Disusun Oleh:
SURAIDAH
J075222006
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Hukum dan Undang - Undang Kesehatan sebagai
Perlindungan bagi Dokter Gigi” ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
kepada dosen-dosen pengampu di Blok Ilmu Bioetika, Komunikasi, dan Psikologi yang telah
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, termasuk pada penyusun sendiri. Bahkan penyusun berharap lebih
jauh lagi agar makalah ini dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
ii
10
11
12
13
19
19
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan BAB 1 Pasal 1 Ayat 1 berbunyi “Kesehatan adalah Keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental
mengandung pengertian kondisi kesehatan ideal, baik dari segi biologis, psiologis,
dan sosial. Hal ini juga tentunya akan membuat seseorang dapat melakukan aktivitas
secara maksimal dan optimal. Selain itu, WHO juga menjabarkan beberapa
karakteristik kesehatan yang perlu diketahui : Diantaranya, seperti sehat jasmani dan
iv
rohani tanpa melibatkan unsur eksternal, Sehat berkaitan dengan lingkungan internal
atau eksternal, sehat spritual, sehat mental. Serta sehat sebagai hidup kreatif dan
produktif.2
pelayanan medik dan sarana medik. Sedangkan Leenen (dalam Amri Amir, 1999)
perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi dalam hubungan tersebut serta
pedoman internasional.3
tenaga Kesehatan merupakan sumber daya Kesehatan yang paling utama. Sebab
dengan tenaga Kesehatan ini semua sumber daya Kesehatan yang lain seperti
v
pembangunan Kesehatan yang diharapkan. Secara hukum tenaga Kesehatan di
Indonesia telah diatur tersendiri sejak 22 juli 1963 dengan keluarnya Undang-
Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah bagaimana Hukum dan
1.3. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai konsep dari Hukum dan
vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yuridis dan peraturan hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya. Dari pengertian
di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum kesehatan merupakan seperangkat kaidah
yang mengatur secara khusus segala aspek yang berkaitan dengan upaya dan
hanya meluruskan sikap dan pandangan masyarakat, akan tetapi akan meluruskan sikap
vii
dan pandangan kelompok dokter yang sering merasa enggan jika berurusan dengan meja
peradialan.
tugas profesi kesehatan (provider) dalam program pelayanan kesehatan manusia menuju
ke arah tujuan deklarasi “health for all” dan perlindungan secara khusus terhadap pasien
kesehatan ini mengatur hak dan kewajiban masing-masing penyelenggara pelayanan dan
kewajiban baik perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan
kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek
dengan hukum kedokteran ialah bagian hukum kesehatan yang menyangkut pelayanan
pernyataan ini adalah bahwa kepandaian seorang ahli kesehatan tidak boleh
b. Agroti Salus Lex Suprema artinya keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi.
c. Deminimis noncurat lex artinya hukum tidak mencampuri hal-hal yang sepele. Hal
ini berkaitan dengan kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Selama
viii
kelalaian tersebut tidak berdampak merugikan pasien maka hukum tidak akan
menuntut.
d. Res Ipsa liquitur artinya faktanya telah berbicara. Digunakan di dalam kasuskasus
malpraktek dimana kelalaian yang terjadi tidak perlu pembuktian lebih lanjut
dalam memberikan pelayanan kesehatan harus menggunakan ilmu dan hati nurani,
serta keselamatan pasien (patient safety) harus selalu diperhatikan dan dilindungi.
Tidak hanya itu pasien berhak menuntut ganti kerugian apabila tenaga kesehatan
a. Undang-Undang
b. Peraturan Pemerintah.
ix
c. Keputusan Presiden.
e. Keputusan Dirjen/Sekjen.
hukum bagi setiap penyelenggara pelayanan kesehatan. Oleh karena itu ada baiknya
setiap orang yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan mengetahui dan memahami
yang telah disesuaikan dengan UUD 1945 hasil amandemen, seperti dalam konsideran
mengingat; sebagaimana dicantumkannya Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34
ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu, undang-undang ini juga memiliki
jumlah pasal yang sangat banyak yaitu terdiri dari 205 pasal dan 22 bab, serta
yaitu : 5
x
Dari sisi pelayanan kesehatan, profesi tenaga kesehatan memang banyak
berkaitan dengan problema etik yang dapat berpotensi menimbulkan sengketa medik.
UU Kesehatan 2009 lebih memberikan perlindungan dan kepastian hukum baik pada
pemberi layanan selaku tenaga kesehatan (Pasal 21-29) maupun penerima layanan
Pada satu sisi, setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya. Namun disisi
lain Bilamana dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam
xi
BAB III
PEMBAHASAN
hal atau perbuatan yang melindungi. Lalu, hukum dapat diartikan sebagai peraturan
atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau
pemerintah.5
melindungi yang dilakukan pemerintah atau penguasa dengan sejumlah peraturan yang
ada. Singkatnya, perlindungan hukum adalah fungsi dari hukum itu sendiri;
memberikan perlindungan.5
xii
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat. Peraturan ini dibuat
dan penegakan hukum tidak lain untuk memastikan subjek hukum memperoleh setiap
perlindungan hukum dapat memberikan perlindungan penuh pada subjek hukum yang
menjadi korban.5
xiii
Dokter gigi melakukan perawatan secara langsung kepada pasien, dasarnya
adalah standar profesi kedokteran gigi agar tidak menyebabkan kerugian kedua belah
pihak. Hubungan medik dan hubungan hukum antara dokter dan pasien adalah
Seorang dokter gigi dituntut untuk bersikap dan berkomunikasi secara baik.
Rencana perawatan serta telah melakukan tindakan diagnostik dan terapi sesuai standar,
namun harus menuliskan dan mencatat rekam medis dengan lengkap. Rekam medis
yang baik adalah rekam medis yang memuat semua informasi yang dibutuhkan, baik
yang diperoleh dari pasien, pemeriksaan dan tindakan dokter, komunikasi antar tenaga
medis / kesehatan, informed consent, dan lain-lain, serta informasi lain yang dapat
menjadi bukti di kemudian hari yang disusun secara berurutan kronologis (Suraja,
2019:64). 6
Rekam medis dapat digunakan sebagai alat pembuktian adanya kelalaian medis,
namun juga dapat digunakan untuk membuktikan bahwa seluruh proses penanganan
dan tindakan medis yang dilakukan oleh dokter gigi sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional atau berarti bahwa kelalaian medis tersebut tidak terjadi.6
Dokter gigi yang telah memiliki STR dan SIP pun bisa melakukan suatu kelalaian
dalam tindakan medis. Suatu kelalaian medik disebut juga mal praktik. Hal tersebut
terjadi apabila dokter atau orang yang ada di bawah perintahnya dengan sengaja atau
karena kelalaian melakukan perbuatan (aktif atau pasif) dalam praktik medik terhadap
pasiennya dalam segala tingkatan yang melanggar standar profesi, standar prosedur,
dengan menimbulkan akibat (causal verband), kerugian bagi tubuh, kesehatan fisik,
xiv
3.2.1 ASPEK HUKUM ADMINISTRASI
antara lain seperti menjalankan praktek tanpa ijin, melakukan tindakan medis yang
tidak sesuai dengan ijin yang dimiliki, melakukan praktek dengan menggunakan ijin
yang sudah kadaluwarsa dan tidak membuat rekam medis (Haiti, 2017:212). 6
bevoegdheid).
kedokteran, maka MKDKI meneruskan pengaduan pada organisasi profesi IDI atau
PDGI, maka organisasi profesi yang akan melakukan penindakan terhadap dokter
tersebut. Bentuk sanksi disiplin yang dapat dijatuhkan oleh MKDKI menurut Pasal
xv
c. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
terancamnya keselamatan jiwa dan atau hilangnya nyawa orang lain maka
cacatnya seseorang. Hukum pidana berperan sebagai hukum sanksi (sanctie recht)
apabila suatu kematian atau cacat setelah dilakukan suatu perawatan oleh dokter
untuk membuktikan sejauh mana terjadi kesalahan maka harus dibuktikan melalui
hukum pidana. 6
disebut dengan culpa. Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro., S.H. mengatakan bahwa arti
culpa adalah “kesalahan pada umumnya”, tetapi dalam ilmu pengetahuan hukum
mempunyai arti teknis, yaitu suatu macam kesalahan si pelaku tindak pidana yang
tidak seberat seperti kesengajaan, yaitu kurang berhati-hati sehingga akibat yang tidak
berpikir, kurang pengetahuan, atau bertindak kurang terarah. Culpa merujuk pada
kemampuan psikis seseorang dan karena itu dapat dikatakan bahwa culpa berarti tidak
atau kurang menduga secara nyata (terlebih dahulu kemungkinan munculnya) akibat
fatal dari tindakan orang tersebut – padahal itu mudah dilakukan dan karena itu
xvi
3.2.3. ASPEK HUKUM PERDATA
keperdataan adalah hubungan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berada
dalam kedudukan sederajat, setidak-tidaknya pada saat para pihak akan memasuki
Secara yuridis, timbulnya hubungan antara dokter dan pasien berdasarkan dua
hal, yaitu perjanjian (ius contractual) atau yang disebut dengan transaksi terapeutik,
hubungan ini sifatnya pribadi antara dokter dengan pasiennya karena didasarkan pada
perwakilan sukarela, apabila pasien dalam keadaan tidak sadar sehingga dokter tidak
mungkin memberikan informasi, maka dokter dapat bertindak atau melakukan upaya
medis tanpa seizin pasien sebagai tindakan berdasarkan perwakilan sukarela atau
menurut ketentuan Pasal 1354 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Agus Budianto,
at., al., 2010 : 88). Hubungan antara dokter dengan pasien yang didasarkan atas
Pihak yang bertanggungjawab jika terjadi kelalaian adalah dokter / dokter gigi
mengakibatkan kerugian yang dialami oleh pasien atau pelayanan yang dilakukan
oleh pasien tidak sesuai dengan pelayanan kesehatan yang seharusnya diterima oleh
pasien tersebut.6
kesehatan terhadap pasien terlebih dahulu memberi atau mengajukan izin persetujuan
xvii
tindakan kepada pihak pasien dalam hal ini informed consent dimana dokter / dokter
gigi menjelaskan terkait diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, rencana perawatan dan alternatif, prognosis dan resiko medis serta komplikasi
dilakukan oleh pihak dokter sehingga dalam hal ini terjadi perjanjian antara pasien
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter
menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Dokter /dokter gigi dalam
pertanggungjawaban kesalahannya.6
dokter / dokter gigi tidak sesuai dengan perjanjian pelayanan kesehatan yang
Hukum perdata mengatur perlakuan medis oleh dokter / dokter gigi kepada
pasien didasari oleh suatu ikatan atau hubungan dalam perjanjian yang disebut dengan
xviii
secara maksimal dan sungguh-sungguh dalam proses pengobatan atau penyembuhan
perbuatan melawan hukum (onrerchtmatige daad). Hubungan ini berada dalam suatu
kerangka perikatan hukum (perdata) maka perlakuan dokter pada pasien membentuk
Jika dalam tindakan medis terjadi kesalahan dan mengakibatkan kerugian dari
pihak pasien, maka tanggung jawab tidak langsung kepada pihak fasilitas pelayanan
kesehatan. Mengenai tanggung jawab terlebih dahulu harus melihat apakah kesalahan
tersebut dilakukan oleh dokter itu sendiri atau tenaga medis lain. Setiap masalah yang
terjadi baik sengaja ataupun tidak sengaja perlu dikaji terlebih dahulu. Jika kesalahan
yang dilakukan oleh para medis tersebut khusus dokter yang melakukan, pihak
keperdataan adalah hubungan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berada
dalam kedudukan sederajat, setidak-tidaknya pada saat para pihak akan memasuki
Secara yuridis, timbulnya hubungan antara dokter dan pasien berdasarkan dua
hal, yaitu perjanjian (ius contractual) atau yang disebut dengan transaksi terapeutik,
hubungan ini sifatnya pribadi antara dokter dengan pasiennya karena didasarkan pada
xix
perwakilan sukarela, apabila pasien dalam keadaan tidak sadar sehingga dokter tidak
mungkin memberikan informasi, maka dokter dapat bertindak atau melakukan upaya
medis tanpa seizin pasien sebagai tindakan berdasarkan perwakilan sukarela atau
menurut ketentuan Pasal 1354 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Agus Budianto,
at., al., 2010 : 88). Hubungan antara dokter dengan pasien yang didasarkan atas
kewajiban.
seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah
Salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap dokter gigi
yaitu adanya seperangkat aturan atau ketentuan yang mengatur mengenai hal-hal yang
dapat melindungi seorang dokter gigi dalam hal terjadinya sengketa atau perselisihan
xx
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Puskesmas.7
Berdasarkan Pasal 24 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, mengatur bahwa dokter gigi memiliki hak untuk
dimana perlindungan hukum tersebut merupakan hak setiap dokter gigi yang
ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional. Kemudian, tidak jauh berbeda dengan
2014 tentang Tenaga Kesehatan dalam Pasal 66 ayat (1), juga ditegaskan kembali
bahwa pada dasarnya dokter gigi mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan
hukum sepanjang telah melaksanakan tugas sesuai dengan profesi dan standar
sesuai dengan standar-standar diatas lebih ditekankan lagi dengan adanya sanksi bagi
dokter atau dokter gigi yang tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar-
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Dengan demikian, pada dasarnya
perlindungan hukum terhadap seorang dokter atau dokter gigi lahir apabila
xxi
pelaksanaan tugas pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi
telah sesuai dengan standar profesi dan standar operasional yang ada. Sehingga
dengan adanya pelaksanaan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan
diberikan kepadanya.7
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
terhadap pasien di Fasilitas Pelayanan Kesehatan merupakan hak yang diberikan oleh
hukum sepanjang telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi dan standar
Standar profesi dan standar prosedur operasional yang wajib diterapkan dokter gigi
yaitu kewajiban atas informed consent dan rekam medik dalam melakukan suatu
tindakan medis.
4.2. SARAN
xxii
Selain menguasai bidang keilmuannya, seorang dokter gigi juga harus mampu
dirinya sebagai Dokter Gigi demi mendukung lancarnya upaya peningkatan derajat
DAFTAR PUSTAKA
xxiii
xxiv