Anda di halaman 1dari 32

HUKUM PAJAK

Dosen :
1. Tommy Prayogo, S.H., MH.
2. Nia Kurniati, S.H., MH.

MATERI KULIAH
• Antara lain meliputi :
I. Dasar hukum,
II. Fungsi pajak,
III. Hak negara terhadap pajak,
IV. Sejarah pemungutan pajak,
V. Pajak positif,
VI. Sistematika pembagian pajak positif,
VII. Teknik Penguasaan pajak positif,
VIII. Berbagai pungutan negara,
IX. Hukum Pajak,
X. Pembagian pajak.

PENGERTIAN DAN DEFINISI


• Pajak merupakan peralihan uang dari rakyat kepada negara/masyarakat kepada
pemerintah/sektor privat ke sektor publik yang dipaksakan secara yuridis tanpa
memperoleh Jasa timbal yang bersifat individual dan gunanya untuk keperluan umum
melaksanakan roda pemerintahan/membiayai pengeluaran rutin negara dan juga dipakai
untuk mengatur masyarakat serta membiayai pembangunan nasional yang dilaksanakan
oleh pemerintah.
Uraian :
- Skema :

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 1


Campus in Compact – Hukum Pajak
Tentang Pajak

Rakyat Negara

Peristilahan :
Rakyat → negara, merupakan istilah yang digunakan dalam HTN.
- Masyarakat - pemerintah, merupakan istilah yang digunakan dalam Hukum
Administrasi Negara.
- Privat - publik, merupakan istilah yang digunakan dalam Ekonomi.
- Paksaan yuridis memiliki akibat apabila terjadi penolakan akan terjadi turun tangan
daripada aparat (polisi, kejaksaan, Pengadilan).
- Tanpa jasa timbal yang bersifat individual, karena tidak semua membayar pajak,
misal; pajak kendaraan bermotor hanya dibebankan kepada mereka yang memiliki
kendaraan bermotor.
- Peristilahan :
Pengeluaran rutin, merupakan istilah dalam HTN.
Pelaksanaan roda pemerintahan, merupakan istilah dalam HAN.
Pengeluaran rutin merupakan istilah Ekonomi.
• Berbicara pajak maka kita berbicara tentang uang, berbicara Hukum Pajak maka kita
berbicara tentang aturan/hukum/undang-undang yang mengatur proses peralihan uang.
• Antara rakyat - negara - dan Hukum Pajak merupakan konstelasi (susunan dari berbagai
faktor yang tak pernah berubah).
• Iuran dan retribusi tidak sama dengan pajak meskipun ketiganya merupakan peralihan
uang juga.
• Hukum Pajak dapat dibagi berdasarkan lingkup wilayahnya, yaitu :
1. Nasional,
2. Internasional,
a. Anglo saxon,

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 2


Campus in Compact – Hukum Pajak
b. Eropa Continental.
• Hukum Pajak juga dapat dibagi secara :
1. Materiil,
2. Formil.

ASAS PEMUNGUTAN PAJAK


• Skema :
Tentang Asas Pemungutan Pajak

Teori asuransi

Filsafat Hukum
(Keadilan) Teori gaya beli

Teori gaya pikul

Asas pemungutan
pajak Teori kepentingan

Teori kewajiban/
Teori bakti

Yuridis Kepastian hukum

Tidak menghalangi
Ekonomis Pencapaian
kebahagiaan

Finansial Biaya pemungutan


pajak harus efisien

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 3


Campus in Compact – Hukum Pajak
• Four (4) maxim dari Adam Smith ;
1. Equality = filsafat hukum,
2. Certainty = yuridis,
3. Convenience of payment,
4. Efisience = finansial.
• Kritik terhadap 4 maxim tersebut:
1. Convenience of payment tidak ada dalam asas pemungutan pajak.
2. Adam Smith tidak pernah menjelaskan equality.
3. Adam Smith menggunakan Pendekatan ekonomi (karena sesuai/tetap konsisten
dengan disiplin ilmunya, yaitu Ekonomi), sedangkan Pendekatan seperti di atas
sebelumnya dengan Pendekatan yuridis filosofis.

