Anda di halaman 1dari 20

Video 1

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang Demokrasi dan Konsepsi Demokrasi, seperti
(1)Definisi demokrasi yang berasal dari bahasa yunani yang berarti kedaulatan rakyat, (2) Ciri demokrasi
pancasila yang tercantum pada sila ke-4 yaitu: kerakyatan, Hikmat kebijaksanaan dan
permusysawaratan/perwakilan, (3) Kedaulatan rakyat dapat diwujudkan melalui pemilu, (4) Pemilu itu
adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih jabatan-jabatan pemerintahan baik
legislatif maupun eksekutif, (5) Asas utama pemilu ada enam yaitu Langsung, Umum, Bebas, Rahasia,
Jujur dan Adil yang disingkat Luber dan Jurdil.

Video 2

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang tahapan pelaksanaan pemilu dan pilkada. (1)
Tahapan pemilu dan pilkada terdiri dari dua yaitu tahapan persiapan dan tahapan pelaksanaan. (2)
Tahapan persiapan pemilu dan pilkada dimulai dari sosialisasi kemudian Perencanaan Program,
Anggaran & Peraturan Pelaksanaan dan Pembentukan Badan Penyelenggara Ad Hoc. (3) Tahapan
pelaksanaan pemilu dan pilkada yaitu (a) Pemutakhiran Data Dan Penyusunan Daftar Pemilih pada
Pemilu dan Pilkada. (b) Pendaftaran & Verifikasi Peserta Pemilu. (c) Penetapan Peserta Pemilu. (d)
Penetapan Jumlah Kursi Dan Penetapan Dapil Pemilu. (e) Pencalonan Presiden dan Wapres, DPR, DPD
dan DPRD Provinsi serta Kabupaten. Jika pada pilkada poin (b),(c),(d),(e) tidak ada hanya Pendaftaran,
Penelitian Dan Penetapan Pasangan Calon. (f) Kampanye (defenisi, metode, larangan, bahan, alat
peraga, dan dana kampanye). (g) Masa Tenang. (h) Pemungutan Dan Penghitungan Suara dimulai dari
pengadaan dan pendistribusian logistik sampai pada proses penghitungan suara. (i) Penetapan hasil
pemilu dan pilkada dan (j) Pengambilan sumpah/janji.

Video 3

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang pengawasan dalam tahapan pemilu/pilkada. (1)
Defenisi dan tujuan pengawasan pemilu, (2) Tugas dan wewenang pengawas pemilu, (3) Elemen kunci
pengawas pemilu, (4) Strategi pengawasan, (5) Tahapan pengawasan, (6) Potensi pelanggaran, dan (7)
Identifikasi titik rawan/fokus pengawasan.

Video 4

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang pemilu dan pilkada di Indonesia. (1) konsep
pemilu/pilkada, (2) Tujuan pemilu/pilkada, (3) Variabel UU Pemilu/Pilkada, (4) Sejarah pemilu mulai
masa orde lama sampai pada masa sekarang (orde reformasi). (5) Tingkat partisipasi pemilih. (6)
Pemilihan kepala daerah dari masa ke masa.

Video 5

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang peranan masyarakat dalam setiap tahapan
pemilu/pilkada. (1) Masyarakat dibutuhkan terlibat aktif mengawas tahapan pemilu/pilkada, seperti
memastikan proses pelaksanaan pemilu/pilkada berjalan sesuai dengan aturan, aktif melaporkan setiap
dugaan pelanggaran yang terjadi pada setiap tahapan serta kepedulian masyarakat untuk memantau
perjalanan hasil pungut hitung di TPS. (2) Masyarakat yang memenuhi syarat menjadi penyelenggara
diharapkan bergabung menjadi penyelenggara pemilu baik di KPU atau Bawaslu. (3) Masyarakat aktif
menjadi pemantau pemilu/pilkada.
Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang pengantar regulasi pemilu dan pilkada. (1) Elemen
penting pemilu yaitu regulasi, pemilih, penyelenggara dan peserta. (2) Pengantar regulasi
pemilu/pilkada. (3) Instrumen penyelenggara yaitu KPU, Bawaslu dan DKPP. (4) Ada 3 subtopik
pembahasan pada regulasi pemilu yaitu Landasan yuridis penyelenggara pemilu dan pilkada, ketentuan
perundang-undangan dalam pelaksanaan pemilu dan pilkada, problematika hukum kepemiluan dan
aplikasi regulasi dalam pemilu dan pilkada. (5) Tujuan mempelajari regulasi pemilu dan pilkada.

Video 2.2

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang Landasan yuridis penyelenggara pemilu dan
pilkada. (1) Basis yuridisnya yaitu Undang-undang Dasar 1945 (konstitusi). (2) Berdasarkan pasal 1 ayat 2
UUD 1945 maka bisa dinyatakan bahwa negara ini harus dibangun dan dikelola dalam konteks aulat
rakyat artinya rakyatlah yang memiliki kedaulatan penuh terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
(3) Salah satu elemen penting dalam Daulat rakyat adlah pemilihan umum. (4) Pemilu diatur dalam pasal
22E UUD 1945. (5) Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di atur pada UU Nomor 42 Tahun 2008
sedangkan pemilihan DPR, DPD dan DPRD di atur pada UU nomor 8 tahun 2012. (6) Berdasarkan
putusan Mahkamah Konstitusi nomor 14 tahun 2013 diputuskan bahwa pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden serta pemilihan DPR, DPD dan DPRD wajib dilaksanakan secara serentak. (7) Basis yuridis
pemilu tahun 2019 adalah UU nomor 7 tahun 2017, UU ini juga merupakan himpunan dari 3 UU atau
disebut dengan istilah kodifikasi. (8) Pemilihan kepala daerah dilakukan juga secara serentak melalui
ketentuan UU nomor 1 tahun 2015 sampai pada perubahan kedua yaitu UU nomor 10 tahun 2016.

Video 2.3

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang dasar-dasar memahami konstruksi hukum
pencegahan pelanggaran pemilu dan pemilihan berdasarkan hukum pemilu dan pemilihan. (1) Untuk
memahami pencegahan pelanggaran pemilu dan pemilihan sekiranya dilihat dari 2 persfektif yaitu
Pencegahan pelanggaran Pemilu dan Pemilihan dalam konteks tugas, wewenang, dan Kewajiban
Bawaslu/Pengawas Pemilu dan partisipasi masyarakat pada pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan
Pemilihan Umum dan Pemilihan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Hukum pemilu
dan/atau pemilihan adalah semua prodak-prodak hukum atau aturan-aturan hukum yang mengatur
secara yuridis terkait pennyelenggaran pemilu dan pemlilihan, seperti landasan konstitunalnya adalah
UUD NRI tahun 1945, UU nomor 7 tahun 2017 dan UU nomor 10 tahun 2016, kemudian PKPU,
Perbawaslu, Peraturan DKPP dan Putusan MK RI, MA RI, dan Peraturan perundang-undangan/produk
hukum lainnya yang mengatur secara yuridis terkait Pemilu dan/atau Pemilihan. (3) Hukum pemilu
dalam konteks pencegahan pelanggaran pemilu dan pemilihan arahnya yaitu adanya ketaatan atau
kesadaran hukum masyarakat. (4) Produk hukum pencegahan itu adalah perbawaslu nomor 20 tahun
2018, pengawasan itu adalah perbawaslu nomor 21 tahun 2018 dan penindakan itu adalah perbawaslu
nomor 14 dan 15 tahun 2017, perbawaslu nomor 7, 8, dan 31 tahun 2018 serta perbawaslu PSPP. (5)
Secara yuridis tanggung jawab pencegahan pelanggaran dan sengketa proses pemilu adalah tanggung
jawab bawaslu beserta jajarannya, tetapi hakikatnya adalah merupakan tanggung jawab bersama
(masyarakat). (6) Tata cara pengawasan menggunakan strategi pencegahan dan penindakan. (7)
Pelanggaran pemilu/pemilihan adalah Tindakan yang bertentangan, melanggar, atau tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan terkait pemilu/pemilihan. (8) Tiga jenis pokok pelanggaran
pemilu/pemilihan yaitu administrasi, tindak pidana dan kode etik. (9) Salah satu cara bawaslu melakukan
pencegahan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat adalah melalui kerja sama dengan
Lembaga/organisasi masyarakat.

Video 2.4

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang regulasi pemilu dan pemilihan. (1) Ada 3 macam
regulasi pemilu dan pemilihan yaitu Undang-undang, peraturan KPU dan peraturan Bawaslu. (2) Jumlah
regulasi pemilu adalah undang-undang = 1, PKPU = 46, Perbawaslu = 51, sedangkan jumlah regulasi
pemilihan adalah Undang-udang = 3, PKPU = 24 dan Perbawaslu = 17. (3) Undang-undang yang
mengatur pemilu adalah UU nomor 7 tahun 2017, sedangkan undang-undang yang mengatur pemilihan
yaitu UU nomor 1 tahun 2015, UU nomor 8 tahun 2015 dan UU nomor 10 tahun 2016. (4) Teknis
tahapan, Program dan jadwal pemilu itu di atur pada PKPU nomor 14 tahun 2019. (5) Tahapan pemilu
yang penting untuk diawasi bersama yaitu penyusunan daftar pemilih, kampanye dan masa tenang serta
pemungutan dan penghitungan suara. (6) Regulasi pemutakhiran dan penyusunan daftar pemilih pemilu
adalah PKPU nomor 11 tahun 2019, PKPU nomor 12 tahun 2019 dan pengawasnnya yaitu perbawaslu
nomor 24 tahun 2018, regulasi kampanye dan masa tenang yaitu PKPU nomor 23 dan 33 tahun 2019
dan pengawasannya yaitu perbawaslu nomor 23 dan 33 tahun 2018, regulasi pemungutan dan
penghitungan suara adalah PKPU nomor 3 dan 9 tahun 2019 sedangkan pengawasnnya yaitu
perbawaslu nomor 1 dan 9 tahun 2019. (7) Regulasi penanganan pelanggaran pemilu yaitu perbawaslu
nomor 7, 8 dan 31 tahun 2018. (8) Regulasi pemilihan pada tahapan penyusunan data pemilih adalah
PKPU nomor 2 tahun 2017 dan untuk pengawasannya adalah perbawaslu nomor 9 tahun 2017, tahapan
kampanye dan masa tenang adalah PKPU nomor 4 tahun 2017 dan untuk pengawasannya adalah
Perbawaslu nomor 12 tahun 2017, tahapan pemungutan dan penghitungan suara pemilihan adalah
PKPU nomor 8 tahun 2018 dan untuk pengawasnnya adalah Perbawaslu nomor 13 tahun 2018. (9)
Regulasi tentang penanganan pelanggaran pemilihan yaitu perbawaslu nomor 13 dan 14 tahun 2017.

Video 2.5

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang Problematika hukum kepemiluan dan Aplikasi
regulasi Pemilu/Pilkada. (1) Problematika pembatasan hak memilih warga negara dalam pemilu dan
pemilihan, dalam UU nomor 7 tahun 2017 ditentukan syarat pemilih yaitu WNI, berusia 17 tahun,
berumur kurang dari 17 tahun tapi sudah kawin atau sudah pernah kawin, tidak sedang dicabut hak
pilihnya. Pada pasal 4 PKPU nomor 11 tahun 2018 dijabarkan syarat terdaftar sebagai pemilih yaitu
berumur 17 tahun pada hari pemilu, tidak sedang terganggu jiwanya, tidak sedang dicabut hak pilihnya,
berdomisili di wilayah administrasi pemilih dibuktikan denga KTP Elektronik dan tidak sedang menjadi
anggota TNI/Polri. Berdasarkan hal tersebut, maka muncul sebuah problem yaitu seorang warga negara
sudah memenuhi hak menjadi seorang pemilih tapi belum tentu bisa memilih karena ada syarat
tambahan untuk didaftar sebagai pemilih yaitu berdomisili di wilayah administrasinya dibuktikan dengan
KTP Elektronik. (2) Berdasarkan fakta dari hasil pengawasan bawaslu ditemukan bahwa terdapat
masyarakat pindah domisili tanpa disertai dokumen kepindahannya secara administrasi kependudukan.
(3) KPU mengambil kebijakan dalam melakukan pencatatan pemilih berdasarkan dejure bukan
berdasarkan fakta dilapangan. (4) Berdasar pada poin (1), (2), dan (3) maka warga negara yang tidak
memiliki KTP Elektronik atau warga negara yang memiliki KTP-El tapi tidak sesuai dengan domisilinya
sekarang berpotensi kehilangan hak pilihnya. Jika hal itu terjadi, maka terdapat perbuatan hukum yaitu
menghilangkan atau merugikan dan jika hal tersebut dilakukan oleh orang yang seharusnya menjamin
hak pilih itu maka muncul maladministrasi dan maladministrasi itu ada ketentuan pidananya pada pasal
510 UU nomor 7 tahun 2017. (5) Oleh karena itu sebagai pengawas pemilu atau sebagai warga negara
yang memiliki kesadaran atas hal itu maka kita harus merekemonedasikan bahwa ketentuan
administrasi dilekatkannya kepemilikan KTP-El sebagai syarat orang didata sebagai pemilih itu harus
dikesampingkan. (6) Problem penegakan hukum dalam pemilu dan pemilihan, (a) pada penangan
dugaan pelanggaran administrasi terdapat perbedaan waktu, perbedaan metode dan perbedaan output
dari proses penangan itu. (b) pada penanganan dugaan pelanggaran tindak pidana yang syaratkan
ditangani oleh sentragakkumdu yang terdapat tiga institusi di dalamnya yaitu bawaslu, kejaksaan dan
kepolisian masih terdapat problem yaitu pada lembaga masing-masing, soliditas dan regulasi.
Video 3.1

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang Indikator kerawanan pemilu/pemilihan. (1)
Pemilu/pemilihan rawan karena peserta pemilu/pemilihan saling berusaha untuk menjadi pemenang
dengan cara mendapatkan suara terbanyak, sehingga menyebabkan terjadinya kompetensi antara
peserta pemilu. (2) Setiap pemilu/pemilihan memiliki indikator kerawanan yang berbeda dengan actor
(pelaku) yang berbeda-beda pula. (3) Ada sejumlah pihak yang terlibat dalam pengelolaan
pemilu/pemilihan yang dapat menyebabkan terjadinya kerawanan seperti peserta pemilu/pemilihan,
penyelenggara pemilu/pemilihan, Lembaga negara/pemerintah, pemilih, masyarakat, ASN, TNI/Polri
serta pejabat negara, pejabat daerah, pejabat BUMN/BUMD, Lurah dan aparat, kepala desa dan aparat.
(4) Pada setiap tahapan penyelenggaran pemilu/pemilihan pasti ada titik-titik rawannya.

Video 3.2

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang pengertian kerawanan. (1) Landasan hukum
terkait pemetaan kerawanan pemilu dan pilkada adalah UU nomor 10 tahun 2016, pasal 228 huruf g dan
UU nomor 7 tahun 2017, pasal 93 ayat 3 huruf a. (2) Asas pemilu/pilkada adalah (a) Langsung adalah
pemilih secara langsung memberikan suara tanpa perantara, (b) Umum adalah pemilihan berlaku bagi
seluruh warga negara, (c) Bebas adalah setiap warga negara dapat menggunakan haknya sesuai hati
Nurani tanpa tekanan dan paksaan, (d) Rahasia adalah pilihan yang dipilih dijamin tidak akan diketahui
oleh siapapun, (e) Jujur adalah semua pihak yang terlibat harus bersikap dengan jujur, (f) Adil adalah
semua pihak harus mendapatkan perlakuan yang sama dan bebas dari kecurangan manapun. (3)
kerawanan adalah segala hal yang berpotensi menggangu atau menghambat proses pemilu dan pilkada
yang dekomratis.(4) Dimensi IKP Pilkada 2020 yaitu konteks sosial politik, pemilu yang bebas dan adil,
kontestasi dan partisipasi. (5) paling tidak ada 3 elemen daftar pemilih berkualitas yaitu akurat, mutakhir
dan komprehensif. Proses tahapan daftar pemilih merupakan salah satu tahapan yang krusial karena
sesungguhnya tahapan daftar pemilih ini merupakan ujung tombak dari tahapan-tahapan yang lain.

Video 3.3

Pada video tersebut saya menerima materi tentang penanganan kerawanan pemilu/pemilihan. (1)
Defenisi konsep kerawanan pemilu/pemilihan adalah segala hal yang menimbulkan gagguan dan
berpotensi menghambat proses pemilu/pemilihan yang inskusif dan benar. Dimensi IKP pada tahun
2020 yaitu (a) konteks social politik. (b) penyelenggaranan pemilu yang bebas dan adil, (c) Kontestasi, (d)
partisipasi politik. (2) Pada dimensi konteks social politik yang sering menonjol seperti (a) netralitas ASN
maka salah satu cara penanganannya sosialisasi secara terstruktur dan massif, (b) money politik maka
salah satu cara penanganannya adalah patroli money politik, (c) perubahan rekap suara maka cara
penanganannya adalah pengawasan secara melekat. (3) Pada dimensi penyelenggaraan
pemilu/pemilihan yang bebas dan adil yaitu (a) masalah daftar pemilih maka cara penanganannya
adalah bekerjasama dengan disdukcapil dan melakukan koordinasi dengan KPU terkait pendataan yang
dilakukan oleh PPDP atau Pantarlih sehingga betul-betul melakukan coklit dengan amanah, bisa juga
membuka posko pengaduan daftar pemilih setiap kelurahan/desa. (b) masalah input data, maka
solusinya adalah melakukan pengawasan melekat pada KPU. (4) Pada dimensi kontestasi yaitu masalah
kampanye seperti (a) pemasangan APK yang sesuai ketentuan KPU maka solusinya adalah melakukan
kerja sama dengan satpol PP supaya diupayakan menurunkan APK yang melanggar tersebut, (b) mahar
kampanye maka solusinya adalah melakukan sosialisasi dengan partai politik bahwa hal tersebut
dilarang. (5) Pada dimensi partisipasi politik seperti (a) partisipasi yang kurang maka salah satu solusinya
adalah sekolah kader pengawas partisipatif, (b) tingginya jumlah surat suara tidak sah maka solusinya
adalah mengedukasi masyarakat (Pendidikan politik) terkait penggunaan(coblos) surat suara dengan
benar. (6) syarat pemilu/pemilihan yang berkualitas adalah (a) aturan yang tegas dan jelas, (b) peserta
yang taat aturan, (c) birokrasi netral, (d) pemilih yang cerdas dan partisipatif, (e) penyelenggara yang
berkualitas dan berintegritas.
Video 3.4

Pada video tersebut saya menerima materi tentang kerawanan pemilu/pilkada. (1) Rawan menurut KBBI
adalah mudah menimbulkan gangguan keamanan atau bahaya; gawat. Secara konseptual bawaslu
merumuskan bahwa rawan itu adalah segala hal yang menimbulkan gangguan dan berpotensi
menghambat proses pemilihan umum /pilkada yang inklusif dan benar. (2) ada 4 dimensi kerawanan
yaitu dimensi konteks social politik, dimensi pemilihan yang bebas dan adil, dimensi kontestasi dan
dimensi partisipasi. (3) Pada dimensi konteks social politik ada empat ukuran dinyatakan rawan yaitu (a)
aspek keamanan, (b) aspek otoritas penyelennggaraan pemilu, (c) aspek otoritas penyeleggara negara,
(d) aspek relasi kuasa ditingkat local. (2) Pada dimensi pemilihan yang bebas dan adil terdapat 5 variabel
yaitu (a) aspek hak pemilih, (b) aspek pelaksanaan kampanye, (c) aspek pelaksanaan pemungutan suara,
(d) aspek ajudikasi, (e) aspek pengawasan pemilu/pilkada. (4) Pada dimensi kontestasi ada 3 variabel
yaitu (a) hak politik gender, (b) refresentasi minoritas, (c) pencalonan. (5) Pada dimensi partisipasi ada 3
variabel yaitu (a) partisipasi pemilih, (b) partisipasi politik, (c) partisipasi public.

Video 3.5

Pada video tersebut saya menerima materi tentang kerawanan pemilu dan pilkada. (1) Pemilu/pilkada
ideal Ketika memenuhi pasal 22e ayat 1 UUD 1945 (Prinsip luber, jurdil), Bab II UU No. 7 tahun 2017
tentang asas, prinsip dan tujuan, Bab II UU No. 10 tahun 2016 tentang asas dan prinsip pelaksanaan. (2)
Berdasarkan data bawaslu mulai pemilu legislatif tahun 2014 sampai pada pilkada serentak tahun 2018
masih banyak terjadi pelaggaran. (2) Kerawanan berasal dari kata rawan yang berarti mudah
menimbulkan gangguan keamanan atau bahaya (gawat), Kerawanan menunjukkan situasi atau keadaan
rawan. Tahapan dikualifikasi rawan ketika muncul kecurangan dan malpraktik. (3) Kecurangan pada
pilkada/pemilu adalah setiap Tindakan yang diambil untuk mengutak-atik kegiatan pemilu dan materi
yang terkait dengan pemilu untuk mempengaruhi hasil pemilihan, yang dapat mengganggu atau
menggagalkan kehendak para pemilih (Lopez-Pintor (2010:9) dalam buku IKP 2019 Bawaslu). Semakin
banyak kecurangan semakin tinggi tingkat kerawanan yang akan meruntuhkan integritas pemilu. (4) Mal
praktik pada pemilu/pilkada adalah sebentuk kesalahan, ketidak efesienan, cacat tata Kelola atau
regulasi pemilu (irregularitas). Mal praktik pemilu bisa jadi simpton (gejala) kecurangan pemilu yang
menimbulkan ketidaknyamanan yang juga bisa mempengaruhi proses dan hasil pemilu tetapi masih
mungkin diperbaiki selama ada kehendak baik.

