Anda di halaman 1dari 11

JURNAL

DISPARITAS PIDANA TERHADAP

PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

MELANGGAR PASAL 339 KUHP

Disusun oleh:

FEBRI AYU WULANDHARI

NPM : 110510618

Program Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Peradilan Pidana

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

2016
DISPARITAS PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN
MELANGGAR PASAL 339 KUHP

Febri Ayu Wulandhari

Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Email : febywulandhari@rocketmail.com

ABSTRACT

Sentence disparity has long been a legal issue in Indonesia. Each different sentence given by judges of
similar cases has resulted in social jealousy. This issue needs to be addressed properly. Thus, this study
will examine the factors which lead to sentence disparity against criminals who committed murder and
violated Article 339 of the Indonesian Penal Code (KUHP). This is a normative legal study which was
conducted by analyzing secondary sources or legal materials. This study employs a literature review as
well as interviews to collect the necessary data. To examine the data obtained, this study relies on a
qualitative method with a systematic data processing and interpreting. This study finds that the
contributing factors leading to sentence disparity are the judges’ personal factor, the judges’ external
factor, the charges made by prosecutors, and the nature of the law itself granting judges the freedom
when imposing sentences against murderers as there is no minimum sentence in Article 339 of the
Penal Code.

Keywords: sentence disparity, judge, contributing factor, murder.