DASAR HUKUM
• UUD 1945 pasal 23 ayat 2 : "Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan
Undang-undang ".
• Tahapan/hierarki peraturan Perundang-undangan menurut Tap MPR No. XX/MPRS/
1996 :
1. UUD,
2. Tap MPR,
3. UU,
4. PP,
5. Keputusan Presiden,
6. Peraturan Pelaksana,
• Pajak harus dengan UU, aturan pelaksananya boleh oleh peraturan perundang-undangan
yang berada di bawah UU.
• Pajak harus dengan UU karena UU mencerminkan persetujuan yang membedakan
antara pajak dengan perampokan dan persetujuan menyangkut 2 pihak yaitu legislatif
(DPR) dengan eksekutif (Pemerintah) dimana menghasilkan UU.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 4


Campus in Compact – Hukum Pajak
KARAKTERISTIK
• Karakteristik merupakan sifat yang tidak dapat diubah (tetap).
• Karakteristik daripada pajak. Antara lain;
1. peralihan uang,
2. dipaksakan,
3. tanpa jasa timbal,
4. berdasarkan UU,
5. persetujuan.
• Angka (4) dan (5)-lah yang membedakan pajak dengan perampokan, dalam hal ini
maka perampokan hanya memuat karakteristik (1), (2) dan (3).
• Skema :
Tentang Karakteristik Pajak
Karakteristik pajak

Pajak Perampokan

Persetujuan

Rakyat Negara

UU

• Agar tidak sama dengan Perampokan maka pajak diberi karakteristik ke-4 yaitu
Persetujuan (antara rakyat - negara).

• Skema :
Tentang Persetujuan Antara Rakyat Dan Negara

Rakyat Negara
Diwakilkan
DPR Presiden

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 5


Campus in Compact – Hukum Pajak
Diwakilkan
Komisi Mentri negara
Diwakilkan
Sub komisi Dirjen pajak

• Wujud dari persetujuan itu adalah UU.


• Dalam Hukum Pajak, pemungutan pajak harus memenuhi asas-asas Hukum Pajak yang
didukung oleh teori-teori Hukum Pajak.

FUNGSI
Fungsi Budgeter Pajak
• Pajak digunakan untuk pengeluaran rutin; berpedoman pada RAPBN bahwa hasil
pemungutan pajak untuk pengeluaran rutin negara, yaitu :
1. Untuk membiayai belanja Pegawai,
2. Untuk membiayai belanja barang,
3. Untuk membiayai rumah, cicilan utang negara,
4. Untuk membiayai bantuan daerah otonomi,
5. Untuk membiayai Pengeluaran rutin lainnya.

Ad 1).
• Pengeluaran untuk membayar gaji pegawai Republik Indonesia.
Ad 2).
• Pengeluaran untuk membayar perlengkapan yang diperlukan untuk menjalankan
pemerintahan.
Ad 4).
• Sebelum diberlakukan otonomi daerah, setiap kabupaten diberi bantuan, sekarang dana
itu sudah tidak ada.
Ad 5).
• Pengeluaran rutin lainnya adalah misalnya; membiayai jamuan tamu negara, membiayai
Perayaan hari raya nasional, dsb.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 6


Campus in Compact – Hukum Pajak
• Pajak untuk pengeluaran rutin inilah yang dimaksud pajak dalam fungsi budgeter.
• Pajak disimpan di kas negara.
• Skema :
Tentang Fungsi Budgeter Pajak

Fungsi pajak

Budgeter Reguler

Pengeluaran

Pengeluaran umum/ rutin negara



APBN - RAPBN

Pengeluaran rutin (5)

• Skema :
Tentang Fungsi Budgeter Pajak

Rakyat
Uang
Negara

Budgeter

Pengeluaran rutin (5)

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 7


Campus in Compact – Hukum Pajak
• Kemungkinan keadaan :
1. Pajak > Rutin • surplus,
2. Pajak = Rutin • nol,
3. Pajak < Rutin • defisit.
• Jika (1) maka pajak digunakan untuk pembangunan.
• Jiak (2) dan (3) maka pajak tidak dapat digunakan untuk Pembangunan tapi
Pembangunan dapat terus berjalan dengan jalan mencari sumber lain yaitu pinjam
kepada para donatur/luar negeri dan membayar dengan pajak lagi.

