Dosen :
1. Tommy Prayogo, S.H., MH.
2. Nia Kurniati, S.H., MH.
MATERI KULIAH
• Antara lain meliputi :
I. Dasar hukum,
II. Fungsi pajak,
III. Hak negara terhadap pajak,
IV. Sejarah pemungutan pajak,
V. Pajak positif,
VI. Sistematika pembagian pajak positif,
VII. Teknik Penguasaan pajak positif,
VIII. Berbagai pungutan negara,
IX. Hukum Pajak,
X. Pembagian pajak.
Rakyat Negara
Peristilahan :
Rakyat → negara, merupakan istilah yang digunakan dalam HTN.
- Masyarakat - pemerintah, merupakan istilah yang digunakan dalam Hukum
Administrasi Negara.
- Privat - publik, merupakan istilah yang digunakan dalam Ekonomi.
- Paksaan yuridis memiliki akibat apabila terjadi penolakan akan terjadi turun tangan
daripada aparat (polisi, kejaksaan, Pengadilan).
- Tanpa jasa timbal yang bersifat individual, karena tidak semua membayar pajak,
misal; pajak kendaraan bermotor hanya dibebankan kepada mereka yang memiliki
kendaraan bermotor.
- Peristilahan :
Pengeluaran rutin, merupakan istilah dalam HTN.
Pelaksanaan roda pemerintahan, merupakan istilah dalam HAN.
Pengeluaran rutin merupakan istilah Ekonomi.
• Berbicara pajak maka kita berbicara tentang uang, berbicara Hukum Pajak maka kita
berbicara tentang aturan/hukum/undang-undang yang mengatur proses peralihan uang.
• Antara rakyat - negara - dan Hukum Pajak merupakan konstelasi (susunan dari berbagai
faktor yang tak pernah berubah).
• Iuran dan retribusi tidak sama dengan pajak meskipun ketiganya merupakan peralihan
uang juga.
• Hukum Pajak dapat dibagi berdasarkan lingkup wilayahnya, yaitu :
1. Nasional,
2. Internasional,
a. Anglo saxon,
Teori asuransi
Filsafat Hukum
(Keadilan) Teori gaya beli
Asas pemungutan
pajak Teori kepentingan
Teori kewajiban/
Teori bakti
Tidak menghalangi
Ekonomis Pencapaian
kebahagiaan
DASAR HUKUM
• UUD 1945 pasal 23 ayat 2 : "Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan
Undang-undang ".
• Tahapan/hierarki peraturan Perundang-undangan menurut Tap MPR No. XX/MPRS/
1996 :
1. UUD,
2. Tap MPR,
3. UU,
4. PP,
5. Keputusan Presiden,
6. Peraturan Pelaksana,
• Pajak harus dengan UU, aturan pelaksananya boleh oleh peraturan perundang-undangan
yang berada di bawah UU.
• Pajak harus dengan UU karena UU mencerminkan persetujuan yang membedakan
antara pajak dengan perampokan dan persetujuan menyangkut 2 pihak yaitu legislatif
(DPR) dengan eksekutif (Pemerintah) dimana menghasilkan UU.
Pajak Perampokan
Persetujuan
Rakyat Negara
UU
• Agar tidak sama dengan Perampokan maka pajak diberi karakteristik ke-4 yaitu
Persetujuan (antara rakyat - negara).
• Skema :
Tentang Persetujuan Antara Rakyat Dan Negara
Rakyat Negara
Diwakilkan
DPR Presiden
FUNGSI
Fungsi Budgeter Pajak
• Pajak digunakan untuk pengeluaran rutin; berpedoman pada RAPBN bahwa hasil
pemungutan pajak untuk pengeluaran rutin negara, yaitu :
1. Untuk membiayai belanja Pegawai,
2. Untuk membiayai belanja barang,
3. Untuk membiayai rumah, cicilan utang negara,
4. Untuk membiayai bantuan daerah otonomi,
5. Untuk membiayai Pengeluaran rutin lainnya.
Ad 1).
• Pengeluaran untuk membayar gaji pegawai Republik Indonesia.
Ad 2).
• Pengeluaran untuk membayar perlengkapan yang diperlukan untuk menjalankan
pemerintahan.
Ad 4).
• Sebelum diberlakukan otonomi daerah, setiap kabupaten diberi bantuan, sekarang dana
itu sudah tidak ada.
Ad 5).
• Pengeluaran rutin lainnya adalah misalnya; membiayai jamuan tamu negara, membiayai
Perayaan hari raya nasional, dsb.
Fungsi pajak
Budgeter Reguler
Pengeluaran
• Skema :
Tentang Fungsi Budgeter Pajak
Rakyat
Uang
Negara
Budgeter
Penjelasan :
P = pajak
H = harga
DB = daya beli
LP = laba Pengusaha
Pr = produktivitas
b/j = barang/jasa
• Contoh konkrit :
Pengusaha (penjual pisang goreng) :
- Modal bahan = Rp. 300,-,
- Pajak = Rp. 100,-.
Supaya untung sebesar Rp. 100,- maka ia harus menjual Rp. 500,-.
Tiba-tiba pajak naik menjadi Rp. 200,-, maka supaya tetap mendapat untung Rp. 100,-
ia harus menjual pisang gorengnya seharga Rp. 600,-.
Daya beli → dulu Rp. 1000,- mendapat 2 buah pisang goreng, sekarang hanya 1 2/3-
nya, sehingga laba Penjual berkurang, dengan demikian ia mengurangi jumlah
produknya • penurunan produktivitas.
• Naik turunnya pajak menyebabkan naik turunnya produktivitas. Jika pemerintah ingin
menaikkan produktivitas maka pajak diturunkan, begitu sebaliknya.
• Apabila pajak naik • terapi merah, sedangkan apabila pajak turun • terapi hijau.
• Contoh kasus :
MACAM-MACAM PAJAK
• Skema :
Tentang Macam-Macam Pajak
• Antara lain :
- Pajak penghasilan,
Perolehan pajak atas Perolehan individu/ Perorangan.
- Pajak bumi dan bangunan,
Perolehan pajak atas manfaat dari bumi dan bangunan.
- Pajak bea masuk,
Perolehan pajak atas peralihan/Perpindahan dari luar negeri ke dalam negeri.
- Pajak ekspor,
Perolehan pajak atas peralihan/Perpindahan dari dalam negeri ke luar negeri.
- Pajak reklame,
Perolehan pajak atas pemasangan reklame.
- Pajak pertambahan nilai,
Non Pajak
• Adalah peralihan uang dari masyarakat kepada negara yang bukan pajak sehingga tidak
mempunyai karakteristik seperti pajak, yaitu ada timbal balik secara langsung dan tidak
Perlu dengan UU.
• Uang yang dihasilkan oleh departemen-departemen Pemerintah, misal :
Retribusi
• Contoh retribusi; retribusi sampah, retribusi parkir, retribusi yang dipungut oleh PLN,
Telkom, dsb.
• Ciri-ciri retribusi antara lain :
1. Peralihan uang/kekayaan,
2. Ada Pemaksaan,
3. Jasa timbal balik yang bersifat langsung,
4. Tidak perlu dengan UU.
• Perbedaan antara retribusi (I) dan non pajak (2), yaitu :
Rutin
Saat
Non Rutin
Pusat
Undang-
Dasar undang
Hukum
Non
Undang-
undang
Pajak Langsung
Berdasarkan
Golongan Pajak Tidak Langsung
(berkenaan dengan
fungsi reguleren)
Pajak Perorangan
Pajak Berdasarkan
Positif Sifat
Pajak Kebendaan
Pajak Pusat
Berdasarkan
Kewenangan
Memungut
Pajak Daerah
Pajak subjektif
Menurut
Andriani Pajak objektif
Pajak urunan
Pajak Positif Menurut
Smith Pajak umum
Pajak langsung
Menurut
J.S. Mill Pajak tidak
langsung
Penjelasan :
- Pembagian pajak menurut Andriani = pembagian pajak berdasarkan sifat.
- Pembagian pajak menurut Smith = pembagian pajak berdasarkan kewenangan
memungut.
- Pembagian pajak menurut J.S. Mill = pembagian pajak berdasarkan golongan.
Pajak Langsung
• Pajak langsung (= pajak-pajak positif) mempunyai ciri-ciri, yaitu :
1. Dipungut terus menerus dalam waktu yang periodik (misal; 1 tahun sekali),
2. Pajak tersebut menggunakan kohir (tindakan/ salinan otomatis ketetapan pajak/
daftar yang memuat data wajib pajak pembayar pajak).
Dalam penagihannya ada surat menyurat antara negara sebagai penagih dengan
rakyat sebagai pembayar.
3. Beban pajak/utang pajak (secara teori beban pajak tidak boleh dibebankan kepada
orang lain kecuali sebagaimana di tulis dalam kohir).
Pajak Perorangan
• Pajak perorangan adalah pajak-pajak positif dimana besar kecilnya pajak terutang
sangat dipengaruhi oleh keadaan pribadi yang terutang.
• Keadaan pribadi ini merupakan pencerminan dari faktor-faktor sebagai berikut :
1. Faktor status pembayar pajak (kawin, tidak kawin, dsb.),
2. Faktor jumlah turunannya (jumlah anak-anaknya),
3. Faktor besarnya pendapatan/perolehan (income) pembayar pajak dalam satu tahun.
• Contoh pajak positifnya :
Pajak penghasilan :
Akibat dari sifat perorangan/ keadaan pribadi ini, maka dua orang, yang mempunyai
income yang sama belum tentu membayar pajak penghasilan yang sama, karena
keadaan pribadi keduanya yang tidak sama.
• Secara teori, bila dikaitkan dengan teori pemungutan pajak perbedaan di sini adalah
daya pikulnya.
Pajak Pusat
• Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah pusat, yaitu pajak-pajak yang
dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan berikut aparat-aparat
vertikal di daerah yaitu :
1. Kanwil Pelayanan Pajak (KPL) di tingkat Propinsi,
2. Kantor Pelayanan Pajak di kota-kota besar,
3. Kantor Dinas Luar (KDL) di daerah-daerah terpencil sebagai Pembantu KPL.
• Contoh pajak positifnya; pajak Penghasilan, bea materai, cukai ekspor, dsb.
Pajak Daerah
• Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yaitu pajak-pajak
yang dikelola oleh;
1. Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Propinsi (tingkat I),
2. Dipenda Kabupaten/Kotamadya (tingkat II).
• Contoh pajak positifnya, pajak tontonan, PBB, pajak reklame, pajak kendaraan tidak
bermotor (tingkat II), pajak kendaraan bermotor (tingkat I).
HUKUM PAJAK
Definisi
• Skema : Hukum Pajak
Hukum
Rakyat pajak Negara
Hukum Pajak
Formil
• Skema 2 :
Tentang Pembagian Hukum Pajak
Subjek pajak
Objek pajak
Hutang pajak
Orang
Badan
Non Badan
hukum
Asosiasi Asosiasi
orang modal
Penjelasan :
- Posisi dalam APBN; pada umumnya 70% - 90% income negara paling besar di
setiap APBN negara.
- Klasik (= pendapat lama yang masih terikat oleh ketentuan-ketentuan yang sudah
umum).
- Hukum Pajak memiliki peristilahan dan pengertian khusus; merupakan jawaban
terhadap pertanyaan bahwa Hukum Pajak menggunakan istilah-istilah perdata
(memang bunyinya sama tetapi pengertiannya berbeda).
- Hukum Pajak memiliki kemampuan istimewa; Hukum Pajak merupakan satu-
satunya hukum yang mempengaruhi harga barang secara langsung dengan cara
penetapan dalil pajak.
• Andriani menganut klasik :
Dalam hal peristilahan; (misal; anak)
Anak
• Skema :
Tentang Pedoman Penguasaan Pajak
2b
pembebasan subjek
Pajak positif
subjek
2a
Taatbestand Tariff/ rumus 5
Nama dasar hukum
1 3a 4
Objek Waktu 6
Sanksi 8
Alternatif 9
Keberatan 10
Dst…
Penjelasan :
1 : Dijelaskan tentang dimana pajak tersebut dapat ditemukan dan perubahan-
perubahannya (informasi tentang sumber data).
2a : Orang dan badan.
2b : Yaitu orang-orang/ badan-badan tertentu yang oleh UU Perpajakan tidak
Kerangka
• Skema :
Tentang (Contoh) Penerapan Pajak Tembakau Sebagai Pajak Tidak Langsung
Produsen 2b 2c 2d 2e
2a
Pajak cukai
tembakau Konsumen 4
1
Tembakau
3a
X % dari harga jual 5
Penjelasan :
- Subjeknya banyak; karena beban pajak dapat dipindahkan.
- Penanggung beban pajak sesungguhnya adalah konsumen.
- Bagi pemerintah sesuai asas finansial (biaya pemungutan harus efisien), maka
pemerintah mengejar subjek 1 (produsen).
- Berkenaan subjek di atas dalam hal ini ;
2a : Sebagai Penanggung jawab.
2b, 2c, 2d : Sebagai penanggung beban sementara.
• Skema :
Tentang (Contoh) Penerapan Pajak Radio
Pajak radio
Tempat
Pesawat Penerima
Radio
Saat
UU.dst.
Materai
Penjelasan :
- Berdasarkan/bila ditinjau dari wewenangnya, maka pajak dikategorikan sebagai
pajak pusat (karena pertamanya dipungut oleh Pos dan Giro sebagai perusahaan
negara/pusat), adapun dalam perkembangannya diserahkan kepada daerah,
- Pajak radio dihapuskan dengan atasan bahwa radio merupakan sarana informasi
yang sangat penting bagi rakyat, karena itu patut untuk dihapuskan.
- Dihapuskannya pajak radio ini oleh para ahli dianggap sebagai suatu kesalahan
besar, karena jika dikelola dengan baik merupakan sumber pendapatan yang
potensial, karena dalam perkembangannya ke depan, maka cakupan radio akan
• Skema :
Tentang (Contoh) Penerapan Pajak Bumi Dan Bangunan
Sejarah
Hak atas bumi Pasal 5
Orang/badan dan bangunan Tarif 0,5 %
Pasal 4 (1) Pasal 4 (1)
TPS/PNG
Pajak bumi
dan bangunan
UU No. 12 Bumi dan
Tahun 1986 bangunan Administrasi
perpajakan
Pembebasan
objek pajak
Pasal 3 (1), (2), (3)
jo. pasal 1 (1)
Penjelasan :
- Objek pajak :
Pasal 2 (1); bumi dan bangunan.
Pasal 1 (1); bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya.
Asas dan Dasar Perpajakan I, Asas dan Dasar Perpajakan 2, oleh Rochmat Soemitro, S.H.
Pajak Bumi dan Bangunan,
Pajak dan Pembangunan,
Pajak Pertambahan Nilai 1984,
Pajak Penghasilan 1984,
Pengantar Ilmu Hukum Pajak, oleh R. Santoso, B., S.H.
Dll.