Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar bealakang masalah

Negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan pemerintahannya berdasarkan hukum.


Keberadaan Negara hukum diharuskan untuk menjunjung nilai-nilai atau asas-asas yang menjadi
pedoman penyelenggaran pemerintah dan penegakan hukumnya. Salah satunya adalah asas
demokrasi. Asas demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat. Asas ini
menuntut setiap orang untuk mempunyai hak atau kesempatan yang sama dalam menentukan
kebijakan pemerintah. Penerapan asas demokrasi yang nampak jelas kita temui ialah pemilihan
umum (Pemilu). Pemilihan umum merupakan proses penyelenggaran kedaulatan rakyat dalam
rangka mengisi jabatan-jabatan dalam suatu pemerintahan yang berasaskan langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil.

Dalam Pemilihan umum terdapat keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan
keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung yang merupakan salah satu ciri
pemerintahan yang demokratis. Perwujudan demokrasi tersebut, pada hakekatnya merupakan
upaya memberdayakan peran dan partisipasi masyakarat terkait pengejewantahan hak-hak politik
dan sosialnya, yang dijamin secara konstitusional. Pesta demokrasi yang terjadi setiap tahun ini
ditandai dengan perkembangan sistem ketatanegaraan Republik Indonesia melalui Amandemen
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang telah meletakkan dasar-dasar kehidupan berbangsa
dan bernegara serta kedaulatan berada di tangan rakyat, kemudian diaplikasikan melalui
pengembangan sistem politik dalam negeri dan pengembangan sistem pemerintahan, termasuk
sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah dan juga sistem Pemilihan Umum Kepala Daerah,
guna menunjang pelaksanaan pemerintahan berjalan lebih demokratis. Proses penyelenggaraan
Pemilu diharapkan mampu menjaring calon-calon pemimpin yang berkualitas dan sesuai dengan
keinginan rakyat, serta pemimpin yang mementingkan kepentingan rakyat yang menjadi salah satu
tujuan demokrasi. Konsep negara demokrasi tidak dapat dipisahkan dari konsep negara hukum,
sehingga suatu negara yang demikian disebut negara hukum demokratis (democratische
rechtsstaat).

Pemilihan umum yang demokratis tentu tidak akan terwujud tanpa pengawasan yang
dilakukan selama proses pemilu berlangsung. khususnya pengawasan pemilihan umum kepala
daerah yang ingin penulis bahas dalam penelitian ini. Untuk mengkaji tentang pengawasan pada
penyelengaraan pemilihan kepala daerah di Aceh maka kita harus melihat dari sudut pandang
hukum tentang otonomi khusus yang dimiliki oleh Aceh, pasca perdamaian Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) dengan Pemerintah Indonesia (RI) pada tanggal 15 agustus tahun 2005 yang lalu maka
Propinsi Aceh berubah dari propinsi bisa menjadi propinsi khusus sebagaimana yang telah tertera
dalam nota kesepahaman kedua belah pihak yang berdamai. Propinsi Aceh memiliki sistem
tersendiri mengenai Badan Pengawasan Pemilu, dengan begitu Propinsi Aceh memiliki otoritas
dalam membentuk Bawaslunya sendiri. Dalam komposisi keanggotaan Bawaslu Aceh, disesuaikan
deng Qanun Nomor 7 Tahun 2007 tetang Penyelenggaraan Pemilu di Aceh.

Secara umum tugas Bawaslu juga lebih luas di luar tugas mengawasi persiapan dan
pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu. Bawaslu ditugaskan mencegah terjadinya praktik
politik uang, menyampaikan dugaan pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu kepada DKPP, dan
menyampaikan dugaan tindak pidana Pemilu kepada Gakkumdu. Bawaslu juga bertugas mengawasi
netralitas aparatur sipil negara (ASN), TNI, dan anggota Polri serta mengawasi pelaksanaan
putusan-putusan (putusan DKPP, putusan Pengadilan yang terkait Pemilu, Putusan KPU/KPU
Provinsi, KPU kabupaten/Kota, putusan Bawaslu/Bawaslu Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota, dan
keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran netralitas aparatur sipil negara, netralitas
anggota TNI, dan netralitas anggota Polri. Dengan tugas dan kewenangan yang lebih tegas, sudah
selayaknya diikuti dengan tuntutan efektiftas Bawaslu dalam menjalankan tugas, wewenang,
dankewajibaan. UU Nomor 7 tahun 2017 juga membuat beban untuk menegakkan integritas bagi
pengawas ad hoc menjadi tugas penting Bawaslu. Karena UU Nomor 7 tahun 2017 memberi
kewenangan pada Bawaslu kabupate/kota untuk

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana peran panwaslih Abdya dalam menjaga nilai-nilai integritas dan transparansi menuju
pilkada bersih dan berkeadilan

1.3 tujuan masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai