakan sebanyak 30 kali.
2. Diet
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari. Makanan
harus diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup. Pil besi harus diminum minimal 40 hari pasca melahirkan. Minum
sedikitnya 3 liter, minum zat besi, minum kapsul vitamin A dengan dosis
200.000 unit.
1) Miksi hendaknya dapat dilakukan sendiri mungkin karena kandung
kemih yang penuh dapat menyebabkan perdarahan.
2) Defekasi
Buang air besar harus dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan, bila
tidak bisa maka diberi obat peroral atau perektal atau klisma.
3) Perawatan Payudara
- Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu
- Menggunakan BH yang menyokong payudara
- Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui
tetap dilakukan dari puting susu yang tidak lecet.
- Apabila lecet berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminum dengan menggunakan sendok.
- Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tab
setiap 4-6 jam.
- Apabila payudara bengkok akibat pembendungan ASI, lakukan :
a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit.
b) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau
menggunakan sisir untuk mengurut arah Z pada menuju puting.
c) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
puting susu menjadi lunak.
d) Susukan bayi setiap < 3 jam. Apabila tidak dapat menghisap
seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan.
e) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
4) Laktasi
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna,
memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap
untuk diminum.
Tanda ASI cukup :
- Bayi kencing 6 kali dalam 24 jam.
- Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan
- Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur
cukup.
- Bayi menyusui 10-11 kali dalam 24 jam.
- Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali menyusui.
- Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI.
- Bayi bertambah berat badannya.
ASI tidak cukup :
- Jarang disusui.
- Bayi diberi makan lain.
- Payudara tidak dikosongkan setiap kali habis menyusui

k. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1) Identitas pasien
Biodata pasien terdiri dari nama, umur, agama, pendidikan,
suku/bangsa, pekerjaan dan alamat.
2) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan terdiri dari tempat pemeriksaan kehamilan,
frekuensi, imunisasi, keluhan selama kehamilan, pendidikan kesehatan
yang diperoleh.
3) Riwayat persalinan
Riwayat persalinanan terdiri dari tempat persalinana, penolong
persalinanan, jalannya persalinan.

2. Pemeriksaan fisik
1) Vital Sign
Vital sign yang perlu di cek yaitu: suhu, nadi, pernapasan, dan juga
tekanan darah. Suhu tubuh diukur setiap 4 sampai 8 jam selama
beberapa hari pascapartum karena demam biasanya merupakan gejala
awal infeksi. Suhu tubuh 38oC mungkin disebabkan oleh dehidrasi
pada 24 jam pertama setelah persalinan atau karena awitan laktasi
dalam 2 sampai 4 hari(Sembiring, 2018)
Demam yang menetap atau berulang diatas 24 jam pertama dapat
menandakan adanya infeksi. Bradikardi merupakan perubahan
fisiologis normal selama 6 sampai 10 hari pascapartum dengan
frekuensi nadi 40 sampai 70 kali/menit. Frekuensi diatas 100kali/menit
dapat menunjukan adanyya infeksi, hemoragi, nyeri, atau kecemasan,
nadi yang cepat dan dangkal yang dihubungkan dengan hipotensi,
menunjukan hemoragi, syok atau emboli

Tekanan darah umumnya dalam batasan normal selama kehamilan.


Wanita pascapartum dapat mengalami hipotensi ortostatik karena
dieresis dan diaphoresis, yang menyebabkan pergeseran volume cairan
kardiovasukuler, hipotensi menetap atau berat dapat merupakan tanda
syok atau emboli. Peningkatan tekanan darah menunjukan hipertensi
akibat kehamilan, yang dapat muncul pertama kali pada masa
pascapartum. Kejang eklamsia dilaporkan terjadi sampai lebih dari 10
hari pascapartum

2) Kepala dan wajah: inspeksi kebersihan dan kerontokan rambut


(normal rambut bersih, tidak terdapat lesi pada kulit kepala dan rambut
tidak rontok), cloasma gravidarum, keadaan sclera (normalnya sclera
berwarna putih), konjungtiva (normalnya konjungtiva berwarna merah
muda, kalau pucat berarti anemis), kebersihan gigi dan mulut
(normalnya mulut dan gigi bersih, tidak berbau, bibir merah), caries.
Palpasi palpebra, odem pada mata dan wajah; palpasi pembesaran
getah bening (normalnya tidak ada pembengkakan), JVP, kelenjar
tiroid.