Video 3.6

Pada video tersebut saya menerima materi tentang kerawanan pemilu/pilkada. (1) pengertian
kerawanan, kerawanan adalah segala hal yang dapat menghambat atau mengganggu proses
pemilu/pilkada. (2) hal-hal yang dapat terhambat dibedakan dua jenis yaitu pada tahapan pemilu dan
non tahapan pemilu. (3) pada sisi non tahapan yaitu (a) politisasi birokrasi, (b) kampanye yang
terselubung, (c) penyalahgunaan anggaran bantuan sosial. (4) pada sisi tahapan pelaksanaan mulai dari
pemutakhiran data pemilih sampai pada penetapan hasil sesungguhnya semuanya mengandung potensi
rawan. Namun yang paling berpotensi rawan adalah pada tahapan pemutakhiran data pemilih dan
penyusunan daftar pemilih. (5) Hal-hal yang bisa dilakukan oleh kader SKPP yaitu (a) menyampaikan
informasi yang terkait dengan hal-hal yang bisa dan tidak bisa dilakukan dalam pemilu/pilkada kepada
komunitas tempat tinggal, (b) memberikan informasi awal kepada pengawas pemilu, (c) bergabung
sebagai pemantau, (d) bergabung dengan jajaran pengawas pemilu.
Video 4.1

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang metode pengawasan pemilu/pemelihan. (1)
Rencana kerja pengawasan didasarkan pada penyusunan alat kerja pengawasan, hasil identifikasi
kerawanan, fokus pengawasan dan pencegahan pelanggaran dan hasil perencanaan pengawasan. (2)
Dalam melakukan kegiatan pengawasan, bawaslu didasarkan pada ketentuan regulasi yang mendasari
pelaksanaan pemilu/pemilihan mulai dari rekrutmen sampai pada penetapan hasilnya. (3) Metode
pengawasan yang dilakukan oleh jajaran pengawas pemilu setiap tingkatan secara umum ada 2 yaitu
secara langsung dan secara tidak langsung. (4) Untuk menentukan apakah menggunakan metode
langsung atau analisis (tidak langsung) maka jajaran bawaslu dalam setiap pengawasan tahapan
mengidentifikasi dulu potensi pelanggaran yang mungkin muncul sehingga dapat menentukan fokus
pengawasan kemudian bisa menyesuaikan dengan alat kerja pengawasan.

Video 4.2

Pada video tersebut saya menerima materi tentang evaluasi pengawasan. (1) Tujuan dari evaluasi
adalah memastikan apakah proses kerja yang dilakukan oleh bawaslu mempunyai catatan-catatan
penting (keberhasilan atau kegagalan). (2) Timeline evaluasi terbagi tiga yaitu jangka pendek, jangka
menengah dan jangka Panjang. Evaluasi jangka pendek dilakukan untuk mengevaluasi kinerja dalam
bentuk hasil pengawasan yaitu form A. Evaluasi jangka menengah terkait dengan laporan periodik,
berdasar pada hal tersebut dapat dievaluasi strategi pengawasan. Evaluasi jangka Panjang maka yang
dilihat adalah mulai dari awal tahapan sampai akhir (evaluasi secara komprehensif). (3) ada 3 pilar dalam
pengawasan yaitu pencegahan, pengawasan dan penindakan. (4) Orientasi evaluasi yaitu (a) tata Kelola
pengawasan (structural), (b) budaya pengawasan (kultural) dan (c) hasil pengawasan (konten). Pada
aspek structural yang akan dievaluasi adalah oragnisasi kerja, prosedur yang dijalankan jajaran bawaslu.
Pada aspek kultural yang akan dievaluasi adalah integritas dan budaya kerja. Pada aspek konten yang
dievaluasi adalah hasil pengawasan.

Video 4.3

Pada video tersebut saya menerima materi tentang koordinasi dalam pelaksanaan pengawasan. (1)
Pengawasan dilakukan dengan cara pengawasan langsung, investigasi dan analisis dokumen, dalam
melakukan hal tersebut koordinasi memiliki peran penting dan dapat dilakukan pada saat sebelum
pengawasan, ditengah-tengah pelaksanaan pengawasan dan diakhir setelah melakukan pengawasan. (2)
koordinasi dalam pelaksanaan pengawasan terbagi dua yaitu secara vertical dan horizontal. Koodinasi
secara vertical bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil pengawasan mengandung dugaan pelanggaran
atau tidak, menindak lanjuti hasil pengawasan dan melaksanakan teknis pengawasan sesuai dengan
ketentuan peraturan. Koordinasi secara horizontal bertujuan untuk melakukan pemeberitahuan tentang
akan dilaksanakan pengawasan, tentang larangan dalam UU dan pelaksanaan tahapan yang sesuai
dengan ketentuan, mengakses data dan mengkorfimasi data, mengkorfimasi tugas. (3) Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam melakukan koordinasi yaitu pengawas harus proaktif dan kooperatif, tepat
waktu, harus tersedia bahan laporan atau data hasil pengawasan, harus dilakukan secara terus menerus,
singkat, padat dan jelas serta harus dipantau perkembangannya.

Video 4.4

Pada video tersebut saya menerima materi tentang pelaporan hasil pengawasan. (1) Pengawas pemilu
secara berjenjang wajib membuat dan menyampaiakan laporan hasil pengawasan pemilu/pilkada. (1)
Dari aspek waktu terbagi dua yaitu laporan hasil pengawasan yang bersifat secara periodik dan bersifat
sewaktu-waktu atau sesuai kebutuhan harus disampaikan. (2) Pada aspek teknis/substansi yaitu laporan
hasil pengawasan dalam bentuk Form A. Form A ini merupakan laporan yang bersifat wajib dan diatur
pada perbawaslu no. 21 tahun 2018. Jika laporan hasil pengawasan yang dituangkan di form A
mengandung unsur-unsur dugaan pelanggaran, maka laporan hasil pengawasan tersebut dibawa ke
pleno pada setiap tingkatan untuk dipastikan dan diputuskan apakah akan dijadikan temuan dan
ditindak lanjuti sesuai dengan mekanisme penanganan dugaan pelanggaran. (3) Bila ada informasi dari
masyarakat (kader SKPP) harus disampaikan kepada pengawas pemilu terdekat, maka pengawas pemilu
akan menjadikannya sebagai informasi awal dan dituangkan dalam form A, setelah itu maka akan
diplenokan kemudian dikaji dan diputuskan apakah memenuhi unsur dugaan pelanggaran.
Video 4.5

Pada video tersebut saya menerima materi tentang mekanisme pengawasan pemilu/pilkada tahun
2020. (1) Tujuan dilaksakanannya SKPP untuk (a) membangun kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pengawasan partisipatif, (b) membangun komitmen mitra strategis pengawas, (c)
membangun konsilidasi dan penguatan kapasitas mitra strategis dalam pengawasan partisipatif, (d)
membangun jejaring support sistem pengawasn partisipatif. (2) urgensi pengawasan partisipatif adalah
karena kondisi subyek Lembaga pengawas pemilu yang terbatas (personil). (3) Pengawasan partisipatif
merupakan pengawasan pemilu/pemilihan yang dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk partisipasi
masyarakat dalam mengawal integritas pelaksanaan pemilu/pemilihan. (4) Tahapan penting dalam
pemilu/pemilihan yang memerlukan pelibatan masyarakat secara aktif dalam pengawasan
pemilu/pemilihan adalah tahapan kampanye, tahapan masa tenang dan tahapan pungut hitung.
Video 5.1

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang pengantar penanganan pelanggaran. (1) Dasar
hukum penanganan pelanggaran yaitu UU 7 Tahun 2017, UU 10 tahun 2016, perbawaslu no 14 tahun
2017, peraturan bersama bawaslu RI, Kejaksaan Agung dan Kapolri terkait sentragakkumdu, Putusan MK
no. 48 tahun 2019. (2) Penanganan pelanggaran adalah serangkaian proses penanganan pelanggaran
yang dilakukan oleh pengawas pemilu meliputi temuan, penerimaan laporan, pengumpulan alat bukti,
klarifikasi, pengkajian, dan/atau pemberian rekomendasi, serta penerusan hasil kajian atas
temuan/laporan kepada instansi yang berwenang untuk ditindaklanjuti. (3) Jenis-jenis pelanggaran yaitu
pelanggaran administrasi, pelanggaran pidana, pelanggaran kode etik penyelenggara dan pelanggaran
hukum lainnya. (4) Sumber penanganan pelanggaran yaitu laporan dan temuan. (5) Pihak-pihak yang
bisa menjadi pelapor adalah warga negara yang memiliki hak pilih pada pemilihan setempat, pemantau
yang terakreditasi dan peserta pemilihan. (6) Lembaga yang berwenang menangani pelanggaran
pemilihan yaitu bawaslu, DKPP, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, PT TUN,
Mahkamah Agung dan KASN.

Video 5.2

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang prosedur penyampaian laporan penanganan
dugaan pelanggaran pemilihan non TSM. (1) Sumber penanganan pelanggaran pemilihan ada dua yaitu
laporan dan temuan. Temuan merupakan hasil pengawasan pengawas pemilihan yang mengandung
dugaan pelanggaran pemilihan sedangkan laporan merupakan laporan yang disampaikan secara tertulis
oleh pelapor kepada pengawas pemilihan tentang dugaan terjadinya pelanggaran pemilihan. (2)
Mekanisme penanganan temuan sampai diregister dilakukan dengan cara menyampaiakan laporan hasil
pengawasan dalam rapat pleno untuk menentukan ada atau tidak adanya pelanggaran, jika terdapat
dugaan pelanggaran maka akan ditetapkan menjadi temuan melalui keputusan rapat pleno pengawas
pemilihan, kemudian akan dilakukan pencatatan temuan ke dalam buku register. (3) Mekanisme
penanganan laporan sampai diregister dilakukan dengan cara pelapor menyampaikan laporan ke
pengawas pemilihan paling 7 hari sejak diketahui dan atau ditemukannya pelanggaran pemilihan,
kemudian selanjutnya laporan tersebut akan dicek apakah memenuhi syarat formil dan materil, jika
memenuhi syarat tersebut maka akan dicatat ke dalam buku register dan diteruskan kepada petugas
yang menangani atau mengkaji pelanggaran. (4) Proses selanjutkan akan dilakukan klarisifikasi kepada
pihak-pihak yang terkait pada dugaan pelanggaran tersebut, kemudian hasil klarifikasi akan dikaji oleh
pengawas pemilihan. (5) Hasil kajian akan bermuara pada (a) Pelanggaran pemilihan, (b) Bukan
pelanggaran dan (c) Sengeketa pemilihan.

Video 5.3

Pada video tersebut saya menerima materi tentang mekanisme pelaporan dan penanganan pelanggaran
administrasi yang bersifat TSM pada pemilihan gubernur, bupati dan walikota. (1) Pelanggaran TSM
adalah pelanggaran yang masuk dalam kelompok pelanggaran administrasi pemilihan dan pelanggaran
tersebut terbagi dua yaitu pelanggaran administrasi biasa (non TSM) dan pelanggaran administrasi yang
bersifat TSM. (2) Dasar hukum penanganan pelanggaran administrasi TSM adalah pasal 73 ayat 1 dan
ayat 2 UU nomor 8 tahun 2015, pasal 135A UU nomor 10 tahun 2016 dan perbawaslu nomor 13 tahun
2017. (3) Tiga syarat penting agar laporan dapat diregister oleh bawaslu provinsi yaitu terkait waktu
laporan, pelapor, bentuk dan isi laporan. (4) Tiga fase penanganan pelanggaran TSM oleh bawaslu
provinsi yaitu penerimaan laporan, pemeriksaan, dan penyampaian putusan. Dari ketiga fase tersebut
harus diselesaikan selama 14 hari. (5) Alur penerimaan laporan pelanggaran administrasi TSM yaitu
mulai dari laporan kemudian pemeriksaan kelengkapan laporan dan jika lengkap maka diregister oleh
bawaslu provinsi. Setelah diregister maka akan dilakukan pemeriksaan pendahuluan kemudian
diplenokan setelah itu akan disampaikan hasil pemeriksaan yaitu apakah ditindaklanjuti atau tidak. Jika
ditindaklanjuti maka akan dilakukan pemeriksaan oleh majelis pemeriksa setelah itu akan meraka akan
menyelenggarakan musyawarah majelis untuk mengeluarkan putusan.

Video 5.4

Pada video tersebut saya menerima materi tentang prosedur penyampaian lapoarn dugaan pelanggaran
tindak pidana pemilihan. (1) Pelapor (WNI yang memiliki hak pilih, pemantau dan peserta) akan
menyampaikan laporan ke bawaslu dengan dua metode yaitu dating langsung ke kantor bawaslu dan
melalui email/telpon atau alat komunikasi lainnya. Setelah itu akan diterima oleh staf dan memberikan
form A1 untuk di isi dan akan dibantu untuk proses pengisiannya. Setelah laporan dilihat oleh staf
ternyata laporan tersebut termasuk jenis pelanggaran tindak pidana pemilahan, maka staf akan
berkoordinasi dengan sentragakkumdu. Kemudian akan dicek apakah memenuhi syarat formil dan
materil. Jika memenuhi syarat maka akan diregister kemudian diberikan tanda terima laporan (form
A.3). (2) Selanjutnya staf akan menyampaikan undangan ke tim sentragakkumdu untuk melakukan
pembahasan pertama yaitu membahas peristiwa, mencari dan mengumpulkan bukti-bukti dan
menetukan pasal apa yang akan diterapkan. (3) Setelah itu maka dilanjutkan pada pembahasan kedua
kemudian akan dibawa ke meja bagian penanganan laporan untuk melakukan langkah-langkah
penanganan dan mengarsipkan laporan.

Video 5.5

Pada video tersebut saya menerima materi tentang prosedur penanganan pelanggaran tindak pidana
pemilihan. (1) Tindak pidana pemilihan merupakan pelanggaran atau kejahatan terhadap ketentuan
pemilihan sebagaimana diatur dalam UU nomor 10 tahun 2016. Ketentuan tentang pidana pemilihan
tertuang dalam UU nomor 10 tahun 2016 yaitu pada bab XIV mulai dari pasal 177 sampai pada pasal
198a. Dalam melakukan penanganan pelanggaran pidana pemilihan, bawaslu tidak bekerja sendiri
namun bersama-sama dengan unsur penyidik dari kepolisian dan unsur jaksa penuntut umum dari
kejaksaan yang tergabung dalam sentra gakkumdu. (2) Alur penanganan tindak pidana pemilihan,
setelah diregister maka akan dilanjutkan ke pembahasan pertama, kemudian dilakukan kajian,
pembahasan kedua, rapat pleno, penyidikan, pembahasan ketiga, penuntutan dan terakhir persidangan.

Video 5.6

Pada video tersebut saya menerima materi tentang prosedur penyampaian laporan dugaan pelanggaran
kode etik penyelenggara pemilihan. (1) Dasar hukum yaitu UU nomor 10 tahun 2016, UU nomor 7 tahun
2017, peraturan DKPP nomor 2 tahun 2017, perbawaslu nomor 14 tahun 2017, peraturan DKPP nomor 2
tahun 2019 dan perbawaslu nomor 4 tahun 2019. (2) Penyelenggara pemilu wajib memegang prinsip-
prinsip kode etik yaitu jujur, mandiri, adil, akuntabel, berkepastian hukum, aksesbilitas, tertib, terbuka,
proporsional, professional, efektif, efesien dan mengutamakan kepentingan umum. (3) Pihak yang bisa
melapor/mengadu adalah WNI yang mempunyai hak pilih pada pemilihan setempat, peserta pemilihan,
pemantau pemilihan, dan penyelenggara pemilihan. (4) Pihak yang bisa dilaporkan adalah KPU dan
jajararannya serta Bawaslu dan jajarannya serta jajaran secretariat penyelenggara pemilihan. Alur
laporan yaitu dengan mendatangi kantor pengawas pemilu kemudian mengisi formulir laporan,
kemudian menyertakan foto copy identitas pelapor serta membawa minimal 2 alat bukti dan peristiwa
tersebut tidak boleh lebih dari 7 hari sejak diketahui. (5) Alur penanganan pelanggaran kode etik sama
dengan penanganan pelanggaran lainnya, hanya penerusan rekomendasi yang berbeda. (6) Jika
rekomendasi diteruskan ke DKPP, setidaknya pemeriksaan dalam siding DKPP ada tiga yaitu, sidang
regular, sidang jarak jauh dan sidang di daerah. (7) Sifat dan kedudukan putusan DKPP adalah final dan
mengikat serta wajib dilakukan.
Video 6.1

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang pengantar sengketa proses pemilu/pemilihan. (1)
Kriteria pemilu demokratis. (2) Hal-hal pokok pada kerangka pemilu/pemilihan antara lain yaitu (a)
tersedianya hak mengajukan keberatan dari pemilih, kandidat dan partai politik kepada badan
penyelenggara pemilu, (b) adanya putusan dari proses hukum tersebut, (c) tersedianya upaya hukum ke
tingkat yang lebih tinggi, (d) adanya putusan dari upaya hukum tersebut. Terhadap kerangaka hukum
pemilu/pemilihan ini dilembagakan dalam sebuah sistem yang tujuannya adalah mewujudkan keadilan
pemilu. (3) Definisi sengketa berdasarkan KKBI adalah sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat;
pertengkaran; perbantahan; pertikaian; perselisihan; perkara (dalam pengadilan). (4) unsur-unsur
sengketa, hakekat sengketa, urgensi sengketa dan logika sengketa. (5) Syarat sengketa yaitu para pihak,
objek dan Lembaga penyelesaian sengketa. Sengketa ada 2 yaitu sengketa proses dan sengketa hasil. (6)
Penyelsaian sengketa proses pemilu/pemilihan, ruang lingkup terjadinya sengketa proses, fungsi
penyelesaian sengketa proses dan syarat penyelesaian sengketa pemilu/pemilihan yang efektif.

Video 6.2

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang dasar hukum, subyek hukum, obyek hukum, dan
mekanisme pengajuan penyelesaian sengketa (SIPS). (1) Dasar hukum pemilu yaitu UU nomor 7 tahun
2017, Perbawaslu nomor 18 tahun 2017, perbawaslu nomor 18 dan 27 tahun 2018, perbawaslu nomor 5
tahun 2019 dan PKPU nomor 7 tahun 2017. (2) Penyelesaian sengketa proses pemilu diatur pada UU
nomor 7 tahun 2017 pada pasa 93 huruf b angka 2 dan pasal 469 ayat 4 serta perbawaslu nomor 5 tahun
2019. (3) Subjek hukum dalam penyelesaian sengketa proses pemilu dikatakan juga para pihak yang
dibagi menjadi pemohon, termohon, pihak terkait dan pihak pemberi keterangan. (4) Objek hukum
penyelesaian sengketa pemilu adalah Surat Keputusan (SK) dan Berita Acara (BA) yang dikeluarkan oleh
KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten. (5) Alur penyelesaian sengketa proses pemilu yaitu dimulai
dengan pengajuan permohonan secara langsung atau tidak langsung, permohonan diajukan secara
tertulis dalam Bahasa Indonesia yang dituangkan dalam formulir model PSSP 01 yang disediakan oleh
petugas penerima permohonan sengketa pemilu. Permohonan tersebut ditanda tangani oleh pemohon
dan atau kuasa hukumnya disertai bukti yang dibuat dalam 4 rangka dan telah dileges dikantor POS
serta dalam bentuk dokumen digital dengan format word. (6) Pengajuan permohonan secara tidak
langsung melalui aplikasi SIPS yang dimiliki bawaslu. (7) Dasar hukum pemilihan adalah UU nomor 10
tahun 2016 pasal 143 ayat 1 dan pasal 144 ayat 4 serta perbawaslu nomor 2 tahun 2020. (8) Subjek
hukum dalam penyelesaian sengketa proses pemilihan dikatakan juga para pihak yang dibagi menjadi
pemohon, termohon, pihak terkait dan pihak pemberi keterangan. (9) objek sengketa pemilihan
meliputi perbedaan penafsiran, pengakuan yang berbeda (penolakan, penghindaran antar peserta),
Surat Keputusan dan Berita Acara yang dikeluarkan oleh KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota. (10)
Alur mekanisme penyelesaian sengketa proses pemilihan sama dengan Alur mekanisme penyelsaian
sengketa proses pemilu.

Video 6.3

Pada video tersebut saya menerima materi tentang mekanisme penyelesaian sengketa proses pemilu
dan pemilihan. (1) Dasar hukum yaitu UU nomor 7 tahun 2017, perbawaslu nomor 18 tahun 2017,
perbawaslu nomor 18 tahun 2018, perbawaslu nomor 27 tahun 2018, perbawaslu nomor 5 tahun 2019.
(2) objek sengketanya adalah Berita acara dan surak keputusan yang dikeluarkan oleh KPU. (3) Para
pihaknya adalah pemohon, termohon, pihak terkait dan pihak pemberi keterangan. (4) Tata cara
pengajuan permohonan sengketa proses pemilu bisa secara langsung dan tidak langsung, kalau tidak
langsung melalui secara online tetapi tetap akan menyampaikan berkas fisik secara lengkap. Sedangkan
kalua secara langsung berarti menyetor berkas fisik secara langsung, kemudian petugas memeriksa
kelengkapan berkas fisik permohonan, jika lengkap maka akan diregister, apabila tidak lengkap akan
diberi waktu 3 hari kerja untuk melengkapi, jika dalam waktu tersebut tidak melengkapi maka
permohonan tidak kan diregister. (5) Kuasa hukum mendampangi pemohon, termohon, pihak terkait
harus menyampaikan surat kuasa, KTA dan berita acara sumpah. (6) Setelah permohonan diregistrasi
maka proses selanjutnya akan dilakukan melalui 2 tahap yaitu tahap mediasi dan tahap adjudikasi. Jika
tidak ada kesepakatan pada tahap mediasi maka dilanjutkan pada tahap adjudikasi. Sidang adjudikasi
dipimpin oleh ketua dan anggota bawaslu dibantu oleh asisten dan sekretaris siding, yang pertama
dilakukan adalah majelis pemeriksa memberi kesempatan kepada pemohon untuk membacakan
permohonan, kemudian pihak termohon menjawab atas permohonan pemohon, kemudian para pihak
diberi kesempatan untuk menyampaikan bukti, proses selanjutnya adalah kesimpulan yang disampaikan
oleh para pihak. Setelah itu maka kesempatan kepada majelis untuk menyiapkan putusan untuk
dibacakan, kemudian para pihak diberi kesempatan untuk keberatan. (7) Dasar hukum pemilihan yaitu
UU nomor 10 tahun 2016, perbawaslu nomor 15 tahun 2017. (8) Objek sengketa yaitu perbedaan
penafsiran, pengakuan berbeda, Keputusan KPU Provinsi dan KPU Kab/Kota. Tata cara pengajuan
permohonan sengketa proses pada pemilihan sampai pada register sama dengan tata cara pengajuan
permohonan sengketa proses pada pemilu. (8) Proses selanjutnya adalah musyawarah yang bisa dihadiri
oleh pemohon dan termohon atau bisa diwakili kuasa tapi harus menyampaikan surat kuasa, KTA dan
berita acara sumpah. (9) Pada proses musyawarah Pemohon akan menyampaikan pokok permohonan
dan termohon akan menjawabnya, kemudian para pihak diberi kesempatan untuk menyampaikan bukti.
Kesimpulan akan disampaikan oleh para pihak kemudian majelis akan membuat putusan, setelah
putusan dibacakan, majelis pemeriksa akan menyampaikan kepada para pihak. Jika para pihak
menerima putusan tersebut, maka KPU (termohon) akan menindaklanjuti putusan tersebut. Namun
apabila para pihak tidak menerima khususnya pihak termohon, maka ada upaya hukum yang akan
disampaikan kepada PTTUN.

Video 6.4

Pada video tersebut saya menerima materi tentang mekanisme penyelesaian sengketa proses
pemilu/pemilihan. (1) Jenis sengketa proses pada pemilu dan pemilihan ada 2 yaitu sengketa antar
peserta dan sengketa antar peserta dengan penyelenggara. (2) Metode penyelesaian sengketa proses
pemilu dikenal ada tahap mediasi dan ada tahap adjudikasi sedangkan sengketa antar peserta
diselesaikan dalam acara cepat, sedangkan metode penyelesaian sengketa proses pemilihan dikenal
dengan cara musyawarah dan jika sengketa antar peserta maka diselesaikan dengan acara cepat. (3) Ada
5 tahap penyelesaian sengketa proses yaitu tahap penerimaan permohonan, registrasi permohonan,
pemanggilan dan penjadwalan, mediasi/musyawarah atau adjudikasi dan putusan. (4) Putusan
penyelesaian sengketa proses pemilihan antar peserta bersifat final dan mengikat, Putusan penyelesaian
sengketa proses pemilihan antar peserta dan penyelanggara bersifat mengikat. Putusan penyelesaian
sengketa proses pemilu bersifat final dan mengikat kecuali pada verifikasi parpol, penetapan DCT DPR,
DPD, DPRD Prov dan DPRD Kab/Kota, Penetapan pasangan presiden dan wakil presiden. (5) Permohoan
penyelesaian sengketa proses pemilu bisa secara langsung dan tidak langsung. (6) Permohonan secara
langsung atau tidak langsung tetap akan menyampaikan berkas ke bawaslu untuk diverifikasi
kelengkapan berkasnya, jika lengkap akan diregistrasi, jiak tidak lengkap maka akan diberikan waktu
untuk melengkap selama 3 hari. Jika dilengkapi dalam 3 hari maka lanjut diregistrasi tapi jika tidak bisa
melengkapi maka permohonan tidak akan diregistrasi. (7) Tahap berikutnya adalah melakukan
penjadwalan dan pemanggilan, ketika pemilu kita melakukan pemanggilan untuk mediasi selama dua
hari, jika tercapai kesepatan maka dibuatkan berita acara, tapi jika tidak tercapai kesepatan maka masuk
pada tahap adjudikasi. (8) Proses tahap adjudikasi dimulai dari pembacaan permohonan kemudian
jawaban termohonan kemudian pembuktian dan diakhiri dengan putusan yang dikeluarkan oleh
bawaslu. (9) Alur penyelesaian sengketa proses pemilihan pada dasarnya sama sampai pada proses
registrasi, perbedaannya ada pada proses selanjutnya, pada pemilu yang dilakukan adalah mediasi dan
adjudikasi sedangkan pada pemilihan yang dilakukan adalah musyawarah. Proses musyawarah dilakukan
untuk mencapai kesepakatan dan bawaslu mengeluarkan putusan. (10) Sengketa proses pemilihan lebih
mendorong bagaimana tercapainya kesepakatan, sedangkan pada sengketa proses pemilu tidak bisa
melakukan kesepakatan lagi jika sudah masuk pada proses adjudikasi. (11) Gugurnya permohonan
sengketa proses disebabkan (a) pemohon atau termohon meninggal dunia, (b) Pada pemilihan,
pemohon atau kuasa hukumnya 2 kali berturut-turut tidak hadir pada musyawarah pertama. Pada
pemilu, pemohon tidak hadir 2 kali berturut-turut dalam proses mediasi, pemohon tidak hadir 2 kali
berturut-turut dalam prose adjudikasi. (c) Termohon telah memenuhi tuntutan pemohon sebelum
dilaksanakan proses penyelesaian sengketa. (d) Pemohon mencabut permohonannya.

Video 6.5

Pada video tersebut saya menerima materi tentang mekanisme sengketa proses pemilu. (1) Dasar
hukum yaitu UU nomor 7 tahun 2017 dan perbawaslu nomor 5 tahun 2019. (2) Sengketa proses
pemilihan dibagi dua proses yaitu sengketa antar peserta pemilihan dan sengketa antara peserta
pemilihan dengan penyelenggara pemilihan. (3) Para pihak terbagi tiga yaitu pemohon, termohon dan
pihak terkait. (4) Pihak-pihak berwenang dalam PSPP yaitu Bawaslu RI, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kab/Kota, Panwaslu Kecamatan dan PTUN. (5) Objek sengketa meliputi surat keputusan dan/atau berita
acara KPU. (6) Jangka waktu penyelesaian sengketa proses yaitu 12 hari kerja sejak perkara sengketa itu
diregistrasi. (7) Alur penyelesaian sengketa pemilu (sengketa antar peserta dan penyelenggar pemilu)
secara umum yaitu mulai permohonan kemudian diterima dan dikaji selanjutnya diregistrasi kemudian
mediasi kemudian adjudikasi selanjutnya putusan dan terakhir koreksi ke bawaslu/banding ke PTUN. (8)
Bawaslu menerbitkan hasil koreksi paling lama 2 hari sejak permohonan koreksi terhadap putusan
Bawaslu Provinsi dan/atau Bawaslu Kabupaten/Kota diserahkan. (9) Tiga jenis sengketa yang
diselesaikan di PTUN yaitu terkait verifikasi partai politik peserta pemilu, penetapan DPT anggota DPR,
DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota serta penetapan pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden. (10) Ruang lingkup PSAP yaitu sengketa “residu” karena bukan sengketa antara peserta
dengan penyelenggara dan bukan pelanggaran administrasi, pada umumnya terjadi pada tahapan
kampanye dan penyelesaiannya dengan acara cepat. (11) Objek PSAP yaitu perbedaan penafsiran dan
pengakuan yang berbeda dan/atau penolakan penghindaran. (12) Syarat penyelesaian sengketa acara
cepat yaitu ada perihal atau peristiwa yang bersifat mendesak, berlangsung pada tahapan singkat,
diselesaikan ditempat kejadian dan pada hari yang sama, hasil kesepakatan tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang, dalam hal tidak ada kesepakatan maka pengawas pemilihan membuat putusan,
putusan pengawasan pemilihan mempertimbangkan bukti dan fakta musyawarah setelah berkonsultasi
dengan bawaslu kabupaten/kota. (13) PSAP terjadi berdasarkan permohonan peserta pemilu dan
pertimbangan bawaslu, bawaslu provinsi, bawaslu kebupaten, atau panwaslu kecamatan terhadap
peristiwa di tempat kejadian. (14) Pengajuan PSAP dapat ditujukan kepada bawaslu disemua tingkatan
dan penwaslu kecamatan secara lisan dan atau tertulis. (15) Mekanisme PSAP dimulai dari menerima
laporan kemudian melakukan verifikasi selanjutnya melakukan mediasi dan akhirnya memutus
penyelesaian sengketa proses pemilu apabila tidak terjadi mufakat diantara para pihak yang
bersengkata. (16) Putusan penyelesaian sengketa acara cepat dibacakan secara terbuka dihadapan para
pihak dan bersifat mengikat, kemudian Salinan putusan disampaikan kepada para pihak dan KPU secara
di semua tingkatan dan ditempal pada secretariat bawaslu provinsi sampai pada secretariat panwaslu
kecamatan.

