Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ETIKA PROFESI & HUKUM KESEHATAN

KONSEP DASAR HUKUM KESEHATAN DAN PRAKTIK MORAL KEPERAWATAN


GIGI

Dosen : Dr. Hj. Nia Daniati, S.Si.T., M.Kes

Disusun oleh :

Kelompok 2

Dinda Mayadi Nur Aisiyah (P20625023048)

Faqih Hidayatulloh (P20625023049)

Ghaida Saffana (P20625023050)

Hariyani (P20625023051)

Iksan Santana (P20625023052)

Ines Zunia Ardines (P20625023053)

Keisha Athaya Hanifa (P20625023054)

PROGRAM STUDI D3 KESEHATAN GIGI

JURUSAN KESEHATAN GIGI

POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA

2023
Kata Pengantar
Kesehatan adalah harta yang tak ternilai harganya. Seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, praktik perawatan kesehatan, termasuk perawatan gigi,
menjadi semakin kompleks. Bagi para profesional keperawatan gigi, pemahaman tentang
hukum kesehatan dan praktik moral adalah landasan yang penting dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas tinggi kepada pasien.

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan konsep dasar hukum kesehatan dan
bagaimana hal itu memengaruhi praktik moral dalam keperawatan gigi. Kami akan
menggali aspek-aspek penting dalam hukum kesehatan, menyoroti peran etika dalam
praktik gigi, dan menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para praktisi gigi dan siapa
pun yang tertarik dengan topik ini.

Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Atas perhatian, bimbingan serta waktunya, kami
sampaikan banyak terima kasih.

Tasikmalaya, 17 September 2023

(Penyusun)

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1

1.3 Tujuan .................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2

2.1 Konsep Dasar Hukum Kesehatan............................................................. 2


a. Undang – Undang Kesehatan .................................................................... 2

b. Persfektif UU Kesehatan ......................................................................... 3


c. Sistematika UU Kesehatan ........................................................................ 3
d. Upaya Kesehatan ...................................................................................... 5
e. Kepastian Hukum dan Perlindungan Hukum ............................................. 5
2.2 Pengertian Praktik Moral Keperawatan Gigi ........................................... 7
a. Pengertian Moral Keperawatan Gigi ......................................................... 7

b. Asuhan Sebagai Praktik Keperawatan (Care) ............................................ 7


c. Penerapan Etika dan Moral Pada Praktik Keperawatan ............................. 7

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 9

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 10

PILIHAN GANDA ....................................................................................... 11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan umum seseorang dan memiliki
dampak signifikan terhadap kualitas hidup. Perawatan gigi tidak hanya berkaitan dengan
masalah estetika, tetapi juga dengan kesehatan umum dan kesejahteraan pasien. Oleh karena
itu, praktik keperawatan gigi harus mematuhi pedoman etika dan regulasi hukum yang berlaku.
Latar belakang makalah ini timbul dari kesadaran akan pentingnya memahami kerangka
hukum yang mengatur praktik keperawatan gigi dan bagaimana praktik moral memengaruhi
pelayanan yang diberikan kepada pasien. Ada berbagai peraturan dan etika yang mengatur
praktik keperawatan gigi, dan pemahaman yang mendalam tentang hal ini menjadi kunci agar
para profesional keperawatan gigi dapat memberikan pelayanan yang aman, efektif, dan sesuai
dengan etika. Dengan eksplorasi lebih lanjut tentang konsep dasar hukum kesehatan dan praktik
moral keperawatan gigi dalam makalah ini, kita berharap dapat memberikan pandangan yang
lebih mendalam tentang bagaimana kedua aspek ini saling terkait dan penting dalam praktik
kesehatan gigi yang berkualitas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu konsep dasar hukum kesehatan?
2. Bagaimana hukum kesehatan memengaruhi cara perawat gigi merawat pasien?
3. Apa manfaat memahami praktik moral keperawatan gigi?
4. Apa hubungan antara konsep dasar hukum kesehatan dan praktik moral keperawatan gigi?
1.3 Tujuan
1. Mendefinisikan konsep dasar hukum kesehatan untuk memahami dasar hukum yang
mengatur praktik kesehatan gigi.
2. Menganalisis bagaimana Hukum Kesehatan memengaruhi cara perawat gigi merawat pasien.
3. Menjelaskan manfaat pemahaman praktik moral keperawatan gigi dalam meningkatkan
kualitas perawatan gigi.
4. Menjelaskan hubungan antara konsep dasar hukum kesehatan dan praktik moral
keperawatan.