Fungsi Reguleren/Regulation Pajak


• Pajak bisa mengatur karena pajak selalu mempengarhi harga barang dan jasa dalam
masyarakat, karena pada hakikatnya pajak sebagai biaya yang bisa mempengaruhi
harga barang/jasa.
• Yang diatur pajak yaitu semua aspek kehidupan masyarakat yang erat hubungannya
dengan masalah nilai-nilai uang, yaitu Aspek :
1. Ekonomi,
Karena setiap barang dan jasa memiliki standar nilai yang tetap.
2. Sosial,
Karena bisa diukur dengan uang, misal; kaya dan miskin.
3. Budaya,
Karena kesenian (misalnya) dapat dihidupkan dengan uang.
Aspek lain seperti ideologi dan politik tidak bisa diukur dengan uang sedangkan aspek
militer bisa diukur dengan uang tetapi tidak bisa diatur oleh negara karena suatu
kepentingan yang sangat mendesak/urgen/penting, dalam hal ini berapa harganya pun
akan dibeli oleh negara.
• Cara pajak mengatur adalah dengan dalil efek dari pajak.
1. Pajak sebagai biaya akan selalu mempengaruhi harga barang/jasa.
2. Harga barang dan jasa itu pasti mempengaruhi daya beli masyarakat.
3. Daya beli masyarakat menentukan laba Pengusaha.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 8


Campus in Compact – Hukum Pajak
4. Laba pengusaha akan selalu merangsang produktivitas barang/jasa di masyarakat.
• Skema :
Tentang Dalil Efek Dari Pajak

Penjelasan :
P = pajak
H = harga
DB = daya beli
LP = laba Pengusaha
Pr = produktivitas
b/j = barang/jasa
• Contoh konkrit :
Pengusaha (penjual pisang goreng) :
- Modal bahan = Rp. 300,-,
- Pajak = Rp. 100,-.
Supaya untung sebesar Rp. 100,- maka ia harus menjual Rp. 500,-.
Tiba-tiba pajak naik menjadi Rp. 200,-, maka supaya tetap mendapat untung Rp. 100,-
ia harus menjual pisang gorengnya seharga Rp. 600,-.
Daya beli → dulu Rp. 1000,- mendapat 2 buah pisang goreng, sekarang hanya 1 2/3-
nya, sehingga laba Penjual berkurang, dengan demikian ia mengurangi jumlah
produknya • penurunan produktivitas.
• Naik turunnya pajak menyebabkan naik turunnya produktivitas. Jika pemerintah ingin
menaikkan produktivitas maka pajak diturunkan, begitu sebaliknya.
• Apabila pajak naik • terapi merah, sedangkan apabila pajak turun • terapi hijau.
• Contoh kasus :

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 9


Campus in Compact – Hukum Pajak
Perusahaan milik Tommy dengan proyek mobil Timornya, dengan produktivitas yang
tinggi karena pajak yang dikenakan padanya dibebas-pajakkan (istilah oder baru =
ditanggung negara) yang pada akhirnya menyebabkan monopoli terhadap mobil.
Adapun alasan/cara yang ditempuh (oleh Tommy) :
o Secara fiksal • bebas pajak,
o Secara politis • rasa kebangsaan terhadap mobil nasional,
o Secara administrasi • digunakan mobil Timor pada instansi pemerintah. Yang pada
ujungnya menyebabkan Perusahaan mobil lain (Jepang) menentang karena
Indonesia melanggar WTO sehingga tujuan monopoli mobil Timor gagal.
• Belanda sendiri sudah mengantisipasi masalah pajak ini dengan ICW-nya (Indische
Comptabiliteits Wet) pasal 16 dan 17 • di dalam menurunkan pajak suatu barang/jasa
harus dapat memperhatikan/memperkirakan kekurangan yang bisa diderita.
• Terapi merah • ekstrim, akan menimbulkan hambatan-hambatan :
1. Terhadap asas-asas pajak,
2. Mencari surogat/Pengganti,
3. Perlawanan terhadap pajak.
• Teori bersifat relatif, dimana pajak diturunkan tetapi harga barang/jasa tetap naik,
karena :
1. Sesuai dengan teori Permintaan dan Penawaran dimana permintaan tinggi (karena
kelangkaan barang/jasa) maka harga tetap tinggi.
2. Situasi politik nasional tidak terkendali.
3. Produksi biaya tinggi.
• Skema :