1. PENDAHULUAN kekecewaan mereka terhadap lembaga peradilan


yang dianggap tidak adil dalam menjatuhkan
A. Latar Belakang Masalah putusan. Keadaan tersebut tentunya bertentangan
dengan konsep rule of law yang ada di negara
Dilihat secara empiris disparitas pidana ini, di mana pemerintahan diselenggarakan
merupakan bentuk dari ketidakadilan yang berdasarkaan hukum dan di dukung oleh
dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. lembaga yudikatif yaitu lembaga pengadilan
Disparitas pidana juga membawa problematika sebagai sarana untuk menegakkan hukum di
tersendiri dalam penegakan hukum di Indonesia. Indonesia, apa yang terjadi bila masyarakat
Di satu sisi disparitas pidana menyebabkan Indonesia sendiri tidak lagi percaya pada
pemidanaan yang berbeda sedangkan disisi lain penegakan hukum di Indonesia.
disparitas pidana merupakan bentuk kreasi dari
hakim dalam menjatuhkan suatu putusan. Disparitas pidana sudah lama menjadi
perbincangan hukum dan tentunya menimbulkan
Adanya disparitas pidana membawa keresahan di masyarakat yang bertanya-tanya
kecemburuan bagi masyarakat yang merasa apakah faktor penyebab disparitas pidana itu
diperlakukan tidak adil oleh putusan hakim, dapat terjadi, apakah faktor hakimnya atau
serta muncul persepsi negatif terhadap lembaga peraturan perundang-undangan. Dari banyak
pengadilan yang membuat masyarakat semakin faktor yang ada, akhirnya hakimlah yang paling
acuh dan tidak peduli terhadap penegakan menentukan terjadinya disparitas, misalnya ada
hukum di Indonesia. Masyarakat menganggap dua orang yang sama-sama melakukan tindak
bahwa tindakan main hakim sendiri menjadi pidana pembunuhan dengan cara yang sama dan
salah satu cara yang lebih baik dalam akibat yang sama meskipun sama-sama
menyelesaikan suatu masalah, karena menggunakan Pasal 339 KUHP bisa jadi
hukuman yang dijatuhkan itu berbeda. Asas yang jujur dan adil. Asas legalitas
nullum delictum nulla poena sine praevia lege menegaskan bahwa dalam menentukan
poenali yang menentukan bahwa tidak ada perbuatanperbuatan yang dilarang didalam
perbuatan yang dilarang dan diancam dengan peraturan bukan saja tentang macamnya
pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu perbuatan yang harus dituliskan dengan
dalam perundang-undangan1.
jelas, tetapi juga tentang macam atau jenis
Penjatuhan pidana yang proposional pidana yang diancamkan2.
adalah penjatuhan hukuman yang sesuai
dengan tingkat keseriusan dan kejahatan Asas legalitas melindungi masyarakat
yang telah dilakukan. Pada intinya dari kesewenangan hakim dalam
proposional menurut masyarakat adalah menentukan hukuman bagi pelaku tindak
penjatuhan hukuman yang sesuai dengan pidana, termasuk tindak pidana
tingkat keseriusan kejahatan yang dilakukan pembunuhan. Rumusan delik, sebab akibat
oleh pelaku tindak pidana. Alasan mengapa yang ditimbulkan harus menjadi tolok ukur
pelaku melakukan tindak pidana, bagaimana hakim dalam menentukan hukuman apa
cara pelaku melakukan tindak pidana, serta yang pantas diberikan kepada pelaku tindak
dampak apa yang ditimbulkan atas pidana, karena lembaga peradilan sebagai
perbuatan pidana yang dilakukan tersebut, sandaran bagi masyarakat dalam
seharusnya menjadi pertimbangan hakim memperoleh keadilan yang hakiki akan
dalam menjatuhkan putusan. goyah, karena apabila hakim dalam
mengambil keputusan dengan sewenang-
Pada dasamya suatu keputusan hakim wenang maka kepercayaan masyarakat
adalah suatu karya untuk menemukan terhadap lembaga peradilan akan berkurang.
hukum, yaitu untuk menentukan suatu,
peraturan hukum yang digunakan untuk Selain mempelajari dan menganalisis
mengatur masyarakat. Maka dari itu, hakim kasus yang diberikan kepadanya, hakim juga
dituntut untuk mengetahui fakta-fakta harus menggunakan hati nuraninya dalam
kejadian yang dianggap benar dan menjatuhkan putusan. Tugas hakim
berdasarkan fakta tersebut, kemudian hakim merupakan tugas yang berat karena mungkin
baru dapat menerapkan hukum yang berlaku saja terhadap kasus tertentu la harus
bagi si pelaku tindak pidana. menjatuhkan atau memberikan hukuman
yang tidak sesuai dengan hati nuraninya. Di
Keputusan hakim haruslah beralasan dalam Undang-undang No. 48 tahun 2009
sehingga dapat dipertanggung jawabkan pasal 1 ayat (5) ditentukan bahwa hakim
bukan saja terhadap kepentingan langsung adalah hakim pada Mahkamah Agung dan
terdakwa tetapi juga terhadap kepentingan hakim pada badan peradilan yang berada di
masyarakat umum. Seharusnya keputusan bawahnya dalam lingkungan peradilan
hakim mencerminkan keadilan karena itu agama, lingkungan peradilan militer,
hakim tidak boleh mengambil keputusan lingkungan peradilan tata usaha negara, dan
secara sewenang-wenang. Sebagai anggota hakim pada pengadilan khusus yang berada
dari kekuasaan kehakiman, hakim dalam lingkungan peradilan tersebut.
seharusnya menjunjung tinggi kepercayaan Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan
umum terhadap penyelenggaraan pengadilan yang merdeka menunjukkan bahwa suatu
negara menjunjung tinggi keadilan bagi
kesejahteraan masyarakatnya, apabila
1
Moeljatno, 2008, Asas-AsasHukum Pidana,
2
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 25. Ibid, hlm. 27
dijalankan sesuai dengan peraturan dan etika menggunakan istilah yang inkonvensional,
seorang hakim. Seorang hakim tidak boleh yaitu pidana.3
menolak untuk memeriksa dan mengadili Menurut beberapa ahli pengertian pidana
perkara yang diberikan kepadanya, hakim adalah sebagai berikut :
harus menerima, memeriksa dan mengadili a. Menurut Sudarto pidana adalah
perkara yang diajukan kepadanya dengan penderitaan yang sengaja dibebankan
jujur, adil, dan tidak memihak siapapun kepada orang yang melakukan
tanpa terkecuali. perbuatan yang memenuhi syarat-
syarat tertentu.
Adapun kewajiban mengadili tercantum b. Menurut Roeslan Saleh pidana
pada pasal 1 angka 9 KUHAP : mengadili adalah reaksi atas delik dan ini
adalah serangkaian tindakan hakim untuk berwujud suatu nestapa yang dengan
menerima, memeriksa, dan memutus perkara sengaja ditimpakan negara pada
pidana berdasarkan asas bebas, jujur, dan pembuat delik itu.4
tidak memihak di sidang pengadilan dalam
hal dan menurut cara yang diatur dalam 2). Disparitas Pidana
undang-undang ini. Dari uraian pengertian
mengadili tersebut diharapkan hakim dapat Disparitas pidana adalah penerapan
memutus perkara pidana misalnya perkara pidana yang tidak sama terhadap tindak
pembunuhan tanpa adanya disparitas pidana. pidana yang sama atau terhadap tindak
pidana yang sifat bahayanya dapat
diperbandingkan tanpa dasar pembenaran
B. Tujuan Penelitian
yang jelas. Dari pengertian tersebut dapatlah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk kita lihat bahwa disparitas pidana timbul
mengetahui dan menganalisis faktor-faktor karena adanya penjatuhan hukuman yang
yang menyebabkan terjadinya disparitas berbeda terhadap tindak pidana
pidana pada pelaku tindak pidana sejenis.Penjatuhan pidana ini tentunya
pembunuhan melanggar pasal 339 KUHP. adalah hukuman yang dijatuhkan oleh hakim
terhadap pelaku tindak pidana sehingga
dikatakan bahwa figur hakim didalam
C. Tinjauan Pustaka timbulnya disparitas pemidanaan sangat
menentukan5.
1). Pidana
3). Pembunuhan
Pidana berasal dari kata straf (Belanda),
yang pada dasarnya dapat dikatakan sebagai Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk
suatu penderitaan (nestapa) yang sengaja menghilangkan nyawa seseorang dengan
dikenakan/dijatuhkan kepada seseorang cara melanggar hukum,atau yang tidak
yang telah terbukti bersalah melakukan melawan hukum. Pembunuhan biasanya
suatu tindak pidana. dilatar belakangi oleh bemacam-macam
Menurut Moeljatno dalam Muladi dan
Barda Nawawi Arief, istilah hukuman yang
berasal dari kata straf, merupakan suatu
istilah yang konvensional.Moeljatno
3
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan
Kebijakan Pidana, Bandung:Alumni , hlm.1
4
Ibid, hlm. 2
5
Ibid, hlm. 54.
motif, misalnya politik, kecemburuan, jurnal, media internet dan sumber
dendam, membela diri, dan sebagainya6. data lainya yang berhubungan
Pasal 339 KUHP menentukan : dengan masalah yang dibahas.
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau
didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang 2). Wawancara
dilakukan dengan maksud untuk Wawancara yaitu cara pengumpulan
mempersiapkan atau mempermudah data dengan mengajukan secara
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri langsung beberapa pertanyaan yang
sendiri maupun peserta lainnya dari pidana menyangkut dengan masalah dalam
dalam hal tertangkap tangan,ataupun untuk penelitian ini terhadap hakim
memastikan penguasaan barang yang pengadilan negeri Bantul sebagai
diperolehnya secara melawan hukum, narasumber yaitu hakim Layli.
diancam dengan pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu, paling
lama dua puluh tahun. B. Metode Analisis Data

