Anda di halaman 1dari 22

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN “NEFHROTIC SYNDROME”

OLEH KELOMPOK II

V B KEPERAWATAN

1. GUSTI AYU KADE LIA WARTAMI (C1117041)


2. NI PUTU SRI IRAYANI (C1117044)
3. MADE KRESNA DWIPAYANA (C1117049)
4. I WAYAN GEL GEL WIRADIANA (C1117052)
5. NI PUTU PARIS EKA DEWI UDANI (C1117055)
6. NI KADEK MARWATI (C1117064)
7. AUREN SINTA (C1117066)
8. GEDE ANGGA ARTHA DINATA (C1117069)
9. NI NENGAH AGUSTINI (C1117072)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA USADA BALI

2019
LAPORAN

PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Neprhrotic syndrome merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh


adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik;
proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia, dan edema.
(Suryadi & Rita Yuliani, 2010)

Sindrome Nefrotik (SN) adalah kumpulan gejala yang terdiri dari


proteinuria massif (≥40 mg/m2 LPB/jam atau rasio protein/kreatinin pada urine
sewaktu >2 atau dipstick ≥2+), hipoalbuminemia (≤2,5 gr/dL), edema, serta
dapat disertai hiperkolesterolemia (>250 mg/uL).( Dian Pramana Pratiwi,
2013)

Sindrome nefrotik (SN) adalah salah satu penyakit glomerulus yang sering
ditemukan pada anak, yang ditandai dengan proteinuria (>40 mg/m 2/jam),
hipoalbumin (<2,5 g/dL), hiperkolestronemia (>250 mg/dL), dan edema.
(Robin S. Mamesah, 2016)

Jadi, Sindrome Nefrotik adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh


adanya injury glomerular yang biasa ditemukan pada anak, yang terdiri dari
proteinuria massif (≥40 mg/m2 LPB/jam atau rasio protein/kreatinin pada urine
sewaktu >2 atau dipstick ≥2+), hipoalbuminemia (≤2,5 gr/dL), edema, serta
dapat disertai hiperkolesterolemia (>250 mg/uL).

B. ETIOLOGI
1. Timbul setelah keusakan glomerulus akibat (Systemic Lapus Eryhematous,
Diabetes Mellitus, dan Skle cell disease).
2. Respon alergi, glomerulinefritis. Dikaitkan dengan respon imun (abnormal
imunoglubulin).( Suryadi & Rita Yuliani, 2010)
C. TANDA dan GEJALA
1. Edema, periorbital dan tergantung, “pitting”, edema muka dan berlanjut ke
abdomen daerah genital, dan ekstremitas bawah
2. Anorexia
3. Fatigue
4. Nyeri abdomen
5. Berat badan meningkat (Suryadi & Rita Yuliani, 2010)

D. PATOFISIOLOGI dan PATHWAY


Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah
proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder.
Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler
glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilangnya
muatan negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindrom nefrotik
keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya
terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran
glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin.
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria.
Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan
intravascular berpindah ke dalam intertisial. Perpindahan cairan tersebut
menjadikan volume cairan intravascular berkurang, sehingga menurunkan
jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke
renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin
angiotensin dan peningkatan sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi
aldosteron yang kemudian menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi
natrium dan air, akan menyebabkan edema (Wati, 2012).
Terjadi peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin
atau penurunan onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari
meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena
kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria).
Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan
oleh karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suryadi &
Rita Yuliani, 2010)
Pathways
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penegakan diagnosis sindrom nefrotik tidak ditentukan dengan hanya
penampilan klinis. Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui
beberapa pemeriksaan penunjang berikut yaitu urinalisis, pemeriksaan
sedimenurin, pengukuran protein urin, albumin serum, pemeriksaan serologis
untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal, biopsi ginjal, dan darah,
dimana :
1. Urinalisis
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (faseoliguri ) yang terjadi
dalam 24-48 jam setelah ginja lrusak, warna kotor, sedimen kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hb, Monoglobin, Porfirin. Berat jenis kurang
dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal. Protein urin meningkat (nilai
normal negatif). Urinalisis adalah tesawal diagnosis sindrom nefrotik.
Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstik, atau melalui tes
semi kuantitatif dengan asam sulfo salisilat, 3+ menandakan kandungan
protein urin sebesar 300 mg/dL atau lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih
yang masuk dalam nephrotic range.
2. Pemeriksaan sedimenurin
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies:
epitelsel yang mengandungbutir-butirlemak, kadang-
kadangdijumpaieritrosit, leukosit, torakhialin dan torakeritrosit.
3. Pengukuran protein urin
Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single
spot collection. Timed collection dilakukan melaluipengumpulanurin 24
jam, mulai dari jam 7 pagi hingga waktu yang samakeesokanharinya. Pada
individusehat, total protein urin ≤ 150 mg. Adanya proteinuria masih
merupakan kriteria diagnosis. Single spot collection lebih mudah dilakukan.
Saat rasio protein urin dan kreatinin> 2g/g, ini mengarahkan pada kadar
protein urin per hari sebanyak ≥ 3g.
4. Albumin serum
Kualitatif : ++ sampai ++++
Kuantitatif :> 50 mg/kgBB/hari (diperiksa dengan memakaireagen
ESBACH)
5. Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis
6. USG renal: Terdapat tanda-tanda glomerulonefritiskronik.
7. Biopsi ginjal
Biopsi ginjaldiindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset
usia> 8 tahun, resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps,
sertaterdapat manifestasi nefritiksignifikan.Pada SN dewasa yang tidak
diketahuiasalnya, biopsy mungkin diperlukan untuk diagnosis.Penegakan
diagnosis patologipenting dilakukan karena masing-
masingtipememilikipengobatan dan prognosis yang berbeda. Penting untuk
membedakanminimal-change disease pada dewasa dengan
glomerulosklerosisfokal, karena minimal-change diseasememilikirespon
yang lebih baik terhadap steroid.Prosedur ini digunakan untuk
mengambilsampeljaringan pada ginjal yang kemudian akan diperiksa di
laboratorium. Adapanprosedur biopsi ginjalsebagaiberikut :
a. Peralatan USG digunakansebagaipenuntun. USG dilakukan oleh
petugasradiologi untuk mengetahuiletakginjal.
b. Anestesi (lokal).
c. Jarum (piston biopsi). Apabila tidak ada piston biopsi dapat
menggunakanjarum model TRUCUT maupun VIM SILVERMAN.
d. Jaringan yang didapatkandikelompokkanmenjadidua bagian, yaitu untuk
pemeriksaan mikroskop cahaya &imunofluoresen.
e. Setelah biopsi.
1) Berikan pasien tengkurap + - sejam, tetapiapabila pada
posisitengkurap pasien mengalamisejasnafas maka biopsi dilakukan
pada posisiduduk
2) Anjurkan untuk minumbanyak
3) Monitor tanda-tanda vital terutama tekanan darah, & lakukan
pemeriksaan lab urinlengkap.
f. Apabila tidak terdapatkencing darah (hematuria) maka pasien
dipulangkan. Biasanya untuk pada pasien yang beresikorendah, pagi
biopsi sore pulang (one day care ).
8. Darah
Hb menurun adanya anemia, Ht menurun pada gagal ginjal, natrium
meningkat tapi biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan dengan
retensi dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan
(hemolisissel darah nerah). Penurunan pada kadar serum dapat
menunjukkan kehilangan protein dan albumin melaluiurin, perpindahan
cairan, penurunan pemasukan dan penurunan sintesis karena kekurangan
asam amino essensial. Kolesterol serum meningkat (umur 5-14 tahun :
kurang dari atau sama dengan 220 mg/dl). Pada pemeriksaan kimia darah
dijumpai Protein total menurun (N: 6,2-8,1 gm/100ml), Albumin menurun
(N:4-5,8 gm/100ml), α1 globulin normal (N: 0,1-0,3 gm/100ml), α2
globulin meninggi (N: 0,4-1 gm/100ml), β globulin normal (N: 0,5-0,9
gm/100ml), γ globulin normal (N: 0,3-1 gm/100ml), rasio
albumin/globulin <1 (N:3/2), komplemen C3 normal/rendah (N: 80-120
mg/100ml), ureum, kreatinin dan klirenskreatinin normal.(Jurnal Profil
Sindrome Nefrotik Pada Ruang Perawatan Anak RSUP Sanglah Denpasar.
GAP Nilawati, 2012)
Uji Diagnostik
Biopsy ginjal (tidak di lakukan secara rutin) mengindikasikan status
glomelural, jenis sindrom nefrotik, respon terhadap pelaksanaan medis, dan
perjalanan penyakit. Evaluasi mikroskopik menunjukan tampilan membrane
basalis yang abnormal.
F. Penatalaksanaa Medis
1. Pemberian kortikosteroid ( predninson atau prednisolon) menginduksikan
remisi. Dosis akan diturunkan selama 4 sampai 8 minggu terapi.
Kekambuhan diatasi dengan krotikosteroid dosis tinggi untuk beberapa hari.
2. Penggantian protein ( albumin dari makanan atau intravena)
3. Pengurangan edema
a. Terapi diuretic ( diuretic hendaknya di gunakan secara cermat untuk
mencegah terjadinya penurunan volume intravascular, pembentukan
thrombus, dan atau ketidakseimbangan elektrolit)
b. Pembatasan natrium
4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan nyeri
6. Pemberian antibiotic
7. Terapi imunosuportif untuk anak yang gagal berespons dengan steroid
ASUHAN KEPERAWATAN

A. DATA SUBJEKTIF DAN OBYEKTIF YANG MUNGKIN MUNCUL


Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN

DS. : Ibu pasien mengatakan Faktor Penyebab Kelebihan volume


anaknya kencing cairan
Sindrom nefrotik

Gangguan pembentukan
DO. : glomerulus

 Edema mukosa usus Albumin melewati


membrane bersama urin
 Edema abdomen dan
ekstremitas bawah Hipoalbuminemia

 Penambahan berat Tekanan osmotic plasma


badan menurun

 Kulit pucat Tekanan hidrostatik


meningkat

Perpindahan cairan dari


intrasel ke interstisial

Edema anasarka, asites,


bengkak pada mata, genital
edema paru

Kelebihan Volume Cairan

DS : ibu pasien mengatakan Sindrom Nefrotik Ketidakefektifan


anaknya mengalami kesulitan Pola Nafas
Breathing
dalam bernafas
Asites

DO : Distensi abdomen

 pasien tampak nafas Penekanan Diafragma


cepat,
Ekspansi paru tidak
 pasien tampak maksimal
dyspnea
Dsypnea,Takipnea,
 RR meningkat 70 perubahan kedalaman
x/menit pernafasan, Bradipnea

Ketidakefektifan pola nafas

DS : Ibu pasien mengatakan Restensio cairan rongga Ketidakseimbanga


anaknya tidak mau makan dan perut n nutrisi kurang
minum asi dari kebutuhan
Asites
tubuh
DO :
Menekan isi perut
 Pasien tampak tidak
Mual dan Muntah
menghabiskan
makanan dan tidak Intake nutrisi kurang
mau minum asi
Ketidakseimbangan nutrisi
 Pasien tampak lemah kurang dari kebutuhan
tubuh
 Terjainya penurunan
berat badan 1 kg dari
bb awal 7 kg

 Pasien tampak muntah


3x dari pagi

DS : - Sindrom Nefrotik Penurunan curah


jantung

Reabsorbsi Na & air


meningkat
DO :
Vol. intravaskuler
 N : 110x/menit
meningkat
 RR : 26x/menit
Beban jantung meningkat
 Edema pada kedua
Kontraktilitas ventrikel
mata dan kaki kanan
menurun

Decompensasi cordis
-
Aritma, Bradikardi,
Perubahan EKG, Palpitasi,
Edema, Peningkatan BB

Penurunan curah jantung


berhubungan dengan
perubahan frekuensi
jantung

DS : ibu pasien mengatakan Vol. cairan vaskuler Gangguan


anaknya kencing sedikit tetapi meningkat eliminasi urine
sering dan setiap selesai Stimulus renin Angitensui
kencing selalu menangis Sekresi ADH
Reabsorbsi Na & air
meningkat
DO : Vol. urine yang diekskresi
meningkat
 pasien tampak di
Oliguri
popoknya sedikit ada
Gangguan eliminasi urine
kencing

 Urine pasien tampak


berbusa dan gelap

DS :- Pen. Filtrasi glomerulus Resiko infeksi


Protein terfiltrasi
Pengeluaran Ig G dan Ig A
DO : Sistem imun menurun
Resiko infeksi
 S : 390C

 Kulit pasien tampak


merah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan laju filtrasi
glomerulus
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung
5. Gangguan eliminasi b/d obstruksi anatomik ( cairan yang tidak dapat
mengalir)
6. Resiko infeksi
C. INTERVENSI

NO
Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
dx
1 Dengan dilakukannya Nic Label:
asuhan keperawatan selama Monitor cairan
3x24 jam di harapkan  Tentukan jumlah dan  Untuk
kelebihan volume cairan jenis intake atau asupan mengetahui
dengan kriteria hasil : cairan serta kebiasaan intake cairan
Noc label: eliminasi yang masuk
-keseimbangan cairan
 Edema perifer di  Untuk
pertahankan pada  Monitor asupan dan menentukan
skala skala 3 engeluaran keseimbang
( terdapat edema an cairan
pada abdomen dan
ekstremitas bawah)  Untuk
di tingkatkan ke  Monitor berat badan mengetahui
skala 5( tidak ada pasien adanyya
edema ) penurunan
 Berat jenis urine di atau
pertahankan pada peningkatan
skala 3 ( cukup BB
terganggu) di
tingkatkan ke skala  Monitor kadar serum  Untuk
5 ( tidak ada albumin dan protein total mengetahui
terganggu pada kadar serum
urine)
 Berat badan stabil di  Monitor nilai kadar  Untuk
pertahankan pada serum elektrolit urine mengetahui
skala 3 ( berat kadar serum
badan mengalami  Monitor warna dan berat elektrolit
urine  Untuk
kenaikan) di
mengetahui
tingkatkan ke skala
warna dan
5 ( bb stabil )
berat urine
yang di
ekskresi
2. Dengan dilakukannya Nic label:
asuhan keperawatan selama Manajemen jalan nafas
3x24 jam di harapkan pola  motivasi px untuk  untuk
nafas pasien meningkat bernafas pelan, berputar , memberikan
dengan kriteria hasil : dalam dan batuk pasien
Noc label: semangat
-Status pernafasan  posisikan px untuk  untuk
 frekuensi pernafasan meringankan sesek nafas memaksimal
dipertahankan pada kan
skala 3 (deviasi pernafasan
sedang dari kisaran pasien
normal )  untuk
ditingkatkan ke  gunakan Teknik yang memberikan
skala 5 (tidak ada menyenangkan untuk pasien
deviasi dari kisaran memotivasi bernafas motivasi
normal) dalam kepada anak bernafas
 kedalaman infirasi ( missal meniup dalam
dipertahankan pada gelembung balon )
skala 3 (deviasi Monitor pernafasan:  untuk
sedang dari kisaran  monitor suara nafas mengetahui
normal ) tambahan adaya nafas
ditingkatkan ke tambahan
skala 5 (tidak ada
deviasi dari kisaran  monitor kelelahan otot  untuk
normal) diafragma dengan mengetahui
pergerakan paraksosial status
diafragma
3. Dengan dilakukannya Nic lebel:
asuhan keperawatan selama Manajemen nutrisi
3x24 jam di harapkan  timbang beratbadan  untuk
nutrisi pasien meningkat pasien mengetahui
dengan kriteria hasil : kecukupan
Noc lebel: nutrisi pada
-Status nutrisi  tentukan pola makan pasien
 asupan gizi  agar nutrisi
dipertahankan pada pasien
skala 3 (cukup  tentukan faktor faktor terpenuhi
menyimpang dari yang mempengaruhi  untuk
rentang normal) asupan nutrisi mengetahui
ditingkatkan pada factor
skala 5 ( tidak penyebab
menyimpang dari asupan
rentang normal) Manajemen gangguan makan nutrisi yang
 asupan makanan tidak
dipertahankan pada  dorong klien untuk adekuat
skala 3 ( cukup mendiskusikan makanan
menyimpang dari yang disukai  agar pasien
rentang normal) bersemangat
ditingkatkan pada dalam
skala 5 ( tidak memenuhi
menyimpang dari  berikan dukungan kebutuhan
rentang normal) terhadap peningkatan nutrisinya
rasio berat badan/ tinggi berat badan  agar pasien
badan dipertahankan pada bersemangat
skala 3 ( cukup untuk
menyimpang dari mencukupi
 rentang normal)  monitor beratbadan klien kebutuhan
ditingkatkan pada secara rutin nutrisinya
skala 5 ( tidak  agar berat
menyimpang dari badan
rentang normal)  batasi aktifitas fisik pasien
-Status nutrisi:asupan sesuai kebutuhan untuk terkontrol
nutrisi meningkatkan beratbadan  untuk
 asupan karbohidrat mengurangi
dipertahankan pada hambatan
skala 3 (cukup dalam
adekuat)ditingkatkan pemenuhann
ke skala 5 utrisi klien
(sepenuhnya
adekuat)
 asupan kalsium
dipertahankan pada
skala 3 ( cukup
adekuat)
ditingkatkan ke
skala 5 ( sepenuhnya
adekuat)
 asupan vitamin
dipertahankan pada
skala 3 (cukup
adekuat )
ditingkatkan ke
skala 5 ( sepenuhnya
adekuat )
4. Dengan dilakukannya Nic lebel
asuhan keperawatan selama Manajemen syok  untuk
3x24 jam di harapkan curah  monitor tanda tanda vital mengetahui
jantung pasien meningkat TTV pasien
dengan kriteria hasil :  berikan dukungan emosi  agar pasien
Noclebel: pada pasien dan kluarga bersemangat
Keefektifan pompa px dorong harapan yang dalam
jantung realitis menjalani
 kelelahan pengobatann
dipertahankan pada ya
skala 3 (sedang)
ditingkatkan ke  monitor status cairan  agar
skala 5 (tidak ada) termasuk beratbadan kebutuhan
 pucat dipertahankan perhari cairan dan
pada skala 3 nutrisi pada
(sedang) pasien tetap
ditingkatkan ke terkontrol
skala 5 (tidak ada) Manajemen energi
 wajah kemerahan  agar intake
dipertahankan pada  monitor intake /asupan nutrisipadap
skala 3 (sedang) nutrisi untuk mengetahui asientetapter
ditingkatkan ke sumber energi yg konrol
skala 5 (tidak ada) adeakurat

