Negara ini menganut prinsip demokrasi Pancasila. Sebagai pengejawantahan
konsep musyawarah mufakat, rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi yang disalurkan melalui perwakilan di partai politik. Rakyat diberikan kesempatan menentukan pilihan dengan tujuan mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan berpartisipasi dalam pemerintahan serta menentukan kebijakan publik. Dalam negara demokrasi, rakyatlah yang berkuasa dimana harapan dan cita-cita tersebut disalurkan melalui sistem perwakilan. Melalui perwakilan tersebut, tugas dan peran dalam memerintah, membuat undang-undang, serta menjalankan aktivitas penyelenggaraan negara dijalankan oleh wakil rakyat. Untuk itulah pemilihan umum digelar. Pengaturan Penyelenggaraan pemilu sebagaimana diatur Undang-Undang pemilu bertujuan: memperkuat sistem ketatanegaraan yang demokratis, mewujudkan pemilu yang adil dan berintegritas, menjamin konsistensi pengaturan sistem pemilu, memberikan kepastian hukum dan mencegah duplikasi dalam pengaturan pemilu, dan mewujudkan pemilu yang efektif dan efisien. Undang-Undang No. 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum terdiri dari 3 lembaga yaitu Komisi Pemilihan Umuk (KPU), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum (DKPP) yang harus berjalan sinergis dan merupakan satu kesatuan fungsi sebagai penyelenggara pemilu. Jutaan rakyat menaruh harapan penyelenggaraan pemilu 2024 berintegritas yang kuat dan menanamkan jiwa integritas sebagai ruh menjalankan tugas yang wajib ditanamkan dalam jiwa setiap penyelenggara dari tingkat pusat sampai di tingkat bawah (KPPS) yang bersifat ad hoc. Untuk itu, diperlukan seleksi yang objektif bagi penyelenggara dengan melibatkan ahli, akademisi, dan masyarakat. Dengan jumlah penduduk hampir 280 juta jiwa, tidak sulit menemukan individu yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang mumpuni sebagai penyelenggara pemilu yang berintegritas dan professional. Yang harus dilakukan adalah melakukan seleksi yang bebas dari segala bentuk intervensi dan pengaruh kelompok-kelompok tertentu sehingga menghasilkan penyelenggara pemilu yang professional mulai dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. Penyelenggara pemilu dari tingkat pusat sampai tingkat kabupaten kota harus orang-orang yang hanya berorientasi pada tujuan organisasi dan bebas dari kepentingan yang berbau SARA dan segelintir kelompok dan atau partai tertentu. Seleksi objektif yang melibatkan segenap komponen masyarakat dapat dilakukan dengan keterbukaan informasi dan proses seleksi yang transparan dan akuntabel. Prinsip penyelenggaraan pemilu sebagaimana diatur dalam UU No. 7 Tahun 2017 dalam Bab II pasal 3 yaitu: mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional, professional, akuntabel, efektif, dan efisien harus dapat diwujudkan di setiap tataran organisasi dari pusat sampai daerah. Ini untuk meminimalisir terjadinya malpraktek pemilu, cacat pemilu, kesalahan pemilu, manipulasi pemilu, dan kecurangan pemilu. Pemilu yang berintegritas akan menghasilkan kesetaraan politik yang pada akhirnya menguatkan legitimasi pemerintahan. Untuk mewujudkan pemilu yang berintegritas perlu disesuaikan dengan konteks sosial dan politik, namun dengan tujuan sama yaitu menjamin keberlangsungan penyelenggaraan pemilu yang jujur dan adil. Guna mewujudkan pemilu yang berintegritas dari tingkat pusat sampai daerah tingkat II, dibutuhkan budaya organisasi yang kuat dalam mewujudkan tugas fungsi dan tujuan organisasi.