4). Pelaku Tindak Pidana Data yang berhasil di kumpulkan dalam


penelitian ini di analisis dengan
Didalam pasal 55 KUHP ditentukan : menggunakan metode kualitatif. Metode
Dipidana sebagai pelaku tindak analisis kualitatif adalah metode analisis
pidana: data yang didasarkan pada pemahaman dan
1. Mereka yang melakukan, yang pengolahan data secara sistematis yang
menyuruh melakukan, dan yang diperoleh melalui hasil wawancara dan studi
turut serta melakukan perbuatan. kepustakaan dengan cara mendeskripsikan
2. Mereka yang dengan memberi atau menggambarkan teori-teori berupa
atau menjanjikan suatu dengan peraturan perundang-undangan dan putusan
menyalahgunakan kekuasaan hakim yang relevan dengan penulisan ini,
atau martabat, dengan kemudian ditarik kesimpulan yang sesuai
kekerasan, ancaman atau dengan tujuan penelitian7.
penyesatan, atau dengan
memberi kesempatan, sarana 3.HASIL DAN PEMBAHASAN
atau keterangan, sengaja
menganjurkan orang lain supaya A. Tinjauan Tentang Disparitas Pidana
melakukan perbuatan.
1). Pengertian Hukum Pidana

2. METODE Secara sederhana dapat dikemukakan


bahwa hukum pidana merupakan hukum
A. Metode Pengumpulan Data yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan
yang dilarang oleh undang-undang beserta
1). Studi Kepustakaan sanksi pidana yang dapat dijatuhkan pada
Cara pengumpulan data dengan pelaku. Hal demikian menempatkan hukum
membaca dan mempelajari buku- pidana dalam pengertian hukum pidana
buku literatur, Undang-Undang, materiil. Dalam pengertian yang lengkap
dinyatakan (Prof. Satochid
6
Definisi Pembunuhan,
7
http://id.m.wikipedia.org>wiki>pembunuhan, diakses Lexi J. Moleong, 2000, Metode Penelitian Kualitatif,
31 Mei 2016 Bandung, PT. Rosdakarya , hlm. 197.
Kartanegara,S.H.) bahwa huum pidana 2). Pengertian Pidana
materiil berisikan peraturan-peraturan
berikut ini.8 Pidana berasal dari kata straf (Belanda),
yang pada dasarnya dapat dikatakan sebagai
a. Perbuatan yang dapat diancam dengan suatu penderitaan (nestapa) yang sengaja
hukuman (Strafbare feiten) misalnya: dikenakan/dijatuhkan kepada seseorang
yang telah terbukti bersalah melakukan
1). mengambil barang milik orang suatu tindak pidana. Menurut Moeljatno
lain; dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief,
istilah hukuman yang berasal dari kata straf,
2). dengan sengaja merampas nyawa
merupakan suatu istilah yang konvensional.
orang lain.
Moeljatno menggunakan istilah yang
b. Siapa-siapa yang dapat dihukum atau inkonvensional, yaitu pidana.10
dengan perkataan lain: mengatur
Dari beberapa definisi di atas dapatlah
pertanggungan jawab terhadap hukum
disimpulkan bahwa pidana mengandung
pidana.
unsur-unsur atau ciri-ciri sebagai berikut:11
c. Hukuman apa yang dapat dijatuhkan
a. Pidana itu pada hakekatnya merupakan
terhadap orang yang melakukan
suatu pengenaan penderitaan atau
perbuatan yang bertentangan dengan
nestapa atau akibat-akibat lain yang
undang-undang. Atau juga disebut
tidak menyenangkan;
hukum penetentiair.
b. Pidana itu diberikan dengan sengaja
Hukum pidana adalah bagian dari
oleh orang atau badan yang
keseluruhan hukum yang berlaku disuatu
mempunyai kekuasaan (oleh yang
negara, yang mengadakan dasar-dasar dan
berwenang);
aturan untuk :
c. Pidana itu dikenakan kepada seseorang
a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana
yang telah melakukan tindak pidana
yang tidak boleh dilakukan,yang dilarang
menurut undang-undang;
dengan disertai ancaman atau sanksi yang
berupa pidana tertentu bagi barangsiapa Ketiga unsur tersebut pada umumnya
yang melanggar larangan tersebut. terlihat dari definisi-definisi di atas, kecuali
Alf Ross yang menambahkan secara tegas
b. Menentukan kapan dan dalam hal apa
dan eksplisit bahwa pidana itu harus juga
kepada mereka yang telah melanggar
merupakan pernyataan pencelaan terhadap
larangan-larangan itu dapat dikenakan
diri si pelaku.
atau dijatuhkan pidana sebagaimana yang
telah diancamkan. 3). Pengertian Disparitas Pidana
c. Menentukan dengan cara bagaimana Yang dimaksud dengan disparitas pidana
pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan (disparity of sentencing) dalam hal ini
apabila ada orang yang disangka telah adalah penerapan pidana yang tidak sama
melanggar larangan tersebut. 9 terhadap tindak pidana yang sama (same