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 10


Campus in Compact – Hukum Pajak
Tentang Fungsi Budgeter Dan Reguleren Pajak

MACAM-MACAM PAJAK
• Skema :
Tentang Macam-Macam Pajak

• Antara lain :
- Pajak penghasilan,
Perolehan pajak atas Perolehan individu/ Perorangan.
- Pajak bumi dan bangunan,
Perolehan pajak atas manfaat dari bumi dan bangunan.
- Pajak bea masuk,
Perolehan pajak atas peralihan/Perpindahan dari luar negeri ke dalam negeri.
- Pajak ekspor,
Perolehan pajak atas peralihan/Perpindahan dari dalam negeri ke luar negeri.
- Pajak reklame,
Perolehan pajak atas pemasangan reklame.
- Pajak pertambahan nilai,

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 11


Campus in Compact – Hukum Pajak
Perolehan pajak atas Penambahan nilai.
- Pajak kendaraan bermotor,
Perolehan pajak atas pemilikan kendaraan bermotor.
- Pajak atas keramaian umum,
Perolehan pajak atas diselenggarakannya pertunjukan hiburan.
- Bea materai,
Perolehan pajak atas Pembuatan dokumen.
- Pajak pemeliharaan anjing,
Perolehan pajak atas Pemeliharaan hewan piaraan.
- Dsb.
• Masing-masing pajak tersebut di atas disebul pajak positif (± ada 24 macam pajak
positif).
• Sesuai dengan UUD 1945 maka setiap pajak positif harus diatur oleh UU.
• Semua pajak tersebut adalah tak lain untuk menjalankan fungsi budgeter dan reguler.
• Macam-macam pajak ini merupakan salah satu jenis penerimaan negara, ada juga jenis
Penerimaan lainnya yang dikenal dengan islilah Penerimaan non pajak dan retribusi.
• Skema :
Tentang Penerimaan Non Pajak Dan Retribusi

Non Pajak
• Adalah peralihan uang dari masyarakat kepada negara yang bukan pajak sehingga tidak
mempunyai karakteristik seperti pajak, yaitu ada timbal balik secara langsung dan tidak
Perlu dengan UU.
• Uang yang dihasilkan oleh departemen-departemen Pemerintah, misal :

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 12


Campus in Compact – Hukum Pajak
- MA; kepaniteraan, dll.,
- Dep. Dalam Negeri; pemberian hak, dll.,
- Dep. Luar Negeri; visa, paspor, dll.,
- Dep. Kehakiman; paten, dll.,
- Dep. Penerangan; iuran TV, dll.,
- Dep. Perdagangan; tera (timbangan), dll.,
- Dep. Perhutanan; royalti hutan, dll.,
- Dep. Industri; izin industri (paling banyak), dll.,
- Dep. Pertambangan; iuran ekspor, dll..
- Dep. Perhubungan; uang pandu, dll.,
- Dep. Agama; ongkos nikah, talak, rujuk, dll.,
- Dep. Tenaga Kerja; izin tenaga kerja asing, dll.,
- Dep. Sosial; undian, dll.,
- Dep. Pendidikan; SPP. dll..
- Dsb.
• Dengan demikian maka yang menjadi karakteristik non pajak, antara lain :
1. Ada paksaan,
2. Ada timbal balik yang bersifat langsung.
3. Merupakan peralihan uang,
4. Tidak Perlu dengan UU.

Retribusi
• Contoh retribusi; retribusi sampah, retribusi parkir, retribusi yang dipungut oleh PLN,
Telkom, dsb.
• Ciri-ciri retribusi antara lain :
1. Peralihan uang/kekayaan,
2. Ada Pemaksaan,
3. Jasa timbal balik yang bersifat langsung,
4. Tidak perlu dengan UU.
• Perbedaan antara retribusi (I) dan non pajak (2), yaitu :

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 13


Campus in Compact – Hukum Pajak
1. (1); paksaannnya bersifat ekonomis (kita bisa menghindar tapi kita tidak
memperoleh jasa);
(2); paksaannya bersifat yuridis administratif (yuridis; karena bila tidak membayar
maka akan berhubungan dengan aparat/ tidak ada tawar-menawar).
2. (1); digunakan untuk biaya operasional (misal; untuk menjalankan Perusahaan);
(2); digunakan untuk biaya administrasi.
• Skema :
Tentang Pembagian Retribusi