Video 6.6

Pada video tersebut saya menerima materi tentang tata cara penyelesaian sengketa proses pemilu dan
pemilihan. (1) Dasar hukumnya adalah UU nomor 7 tahun 2017, UU nomor 10 tahun 2016, perbawaslu
nomor 15 tahun 2017 dan PKPU nomor 15 tahun 2019. (2) Sengketa terjadi karena hak peserta
pemilu/pemilihan yang dirugikan yang diakibatka oleh keputusan dan/atau berita acara yang
dikeluarkan oleh KPU. (3) objek sengketa pemilihan meliputi perbedaan penafsiran, pengakuan yang
berbeda (penolakan, penghindaran antar peserta), Surat Keputusan dan Berita Acara yang dikeluarkan
oleh KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota Sedangkan untuk pemilu ada dua yaitu surat keputusan dan
berita acara yang dikeluarkan oleh KPU. (4) Ada satu keputusan KPU yang tidak dapat dikategorikan
sebagai objek sengketa yaitu keputusan KPU tentang penetapan hasil pemilihan, dan itu menjadi
wewenang mahkamah konstitusi. (5) Ada dua jenis sengketa yaitu sengketa antar peserta dan sengketa
atara peserta dengan penyelenggara pemilihan. (6) Sengketa pemilihan gubernur dan wakil gubernur
diselesaikan oleh bawaslu provinsi, sengketa pemilihan bupati dan wakil bupati diselesaikan oleh
bawaslu kabupaten/kota, dalam hal tidak puas terhadap putusan bawaslu provinsi dan kabupaten maka
dapat mengajukan upaya hukum (banding) ke PTTUN. (7) Sengketa acara cepat dapat diselesaikan oleh
panwaslu kecamatan. (8) Alur penyelesaian sengketa pemilu yaitu pemohon mengajukan permohonan,
kemudian penerimaan permohonan diterima oleh staf untuk diverifikasi, jika lengkap maka akan
diregistrasi. Selanjutnya akan dilakukan penjadwalan dan pemanggilan kemudian akan diadakan
mediasi, jika tidak tidak tercapai kesepakatan maka akan dilanjutkan ke sidang adjudikasi dan diakhir
sidanh adjudikasi akan dibacakan putusan. (9) Alur penyelesaian sengketa pemilihan hamper sama
dengan Alur penyelesaian sengketa pemilu, perbedaanya hanya pada proses sidangnya. Jika pada
pemilihan yang ada hanya siding musyawarah sedangkan pada pemilu yang ad aitu mediasi dan siding
adjudikasi.
Video 7.1

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang isu-isu krusial dalam pemilu dan pilkada. (1)
Makna penting Pemilu/pilkada yaitu merupakan mekanisme demokrasi sebagai wujud kedaulatan rakyat
untuk menentukan wakil rakyat atau memilih pemimpin, untuk menjalankan mandat rakyat tersebut
dengan tujuan untuk kesejahteraan rakyat, pemilu pada sisi yang lain dimaknai juga sebagai mekanisme
sirkulasi elit, disisi lain pemilu juga dapat dianggap sebagai mekanisme untuk membangun legitimasi
politik yang kuat bagi kekuasaan pemilih. Pemilu juga merupakan saran Pendidikan politik. (2) Enam
poin untuk mewujudkan pemilu yang demokratis yaitu (a) Netralitas dan profesionalitas penyelenggara
pemilu/pilkada, (2) Kompetesi yang fair antar calon peserta pemilu/pilkada, (c) pelibatan warga sebai
pemilih, (d) kebebasan pemilih, (e) kerahasiaan pemilih dan (f) penegakan hukum pemilu/pilkada yang
adil. (3) Ada 4 aspek isu-isu penting yang menurunkan kualitas pemilu/pilkada yaitu (a) aspek kontestan,
(b) aspek penyelenggara, (c) aspek pemilih, (d) aspek pemerintah/TNI/Polri. (4) Arti penting pengawasan
partisipatif masyarakat dalam pemilu yaitu (a) menjaga kualitas proses dan hasil pemilu, (b)
mengganggu konsilidasi para pihak yang akan merusak hasil pemilu, (c) meningkatkan legitimasi
terhadap proses pemilu, (d) meningkatkan Pendidikan politik warga, (e) hasil pemilu yang jujur, adil dan
demokratis akan terwujud.

Ketidaknetralan ASN masih sering terjadi pada setiap pemilu/pilkada, Apakah yang harus dilakukan oleh
kader SKPP untuk menekan ketidaknetralan ASN tersebut?

Video 7.2

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang konsep pengawasan partisipatif. (1) Hak dan
kewajiban rakyat dalam pelaksanaan pemilu/pemilihan yaitu diberi hak untuk dipilih (hak pilih pasif) dan
memilih (hak pilih aktif). (2) Cara rakyat menggunakan haknya dalam pemilu/pemilihan yaitu (a) Hadir
untuk menggunakan hak pilihnya, (b) ikut serta secara aktif dalam proses tahapan pemilu/pemilihan, (c)
melakukan pemantauan/pengawasan pemilu/pemilihan, (d) melaporkan setiap pelanggaran yang
ditemukan kepada pengawas pemilu/pemilihan, (e) mengikuti setiap perkembangan informasi terkait
proses / tahapan pemilu/pemilihan. (3) Dasar penguatan partisipasi masyarakat yaitu UU nomor 7 tahun
2017 pasal 94 huruf d, pasa; 102 ayat 1 huruf d dan pasal 98 ayat 1 huruf d, pasal 105 huruf poin 4. (4)
Pengawasan akan mengakar jika menyadari bahwa pemilu/pemilihan bukan untuk kepentingan sesaat,
membangun kesadaran bahwa partisipasi bukan hanya “nyoblos” tapi bagaimana mengawal suara yang
sudah diberikan tidak disalahgunakan, antusias untuk mengetahui rekam jejak orang yang akan dipilih,
menumbuhkan keberanian untuk melapor jika terjadi pelanggaran dalam proses pelaksanaan
pemilu/pemilihan, menularkan semangat ke semua orang dalam mengawasi dan menjadikan dirinya
pioneer dalam sebuah Gerakan “ayo mengawasi” bersama. (5) Fungsi bawaslu yaitu
pengawasan/pencegahan, penindakan dan memutus sengketa proses pemilu. (6) Masyarakat harus
terlibat dalam pengawasan partisipatif untuk meningkatkan kualitas demokrasi, memastikan hak politik
seluruh warga masyarakat terlindungi, memastikan pemilu bersih, transparan dan berintegritas dari sisi
penyelenggara dan penyelenggaraan, mendorong tingginya partisipasi semua elemen masyarakat,
mendorong terwujudnya pemilu sebagai instrument penentu kepemimpinan politik dan evaluasi
kepemimpinan politik dan mendorong munculnya kepemimpinan politik yang sesuai dengan aspirasi
terbesar rakyat. (7) Peran masyarkat yang terlibat di dalam pengawasan partisipatif yaitu memberikan
informasi, melakukan upaya pencegahan pelanggaran, mengawasi/memantau dan melaporkan. (8) Ada
2 kata kunci untuk mengukur keberhasilan partisipasi masyarakat yaitu bagaimana masyarakat bisa
menjaga proses dan bagaimana masyarakat bisa mengawal hasil.

Bagaimana cara yang harus dilakukan untuk meningkatkan pengawasan partisipatif khususnya
masyarakat yang berkebutuhan khusus?
Video 7.3

Pada video tersebut saya menerima materi tentang metode partisipatif bawaslu. (1) Regulasi yang
dimandatkan tentang pengawasan partisipatif ada pada UU nomor 7 tahun 2017 pasal 448 ayat 3. (2)
Metode partisipatif bawaslu merupakan cara tau prosedur yang digunakan bawaslu untuk mencapai
tujuan yang telah dimandatkan secara efesien sesuai dengan Teknik/Langkah tertentu. Adapun metode
partisipatif bawaslu dalam pola pencegahan dituangkan dalam tujuh program pengawasan partisipatif
pada proses pemilu. (3) Pola pencegehan merupakan metode mitigasi dan salah satu kunci untuk
mengurangi pelanggaran atau kecurangan dalam proses tahapan pemilu. Ada 4 pendekatan pencegahan
yang dilakukan yaitu (a) membangun Kerjasama kemitraan dengan multi stakeholder, (b) Melakukan
sosialisasi tentang regulasi pemilu, (c) sinergisasi dengan media baik media cetak, elektronik maupun
media dalam jaringan (daring). (d) melibatkan masyarakat sipil pada 7 program pengawasan partisipatif
melalui Gerakan masyarakat sipil partisipatif. (4) Tujuh program pengawasan partisipatif yaitu (a)
gowaslu, (b) Pengelolaan media social, (c) forum warga, (d) Gerakan sejuta relawan, (e) saka adhyatsa,
(f) Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik, (g) pojok pengawasan. (5) Pola pengawasan dalam pemilu penting
untuk dilaksanakan untuk mencegah terjadinya pelanggaran dan kecurangan selama proses tahapan
tahapan pelaksanaan pemilu berlangsung. Adapun cara pengawasan yang dapat dilakukan oleh bawaslu
adalah pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung (pasif).

Video 7.4

Pada video tersebut saya menerima materi tentang pengawasan partisipatif. (1) Dalam UU nomor 7
tahun 2017 bawaslu memiliki tiga tugas pencegahan yaitu (a) pencagahan terhadap pelanggaran pemilu,
(b) pencegahan sengketa, (c) pencegahan praktek politik uang. (2) Kegiatan pencegahan yang dilakukan
oleh bawaslu ditujukan kepada masyarakat dan peserta pemilu. Bentuk pengecegahan yang dilakukan
oleh bawaslu yaitu dengan cara sosialisasi, bawaslu juga membangun kemitraan dengan masyarakat,
LSM dan NGO. Sosialisasi juga sebagai salah satu sarana bawaslu untuk menggugah kesadaran
masyarakat agar berpartisipasi dan berperan aktif melakukan pengawasan pemilu. (3) Pada pilkada
serentak tahun 2018 dan pemilu tahun 2019 bawaslu telah melakukan kegiatan pencegahan diantaranya
(a) Desa anti politik uang, (b) Membangun kemitraan dengan organisasi masyarakat, NGO, Pemerhati
kepemiluan dan pemerhati demokrasi (c) Sosialisasi tatap muka yang melibatkan simpul masyarakat, (d)
Bermitra dengan perguruan tinggi negeri dan swasta, (e) Sekolah Kader Pengawas Partisipatif (SKPP), (f)
Melakukan sinergi dengan media. (4) Sukses pencegahan bukan hanya diukur dari tidak adanya
pelanggaran di dalam tahapan pemilu namun juga dapat diukur dari kecerdasan masyarakat dalam
menyikapi dugaan pelanggaran yang ditemukannya.

Video 7.5

Pada video tersebut saya menerima materi tentang teknik pelibatan masyarakat dalam pengawasan
pemilu/pilkada. (1) Ruh dari pengawasan partisipatif adalah adanya partisipasi masyarakat secara lebih
luas di dalam pengawasan pemilu/pilkada. (2) Kelebihan masyarakat ikut mengawasi yaitu masyarakat
cenderung tidak akan tegrlihat jika ikut mengawasi, masyarakat berperan sebagai mata dan telinga
pengawas pemilu. (3) Teknik pelibatan dalam pengawasan pemilu/pilkada terdapat empat level yaitu (a)
aktif dalam pengawasan atau pemantaun pada tahapan pemilu/pilkada (level paling dasar), (b)
memberikan informasi awal terkait dugaan pelanggaran yang diketahui, (c) masyarakat yang berani
melaporkan dugaan pelanggaran yang diketahuinya, (d) bersedia menjadi saksi dalam dugaan
pelanggaran yang dilaporkan (level paripurna).

Video 7.6

Pada video tersebut saya menerima materi tentang praktik baik dalam mendorong partisipasi
masyarakat dalam aktifitas pencegahan dan pengawasan. (1) Praktik baik yang dimaksud yaitu (a)
Pembentukan desa pengawasan dan anti poilitik uang, (b) optimalisasi forum warga, (c) pelaksanaan
KKN tematik, (d) Kerjasama dengan OMS, NGO, organisasi perempuan dan organisasi kepemudaan, (e)
pelibatan budayawan dan seniman, (f) pelibatan pelajar SMA/pemilih pemula, (g) pembentukan saka
adhyasta pemilu, (h) peran serta toko agama dan toko adat, (i) peran serta masyarakat dalam
pengawasan. (2) Data laporan masyarakat ke bawaslu terkait pelanggaran, pada pilkada tahun 2015
yaitu 2757 laporan, pilkada 2017 yaitu 1543 laporan, pilkada 2018 yaitu 2566 laporan dan pemilu 2019
sebanyak 4506 laporan dari masyarakat.

Video 7.7

Pada video tersebut saya menerima materi tentang evaluasi materi pengawasan partisipatif. (1)
Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pada pemilu/pilkada dapat kita hentikan dengan syarat sebagai
berikut, (a) kenali betul apa yang menjadi persoalan krusial dalam tahapan pemilu/pilkada, (b)
mengetahui hak dan kewajiban dalam melakukan pengawasan berdasarkan undang-undang, (c)
mendorong tumbuh dan menguatnya forum warga, gowaslu, pojok pengawasan, saka adhyasta pemilu,
KKN tematik, Gerakan sejuta relawan hingga memaksimalkan media social untuk mewartakan
pemilu/pilkada yang bersih dan berintegritas, serta program sekolah kader pengawasan partisipatif, (d)
Buah dari upaya pelibatan itu melahirkan semangat masyarakat diberbagai tempat, salah satunya
dengan mendirikan desa anti politik uang, (e) Sebagai pengawas partisipatif hanya bisa melakukan
pencegahan dan pengawasan, sedangkan ranah penindakan adalah ranah bawaslu. (2) Mencegah sedini
mungkin, mengawasi terus menerus tentu akan lebih baik untuk demokrasi, jika temukan dugaan
pelanggaran, ayo laporkan ke bawaslu.
Video 8.1

Pada video tersebut saya menerima materi tentang kehuman kader pengawas pemilu. (1) Kemuhasan
sangat penting sekali karena terkaiy dengan bayak hal, sekarang ini era opini public dan ini berkaitan
dengan komunikasi dengan banyak orang. Pemilu adalah urusan bersama karena akan menentukan
nasib bangsa. Mendorong banyak orang terlibat dalam pengawasan pemilu/pemilihan agar
pemilu/pemilihan bisa semakun demokratis/terbuka/jujur dan berkualitas. Salah satu cara melibatkan
public dalam urusan pemilu adalah melalui kehumasan. (2) Kehumasan berkaitan erat dengan
keberadaan media, media bisa menjadi sarana membentuk opini public, pengalihan isu, pencitraan
pilitik, dialog public, akses aspirasi dan control social. (3) Jenis-jenis media yaitu cetak, radio, televisi dan
internet. Internet bisa menggabungkan media cetak, radio dan televisi. Belakangan ini lahir juga media
social seperti twitter, facebook, yuotube dan lainnya. Kemudian lahir juga aplikasi perpesanan misalnya
wechat, wa dan lainnya. Internet banyak merubah pola komsumsi dan merubah cara hidup kita. Internet
bisa mengubah diri kita, yang dulunya hanya menjadi konsumen informasi tapi hari ini kita juga bisa
menjadi produsen informasi, sebagi contohnya di facebook kita bisa membuat artikel dan bisa
disebarkan ke public. (4) Kegunaan media social itu seperti menyebar ide/program, menyimak aspirasi,
merekatkan interaksi, membangun komunitas dan mendidik komunitas. (5) Tips pada media social yaitu
perbanyak konten positif, tidak boleh bohong, jangan sebarkan fitnah/SARA, saring sebelum sharing,
jangan terkecoh/tergiur/tergiring judul provokatif, cek identitas/track record media, baca artikel hingga
tuntas, jangan hanya baca judul langsung ambil kesimpulan, telusuri sumbernya/double check, cek
penulilsnya, tanya ke ahlinya, coba cek atau telusuri di mesin pencarian dan kendalikan emosi.

Video 8.2

Pada video tersebut saya menerima materi tentang strategi menguasai konten kepemiluan. (1) Cara
cepat menguasai konten kepemiluan yaitu (a) terapkan kiat misalkan bagi-bagi materi menjadi beberapa
bagian, (b)Setelah mengerti materi yang perlu dilakukan adalah mencoba menguji diri sendiri, (c) Intens
membaca regulasi, (d) menggunakan bantuan internet, (d) membentuk kebiasaan baik.

Video 8.3

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang peran kehumasan dalam melakukan pendeketan
dengan kelompok masyarakat. (1) Hubungan masyarakat adalah komunikasi dua arah antara organisasi
dengan public secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan
meningkatkan pembinaan kerjasama dan pemenuhan kepentingan bersama. (2) Stakeholders yang
dimaksud adalah individual tau kelompok yang memiliki kepentingan, mempengaruhi atau dipengaruhi
dan memberikan dampak/terkena dampak dalam aktivitas pemilu. (3) Kategori pemangku kepentingan
(stakeholder) dalam kepemiluan yaitu bersifat kunci yaitu kelompok kepentingan yang berpengaruh
kuat atau penting terkait degan penyelenggaraan pemilu, kemudian bersifat utama yaitu pemangku
kepentingan yang menerima dampak positif atau negatif (suka atau tidak suka) dari kegiatan
kepemiluan, dan yang ketiga adalah bersifat pendukung yaitu pemangku kepentingan yang tidak
memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap isu kepemiluan namun memiliki kepedulian. (4)
Alur strategi tahapan mengelola relasi dengan pemangku kepentingan yaitu merancang isu strategis
sesuai karaktestik pemangku kepentingan, selanjutnya Menyusun program kerja sesuai karaktestik
pemangku kepentingan dan yang terakhir adalah monitoring dan evaluasi. (5) Elemen kuncinya yaitu (a)
peran kehumasan, (b) komunikasi terpadu, (c) hubungan kelembagaan. (6) Peran kehumasan yaitu
pembentuk citra, kepercayaa publik, wajah lembaga dan krusial. (7) Tugas utama kehumasan adalah
meberikan layanan informasi dan melakukan komunikasi dengan stakeholder, melakukan kerja sama
dnegna institusi lain terkait fungsi pengawasan dan menindaklanjuti keja sama tersebut. (8) Asas humas
yaitu keterbukaan, objektif, jujur, tepat janji, etis, professional, akuntabel, dan integritas. Selain itu
humas juga harus memenuhi kode etik yang mengacu kepada kode etik humas pemerintah. (9) Karakter
berita humas yaitu mewakili pernyataan resmi, pencitraan dan medua komunikasi Lembaga dengan
masyarakat.

Video 8.4

Pada video tersebut saya menerima materi tentang menigkatkan keterampilan komunikasi. (1) Kader
harus terampil berkomunikasi supaya dapat menyampaikan pesan secara efektif, memengaruhi orang
lain dan menularkan semangat pengawasan partisipatif pemilu. (2) Tiga jenis keterampilan komunikasi
yaitu lisan, tulisan dan visual. (3) Saluran komunkasi personal dan non personal. (4) Media efektif dalam
komunikasi yaitu televisi, internet, radio dan media massa. (5) Hambatan komunikasi yaitu dari personal,
kultural atau budaya, fisik dan lingkungan. (6) Efektif berkomuniksi yaitu pelajari dan kuasai pesan,
kenali audiens/komunikan dan pilih saluran. (7) Meningkatkan keterampilan berkomunikasi yaitu
dengan cara perlu mendengarkan, pelajari tren komunikasi, berlatih, membaca, observasi,
berkomunitas, training dan evaluasi.

Video 8.5

Pada video tersebut saya menerima materi tentang strategi kehumasan kader, koordinasi dan Kerjasama
tim. (1) Koordinasi menurut ilmu manajemen adalah pengaturan tertib upaya kelompok untuk
memberikan kesatuan Tindakan dalam mewujudkan tujuan bersama, Adapun defenisi Kerjasama tim
adalah sinergi sekelompok orang atau bagian dan fungsi yang berbeda-beda untuk mewujudkan tujuan
bersama. Koordinasi dan Kerjasama tim mensyaratkan prinsip-prinsip yang sama yaitu beroreientasi
pada tiga hal yaitu tujuan, kelompok dan sinergi. (2) Kader pengawas harus terampil dalam koordinasi
dan Kerjasama tim karena hal tersebut menumbuhkan kolektivitas, pemahaman, komitmen, kekuatan
dan daya juang. (3) unsur-unsur dalam koordinasi dan Kerjasama tim yaitu subjek, misi/tujuan,
pemahaman, interaksi, harmoni, efektif dan efesien. (4) Sifat koordinasi yaitu aktif, dinamis, responsive
dan holistic. (5) Bentuk-bentuk koordinasi yaitu internal-eksternal, vertical-horizontal, structural-
nonstructural, formal-nonformal dan verbal-nonverbal. (6) Hambatan-hambatan dalam koordinasi dan
Kerjasama tim yaitu psikologis, heterogenitas, passion yang berbeda dan konsistensi. (7) Koordinasi dan
Kerjasama tim yang baik itu beroreintasi pada hasil, menghargai proses, saling percaya, saling sinergi,
saling control, saling memotivasi dan saling apresiasi. (8) Untuk meningkatkan keterampilan koordinasi
dan Kerjasama tim terdapat beberapa Langkah yang harus dilakukan yaitu kenali diri, menerima
perbedaan, berorganisasi, pelajari ilmu social, rasa memiliki, tanggung jawab dan kepemimpinan.
Video 9.1

Pada video tersebut saya menerima materi tentang pemantauan pemilu atau pemilihan. (1) Pemantau
pemilihan adalah lembaga swadaya masyarakat, badan hukum, lembaga pemantau dari luar negeri,
lembaga pemilihan luar negeri, dan perwakilan negara sahabat di Indonesia, serta perseorangan yang
mendaftar kepada Bawaslu/KPU dan telah memperoleh akreditasi dari Bawaslu/KPU. Pemantauan
Pemilu adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemantau Pemilu untuk memantau pelaksanaan tahapan
penyelenggaraan Pemilu/Pemilihan. Akreditasi adalah pengesahan yang diberikan oleh Bawaslu/KPU,
Bawaslu/KPU Provinsi, dan Bawaslu/KPU Kabupaten/Kota kepada Pemantau Pemilu yang telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bawaslu/KPU. (2) Dasar hukum pemantau pemilihan yaitu
UU nomor 10 tahun 2016 pada pasal 123-130, sedangkan pemantau pemilu yaitu UU nomor 10 tahun
2017 pasal 435-447 dan perbawaslu nomor 4 tahun 2018. (3) Pemantau pemilu terdari dari dua yaitu
pemantau dalam negeri dan pemantau luar negeri. (4) Perbedaan UU nomor 10 tahun 2016 dan UU
nomor 7 tahun 2017 terkait pemantau yaitu (a) Lembaga yang mengakrditasi pemantau, (b) Prosedur
keberadaan pemantau asing, (c) Lembaga yang akan diserahi laporan hasil pemantauan dari pemantau,
(d) Lembaga penerbit kode etik pemantau, (e) Proses pengaduan ke pengawas pemilihan, (f) Larangan
mencampuri urusan politik pemerintahan dalam negeri Indonesia, (g) Sanksi pemantau. (5) Pemantau
pemilihan/pemilu mempunyai hak, kewajiban dan larangan. (6) Sanksi bagi pemantau terbagi dua yaitu
administrasi dan pidana/perdata, kalua sanksi administrasi berupa dicabut akreditasinya sebagai
pemantau pemilu dan rekomendasi kepada Menteri hukum dan hak asasi manusia untuk menetapkan
pencabutan status dan hak Pemantau Pemilu luar negeri, sedangkan sanksi pidana/perdata yaitu sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Video 9.2

Pada video tersebut saya menerima materi tentang syarat pemantau pemilu/pemilihan dan Lembaga
pemantau pemilu/pemilihan. (1) Syarat pemantau pemilu dan pemilihan yaitu (a) berbadan hukum yang
terdaftar pada pemerintah atau pemerintah daerah, (b) bersifat independen, (c) mempunyai sumber
dana yang jelas, (d) dan teregistrasi dan mempunyai izin dari Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota sesuai dengan wilayah cakupan pemantauannya (untuk Pemilu) atau terdaftar dan
memperoleh akreditasi dari KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan cakupan wilayah
pemantauannya (untuk pemilihan). (2) Syarat tambahan untuk pemantau asing yaitu (a) mempunyai
kompetensi dan pengalaman sebagai pemantau pemilihan di negara lain yang dibuktikan dengan surat
pernyataan dari organisasi pemantau yang bersangkutan atau dari pemerintah negara lain tempat yang
bersangkutan pernah melakukan pemantauan, (b) memperoleh visa untuk menjadi pemantau pemilihan
dari Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, (c) memenuhi tata cara melakukan pemantauan yang
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Lembaga pemantau pada pemilu yaitu (a)
organisasi kemasyarakatan berbadan hukum yayasan atau berbadan hukum perkumpulan yang terdaftar
pada: Pemerintah atau pemerintatr daerah, (b) lembaga pemantau pemilihan dari luar negeri, (c)
lembaga pemilihan luar negeri, (d) perwakilan negara satrabat di Indonesia. (4) Sedangkan pemantau
pada pemilihan yaitu (a) organisasi kemasyarakatan pemantau Pemilihan dalam negeri yang terdaftar di
Pemerintah, (b) lembaga pemantau Pemilihan asing.

Video 9.3

Pada video tersebut saya mempelajari materi tentang pemantauan tahapan dan pengorganisasian
relawan. (1) Pemantau pemilu adalah Lembaga swadaya masyarakat, badan hukum, lembaga pemantau
dari luar negeri, dan perwakilan negara sahabat di Indonesia, serta perseorangan yang mendaftar
kepada Bawaslu dan telah memperoleh akreditasi dari Bawaslu. (2) Pemantauan Pemilu adalah kegiatan
yang dilakukan oleh Pemantau Pemilu untuk memantau tahapan penyelenggaraan Pemilu. (3) Akreditasi
adalah Pengesahan yang diberikan oleh Bawaslu, Bawaslu Propinsi, dan Bawaslu Kab/Kota, kepada
Pemantau Pemilu yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bawaslu. (4) Persyaratan
pemantau pemilu yaitu (a) Berbadan hukum yang terdaftar pada pemerintah atau pemerintah daerah,
(b) Bersifat independent, (c) Mempunyai sumber dana yang jelas, (d) Terakreditasi dari Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kab/Kota sesuai dengan cakupan wilayah pemantauan. (5) Syarat dan
ketentuan akreditasi pemantau yaitu (a) mendaftar di kantor bawaslu sebelum 7 hari sebelum
pelaksanaan hari pemungutan suara, (b) Harus melengkapi syarat administrasi, (c) bawaslu melakukan
penelitian dan memeriksa kebenaran dan keabsahan dokumen administrasi, (d) Bawaslu menerbitkan
sertfikat akreditasi bagi pemantau yang telah lolos penelitian administrasi sebagai bukti atau tanda izin
melakukan pemantauan sesuai dengan wilayah kerja pemantauan. (6) Akreditasi Pemantau Pemilu
berlaku sejak diterbitkannya sertifikat Akreditasi sampai dengan tahap penetapan calon terpilih apabila
pemantauan diajukan untuk seluruh tahapan Pemilu. (7) Relawan adalah seseorang atau sekelompok
orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa
mengharapkan imbalan ataupun upah. (8) para relawan adalah adalah agen perubahan atau agen
pembaharuan, para relawan haruslah senantiasa menjaga dan memelihara semangat dan jiwa
kerelawanannya. Relawan pemantau pemilu haruslah senantiasa menjaga netralitas dan integritas. (9)
Pengorganisasian relawan dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan jaringan organisasi
kemasyarakatan, menjadi bagian dari komunitas tertentu yang tidak berafiliasi dengan partai politik
manapun, melibatkan teman-teman mahasiswa dan pemuda yang peduli dengan keberlangsungan
demokrasi tanah air dan menggugah peran serta tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dengan
cara mendatangi dan menyampaikan program kerja Pemantau Pemilu yang terencana dan memiliki
tujuan yang jelas.

Video 9.4

Pada video tersebut saya menerima materi tentang kode etik pemantau pemilu dan tata cara pelaporan.
(1) Kode etik adalah Pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau
pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku dan
berbudaya. (2) Tujuan kode etik agar profesionalisme memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai
jasa atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi dari perbuatan yang tidak profesional. (3)
Prinsip-prisip dasar etik pemantau pemilu yaitu non partisan dan netral, tanpa kekerasan, menghormati
peraturan perundang-undangan dan adat istiadat dan budaya setempat, kesekurelaan, integritas,
kejujuran, obyektif, kooperatif, transparan, kemandirian dan berkomitmen. (4) Tata cara pelaporan hasil
pemantauan bisa dilakukan melalui gowaslu. Gowaslu adalah aplikasi laporan pelanggaran Pemilu
berbasis Android untuk memudahkan pemantau dan masyarakat pemilih dalam mengirimkan laporan
dugaan pelanggaran yang ditemukan dalam proses pelaksanaan Pemilu 2019. (5) Tujuan gowaslu yaitu
(a) untuk memudahkan pengawas Pemilu menerima dan menindaklanjuti informasi awal dari pemantau
dan masyarakat, (b) Terwujudnya kolaborasi antara pengawas Pemilu dan masyarakat pemilih dalam
meningkatkan keberanian dan pelaporan pelanggaran Pemilu. (c) Terlaksananya keterbukaan informasi
publik terkait hasil pengawasan secara cepat dan berkelanjutan. (6) Cara menggunakan gowaslu yaitu
unduh dan intal aplikasi kemudian melakukan pendaftaran setelah itu masuk (log in) dan yang terakhir
silahkan melakukan laporan.

Video 9.5

Pada video tersebut saya menerima materi tentang tata cara pendaftaran pemantau pemilu. (1)
Pemantau pemilu memiliki kedudukan untuk dapat melaporkan tindak pelanggaran jika terjadi dalam
proses penyelenggaraan pemilu, selain itu pemantau juga punya fleksebilitas artinya bisa memantau
tahapan-tahapan tertentu saja atau semua tahapan. (2) Perbedaan pemantau berdasarkan UU nomor
10 tahun 2016 dan UU nomor 7 tahun 2017 yaitu terkait proses pendaftaran dan Lembaga yang
mengakreditasi pemantau. (3) Pendaftaran pemantau pemilu dibuka sebelum tahapan penyelenggaraan
pemilu sampai dengan 7 hari sebelum pelaksanaan hari pemungutan suara. (4) Pemantau mengajukan
permohoan ke bawaslu, bawaslu provinsi atau bawaslu kabupaten/kota untuk mendapatkan akreditasi
pemantau pemilu. (5) Pemantau pemilu yang melakukan perubahan rencana pemantauan harus
memenuhi bebrapa ketentuan yaitu (a) bila perubahan lebih dari satu daerah provinsi harus
mendapatkan persetujuan bawaslu serta wajib melapor ke bawaslu provinsi setempat, (b) bila
perubahan lebih dari satu daerah kabupaten/kota pada satu provinsi harus mendapatkan persetujuan
bawaslu dan wajib melaporkan ke bawaslu provinsi dan bawaslu kabupaten/kota. (6) Proses penelitian
administrasi dilakukan oleh bawaslu dan dapat membentuk panitia akreditasi dengan cara memeriksa
kebenaran dan keabsahan dokumen administrasi. Kebenaran dilakukan dengan verifikasi dan keabsahan
dilakukan dengan konfirmasi otoritas terhadap keabsahan dokumen yang dikeluarkan oleh lembaga
yang berwenang kemudian bawaslu provinsi melaporkan hasil penelitian kepada bawaslu republik
Indonesia. (7) Bila penelitian administrasi dinilai sudah lengkap, Bawaslu RI menerbitkan sertifikat
akreditasi bagi pemantai pemilu yang telah lolos penelitian administrasi sebagai bukti atau tanda izin
melakukan pemantauan sesuai dengan wilayah kerja pemantauan. Sertifikat tersebut berlaku sejak
diterbitkannya sampai dengan tahap penetapan calon terpilih apabila pemantauan diajukan untuk
seluruh tahapan pemilu. (8) Kelengkapan lain setelah mendapatkan sertfikita akreditasi pemantau
pemilu yaitu tanda pengenal yang dikeluarkan oleh bawaslu RI.

Anda mungkin juga menyukai