offence) atau terhadap tindak pidana yang
8
Bambang Waluyo, 2001, Pidana dan Pemidanaan,
10
Penerbit Sinargrafika, Jakarta, hlm.6. Muladi dan Barda Nawawi Arief, Op.cit, hlm.1.
9 11
Moeljatno, Op.cit, hlm.1. Ibid, hlm.4.
sifatnya berbahayanya dapat a. Disparitas antara tindak pidana yang
diperbandingkan (offences of comparable sama
seriousness) tanpa dasar pembenaran yang b. Disparitas antara tindak pidana yang
jelas.12 mempunyai tingkat keseriusan yang
sama
Negara Indonesia menganut asas the c. Disparitas pidana yang di jatuhkan
persuasive of precedent. Berdasarkan asas oleh majelis hakim
ini, hakim diberikan kebebasan dalam d. Disparitas antara pidana yang di
memutuskan suatu perkara tanpa terikat jatuhkan oleh majelis hakim yang
dengan keputusan hakim di masa lalu seperti berbeda untuk tindak pidana yang
yang dianut oleh negara yang menganut asas sama.13
the binding force of precedent, sehingga e. Di dalam hal ini digunakan 2 macam
seorang hakim dapat mengambil keputusan pendekatan untuk mengatasi disparitas
berdasarkan keyakinannya. Namun pidana, yakni :
kebebasan tersebut tidaklah mutlak adanya, f. a. Pendekatan untuk memperkecil
karena keputusan yang di ambil harus disparitas (approach to minimize
konstitusion tidak boleh sewenang wenang disparity)
dan berdasarkan alat bukti yang sah. g. b. Pendekatan untuk memperkecil
pengaruh negatif disparitas (approach
Selanjutnya tanpa menunjuk “legal
category”, disparitas pidana dapat terjadi to minimize the effects to disparity).14
pada penghukuman terhadap mereka yang B. Tinjauan Tentang Pelaku Tindak
melakukan bersama suatu delik Pidana Pembunuhan
(co’defendants). Sehubungan dengan
batasan-batasan di atas dapat ditarik 1). Pengertian Tindak Pidana
kesimpulan bahwa intisari daripada
pengertian “sentencing” maupun Pengertian tindak pidana menurut istilah
“punishment” adalah : yang paling umum adalah “strafbaar feid”.
Pengertian tindak pidana menurut Simon
a. Pidana itu pada hakekatnya merupakan adalah suatu tindakan atau perbuatan yang
suatu pengenaan penderitaan atau diancam dengan pidana oleh undang undang
nestapa atau akibat-akibat lain yang pidana, bertentangan dengan hukum pidana
tidak menyenangkan. dan dilakukan dengan kesalahan oleh
seseorang yang mampu bertanggung jawab.
b. Pidana itu diberikan dengan sengaja
oleh orang atau badan yang Menurut E.Utrecht, Pengertian Tindak
mempunyai kekuasaan (wewenang). Pidana dengan isilah peristiwa pidana yang
sering juga ia sebut delik, karena peristiwa
c. Pidana itu dikenakan kepada seorang itu suatu perbuatan (handelen atau doen
yang telah melakukan tindak pidana positif) atau suatu melalaikan (natalen-
menurut Undang-undang. negatif), maupun akibatnya (keadaan yang
Menurut Harkristuti Harkrisnowo disparitas 13
Harkris Harkrisnowo, 2003, Rekontruksi Konsep
pidana dapat dibedakan dalam beberapa Pemidanaan : Suatu Gugatan terhadap Proses
katagori yaitu : Legislasi dan Pemidanaan di Indonesia, Orasi
pengukuhanguru besar tetap dalam ilmu Hukum
Pidana Universitas Indonesia di Balai Sidang
Universitas Indonesia.
12 14
Ibid, hlm.52. Ibid, hlm. 54.
ditimbulkan karena perbuatan atau motif, misalnya politik, kecemburuan,
melalaikan itu). Sementara itu, Moeljatno dendam, membela diri, dan sebagainya16
meyatakan bahwa pengertian tindak
pidana berarti perbuatan yang dilarang dan Pasal 339 ditentukan : Pembunuhan yang
diancam dengan pidana, terhadap siapa saja diikuti, disertai atau didahului oleh suatu
yg melanggar larangan tersebut. Perbuatan perbuatan pidana, yang dilakukan dengan
tersebut harus juga dirasakan oleh maksud untuk mempersiapkan atau
masyarakat sebagai suatu hambatan tata mempermudah pelaksanaannya , atau untuk
pergaulan yang dicita-citakan oleh melepaskan diri sendiri maupun peserta
masyarakat. lainnya dari pidana dalam hal tertangkap
tangan,ataupun untuk memastikan
Menurut Moeljatno istilah lain dari tindak penguasaan barang yang diperolehnya
pidana yang sering ia gunakan adalah secara melawan hukum, diancam dengan
perbuatan pidana. Perbuatan pidana adalah pidana penjara seumur hidup atau selama
perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
hukum disertai ancaman (sanksi) yang
berupa pidana tertentu, bagi siapa yang 4. KESIMPULAN
melanggar larangan tersebut.15