Rutin
Saat
Non Rutin

Pusat

Retribusi Pemilik/ Daerah


Pengelola
Swasta

Undang-
Dasar undang
Hukum
Non
Undang-
undang

Sumber Pendapatan Daerah


• Meliputi :
1. Propinsi,
2. Kabupaten,
3. Kota Madya.
• Dapat berupa :

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 14


Campus in Compact – Hukum Pajak
1. Pajak,
2. Opeen,
Adalah suatu beban tambahan yang dikenakan atas suatu pajak, misal ; Pemerintah
Pusat mengenakan pajak cukai bahan bakar sebesar 10 % kepada setiap pemakaian
bahan bakar, kemudian Pemerintah Daerah melakukan Penambahan 2 % sehingga
jumlahnya menjadi 12 %, tambahan 2 % inilah yang menjadi opeen.
3. Retribusi.

SISTEMATIKA PEMBAGIAN PAJAK


• Skema :
Tentang Sistematika Pembagian Pajak

Pajak Langsung

Berdasarkan
Golongan Pajak Tidak Langsung
(berkenaan dengan
fungsi reguleren)

Pajak Perorangan
Pajak Berdasarkan
Positif Sifat
Pajak Kebendaan

Pajak Pusat
Berdasarkan
Kewenangan
Memungut
Pajak Daerah

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 15


Campus in Compact – Hukum Pajak
• Skema :
Tentang Sistematika Pembagian Pajak
(Menurut Para Pakar)

Pajak subjektif
Menurut
Andriani Pajak objektif

Pajak urunan
Pajak Positif Menurut
Smith Pajak umum

Pajak langsung
Menurut
J.S. Mill Pajak tidak
langsung

Penjelasan :
- Pembagian pajak menurut Andriani = pembagian pajak berdasarkan sifat.
- Pembagian pajak menurut Smith = pembagian pajak berdasarkan kewenangan
memungut.
- Pembagian pajak menurut J.S. Mill = pembagian pajak berdasarkan golongan.

Pajak Langsung
• Pajak langsung (= pajak-pajak positif) mempunyai ciri-ciri, yaitu :
1. Dipungut terus menerus dalam waktu yang periodik (misal; 1 tahun sekali),
2. Pajak tersebut menggunakan kohir (tindakan/ salinan otomatis ketetapan pajak/
daftar yang memuat data wajib pajak pembayar pajak).
Dalam penagihannya ada surat menyurat antara negara sebagai penagih dengan
rakyat sebagai pembayar.
3. Beban pajak/utang pajak (secara teori beban pajak tidak boleh dibebankan kepada
orang lain kecuali sebagaimana di tulis dalam kohir).

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 16


Campus in Compact – Hukum Pajak
• Contoh pajak positifnya, misal; pajak Penghasilan, pajak bumi dan bangunan, pajak
kendaraan, dsb.
• Akibat-akibat adanya kohir, maka proses pembayaran pajak-pajak langsung menempuh
jalur administrasi.

Pajak Tidak Langsung


• Pajak tidak langsung (= pajak-pajak positif) mempunyai ciri-ciri terbalik daripada pajak
langsung, yaitu :
1. Insidental (misal; setahun sekali/sebulan sekali tetapi tidak periodik),
2. Tidak mempunyai kohir (tidak ada surat menyurat sehingga proses pembayarannya
menempuh jalur administrasi yang sangat singkat),
3. Beban pajak/utang pajak boleh dilimpahkan kepada orang lain.
• Contoh pajak positifnya; cukai tembakau, pajak tontonan, bea materai, dsb.
• Dalam fungsi reguleren dari pajak, maka pajak tidak langsunglah yang paling berperan.

Pajak Perorangan
• Pajak perorangan adalah pajak-pajak positif dimana besar kecilnya pajak terutang
sangat dipengaruhi oleh keadaan pribadi yang terutang.
• Keadaan pribadi ini merupakan pencerminan dari faktor-faktor sebagai berikut :
1. Faktor status pembayar pajak (kawin, tidak kawin, dsb.),
2. Faktor jumlah turunannya (jumlah anak-anaknya),
3. Faktor besarnya pendapatan/perolehan (income) pembayar pajak dalam satu tahun.
• Contoh pajak positifnya :
Pajak penghasilan :
Akibat dari sifat perorangan/ keadaan pribadi ini, maka dua orang, yang mempunyai
income yang sama belum tentu membayar pajak penghasilan yang sama, karena
keadaan pribadi keduanya yang tidak sama.
• Secara teori, bila dikaitkan dengan teori pemungutan pajak perbedaan di sini adalah
daya pikulnya.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 17


Campus in Compact – Hukum Pajak
Pajak Kebendaan
• Pajak kebendaan adalah pajak positif yang sifatnya terbalik dari pajak perorangan,
dimana besar kecilnya pajak tidak tergantung pada keadaan pribadi yang terutang.
• Contoh pajak positifnya; pajak kendaraan bermotor, pajak tontonan, bea materai, dsb.
• Semua pajak positif yang tergolong pajak tidak langsung pasti bersifat kebendaan jnga.

Pajak Pusat
• Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah pusat, yaitu pajak-pajak yang
dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan berikut aparat-aparat
vertikal di daerah yaitu :
1. Kanwil Pelayanan Pajak (KPL) di tingkat Propinsi,
2. Kantor Pelayanan Pajak di kota-kota besar,
3. Kantor Dinas Luar (KDL) di daerah-daerah terpencil sebagai Pembantu KPL.
• Contoh pajak positifnya; pajak Penghasilan, bea materai, cukai ekspor, dsb.

Pajak Daerah
• Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yaitu pajak-pajak
yang dikelola oleh;
1. Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Propinsi (tingkat I),
2. Dipenda Kabupaten/Kotamadya (tingkat II).
• Contoh pajak positifnya, pajak tontonan, PBB, pajak reklame, pajak kendaraan tidak
bermotor (tingkat II), pajak kendaraan bermotor (tingkat I).

HUKUM PAJAK
Definisi
• Skema : Hukum Pajak

Hukum
Rakyat pajak Negara

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 18


Campus in Compact – Hukum Pajak
• Hukum Pajak merupakan ketentuan-ketentuan yang mengatur proses peralihan
kekayaan.
• Bila kita bicara tentang pajak, maka kita bicara tentang uang.
• Bila kita bicara tentang Hukum Pajak, maka kita bicara tentang hukum yang mengatur
proses peralihan kekayaan.

Pembagian Hukum Pajak


• Skema 1 :
Tentang Pembagian Hukum Pajak

Rakyat Hukum Pajak Negara


Materil

Hukum Pajak
Formil

• Skema 2 :
Tentang Pembagian Hukum Pajak

Subjek pajak

Objek pajak

Hukum Pajak Tarif pajak


materiil
Timbul/
hapusnya pajak
Hukum pajak

Hutang pajak

Hukum pajak Tata cara


formil pemungutan
pajak

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 19


Campus in Compact – Hukum Pajak
• Subjek pajak; pihak yang dapat dikenai pajak, yaitu :
1. Orang,
2. Badan.
• Skema :
Tentang Subjek Pajak

Orang

Subjek pajak Badan hukum

Badan

Non Badan
hukum

Asosiasi Asosiasi
orang modal

• Objek pajak; sasaran pengenaan pajak (benda, perbuatan, dll.)


• Tarif pajak; besarnya pajak yang harus dibayar. Antara lain :
- Proporsional, misal ; upah,
- Progresif, misal ; pajak Perseroan,
- Tetap, misal ; bea materai,
- Degresif, misal ; bea warisan (sebelum abad XIX).
• Timbul/hapusnya pajak :
Timbulnya pajak ;
Berdasarkan ajaran materiil (karena bunyi UU); dihubungkan dengan taatbestand
(peristiwa yang menimbulkan utang pajak).
Berdasarkan ajaran formil; karena dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak (SKP).

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 20


Campus in Compact – Hukum Pajak
Hapusnya pajak ;
Akibat pembayaran, kompensasi, daluarsa, pembebanan, penghapusan, penundaan
penagihan, dsb.

Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formal


• Hukum formal tidak sama dengan hukurn acara :
- Hukum acara termasuk hukum formal.
- Hukum formal belum tentu hukum acara.
• Hubungan Hukum Pajak materiil dan Hukum Pajak formal :
- Hukum Pajak formal berusaha mewujudkan Hukum Pajak materiil.
Hukum Pajak materiil tanpa Hukum Pajak formal, diam (statis).
Hukum Pajak formal tanpa Hukum Pajak materiil, tidak berlandasan.
- Hukum Pajak formal merupakan komplemen Hukum Pajak materil.
• Perbedaan keduanya :
- Pasal 23 ayat (2): mutlak berlaku untuk Hukum Pajak materiil (harus UU).
- Hukum Pajak formal tidak perlu dengan UU.
• Keduanya dibedakan karena :
1. Hukum Pajak materiil menimbulkan utang yang harus dibayar (utang tersebut
disebut dengan istilah utang pajak) dan utang harus dibayar (ada kesepakatan/
Persetujuan; melalui UU).
2. Hukum Pajak formal sampai kapanpun tidak menimbulkan utang pajak.

Kedudukan Hukum Pajak


• Skema :
Tentang Kedudukan Hukum Pajak Formal Dalam Kerangka Hukum Pajak

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 21


Campus in Compact – Hukum Pajak
Kedudukan Hukum Pajak formal
dalam kerangka Hukum Pajak

Klasik Sedang berkembang;


Termasuk hukum Mandiri, karena;
publik;bagian dari - Posisi dalam APBN,
Hukum administrasi - Peristilahan dan
negara Pengertian khusus,
- Kemampuan
istimewa.

Penjelasan :
- Posisi dalam APBN; pada umumnya 70% - 90% income negara paling besar di
setiap APBN negara.
- Klasik (= pendapat lama yang masih terikat oleh ketentuan-ketentuan yang sudah
umum).
- Hukum Pajak memiliki peristilahan dan pengertian khusus; merupakan jawaban
terhadap pertanyaan bahwa Hukum Pajak menggunakan istilah-istilah perdata
(memang bunyinya sama tetapi pengertiannya berbeda).
- Hukum Pajak memiliki kemampuan istimewa; Hukum Pajak merupakan satu-
satunya hukum yang mempengaruhi harga barang secara langsung dengan cara
penetapan dalil pajak.
• Andriani menganut klasik :
Dalam hal peristilahan; (misal; anak)
Anak

Hukum Perdata Hukum Pajak

→hasil hubungan → tanggungan


sah antara pria & (biaya)
wanita

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 22


Campus in Compact – Hukum Pajak
Yuridis formal Ekonomis materil

• Skema :
Tentang Pedoman Penguasaan Pajak

2b
pembebasan subjek

Pajak positif
subjek
2a
Taatbestand Tariff/ rumus 5
Nama dasar hukum
1 3a 4
Objek Waktu 6

Pembebasan objek Cara 7


3b

Sanksi 8

Alternatif 9

Keberatan 10

Dst…

Penjelasan :
1 : Dijelaskan tentang dimana pajak tersebut dapat ditemukan dan perubahan-
perubahannya (informasi tentang sumber data).
2a : Orang dan badan.
2b : Yaitu orang-orang/ badan-badan tertentu yang oleh UU Perpajakan tidak

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 23


Campus in Compact – Hukum Pajak
dianggap sebagai subjek.
3a : Sasaran objek pajak; bergantung kepada keinginan dasar hukum (tidak tentu),
misal; pajak tontonan (objeknya adalah pertunjukan keramaian umum), pajak
Penghasilan (objeknya penghasilan).
3b : Yaitu sasaran-sasaran pengenaan pajak yang oleh UU Perpajakan tidak dianggap
sebagai objek pajak.
4 : Adalah keadaan/ peristiwa/ Perbuatan (yang mengaitkan subjek dan objek) yang
menimbulkan hutang pajak, contoh konkrit; pajak anjing (subjeknya adalah
pemilik anjing, objeknya adalah anjing, taatbestand-nya adalah kepemilikan;
merupakan suatu perbuatan).
5 : Ada 5 macam tarif, yaitu :
1. Tarif pajak proporsional,
2. Tarif pajak progresif,
3. Tarif pajak tetap,
4. Tarif pajak degresif.
6 : Kapan dibayar.
7 : Bagaimana cara membayar.
8 : Apa sanksinya jika tidak membayar.
9 : Adakah kemungkinan membayar dengan cara lain.
10 : Bagaimana jika ada keberatan.