3) Dada: inspeksi irama napas, dengarkan bunyi nafas dan bunyi jantung,
hiting frekuensi. Payudara: pengkajian payudara pada ibu post partum
meliputi inspeksi ukuran, bentuk, warna, dan kesimetrisan dan palpasi
konsisten dan apakah ada nyeri tekan guna menentukan status laktasi.
Normalnya putting susu menonjol, areola berwarna kecoklatan, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada bekas luka, , payuadara simetris dan tidak
ada benjolan atau masa pada saat di palpasi
4) Abdomen: menginspeksi adanya striae atau tidak, adanya luka/insisi,
adanya linea atau tidak. Involusi uteri: kemajuan involusi yaitu proses
uterus kembali ke ukuran dan kondisinya sebelum kehamilan, di ukur
dengan mengkaji tinggi dan konsistensi fundus uterus, masase dam
peremasan fundus dan karakter serta jumlah lokia 4 sampai 8 jam.
TFU
pada hari pertama setinggi pusat, pada hari kedua 1 jari dibawah pusat,
pada hari ketiga 2 jari dibawah pusat, pada hari keempat 2 jari diatas
simpisis, pada hari ketujuh 1 jari diatas simpisis, pada hari kesepuluh
setinggi simpisi. Konsistensi fundus harus keras dengan bentuk bundar
mulus. Fundus yang lembek atau kendor menunjukan atonia atau
subinvolusi. Kandung kemih harus kosong agar pengukuran fundus
akurat, kandung kemih yang penuh menggeser uterus dan
meningkatkan tinggi fundus

5) Vulva dan vagina: melihat apakah vulva bersih atau tidak, adanya
tandatanda infeksi. Lokea: karakter dan jumlah lochea secara tidak
langsung menggambarkan kemajuan penyembuhan normal, jumlah
lochea perlahan-lahan berkurang dengan perubahan warna yang khas
yang menunjukan penurunan komponen darah dalam aliran lochea.
Jumlah lokia sangat sedikit noda darah berkurang 2,5-5 cm= 10 ml,
sedikit noda darah berukuran ≤ 10cm= 10,25 ml, sedang noda darah
berukuran

6) Perineum: pengkajian darerah perineum dan perineal dengan sering


untuk mengidentifikasi karakteristik normal atau deviasi dari normal
seperti hematoma, memar, edema, kemerahan, dan nyeri tekan. Jika
ada jahitan luka, kaji keutuhan, hematoma, perdarahaan dan tanda-
tanda infeksi (kemerahan, bengkak dan nyeri tekan). Daerah anus
dikaji apakah ada hemoroid dan fisura. Wanita dengan persalinan
spontan per vagina tanpa laserasi sering mengalami nyeri perineum
yang lebih ringan. Hemoroid tampak seperti tonjolan buah anggur
pada anus danmerupakan sumber yang paling sering menimbulkan
nyeri perineal. Hemoroid disebabkan oleh tekanan otot-otot dasar
paanggul oleh bagian terendah janin selama kehamila akhir dan
persalinan akibat mengejan selama fase ekspulsi

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon


individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah status kesehatan klien (Herdman, 2012).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Postpartum

1) Ngangguan rasa nyaman (Nyeri berhubungan dengan peregangan


perineum,luka episiotomi.

2) Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan


kelemahan tubuh.

3) Ketidakefektifan Menyusui berhubungan dengan tingkat


pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat
dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.

4) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau


kerusakan kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau
peningkatan peningkatan lingkungan, rupture ketuban lama, mal
nutrisi.

5) Resiko deficit volume cairan berhubungan dengan pengeluaaran


yang berlebihan/perdarahan

4. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan atau rencana tindakankeperawatan adalah suatu
proses di dalam pemecahan masalahyang merupakan keputusan awal
tentang sesuatu apa yang akandilakukan, bagaimana dilakukan, kapan
dilakukan dan siapayang melakukan dari semua tindakan keperawatan
(Dermawan,2012).

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Identitas klien

Nama pasien : Ny. V Nama suami : Ny. E


Umur : 10 Agustus Umur : 09 Mei 1998
1998 / 23 tahun / 23 tahun
Suku/Bangsa : Besemah Suku/Bangsa : Sunda/Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan :- Pekerjaan : Wiraswata
Alamat : Jakarta Alamat : Jakarta
Status : Sudah Kawin Status : Sudah
perkawinan perkawinan Kawin
Riwayat Obsteri : P1A0
Post Partum hari : 1
ke

2) Riwayat kesehatan sekarang


a) Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan episiotomi.
b) Alasan klien mencari pertolongan kepada petugas / institusi kesehatan (P
Q R S T)
Pasien mengatakan saat ini merasakan nyeri pada bekas luka jahitan
episiotomi, nyeri terasa berdenyut-denyut dengan skala 5, nyeri bertambah
jika bergerak, nyeri terasa hilang timbul.

3) Riwayat kesehatan dahulu


a) Riwayat Menstruasi

a. Menarche : Pasien mengatakan haid pertama kali pada umur


12 tahun.
b. Siklus : Pasien mengatakan siklus haidnya 28 – 30hari.
c. Lama : Pasien mengatakan lamanya haid 6 – 7 hari.
d. Banyaknya : pasien mengatakan 2-3 x ganti pembalut
perhari
e. Teratur/tidak teratur : Pasien mengatakan haidnya teratur
setiap bulan.
f. Sifat darah : Pasien mengatakan sifat darahnya encer
berwarna merah kecoklatan.
g. Dismenorhoe : Pasien mengatakan tidak pernah mengeluh
nyeri saat menstruasi.
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Pasien mengatakan ini kehamilan, persalinan dan nifas yang pertama
c) Riwayat Kehamilan Sekarang

a. HPHT : 22 Januari 2020


b. HPL : 29 Oktober 2020
c. Keluhan-keluhan pada
Trimester I : Pasien mengatakan mengeluh mual dan muntah setiap
pagi hari.
Trimester II : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
Trimester III : Pasien mengatakan sering pegal-pegal di sekitar
pinggang.
ANC : 6 kali, Teratur, di bidan
Trimester I : Pasien mengatakan 1 x pada umur kehamilan 1 bulan.
Trimester II : Pasien mengatakan 2 x pada umur kehamilan 3 bulan
dan 6 bulan.
Trimester II : Pasien mengatakan 3 x pada umur kehamilan 7 bulan,
8 bulan dan 9 bulan.
d) Riwayat Persalinan Sekarang
a. Tempat Persalinan : Ruangan PK RSUD Kota Bekasi
b. Penolong : Bidan
c. Tanggal/Jam Persalinan : 17 Oktober 2020 Pukul : 05.00 WIB
d. Jenis persalinan : Spontan
e. Komplikasi/kelainan dalam persalinan : Tidak Ada
f. Plasenta
- Ukuran : ± 450 gram, panjang tali pusat : ±50 cm
- Kelainan : Tidak Ada
g. Perineum
- Ruptur / tidak : Ya, meliputi mukosa vagina, komisura posterior,
kulit jaringan perineum, dan otot perineum. Episiotomi
mediolateralis.
- Dijahit / tidak : Ya, dengan Teknik jelujur
i. Perdarahan
Kala I : 50 ml
Kala II : 40 ml
Kala III : 30 ml
Kala IV : 30 ml
Jumlah : 150 ml
A. Lama Persalinan
Kala I : 3 Jam-menit
Kala II : 1 jam 30 menit
Kala III : - jam 30 menit
Kala IV : 1 jam – menit
Jumlah : 6 jam- menit
B. Keadaan Bayi
BB : 3700 gram
PB : 49 cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Apgar Score : 8/10
Cacat Bawaan : Tidak ada
Masa Gestasi : 40 Minggu
C. Pola Kebiasaan selama Post Partum
No Aktivitas Sebelum dirawat Saat dirawat
1 Pola Pasien makan 3 kali sehari Pasien makan 1 kali
nutrisi dengan porsi sedang, nafsu sebelum melahirkan pada
makan baik. Pasien minum jam 21.00 WIB tanggal 16
sehari 7-8 gelas air putih dan Oktober 2018 dengan porsi
diselingi minum susu, pasien makan sedikit dan nafsu
tidak menyukai teh ataupun makan yang kurang. Pasien
kopi. Pasien mengatakan tidak minum 2 gelas teh.
ada keluhan.

2 Pola Pasien mengatakan BAB 1 kali Pasien mengatakan belum ada


eliminasi sehari dengan konsistensi BAB setelah melahirkan.
kadang lunak kadang keras, Pasien mengatakan setelah
warna kuning dan bau yang melahirkan BAK sudah 2 kali
khas. Pasien mengatakan setelah melahirkan pukul
selama hamil BAK lebih sering 06.00 WIB dan 09.WIB pada
terutama pada trisemester ke 3 tanggal 17 Oktober 2018.
yaitu 7-9 kali dalam sehari
dengan warna kuning jernih
dan bau yang khas.

3 Pola Selama hamil pasien Klien dibantu


Aktvitas mengatakan masih bekerja sepenuhnya oleh
dalam mengurus rumah tapi keluarga karena merasa letih
dengan hati-hati dan tidak dan lemah. Klien juga
erlalu capek. mengatakan tidak banyak
bergerak karena masih takut
dengan luka jahitannya dan
klien masih merasakan nyeri
pada luka jahitannya.
4 Pola Tidur malam lebih kurang 8 Pasien mengatakn baru tidur
istirahat jam dari jam 21:00 – 04:30 2 jam setelah melahirkan.
dan tidur wib, tidur siang lebih kurang 3
jam dari jam 14:00 – 16:00
wib.
5 Pola Mandi 2 kali sehari, mandi Pemenuhan kebersihan diri
personal secara menyeluruh dari ujung dibantu oleh keluarga.
hygiene rambut sampai ujung kaki.
Keramas hanya 4 kali
seminggu.

D. Riwayat Psikologis dan Spiritual


Pasien mengatakan sangat senang sekali dengan kelahiran anak
pertama nya ini, pasien mengatakan jika keluarganya sangat senang
sekali dengan kelahiran anak pertamanya ini. Namun pasien merasa
cemas dengan kondisi luka di bagian perineumnya, masih takut untuk
bergerak, takut jika lukanya terjadi infeksi.
Pasien beragama islam dan rajin menunaikan sholat 5 waktu dan rajin
berdoa. Pasien masuk kedalam fase Taking In (Dependent) dimana
pasien masuk hari ke satu setelah melahirkan pada saat pengkajian
tanggal 17 Oktober 2018. Fase ini pasien membutuhkan perlindungan
dan pelayanan karena pada tahap ini pasien sangat ketergantungan
E. Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Pasien mengatakan belum pernah memakai KB. Rencana setelah
kelahiran anak pertama ini pasien akan menggunakan KB, tetapi pasien
belum mengetahui KB apa yang akan di pakai setelah melahirkan anak
pertamnya.
F. Riawayat pemakaian obat-obatan
Pasien mengatakan hanya minum obat dari bidan dan pasien tidak
pernah merokok. Pasien mengatakan ayah kandung dan suaminya
merokok.
G. Pengetahuan Ibu
Pasien mengatakan setelah melahirkan harus memperbanyak makan
sayuran hijau seperti daun katu untuk mempelancar pengeluaran ASI,
pasien mengatakan ASI sangat baik untuk bayinya, untuk pertumbuhan
dan perkembangan bayinya dan juga untuk kekebalan tubuh bayinya,
pasien pasien mengatakan sedikit paham tentang makanan untuk
bayinya, pasien mengatakan belum paham cara perawatan setelah
melahirkan, pasien mengatakan kurang begitu paham tentang cara
perawatan payudara yang benar, pasien mengatakan dalam perawatan
bayinya masih dibantu oleh keluarganya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan baik dari pihak dirinya maupun dari pihak suami tidak ada
yang mempunyai riwayat penyakit menurun seperti diabetes, hipertensi,
jantung dan riwayat penyakit menular seperti asma / TBC dan HIV / AIDS
dan pasien juga belum pernah mempunyai riwayat operasi.

B. Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
TD =110/70 mmHg N = 92 x/menit S =
36,8OC P = 22 x/menit

d. Tinggi Badan : 155 cm

e. Berat Badan : 65 kg

f. LILA : 26,5 cm

2. Pemeriksaan fisik
Rambut bersih, hitam gelombang, ada rontok dan tidak

ada massa,benjolan dan nyeri tekan.


Wajah tidak ada oedema dan tidak ada kloasma
gravidarum (binti-bintik) pigmen kecoklatan
diwajah
Mata kongjungtiva pucat, sklera putih tidak ikterik,
tidak ada nyeri tekan , fungsi penglihatan baik
dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Telinga tidak ada serumen, pendengaran baik, tidak ada

nyeri tekan, tidak ada benjolan.


Hidung tidak ada polip, fingsi penciuman baik dan tidak

ada nyeri tekan


Mulut/gigi/ bibir pucat, tidak ada sariawan, mulut dan gigi

gusi bersih
Abdomen Terdapat linea nigra, tidak ada nyeri tekan, ada

striae gravidarum, , kontraksi kuat, perkusi


tympani
Genetalia Lochea rubra, warna merah kecoklatan, jumlah

pembalut 1 kali dalam 1 hari


Perineum Terdapat 5 jahitan pada perineum, keadaan luka
dan anus basah, tidak ada tanda radang.
Tanda REEDA: tidak ada kemerahan, ekimosis,
terdapat darah, kerekatan jahitan: kuat pada area
perineum.
Ekstremitas Atas : tangan kanan terpasang infuse RL 20
tetes/menit, kuku pendek, bersih, turgor kulit
baik, tidak ada kelainan , akral teraba hangat

Bawah : turgor kulit baik, kuku pendek, bersih,


tidak ada varices, tidak ada kelainan, akral teraba
hangat
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, tidak

ada tumor, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.


Dada Tidak ada pembengkakan pada mamae, tidak ada
tumor, simetris kanan dan kiri, areola
hiperpigmentasi, putting susu bersih dan
menonjol, kolostrum/ASI sudah keluar.
Abdomen Kontraksi keras, tinggi fundus 2 jari dibawah
pusat
Ekstremitas Tidak ada varices, tidak ada oedema

3. Terapi
- Infuse RL 20 tetes/menit
- Amphicilin 500 mg 3 kali 1 tablet

4. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 9,6 gr % 12,00 - 15,00 gr %
Hematokrit 36,70 % 35,00 – 47,00 gr %
Trombosit 213.000 mm3 150.00 – 400.000 mm3
Leukosit 7.800 mm3 4.000 – 10.000 mm3
Eritrosis 2,76 mm3 4,5 – 6 juta/ mm3

C. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS : Agen pencederaan Nyeri akut
- Ny. V mengatakan saat ini fisik (luka
merasakan nyeri pada bekas episiotomi)
luka jahitan episiotomi
- Ny. V mengatakan nyeri terasa
berdenyut-denyut dengan
skala 4
- Ny. V mengatakan nyeri
bertambah jika bergerak
- Ny. V mengatakan nyeri terasa
hilang timbul

DO :
- Ny. V tampak meringis
- Ny. V tampak tidak bebas saat
bergerak

- Terdapat luka jahitan di


perineum: 5 jahitan
- Episiotomi mediolateralis
- Skala nyeri 4
- TTV
TD 110/70 mmHg, N 92x/m,
DS : Ancaman Ansietas
- Ny. V mengatakan merasa terhadap
cemas dengan kondisi luka di konsep diri
bagian perineumnya
- Ny. V mengatakan masih takut
untuk bergerak
- Ny. V mengatakan takut jika
lukanya terjadi infeksi.

DO :

- Gelisah

- Kesadaran : compos mentis

- TTV :

TD : 110/70 mmHg, N : 92 x/i


S :36,8OC, R 22 x/i

- Tidak ada kemerahan

- Kerekatan jahitan kuat

- Terdapat darah warna terang

- Lochea rubra

- Ekimosis

- Bau : seperti darah biasa dan


tidak busuk.

- Leukosit : 7.800 mm3


DS: Kurang terpapar Defisi
informasi pengetahuan
- Klien mengatakan belum
tentang
mengetahui tentang cara
(perawatan
perawatan post partum
post partum)
- Klien mengatakan belum
mengetahui tentang cara
perawatan payudara

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut) b.d Agen pencederaan fisik (luka episiotomi)

2. Ansietas b.d ancaman konsep diri


3. Defisit pengetahuan tentang (perawatan post partum) b.d kurang
terpapar informasi
E. Tujuan (SMART)
F. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Kriteria Intervensi


