Anda di halaman 1dari 2

Nama : Devia Riyani

NPM : 170810210002
MK : Pemilu & Sistem Pemilu
Opini Pemetaan Pemilu 2024

Negara ini menganut prinsip demokrasi Pancasila. Sebagai pengejawantahan


konsep musyawarah mufakat, rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi
yang disalurkan melalui perwakilan di partai politik.
Rakyat diberikan kesempatan menentukan pilihan dengan tujuan mendapatkan
kebahagiaan dan kepuasan berpartisipasi dalam pemerintahan serta menentukan
kebijakan publik. Dalam negara demokrasi, rakyatlah yang berkuasa dimana
harapan dan cita-cita tersebut disalurkan melalui sistem perwakilan.
Melalui perwakilan tersebut, tugas dan peran dalam memerintah, membuat
undang-undang, serta menjalankan aktivitas penyelenggaraan negara dijalankan
oleh wakil rakyat.
Untuk itulah pemilihan umum digelar. Pengaturan Penyelenggaraan pemilu
sebagaimana diatur Undang-Undang pemilu bertujuan: memperkuat sistem
ketatanegaraan yang demokratis, mewujudkan pemilu yang adil dan
berintegritas, menjamin konsistensi pengaturan sistem pemilu, memberikan
kepastian hukum dan mencegah duplikasi dalam pengaturan pemilu, dan
mewujudkan pemilu yang efektif dan efisien.
Undang-Undang No. 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum
terdiri dari 3 lembaga yaitu Komisi Pemilihan Umuk (KPU), Badan Pengawas
Pemilihan Umum (Bawaslu), dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan
Umum (DKPP) yang harus berjalan sinergis dan merupakan satu kesatuan
fungsi sebagai penyelenggara pemilu.
Jutaan rakyat menaruh harapan penyelenggaraan pemilu 2024 berintegritas yang
kuat dan menanamkan jiwa integritas sebagai ruh menjalankan tugas yang wajib
ditanamkan dalam jiwa setiap penyelenggara dari tingkat pusat sampai di
tingkat bawah (KPPS) yang bersifat ad hoc.
Untuk itu, diperlukan seleksi yang objektif bagi penyelenggara dengan
melibatkan ahli, akademisi, dan masyarakat. Dengan jumlah penduduk hampir
280 juta jiwa, tidak sulit menemukan individu yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi yang mumpuni sebagai penyelenggara pemilu yang berintegritas
dan professional.
Yang harus dilakukan adalah melakukan seleksi yang bebas dari segala bentuk
intervensi dan pengaruh kelompok-kelompok tertentu sehingga menghasilkan
penyelenggara pemilu yang professional mulai dari tingkat pusat sampai tingkat
daerah. Penyelenggara pemilu dari tingkat pusat sampai tingkat kabupaten kota
harus orang-orang yang hanya berorientasi pada tujuan organisasi dan bebas
dari kepentingan yang berbau SARA dan segelintir kelompok dan atau partai
tertentu.
Seleksi objektif yang melibatkan segenap komponen masyarakat dapat
dilakukan dengan keterbukaan informasi dan proses seleksi yang transparan dan
akuntabel.
Prinsip penyelenggaraan pemilu sebagaimana diatur dalam UU No. 7 Tahun
2017 dalam Bab II pasal 3 yaitu: mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum,
tertib, terbuka, proporsional, professional, akuntabel, efektif, dan efisien harus
dapat diwujudkan di setiap tataran organisasi dari pusat sampai daerah. Ini
untuk meminimalisir terjadinya malpraktek pemilu, cacat pemilu, kesalahan
pemilu, manipulasi pemilu, dan kecurangan pemilu.
Pemilu yang berintegritas akan menghasilkan kesetaraan politik yang pada
akhirnya menguatkan legitimasi pemerintahan. Untuk mewujudkan pemilu yang
berintegritas perlu disesuaikan dengan konteks sosial dan politik, namun dengan
tujuan sama yaitu menjamin keberlangsungan penyelenggaraan pemilu yang
jujur dan adil.
Guna mewujudkan pemilu yang berintegritas dari tingkat pusat sampai daerah
tingkat II, dibutuhkan budaya organisasi yang kuat dalam mewujudkan tugas
fungsi dan tujuan organisasi.

Anda mungkin juga menyukai