1
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Hukum Kesehatan
Undang-undang RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan (selanjutnya disebut UU
Kesehatan), berisi peraturan-peraturan hukum yang bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan seluruh anggota masyarakat. Undang–undang ini melibatkan instansi-instansi
terkait dan juga melibatkan pemberi pelayanan kesehatan (medical providers) dan penerima
pelayanan kesehatan (medical receivers). Undang-undang ini merupakan produk hukum
yang bernuansa luas di bidang kesehatan sehingga 9 (sembilan) undang-undang di bidang
kesehatan yang telah ada sebelumnya harus dicabut karena telah diakomodasi dalam
undang-undang ini, termasuk diantaranya UU tentang Pembukaan Apotek (1953), Undang-
undang pokok Kesehatan (1960), UU tentang Tenaga Kesehatan (1963), UU tentang Higiene
(1966) dan UU tentang Kesehatan Jiwa (1966). Karena pada waktu yang sama dengan proses
kelahiran UU Kesehatan ini di Indonesia berkembang pula pengetahuan Hukum Kesehatan
yang relatif baru, ada dua istilah yang makin sering didengar yaitu UU Kesehatan dan
Hukum Kesehatan.
Pengetahuan hukum kesehatan harus diketahui dan didalami karena akan memberi
wawasan tentang ketentuan-ketentuan hukum yang berhubungan dengan pemeliharaan
dan pelayanan kesehatan. Memahami dan mendalami hukum kesehatan akan memberi dan
meningkatkan keyakinan diri tenaga kesehatan dalam menjalankan profesi kesehatan yang
berkualitas dan selalu berada pada jalur yang aman, tidak melanggar etika, dan ketentuan
hukum.
Pemerintah telah menerbitkan berbagai peraturan dan ketentuan hukum dalam bidang
kesehatan agar pelayanan dan pemeliharaan kesehatan dapat berjalan dengan baik.
Pemerintah menyadari rakyat yang sehat merupakan aset dan tujuan utama dalam
mencapai masyarakat adil dan makmur. Peraturan dan ketentuan hukum mencakup seluruh
bidang kesehatan seperti farmasi, obat-obatan, rumah sakit, kesehatan jiwa, kesehatan
masyarakat, kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, dan higiene. Sampai sekarang sudah
ada ratusan peraturan dan perundang-undangan di bidang kesehatan yang diterbitkan
pemerintah. Kumpulan peraturan dan ketentuan hukum ini yang dimaksud dengan Hukum
Kesehatan.
a. Undang – Undang Kesehatan
Undang-undang Kesehatan (UU Kesehatan) adalah ringkasan dari penyebutan Undang-
Undang RI No. 23 tahun 1992 tenang kesehatan. Undang–undang ini merupakan salah satu
usaha pemerintah dalam mencapai derajat kesehatan yang lebih baik bagi seluruh anggota
masyarakat. Ini berkaitan dengan sasaran pembangunan di segala bidang, termasuk di
bidang kesehatan dalam mencapai masyarakat adil dan makmur. Telah dijelaskan dalam
pasal 3 UU Kesehatan, tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
yang optimal.
Beberapa bagian dari Undang-undang ini berisi tentang rambu-rambu dalam pelayanan
kesehatan yang harus diketahui dan dipahami oleh pelaku pelayanan profesi kesehatan, agar
terhindar dari pelayanan kesehatan yang bermasalah. Kalangan kesehatan harus tetap

2
menyadari bahwa dalam menjalankan profesi kesehatan mereka tidak saja bertanggung
jawab terhadap kesehatan pasien, tetapi juga bertanggung jawab terhadap hukum
(responsibility legal).
Dengan demikian, para pelayan kesehatan dituntut selalu mengikuti perkembangan
peraturan-peraturan dan selalu memperdalam keterampilan serta mengikuti perkembangan
hukum dan aspek medikolegal dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu sebagai tenaga
kesehatan harus memahami akan hak dan kewenangannya yang diatur di dalam standar
profesi masing-masing profesi kesehatan. Untuk profesi perawat gigi standar profesi ini
diperbarui dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2016 ,
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Terapis gigi dan mulut. Peraturan tersebut Antara
lain berisikan tentang perizinan, penyelenggaraan praktik keprofesian terapis gigi dan mulut,
serta pembinaan dan pengawasan.
b. Perspektif UU Kesehatan
Undang-undang yang baik adalah undang- undang yang tidak bersifat kontemporer,
tetapi undang-undang yang keberadaannya adalah memiliki pandangan kedepan,dengan
kata lain adalah yang memiliki perspektif. Jadi secara umum undang-undang kesehatan ini
diharapkan fungsinya sebagai berikut:
1) Alat untuk meningkatkan hasil guna dan daya guna penyelenggaraan pembangunanan
kesehatan yang meliputi upaya kesehatan dan sumber daya
2) Menjangkau perkembangan yang makin kompleks yang akan terjadi dalam kurun waktu
mendatang
3) Pemberi kepastian dan perlindungan hukum terhadap pemberi dan penerima jasa
pelayanan kesehatan
c. Sistematika UU Kesehatan
Secara keseluruhan undang-undang kesehatan diterbitkan untuk tujuan mencapai
derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang melalui pembangunan kesehatan, yaitu
dengan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat. Di sini
diatur tentang hak dan kewajiban serta tugas dan tanggung jawab setiap orang. Upaya
kesehatan dijabarkan secara jelas mulai dari kesehatan keluarga, kesehatan kerja, kesehatan
lingkungan, pemberantasan penyakit, kesehatan olah raga dan selanjutnya, sampai dengan
upaya kesehatan matra. Dirinci tentang sumber daya kesehatan yang mencakup perangkat
keras seperti sarana, prasarana dan peralatan serta perangkat lunak seperti manajemen,
pembiayaan dan SDM yang mendukung terselenggaranya upaya kesehatan. Dalam undang-
undang ini dijelaskan tentang adanya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan. Dalam kaitan ini, pemerintah adalah membina, mendorong, dan menggerakkan
swadaya masyarakat di bidang kesehatan.
Oleh karena itu, perlu pembinaan dan pengawasan sehingga semua kesehatan dapat
terlaksana dengan baik. Akhirnya dalam undang-undang ini diatur tentang bagaimana
penyidikan dapat dilakukan apabila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan yang telah
diatur.
Beberapa Pengertian Dalam Ketentuan Umum:
1) Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan , jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi
2) Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang dilakukan oleh pemerintah dan/masyarakat

3
3) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan
4) Sarana kesehatan adalah setiap tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan
5) Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau
jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam
rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan atau jaringan tubuh yang tidak
berfungsi dengan baik.
6) Implan adalah bahan berupa obat dan atau alat kesehatan yang ditanamkan ke dalam
jaringan tubuh untuk tujuan pemeliharaan kesehatan , pencegahan dan penyembuhan
penyakit, pemulihan kesehatan dan / atau kosmetika
7) Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/ atau perawatan dengan cara, obat dan
pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun, dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
8) Kesehatan matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah
secara bermakna baik lingkungan darat, udara, angkasa maupun air. Dalam undang–
undang ini terlihat pengertian “sehat” sudah mengalami perubahan pengertian yang
lama, pengertian sehat yang baru meliputi faktor sosial dan ekonomi.

Demikian pula pengertian “tenaga kesehatan” dalam Undang-undang tentang Tenaga


kesehatan tahun 1963, tenaga kesehatan dibagi atas tenaga kesehatan sarjana (dokter,
dokter gigi, apoteker) dan tenaga kesehatan sarjana muda, menengah, dan rendah (asisten
apoteker, bidan, perawat, penilik kesehatan, nutrisionist dan lain-lain). Dalam kesehatan
matra dimaksud seperti kesehatan penerbangan/kedirgantaraan, kesehatan kelautan dan
bawah air, yaitu upaya kesehatan yang mempunyai ciri khusus atau lingkungan matra yang
sering berubah.

Berikut ini akan ditampilkan beberapa kutipan Undang-undang Kesehatan yang perlu
mendapat perhatian khusus karena banyak berkaitan dengan pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan yaitu :

1) Asas (Pasal 2), Pembangunan Kesehatan diselenggarakan berasaskan perikemanusiaan


yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan,
adil dan merata perikehidupan dalam keseimbangan, serta kepercayaan akan kemampuan
diri sendiri
2) Tujuan Pembangunan Kesehatan (Pasal 3), Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal
3) Hak dan Kewajiban (Pasal 4 dan 5), Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga dan
lingkungan.

4
Dalam undang-undang ini, diharapkan penyelenggaraan kesehatan dapat dilaksanakan
dengan kepercayaan dan kemampuan serta kekuatan sendiri dengan memanfaatkan potensi
nasional yang ada. Dalam hal ini, perlu ditingkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
untuk hidup sehat yang optimal kepada seluruh masyarakat.

d. Upaya Kesehatan
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan
upaya-upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan ( Pasal 10).
Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 dilaksanakan
melalui Pasal 11 yaitu:
1) Kesejahteraan keluarga
2) Perbaikan gizi
3) Pengamanan makanan dan minuman
4) Kesejahteraan lingkungan
5) Kesejahteraan kerja
6) Kesehatan jiwa
7) Pemberantasan penyakit
8) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
9) Penyuluhan kesehatan masyarakat
10) Pengamatan sediaan farmasi dan alat kesehatan
11) Pengamanan zat adiktif
12) Kesehatan sekolah
13) Kesehatan olah raga
14) Pengobatan tradisional
15) Kesehatan matra

Upaya kesehatan yang ditujukan untuk semua penduduk atau masyarakat tidak hanya
tertuju pada bidang kuratif atau pengobatan dan rehabilitatif atau pemulihan kesehatan saja
tetapi lebih berorientasi kepada bidang promotif dan preventif. Penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif) hanya bagian dari usaha pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan (pada no. 8). Dalam pasal 32 s.d 37 , yaitu pasal yang
mengatur tentang penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, terlihat banyak
berhubungan dengan Bab tentang penyidikan, yaitu rambu-rambu yang menjadi perhatian
khusus tenaga kesehatan, termasuk pasal 15 dan pasal 16 tentang kesehatan keluarga yang
berkaitan dengan abortus provokatus.

e. Kepastian Hukum dan Perlindungan Hukum


Tenaga kesehatan adalah pelayan masyarakat, sebagai pemberi jasa pada manusia lain
tentunya ada yang namanya hak dan kewajiban. Sebagai pelaksana atau tenaga kesehatan
yang merupakan manusia yang tidak sempurna dan tugasnya selalu bersentuhan dengan hak
asasi manusia maka dibutuhkan suatu perlindungan. Maka kesehatan memberikan
perlindungan hukum baik bagi pemberi maupun penerima pelayanan kesehatan, hal ini
tercantum dalam Undang-undang Kesehatan yaitu:

5
1) Pasal 53:
a) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesi
b) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi dan menghormati hak pasien
c) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medis
terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang
bersangkutan
d) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah
2) Pasal 54 :
a) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin
b) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud ayat (1)
ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan
3) Pasal 55
Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan. Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Sanksi Pidana
Adanya aturan-aturan yang telah dibuat dan disepakati secara nasional, tentu saja ada
sanksinya apabila aturan –aturan tersebut dilanggar. Di bawah ini ada beberapa contoh sanksi
hukum bagi penyelenggara pelayanan kesehatan yang melanggar ketentuan atau aturan yang
telah digariskan. Misal Pasal 15 :
1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, dilakukan tindakan medis tertentu.
2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan :
a) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut
b) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan
sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan Tim ahli
c) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya
d) Pada sarana kesehatan tertentu.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 80 : Pelanggaran terhadap pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), pidana penjara selama 15
tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,-

Beberapa contoh sanksi hukum bagi yang melakukan tindakan medik tertentu yang tidak
memenuhi ketentuan dalam Undang-undang Kesehatan, seperti menghimpun dana dari
masyarakat tanpa ada badan hukum dan izin operasional, melakukan transplantasi organ atau
jaringan tubuh untuk tujuan komersial, melakukan inplan atau bedah kosmetik tanpa keahlian
dan kewenangan, melakukan upaya kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan, melakukan
tindakan keperawatan gigi yang tidak sesuai kompetensi, dan mengedarkan persediaan farmasi
berupa obat tradisional atau kosmetik yang tidak memenuhi standar dan persyaratan.

6
Dari kutipan tadi, tampak jelas bahwa ada perlindungan hukum yang baik bagi penerima
pelayanan kesehatan, dengan sanksi yang sangat berat bagi pemberi jasa. Disini diharapkan
bagi pemberi jasa harus berhati-hati dalam menjalankan profesi kepada masyarakat. Cara untuk
menghindari sanksi tersebut, profesi kesehatan harus menjalankan profesinya sesuai
kompetensi dan mengindahkan etika profesi dan melaksanakan sesuai aturan yang telah
ditentukan.

2.2 Pengertian Praktik Moral Keperawatan Gigi


a. Pengertian Moral Keperawatan Gigi
Moralitas keperawatan adalah tuntutan perilaku keperawatan yang merupakan suatu
keharusan dalam melakukan praktik keperawatan yang berprinsip pada perbuatan dari para
pelakunya atau perawat (baik atau buruk). Etika dan moralitas merupakan sumber
merumuskan standar, prinsip dan penuntun berperilaku dalam keperawatan. Dan sebagai
sumber atau pedoman dalam membuat keputusan perawatan dengan tetap mengemukakan
atau melindungi hak asasi dari manusia (pasien). Etika dan moralitas merupakan sumber
merumuskan standar, prinsip dan penuntun berperilaku dalam keperawatan. Dan sebagai
sumber atau pedoman dalam membuat keputusan perawatan dengan tetap mengemukakan
atau melindungi hak asasi dari manusia (pasien).
b. Asuhan Sebagai Praktik Keperawatan (Care)
Menurut Taylor, 1993, karakteristik atau perspektif dari asuhan adalah:
1) Asuhan berpusat pada hubungan interpersonal.
2) Asuhan meningkatkan penghormatan dan penghargaan terhadap martabat klien atau
pasien sebagai manusia.
3) Asuhan dilakukan dengan mau mendengarkan dan mengolah sasaran dari orang lain
sebagai dasar yang mengarah pada tanggung jawab profesional.
4) Asuhan mengingatkan kembali arti tanggung jawab moral yang meliputi kebijakan
seperti kebaikan, kepedulian, empati, dan perasaan kasih sayang.
c. Penerapan Etika dan Moral Pada Praktik Keperawatan
Etika dan Moral, dilakukan dalam bentuk:
1) Advokasi
Ada 3 pendapat mengenai advokasi, yaitu dari persatuan profesi ANA (American
Nursing Association) yang menyatakan bahwa advokasi adalah suatu kegiatan untuk
melindungi klien dan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik
tidak sah, yang tidak kompeten dan melanggar etika, yang dilakukan oleh siapapun.
Menurut Fry, advokasi adalah dukungan aktif terhadap setiap hal atau usaha untuk
memulihkan kesehatan, yang disebabkan oleh suatu penyebab dan memberikan dampak
yang penting bagi perawatan. Gadow menyatakan bahwa advokasi merupakan dasar dan
idealisme keperawatan dengan melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu
untuk secara bebas menentukan nasibnya sendiri.
Peran nyata perawat di dalam advokasi adalah memberikan informasi tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan perawatannya secara jelas, dan memberikan bantuan
atas keputusan yang akan diambil pasien dalam perawatan. Perawat juga berperan dengan
aksi (aktif) dan non-aksi. Yang dimaksud peran aksi adalah peran dengan memberi
keyakinan pada pasien akan perawatan yang kita lakukan, dan menyatakan bahwa pasien
mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menentukan pilihan. Sementara peran non-

7
aksi adalah peran yang tidak memperbolehkan kita (perawat) memengaruhi pasien dalam
menentukan pilihan perawatan.
2) Akuntabilitas
Merupakan konsep yang sangat penting terutama berkaitan dengan masalah tanggung
jawab akan suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat dan siap menerima konsekuensi
atas tindakan yang kita (perawat) lakukan. Menurut Fry (1990) akuntabilitas merupakan
suatu tanggung jawab dan tanggung gugat atas tindakan dari praktik keperawatan, di mana
hal tersebut harus dilakukan berdasarkan Kode Etik, dan Undang-Undang yang absah atau
dibenarkan. Peran perawat dalam akuntabilitas adalah perawat harus konsekuen dengan
keperawatannya yang dapat ditunjukkan dengan kesiapan bertanggung jawab atas apa
yang telah dilakukan, serta kesiapan digugat oleh pasien bila yang bersangkutan tidak puas
3) Loyalitas
Loyalitas meliputi simpati, peduli terhadap suatu hubungan yang timbal-balik antara
profesi-profesi. Loyalitas dapat mengancam asuhan keperawatan apabila hubungan
anggota profesi atau pertemanan atau sejawat lebih dipentingkan (diutamakan)
dibandingkan dengan kepentingan akan kualitas dalam melaksanakan keperawatan
tersebut (antar profesi perawat, sifat tidak berani mengingatkan jika ada perawat tidak
baik yang dilakukan oleh sejawat adalah perbuatan tidak loyal).

8
BAB 3

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Konsep dasar hukum kesehatan (UU Kesehatan) adalah rangkaian peraturan yang
bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mengikutsertakan berbagai instansi
terkait, penyedia layanan kesehatan, dan penerima layanan kesehatan. Konsep dasar hukum
kesehatan mencakup serangkaian prinsip, norma, peraturan, dan aturan yang mengatur aspek
hukum yang berkaitan dengan kesehatan, pelayanan kesehatan, hak-hak pasien, tanggung
jawab profesi kesehatan, serta regulasi terkait perawatan dan perlindungan kesehatan
masyarakat. Penting bagi tenaga kesehatan untuk menjalankan profesi sesuai dengan standar
profesi, mengikuti perkembangan peraturan, dan memahami hak serta kewajiban mereka.

Hukum kesehatan mempengaruhi cara perawat gigi merawat pasien dengan memberikan
panduan terkait praktik etika, standar perawatan, persyaratan dokumentasi medis, dan hak-hak
pasien. Hukum juga mengatur lisensi dan regulasi praktik perawat gigi, termasuk sanksi atas
pelanggaran etika atau standar profesi.

Pada bagian praktik moral keperawatan gigi, moralitas keperawatan mengacu pada
tuntutan perilaku yang baik dalam praktik keperawatan, dengan fokus pada etika, moralitas,
dan pedoman berperilaku dalam memberikan asuhan kesehatan. Praktik keperawatan yang
baik melibatkan aspek interpersonal yang kuat, menghormati martabat pasien, dan
mengutamakan kebijakan kebaikan, kepedulian, dan empati. Memahami praktik moral
keperawatan gigi memungkinkan perawat gigi untuk membuat keputusan etis dalam merawat
pasien, mempertimbangkan kepentingan pasien, dan menjaga integritas profesi. Hal ini juga
membantu membangun hubungan yang kuat dan saling percaya antara perawat gigi dan pasien.

Dalam praktik keperawatan, etika dan moral harus diterapkan melalui advokasi,
akuntabilitas, dan loyalitas. Advokasi melibatkan perlindungan terhadap hak dan keselamatan
pasien, sementara akuntabilitas mengharuskan perawat bertanggung jawab atas tindakan
mereka, dan loyalitas harus diterapkan dengan tidak mengganggu kualitas asuhan keperawatan.
Selain itu, setiap pelanggaran terhadap etika dan moralitas dalam praktik keperawatan dapat
mengakibatkan konsekuensi hukum yang serius.

Konsep dasar hukum kesehatan memberikan kerangka hukum yang mengatur praktik
moral keperawatan gigi. Hukum kesehatan mengintegrasikan prinsip-prinsip etika ke dalam
hukum, sehingga perawat gigi harus memahami kedua aspek ini untuk memastikan pelayanan
kesehatan yang etis, sah secara hukum, dan sesuai dengan standar profesi. Dengan memahami
dan mematuhi kedua aspek ini, perawat gigi dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan memenuhi hak serta kebutuhan pasien dengan baik.

9
DAFTAR PUSTAKA
Purwaningsih, Endang dan Sri Wahyu Dwi Astuti. 2017. Etika Profesi dan Hukum Kesehatan.
Jakarta.

Darwin, Eryati dkk. 2015. Etika Pofesi Kesehatan. Yogyakarta : Deepublish.

10
Soal Pilihan Ganda
1. Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992 berisi tentang..

a. peraturan hukum yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anggota individu

b. peraturan hukum yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan seluruh anggota
masyarakat

c. peraturan hukum yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan seluruh keluarga

d. peraturan hukum yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan Remaja

e. peraturan hukum yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak anak

2. Peraturan dan ketentuan hukum mencakup seluruh bidang kesehatan, kecuali...

a. farmasi b. rumah sakit c. kesehatan jiwa d. kesehatan masyarakat e. alkohol

3. Upaya kesehatan merupakan....

a. kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah
dan/masyarakat

b. kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan tubuh

c. kegiatan untuk mempertahankan kesehatan lingkungan

d. kegiatan kerja bakti dan gotong royong

e. kegiatan yang mencegah timbulnya penyakit

4. Setiap tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. merupakan pengertian
dari....

a. Upaya kesehatan b. Implan c. Kesehatan Matra d. Sarana kesehatan e. Transplantasi

5. Tenaga kesehatan dibagi menjadi beberapa bagian, kecuali...

a. Dokter b. Bidan c. Perawat d. Administrasi e. Apoteker

6. Apa yang dimaksud dengan "prinsip otonomi pasien" dalam praktik moral keperawatan gigi?

a. Pasien memiliki hak untuk menolak perawatan medis

b. Pasien harus selalu mengikuti saran dokter gigi

c. Pasien tidak memiliki hak untuk informasi medis

d. Pasien harus mengikuti perawatan medis tanpa pertimbangan

e. Pasien harus menuruti segala hal yang diperintahkan oleh dokter gigi

11
7. Bagaimana hukum HIPAA (Health Insurance Portability and Accountability Act) memengaruhi
praktik moral keperawatan gigi?

a. Memaksa pasien untuk berbagi informasi medis pribadi mereka

b. Melindungi privasi informasi medis pasien

c. Memerintahkan dokter gigi untuk memberikan semua informasi medis pasien kepada publik

d. Tidak memiliki dampak apa pun pada praktik moral keperawatan gigi

e. Semua jawaban salah

8. Apa yang termasuk dalam prinsip "non-malefisensi" dalam praktik moral keperawatan gigi?

a. Melakukan tindakan terbaik untuk pasien

b. Menciptakan ikatan emosional dengan pasien

c. Tidak menyebabkan kerugian atau cedera kepada pasien

d. Melibatkan pasien dalam semua keputusan medis

e. Tidak berdampak buruk bagi pasien

9. Bagaimana perawat gigi dapat memastikan kepatuhan terhadap etika dan hukum dalam praktiknya?

a. Mengabaikan pedoman etika

b. Menyimpan semua informasi pasien untuk diri sendiri

c. Terus memperbarui peraturan yang ada

d. Tidak melakukan pelaporan jika ada kesalahan medis

e. Melakukan hal sewenang-wenang

10. Apa yang dimaksud dengan "confidentiality" dalam konteks praktik moral keperawatan gigi?

a. Menceritakan informasi medis pasien kepada teman-teman

b. Melindungi informasi medis pasien dan hanya mengungkapkannya kepada pihak yang berwenang

c. Membeberkan informasi medis pasien kepada siapa saja yang menanyakan

d. Menjual informasi medis pasien kepada pihak ketiga

e. Memposting informasi medis pasien ke media sosial

11. Promotif merupakan....

a. peningkatan kesehatan

b. penyembuhan penyakit

c. pencegahan penyakit

12
d. pembawa penyakit

e. pemulihan kesehatan

12. Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesi. Hal tersebut terdapat pada UU Kesehatan pasal...

a. 54 b. 53 c. 52 d. 55 e. 56

13. Sanksi terhadap adanya pelanggaran pada aturan aturan yang telah dibuat atau disepakati secara
nasional disebut dengan sanksi...

a. Pidana b. Perdata c. Hukum mati d. Denda e. Dimaki-maki

14. Asuhan mengingatkan kembali arti tanggung jawab moral yang meliputi kebijakan seperti
kebaikan, kepedulian, empati, dan perasaan kasih sayang. merupakan karakteristik menurut...

a. Taylor b. Adiyaksa c. Mayor d. Bahrudin e. Michells

15. Salah satu bentuk etika dan moral yaitu...

a. loyalitas b. Warbilitas c. Prebilitas d. Interbilitas e. Ekuitas

16. Apa yang harus dilakukan seorang profesional kesehatan jika mereka menyadari adanya
pelanggaran etika atau hukum di tempat kerja mereka?

a. Diam-diam mengabaikannya

b. Melaporkan masalah tersebut ke pihak berwenang atau pimpinan

c. Menyembunyikan informasi

d. Menarik diri dari praktik medis

e. Meminta tebusan untuk tutup mulut

17. Apa yang dimaksud dengan "Hak untuk Privasi Pasien" dalam konteks hukum kesehatan?

a. Hak pasien untuk mendapatkan perawatan medis gratis

b. Hak pasien untuk menjaga kerahasiaan informasi medis mereka

c. Hak pasien untuk menolak perawatan medis

d. Hak pasien untuk mendapatkan resep obat secara bebas

e. Hak pasien untuk melakukan hal semena-mena

18. Bagaimana peran "Advance Directives" dalam hukum kesehatan?

a. Mengatur perawatan medis yang akan diterima pasien di masa depan jika mereka tidak dapat
berbicara

b. Mengizinkan dokter untuk memutuskan perawatan yang terbaik untuk pasien

13
c. Menghapus hak pasien untuk menolak perawatan medis

d. Memberikan pasien perawatan medis yang sama tanpa mempertimbangkan keinginan mereka

e. Memberikan kebebasan dokter untuk memberikan perawatan medis

19. Apa yang dimaksud dengan "Respondeat Superior" dalam hukum kesehatan?

a. Prinsip tanggung jawab profesional kesehatan

b. Tanggung jawab pasien untuk membayar biaya perawatan medis

c. Tanggung jawab pihak ketiga untuk membayar tagihan medis pasien

d. Tanggung jawab majikan atas tindakan karyawan mereka dalam konteks medis

e. Tanggung jawab terhadap atasan

20. Apa peran utama "Patient's Bill of Rights" dalam hukum kesehatan?

a. Menyediakan hak-hak dasar pasien dalam perawatan medis

b. Menyediakan hak-hak dokter dalam perawatan pasien

c. Menentukan biaya perawatan medis

d. Memberikan pasien hak untuk menolak perawatan medis

e. Pemberian pelayanan dengan benar

14
KUNCI JAWABAN

1. b. peraturan hukum yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan seluruh anggota
masyarakat
2. e. Alkohol
3. a. kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah
dan/masyarakat
4. d. Sarana kesehatan
5. d. Administrasi
6. a. Pasien memiliki hak untuk menolak perawatan medis
7. b. Melindungi privasi informasi medis pasien
8. c. Tidak menyebabkan kerugian atau cedera kepada pasien
9. c. Terus memperbarui peraturan yang ada
10. b. Melindungi informasi medis pasien dan hanya mengungkapkannya kepada pihak yang
berwenang
11. a. peningkatan kesehatan
12. b. 53
13. a. Pidana
14. a. Taylor
15. a. Loyalitas
16. b. Melaporkan masalah tersebut ke pihak berwenang atau pimpinan
17. b. Hak pasien untuk menjaga kerahasiaan informasi medis mereka
18. a. Mengatur perawatan medis yang akan diterima pasien di masa depan jika mereka tidak dapat
berbicara
19. d. Tanggung jawab majikan atas tindakan karyawan mereka dalam konteks medis
20. a. Menyediakan hak-hak dasar pasien dalam perawatan medis

15

Anda mungkin juga menyukai