Nyeri b.d Setelah di lakukan SIKI
agen intervensi 1x24 jam Manajemen Nyeri
pencedera diharapkan nyeri Observasi
fisin (luka berkurang. - Idntifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
episiotomi) SLKI frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
Luaran utama : - Identifikasi skala nyeri
Tingkat nyeri - Identifikasi responnyeri non verbal
Kriteria hasil : - Idetifikasi faktor yang memperberat
1. Keluhan nyeri dan mempermudah nyeri
menurun - Idetifikasi pengetahuan dan keyakinan
2. Meringis menurun tentang nyeri
3. Perineum terasa - Idetifikasi pengaruh budaya tentang
tertekan menurun respon nyeri
- Idetifikasi pengaruh nyeri pada
kualitashidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah di berikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangirasa nyeri (mis. Tens,
hypnosis, akupuntur, terapimusik,
terapipijat,
- Kontrol lingkungan yang memperberat
nyeri (mis. Suhuruangan,
pencahayaan, kebisingan.)
- Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, priode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jikaperlu
Ansietas b.d Setelah dilakukan SIKI
ancaman intervensi
konsep diri keperawatan 1x24 jam Terapi Relaksasi
diharapkan perasaan Observasi
ceman pasien - Identifikasi penurunan tingkat energi,
berkurang ketidakmampuan berkonsentrasi atau
gejala lain yang mengganggu
SLKI kemampuan kognitif
Luaran utama : tingkat - Identifikasi teknik relaksasi yang
ansietas pernah efektif di gunakan
Kriteria hasil : - Identifikasi kesediaan, kemampuan
1. Verbalisasi dan penggunaan teknik sebelumnya
khawatir - Periksa ketegangan otot, frekuensi
menurun nadi, tekanan darah dan suhu sebelum
2. Perilaku dan sesudah latihan
gelisah - Monitor respons terhadap terapi
menurun relaksasi
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan
jenis relaksasi yang tersedia
- Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang di pilih
- Anjkurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi latihan
- Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi
Defisit Setelah dilakukan SIKI
pengetahuan intervensi
tentang keperawatan 1x24 jam Edukasi Kesehatan
(perawatan diharapkan dapat Observasi
post partum) menambah - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
b.d kurang pengetahuan pasien menerima informasi
terpapar - Identifikasi faktor-faktor yang dapat
informasi SLKI meningkatkan dan menurunkan
Luaran utama : tingkat motivasi belajar dan pengetahuan ibu
pengetahuan Terapeutik
Kriteria hasil : - Sediakan materi dan media pendidikan
1. Verbalisasi minat kesehatan
belajar meningkat - Jadwalkan penkes sesuai kesepakatan
2. Kemampuan - Berikan kesempatan untuk bertanya
menjelaskan Edukasi
pengetahuan - Jelaskan cara perawatan post partum
tentang suatu topik - Jelaskan cara perawatan payudara
meningkat
3. Perilaku sesuai
dengan
pengetahuan
meningkat
4. Pertanyaan tentang
masalah yang
dihadapi menurun

ANALISA JURNAL

A. Isi Jurnal
Penulis memilih jurnal yang di tulis oleh Elly Susilawati dan Wita Raniva Ilda sebagai
jurnal untuk di analisis. Jurnal tersebut di terbitkan di Pekanbaru pada tahun 2019
dengan judul “Efektifitas Kompres Hangat dan Kompres Dingin Terhadap
Intensitas Nyeri Luka Perineum pada Ibu Post Partum Di BPM Siti Julaeha
Pekanbaru”.
Metode yang di gunakan dalamn jurnal penelitian ini adalah dengan menggunakan
Quasy Experiment dengan rancangan one grup pretest and postted design. Penelitian
ini dilakukan pada bulann Januari-Juni 2018. Jumlah sampel penelitian yaitu 30
orang, 15 orang kelompok kompres hangan dan 15 orang kelompok kompres dingin.
Populasi penelitian yaitu ibu post partum yang mengalami luka perineum di BPM Siti
Julaeha. Teknik kompres hangat dan kompres dingin di lakukan selama 20 menit
setelah 6 jam post partum. Alat ukur yang di gunakan yaitu Numerical Ratting Scale
(NRS).
Pada penelitian ini didapatkan hasil yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan
antara terapi kompres hangat dan kompres dingin dalam penurunan intensitas nyeri
dimana terapi kompres dingin lebih efektid dalam mengatasi nyeri luka perineum
pada ibu post partum di bandingkan dengan terapi komres hangat. Sehingga peneliti
menyimpulkan terapi kompres dingin dapat dijadikan sebagai terapi alternative untuk
mengatasi nyeri luka perineum pada ibu post partum.
B. Kelebihan Jurnal
Kelebihan pada jurnal yang di tulis oleh Elly Susilawati dan Wita Raniva Ilda adalah
mencantumkan lama waktu terapi, kapan waktu terapi dilakukan serta alat ukur yang
digunakan.
C. Kekurangan Jurnal
Kekurangan pada jurnal yang di tulis oleh Elly Susilawati dan Wita Raniva Ilda
adalah adalah tidak mencantumkan pada bagian mana saja yang di kompres, teknik
komresnya, suhu kompres berapa, serta berapa kali dilakukan dalam waktu sehari.
D. Implentasi pada Klinik
Sesuai dengan jurnal yang di tulis oleh Elly Susilawati dan Wita Raniva Ilda
implementasi yang dilakukan dalam jurnal tersebut adalah menerapkan metode non
farmakologi yang paling sederhana yang dapat di gunakan utuk mengatasi nyeri dan
ketidaknyamanan terutama ibu post partum dengan nyeri luka perineum adalah
dengan menerapkan penggunaan kompres hangat dan kompres dingin. Penggunaan
kompres hangat dan kompres dingin merupakan salah satu bentuk pemberian
stumulasi kutaneus dengan pemanfaatan suhu. Kompres hangat dan kompres dingin
ini bekerja dengan memblok transmisi stimulus nyeri sehingga impuls nyeri yang
mencapai otak lebih sedikit.
Kompres hangat dapat memberikan rasa hangat yang bertujuan untuk memberikan
rasa nyaman, mengatasi nyeri, mengurangi atau mencegah spasme otot dan
memberikan rasa hangat pada daerah tertentu. Kompres hangat memiliki dampat
fisiologis bagi tubuh, yaitu pelunakan jaringan fibrosa, mempengaruhi oksigenasi
jaringan sehingga dapat mencegah kekakuan otot, memvasodilatasikan dan
memperlancar aliran darah, sehingga dapat menurunkan atau menghilangkan rasa
nyeri.selain itu kelebihan kompres hangat dapat membantu pemulihan luka,
mengurangi infeksi dan inflamasi, memperlancar pasokan aliran darah serta
memberikan ketenangan dan kenyaman pada klien.
Kompres dingin merupakan metode yang dapat di terapkan untuk membantu
kenyamanan pada ibu nifas untuk mengurangi rasa nyeri. Manfaat kompres dingin
diantaranya adalah mengurangi aliran darah ke daerah luka sehingga dapat
mengurangi resiko perdarahan dan oedema, kompres dingin menimbulkan efek
analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang
mencapai otak akan lebih sedikit.

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, I., & Astuti, T. (2015). Tinggi fundus uteri pada ibu post partum yang
melaksanakan senam nifas. Jurnal Keperawatan, 11(2), 183–188.
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/569
Purnaningsari, F., & Wb, A. W. (n.d.). BUKU SAKU.
Sembiring, H. (2018). Asuhan Kebidanan pada Ny. N Masa Nifas P2A0 Di Puskesmas Namo
Trasi Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat. Respiratory Poltekkes Medan, 52.
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/973/1/BU hesti.pdf
Wenniarti, Muharyani, P. W., & Jaji. (2016). Pengaruh Terapi Ice Pack Terhadap Perubahan
Skala Nyeri Pada Ibu Post Episiotomi Pendahuluan negara dengan tingkat kematian ibu
yang Development AKI adalah Program Kerja Gerakan Sayang ketika persalinan karena
dapat terjadi mengecil serta mengaktivasi tra. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 3(1),
377–382.
Purnaningsari, F., & Wb, A. W. (n.d.). BUKU SAKU.
Sembiring, H. (2018). Asuhan Kebidanan pada Ny. N Masa Nifas P2A0 Di Puskesmas Namo
Trasi Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat. Respiratory Poltekkes Medan, 52.
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/973/1/BU hesti.pdf
Wenniarti, Muharyani, P. W., & Jaji. (2016). Pengaruh Terapi Ice Pack Terhadap Perubahan
Skala Nyeri Pada Ibu Post Episiotomi Pendahuluan negara dengan tingkat kematian ibu
yang Development AKI adalah Program Kerja Gerakan Sayang ketika persalinan karena
dapat terjadi mengecil serta mengaktivasi tra. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 3(1),
377–382.
2015.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/profil-kesehatan-indonesia2015.pdf (diakses tanggal 02 Januari 2017).
Walyani, E. S. (2015). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Anda mungkin juga menyukai