 anjurkan tidur siang bila  agar


diperlukan kebutuhanist
irahatpasient
ercukupi
 agar
 anjurkan px untuk pasiendapat
mengungkapkan menjalanipe
ngobatanden
gannyaman

5. Setelah dilakukan tindakan nic label :


keperawatan selama 3 x 24 1. manajement nyeri
jam diharapkan gangguan a. lakukan pengkajian a. Untuk
eliminasi urine pasien dapat nyeri secara mengetahui
teratasi. Dengan kriteria komprehensif yang karakteristik
hasil: meliputi lokasi, nyeri
Noc label karakteristik, onset
1. eliminasi urine atau durasi, frekuensi,
a. pola eliminasi kualitas nyeri
dipertahankan pada b. kurangi atau b. Untuk
skala 3 ( pola eliminasi factor yang mengurangi
eliminasi terganggu) dapat mencettuskan yeri
di tingkatkan ke atau meningkatkan
skala 5 ( pola nyeri
eliminasi tidak c. dorong pasien untuk c. Untuk
terganggu) menggunakan obat – mengurangi
b. kejernihan urine di obatan penurun nyeri nyeri yang
pertahankan pada yang adekuat di
skala 3 ( urine tidak sampaikan
jernih) di tingkatkan pasien
ke skala 5 ( urine
jernih)
d. berikan individu d. Untuk
penurun nyeri yang mengurangi
optimal dengan nyeri
peresepan anallgesik

e. dukung istirah / tidur e. Untuk


yang adekuat untuk menambah
membantu penurunan waktu
nyeri. istirahat
pasien dan
mendukung
penyembuha
n pasien.

6. Setelah di lakukan tindakan Nic label


asuhan keperawatan selama 1. Control infeksi
3 x 24 jam , diharpkan a. Bersihkan lingkungan a. Untuk
resiko infeksi pasien dapat dengan baik setelah menjaga
teratasi. Dengan kriteria di gunakan untuk kebersihan
hasil: setiap pasien luka agar
Noc label: tetap bersih
1. Control infeksi : b. Batasi jumlah b. Untuk
proses infeksi pengunjung menghindari
a. Mengetahui prilaku terjadinya
yang berhubungan infeksi
dengan resiko lainnya
infeksi di c. Anjurkan pasien c. Agar
pertahankan pada Teknik mencuci kebersihan
skala 3 ( kadang tangan yang cepat tangan tetap
kadang terjaga
menunjukkan) di
tingkatkan ke skala 5 d. Gunakan kateterisasi d. Untuk
( secara konsisten intermitter untuk meminimalk
menunjukkan) mengurangi kejadian an nyeri
b. Mengidentifikasi infeksi kandung pada organ
tanda dan gejala kemih reproduksi
infeksi di
pertahankan pada e. Berikan terapi e. Untuk
skala 4( jarang antibiotic yang sesuai mengobati
menunjukkan ) di atau
tingkatakan ke skala meinimalka
5 ( secara konsisten n
menunjukan) penyebaran
infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Ratih. (2017). Buku ajar konsep dasar keperawatan. Asuhan


keperawatan : metode Nanda Nic Noc.
Bulechek,GloriaM.,Butcher, Howard K.,Dochterman, Joanne M.,Wagner, Cheryl
M. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi keenam.
Herdman, Heather T. & Kamitsuru, Shigemi. (2015-2017). Nursing Diagnoses :
definitions and Classification
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, Meridean L., Swanson, Elizabeth.
Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi kelima.
NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2015 2017, Ed. 10. Jakarta : EGC
Suryadi,Yuliani , Rita.2010. Asuhan Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta : CV.
Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai