ARTIKEL JURNAL
Oleh :
Elysabeth Ervina Rahayu Kartika Ningrum
11102241004
LEMBAR PERSETUJUAN
Ningrum NIM 11102241004 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) upaya yang di lakukan oleh pekerja
sosial masyarakat dalam memberdayakan kesenian lokal di Kampung Ramah Anak RW 20,
Gendeng, Kelurahan Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta, 2) faktor-faktor penghambat dan
pendukung yang di alami pekerja sosial masyarakat dalam membentuk kampung ramah anak
dengan adanya perbedaan status sosial, 3) hasil upaya yang di lakukan pekerja sosial masyarakat
dalam memberdayakan seni melalui program kampung ramah anak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dan mengambil lokasi di
Kampung Ramah Anak RW 20, Gendeng, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta. Subyek dalam
penelitian ini adalah pekerja sosial masyarakat Kampung Ramah Anak RW 20. Pengumpulan data
menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen
utama dalam melakukan penelitian, yang dibantu dengan pedoman observasi, dokumentasi, dan
wawancara. Teknik yang digunakan dalam melakukan analisis data adalah reduksi data, penyajian
data, dan pengambilan kesimpulan. Keabsahan data yang dilakukan untuk menjelaskan data
dengan menggunakan triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) upaya pekerja sosial RW 20 dalam
memberdayakan kesenian di Kampung Ramah Anak RW 20 meliputi: mendirikan stan pendaftaran
kesenian, menampilkan karya tari dan hasil lukisan dari Sanggar Angsa Putih yang
diselenggarakan oleh RW 20, dan mengajak anak-anak melihat proses pelaksanaan latihan menari,
melukis, dan drama. 2) faktor penghambat dari upaya pemberdayaan kesenian di Kampung Ramah
Anak RW 20, Gendeng, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta adalah orangtua belum sepenuhnya
mendorong dan mengarahkan anak-anaknya untuk belajar menari di sanggar tari Angsa Putih,
kurang adanya rasa kepercayaan diri dalam diri anak-anak ketika mengikuti latihan tari, lukis atau
drama, dan pengaruh perkembangan budaya barat yang sedang mewabah pada generasi muda di
RW 20. Faktor pendukung adalah Anak-anak dan remaja semakin banyak yang tertarik dan
berminat untuk belajar seni di sanggar tari Angsa Putih, dan pekerja sosial dan warga masyarakat
RW 20 yang kompak, bekerjasama membantu memfasilitasi seluruh program kegiatan Kampung
Ramah Anak RW 20. 3) hasil upaya pekerja sosial RW 20 dalam memberdayakan kesenian
melalui kampong ramah anak meliputi: generasi muda di RW 20 dan di luar RW 20 semakin
tertarik dan berminat dalam melestarikan kesenian lokal di Sanggar Angsa Putih yaitu dengan
mengikuti latihan tari, melukis dan teater kemudian tarian tersebut di perkenalkan pada acara
kebudayaan seperti pementasan atau kompetisi; sanggar Angsa Putih tidak lagi kesulitan dalam
mencari anak-anak untuk diajarkan menari ketika akan mengikuti kegiatan pentas seni atau
kompetisi, dikarenakan murid-murid sanggar Angsa Putih telah dibekali beberapa tarian
tradisional dan pengetahuan tentang melukis dan teater; dan banyak beberapa lembaga pemerintah
dan masyarakat di luar RW 20 memilih sanggar Angsa Putih sebagai obyek dalam penelitian dan
riset mereka yang kemudian di promosikan melalui website milik mereka.
Abstract
of the efforts undertaken to empower social workers in the arts through a child-friendly
village.
This study used a qualitative descriptive approach, and take place in the Child
Friendly Village RW 20, Gendeng, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta. Subjects in this
study were social workers Child Friendly Kampung RW 20. Collecting data using the
method of observation, interviews, and documentation. The researcher is the main
instrument in the conduct of research, which assisted with the guidelines for observation,
documentation, and interviews. The technique used in analyzing the data is the data
reduction, data presentation, and making conclusions. The validity of the data is done to
explain the data by using triangulation.
The results showed that: 1) the efforts of social workers RW 20 in empowering
the arts in Kampung Child Friendly RW 20 include: setting up a booth registration of art,
featuring works of dance and the results of the paintings from the studio swan White held
by RW 20, and invite the children see the process of implementation practice dancing,
painting, and drama. 2) inhibiting factors of empowering the arts in the Child Friendly
Village RW 20, Gendeng, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta is a parent yet fully
encourage and guide the children to learn to dance in the dance studio White Geese, lack
a sense of self-confidence in children children when training dance, painting or drama,
and the influence of western culture which was prevalent in the younger generation in
RW 20. The supporting factors are children and teenagers more interested and eager to
learn the art dance studio White Geese, and workers social and community residents of
RW 20 is compact, helping to facilitate collaboration across program activities of RW 20
Child Friendly Village. 3) the results of the efforts of social workers RW 20 in
empowering the arts through the village child friendly include: young people in RW 20
and beyond RW 20 increasingly interested and are interested in preserving local arts in
studio swan White is to follow the practice of dance, painting and theater then the dance
in introduced in cultural events such as performances or competitions; White Geese
studio not to mention the difficulty in finding children to be taught to dance as art
performances will follow the activities or competitions, because students studio swan
White has provided some traditional dances and knowledge of painting and theater; and
many government agencies and communities outside RW 20 White Goose chose the
studio as an object of study and research they are then promoted through their own
website.
belajar seni menari, melukis ataupun dengan dua bentuk yaitu culture
taeter di sanggar Angsa Putih. pernyataan experience dan culture knowledge.
tersebut sudah sesuai dengan Fatturahman Culture experience adalah pelestarian
(2013) yang menjelaskan tentang budaya yang dilakukan dengan cara terjun
beberapa manfaat dari seseorang belajar langsung kedalam sebuah pengalaman
seni tari disebuah sanggar adalah kultural. Contohnya membentuk sanggar
digunakan sebagai tempat pernyataan jati kesenian seperti tari, teater dan drama.
diri sendiri yaitu melalui karya seni yang Sedangkan culture knowledge adalah
seseorang bawa dapat mengungkapkan pelestarian budaya yang dilakukan dengan
perasaan dan karakter seseorang dan cara membuat suatu pusat informasi
membentuk karakter yang anggun. mengenai kebudayaan yang dapat
difungsionalisasikan kedalam bentuk,
2. Upaya Pekerja Sosial RW 20 dalam supaya generasi muda dapat mengetahui
Memberdayakan Seni di Kampung tentang kebudayaannya sendiri. Misalnya
Ramah Anak RW 20 pembangunan museum atau cagar budaya.
macam dan salah satunya adalah faktor anak RW 20 melakukan usaha guna
lingkungan dan kondisi situasional. Faktor mengurangi dampak negatif karena efek
lingkungan adalah kultur masyarakat globalisasi, seperti teori yang
dimana seseorang dibesarkan, norma- dikemukakan oleh Rantau Indramawan
norma keluarga, teman-teman dan (2014) yang menjelaskan tentang budaya
kelompok sosial, serta pengaruh-pengaruh lokal dapat dilakukan dengan dua bentuk
lain yang kita alami. Kultur akan yaitu culture experience dan culture
membentuk norma, sikap, dan nilai-nilai knowledge. Culture experience adalah
yang diwariskan dari satu generasi ke pembentukkan sanggar tari atau kesenian.
generasi berikutnya yang terus menerus sedangkan culture knowledge adalah
berlangsung secara konsisten. Sedangkan pembangunan museum atau cagar budaya.
kondisi situasional adalah kondisi 6) Hubungan internal antara pekerja
situsional dapat mempengaruhi efek dari sosial kampung ramah anak RW 20
faktor-faktor keturunan dan lingkungan masih terjadi mis komunikasi akibat
terhadap kepribadian. Tuntutan yang jarang hadirnya beberapa anggota
berbeda pada situasi yang berbeda dapat ketika ada agenda rapat.
menimbulkan reaksi dan aspek yang Senada dengan hasil tersebut,
berbeda pada kepribadian seseorang. Oleh Plumer dalam Yulianti (2012: 10)
karena itu, sebaiknya tidak melihat corak menjelaskan bahwa ada beberapa faktor
kepribadian secara terisolasi, tetapi juga yang mempengaruhi masyarakat untuk
mengetahui bahwa situasi-situasi tertentu proses partisipasi yaitu salah satunya
lebih relevan dari situasi-situasi lain adalah pekerjaan masyarakat, biasanya
dalam mempengaruhi kepribadian orang dengan tingkat pekerjaan tertentu
sehingga dapat dilihat adanya perbedaan- akan dapat lebih meluangkan ataupun
perbedaan individual yang signifikan. bahkan tidak meluangkan sedikitpun
Mengatasi hal tersebut, waktunya untuk berpartisipasi pada suatu
hendaknya para orangtua dapat terus proyek tertentu. Seringkali alasan yang
mendampingi anak-anak dan selalu mendasar pada masyarakat adalah adanya
memberikan dorongan kepada si anak, pertentangan antara komitmen terhadap
agar dapat memiliki rasa percaya diri yang pekerjaan dengan keinginan untuk
kuat dan tidak malu untuk tampil berpartisipasi. Teori tersebut terjadi pada
memberikan suatu hal yang positif di keadaan internal antar pekerja sosial
depan umum. kampung ramah anak RW 20, kesibukan
5) Pengaruh perkembangan budaya pekerjaan menyebabkan ketua RW
barat yang sedang mewabah pada sekaligus ketua Kampung Ramah Anak
generasi muda di RW 20. Ketika sulit mempertemukan anggota secara
mereka di ajak menari, mereka lengkap, bahkan setiap diadakan agenda
bersedia menari bila diajarkan tarian rapat pasti ada setengah dari jumlah
modern dance yang bukan anggota yang hadir, dan setengah lainnya
tradisional. ada yang ijin tidak bisa hadir, karena
Senada dengan hasil penelitian masih belum pulang kerja, sakit dan
tersebut, Munandar Sulaeman (2012: 60) sebagainya. Setelah diadakannya agenda
menjelaskan tentang perubahan budaya rapat, beberapa anggota pekerja sosial
disebabkan oleh beberapa hal, yakni yang seringkali tidak hadir atau pasif,
berasal dari dalam masyarakat dan terkadang juga tidak berusaha mencari
kebudayaannya sendiri, dan perubahan informasi mengenai perkembangan
lingkungan alam dan fisik tempat mereka agenda rapat yang sebelumnya
hidup. dilaksanakan. Hal itu yang menyebabkan
Mengatasi hal tersebut, terjadi mis komunikasi antar internal
hendaknya pekerja sosial kampung ramah pekerja sosial kampung ramah anak RW
14 Upaya Pemberdayaan Seni .... (Elysabeth Ervina Rahayu)
20. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan 3) Hampir sebagian besar pekerja sosial
teori dari Tracy (2006) yang menyatakan kampung ramah anak bekerja sebagai
bahwa kerja sama dapat meningkatkan pegawai negeri dan swasta, dengan
komunikasi dalam kerja tim di dalam dan pekerjaan itulah mereka memiliki
di antara bagian-bagian perusahaan. Kerja banyak link di luar RW 20 untuk
sama mengumpulkan bakat, berbagi tugas dapat dengan mudah melakukan
dan tanggung jawab untuk mencapai kerjasama guna mendukung
tujuan bersama. Seharusnya pekerja sosial pelaksanaan setiap program di
RW 20 melakukan proses kerjasama kampung ramah anak RW 20.
sebagaimana dengan teori yang telah Melihat beberapa faktor
dikemukakan oleh Davis dalam Dewi pendukung yang telah di sampaikan
Sandra (2007) bahwa indikator-indikator diatas, pekerja sosial kampung ramah
kerjasama adalah anak RW 20 memiliki beberapa organisasi
a) Tanggung jawab secara bersama- dan warga masyarakat yang cukup sangat
sama menyelesaikan pekerjaan, yaitu membantu pada pelaksanaan program
dengan pemberian tanggung jawab kampung ramah anak, sehingga
dapat tercipta kerja sama yang baik. pelaksanaan program dapat berjalan
b) Saling berkontribusi, yaitu dengan lancar, tepat waktu sesuai dengan agenda
saling berkontribusi baik tenaga kegiatan kampung ramah anak. Hal
maupun pikiran akan terciptanya tersebut dikarenakan, setiap warga
kerja sama. masyarakat dan anak-anak, pengurus RT
c) Pengerahan kemampuan secara dan RW, pekerja sosial kampung ramah
maksimal, yaitu dengan mengerahkan anak RW 20 beserta lapisan masyarakat
kemampuan masing-masing anggota lainnya telah melakukan sebuah proses
tim secara maksimal, kerja sama akan kerjasama, yaitu dengan berusaha saling
lebih kuat dan berkualitas. menanamkan rasa kepercayaan, sehingga
tercipta sebuah pelibatan masyarakat,
a. Faktor Pendukung sikap gotong royong, saling membantu
1) Beberapa anak-anak dan remaja dalam membangun RW 20 menjadi
tertarik dan berminat untuk belajar kampung ramah anak yang berbasis
seni di sanggar tari Angsa Putih, baik budaya lokal dan kesehatan lingkungan.
untuk belajar menari, melukis Senada dengan hasil penelitian
maupun drama. tersebut, Davis dalam Dewi Sandra (2007)
2) Pekerja sosial dan warga masyarakat menyatakan bahwa sebuah organisasi
RW 20 yang kompak, bekerjasama dapat dikatakan sebuah kerjasama, apabila
membantu memfasilitasi, melengkapi memiliki indikator-indikator sebagai
sarana dan prasarana seluruh program berikut :
kegiatan. Dukungan warga a) Tanggung jawab secara bersama-
masyarakat juga terlihat dari usaha sama menyelesaikan pekerjaan, yaitu
mereka membantu Ibu RW dan dengan pemberian tanggung jawab
Bapak SA mengajak dan dapat tercipta kerja sama yang baik.
mengarahkan anak-anak berlatih b) Saling berkontribusi, yaitu dengan
menari dan melukis di sanggar Angsa saling berkontribusi baik tenaga
Putih. Terlihat dari usaha yang maupun pikiran akan terciptanya
dilakukan sebagian warga kerja sama.
masyarakat yang membantu c) Pengerahan kemampuan secara
menyebarkan info melalui mulut ke maksimal, yaitu dengan mengerahkan
mulut pada saat pertemuan arisan kemampuan masing-masing anggota
PKK, pertemuan Bank Sampah, tim secara maksimal, kerja sama akan
ataupun kegiatan lainnya. lebih kuat dan berkualitas.
Upaya Pemberdayaan Seni .... (Elysabeth Ervina Rahayu) 15