Berdasarkan hasil penelitian dan
2). Pengertian Pelaku Tindak Pidana pembahasan sebagaimana yang telah
diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa
Didalam pasal 55 KUHP ditentukan : faktor yang menjadi penyebab terjadinya
disparitas pidana terhadap pelaku tindak
(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana: pidana dalam kedua putusan perkara ini
yaitu perkara No.302/Pid.B/2013/PN.Bkn
1. Mereka yang melakukan, yang
dan perkara No. 921/Pid.B/2012/PN.LP
menyuruh melakukan, dan yang turut
adalah faktor internal hakim dan faktor
serta melakukan perbuatan.
eksternal hakim. Faktor internal hakim yaitu
2. Mereka yang dengan memberi atau adanya hakim perempuan sebagai ketua
menjanjikan suatu dengan majelis pada putusan perkara
menyalahgunakan kekuasaan atau No.302/Pid.B/2013/PN.Bkn sedangkan pada
martabat, dengan kekerasan, putusan perkara No. 921/Pid.B/2012/PN.LP
ancaman atau penyesatan, atau semua hakim yang memutus perkara
dengan memberi kesempatan, sarana tersebut baik ketua majelis maupun anggota
atau keterangan, sengaja majelis semuanya laki-laki.
menganjurkan orang lain supaya
Faktor eksternal yaitu faktor latar
melakukan perbuatan.
belakang tidak pidana yang dilakukan,
3). Pengertian Tindak Pidana faktor cara pelaku melakukan tindak pidana,
Pembunuhan faktor tuntutan dari jaksa penuntut umum ,
faktor unsur-unsur yang dapat dibuktikan
Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk dari kedua perkara tersebut, faktor hal-hal
menghilangkan nyawa seseorang dengan yang meringankan serta hal-hal yang
cara melanggar hukum, atau yang tidak memberatkan terdakwa dalam kedua
melawan hukum. Pembunuhan biasanya
dilatar belakangi oleh bemacam-macam 16
Definisi Pembunuhan,
http://id.m.wikipedia.org>wiki>pembunuhan, diakses
15
Moeljatno, 2008, Op cit., hlm. 59. 31 Mei 2016
putusan perkara tersebut, faktor perundang-
undangan, serta faktor kewajiban hakim Jonathan Alfrat Hutabarat, 2011, Disparitas
untuk menggali, memahami, dan mengikuti Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak
perkembangan yang hidup dalam Pidana Korupsi Di Pengadilan Negeri
masyarakat (the living law). Sleman, Fakultas Hukum Universitas
Atma Jaya, Yogyakarta.
Dengan demikian dapat disimpulkan pula
bahwa disparitas pidana yang terjadi dalam
putusan perkara No.302/Pid.B/2013/PN.Bkn Lexi J.Moleong, Metode Penelitian
dan putusan perkara No. Kualitatif, Bandung, PT. Rosdakarya,
921/Pid.B/2012/PN.LP termasuk dalam 2000.
disparitas pidana yang dilandasi oleh dasar
pembenar yang jelas. Kansil, 1986, Kitab Undang-undang
Kekuasaan Kehakiman, Penerbit: Bina
5. REFERENSI Aksara, Jakarta.
Buku
Alfon Herliyan M, 2009, Tinjauan Terhadap Moeljatno, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana,
Dampak Disparitas Pidana Dalam Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Putusan terkara Tindak Pidana
Korupsi, Fakultas Hukum Universitas Muladi dan Barda Nawawi Arief,2005,
Atma Jaya, Yogyakarta. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana,
Bandung.
Andi Hamzah dan Siti Rahayu, Suatu
Tinjauan Ringkasan Sistem Rikso Siahaan, 2003, Disparitas Pidana
Pemidanaan di Indonesia, Akademik Dalam Tindak Pidana Korupsi,
Pressindo, Jakarta, 1983 Fakultas Hukum Universitas Atma
Jaya, Yogyakarta.
Bambang Waluyo .SH, Pidana dan
Pemidanaan, Penerbit Rimdan, 2012, Kekuasaan Kehakiman:
Sinargrafika,Jakarta Pasca-Amendemen Konstitusi,
Penerbit Fajar Interpratama Effset,
Barda Nawawi A, 1984, Hukum Pidana II, Jakarta.
Penerbit: BPBK UNDIP, Semarang.
Wirjono Prodjodikoro, Asas asas Hukum
Erdianto Efendi, 2011. Hukum Pidana Pidana di Indonesia, Eresco,
Indonesia Suatu Penganar, PT Refika Bandung, 1989
Aditama: Bandung
Undang-undang
Harkris Harkrisnowo, Rekontruksi Konsep Kitab Undang-undang hukum pidana
Pemidanaan :Suatu Gugatan terhadap (KUHP)
Proses Legislasi dan Pemidanaan di Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang
Indonesia, Orasi pengukuhanguru Hukum Acara Pidana (KUHAP)
besar tetap dalam ilmu Hukum Pidana Undang-undang nomor 48 tahun 2009
Universitas Indonesia di Balai Sidang tentang Kekuasaan Kehakiman
Universitas Indonesia, 8 Maret 2003
Internet
Definisi Pembunuhan,
http://id.m.wikipedia.org>wiki>pembu
nuhan, diakses 31 Mei 2016.

Anda mungkin juga menyukai