PEDOMAN PENGUASAAN PAJAK


• Skema :
Tentang Ilustrasi Untuk Pedoman Penguasaan Pajak
Mesin

Pajak positif Mobil

Kerangka

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 24


Campus in Compact – Hukum Pajak
• Teknik Pemungutan pajak (menurut Andriani) :
1. Wajib pajak menentukan sendiri,
2. Kerjasama antara wajib pajak dengan fikus,
3. Fiskus menentukan sendiri.
• Kerjasama dengan pihak ketiga dalam memperoleh keterangan (bagi fiskus) mengenai
keadaan, peristiwa, perbuatan hukum yang dikenai pajak, dibebankan kepada :
1. Pihak tertentu (dari pemerintah),
2. Pihak tak tertentu (perorangan masyarakat),
3. Pihak yang turut campur dalam menghitung jumlah pajak (swasta).
• Penagihan pajak :
1. Peringatan,
2. Teguran,
3. Pencicilan,
4. Surat paksa.
• Cara pemungutan pajak :
1. Sistem nyata,
2. Sistem fiktif (anggapan),
3. Sistem campuran.

Contoh Penerapan Pajak


• Skema :
Tentang Penerapan Pajak Kendaraan Bermotor Sebagai Pajak Langsung

Orang/badan Kepemilikan X % dari


Pajak kendaraan 2a 4 harga jual
bermotor 5
1
3a
Kendaraan Dikenakan secara periodik
bermotor (karena merupakan pajak
langsung)
6

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 25


Campus in Compact – Hukum Pajak
Misal :
- Kendaraan-kendaraan dinas pemerintah,
- Mobil-mobil Pemadam kebakaran,
- Ambulance, dll.
3b

• Skema :
Tentang (Contoh) Penerapan Pajak Tembakau Sebagai Pajak Tidak Langsung

distributor grosir eceran konsumen

Produsen 2b 2c 2d 2e
2a
Pajak cukai
tembakau Konsumen 4
1

Tembakau
3a
X % dari harga jual 5

Dimasukkan dalam harga barang


(karena merupakan pajak langsung)

Penjelasan :
- Subjeknya banyak; karena beban pajak dapat dipindahkan.
- Penanggung beban pajak sesungguhnya adalah konsumen.
- Bagi pemerintah sesuai asas finansial (biaya pemungutan harus efisien), maka
pemerintah mengejar subjek 1 (produsen).
- Berkenaan subjek di atas dalam hal ini ;
2a : Sebagai Penanggung jawab.
2b, 2c, 2d : Sebagai penanggung beban sementara.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 26


Campus in Compact – Hukum Pajak
2e : Sebagai penanggung beban.
Jadi ada tiga subjek, yaitu :
1. Subjek penanggung jawab pajak,
2. Subjek penanggung beban sementara,
3. Subjek penanggung beban akhir.

• Skema :
Tentang (Contoh) Penerapan Pajak Radio

Orang/badan Pemegang Tarif (Rp. 5,00)

Pajak radio
Tempat
Pesawat Penerima
Radio
Saat
UU.dst.

Materai

Ciri; ditinjau dari


golongan, sifat, Daluarsa Sanksi
dan wewenang.

Penjelasan :
- Berdasarkan/bila ditinjau dari wewenangnya, maka pajak dikategorikan sebagai
pajak pusat (karena pertamanya dipungut oleh Pos dan Giro sebagai perusahaan
negara/pusat), adapun dalam perkembangannya diserahkan kepada daerah,
- Pajak radio dihapuskan dengan atasan bahwa radio merupakan sarana informasi
yang sangat penting bagi rakyat, karena itu patut untuk dihapuskan.
- Dihapuskannya pajak radio ini oleh para ahli dianggap sebagai suatu kesalahan
besar, karena jika dikelola dengan baik merupakan sumber pendapatan yang
potensial, karena dalam perkembangannya ke depan, maka cakupan radio akan

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 27


Campus in Compact – Hukum Pajak
semakin luas. Ini dapat dilihat pada tahun 1947 yang dimaksud hanya radio saja,
tetapi pada tahun 1990 maka di dalamnya juga termasuk wireless, handphone,
mobile controll, dsb. Ini dapat menjadi sumber pendapatan yang sangat besar.
Adapun dalam permasalahan pemungutan yang sulit, sebagai solusi, antara lain: (1)
dijadikan pajak tidak langsung, (2) dibebankan pada produsen,
- Kesalahan besar sebagaimana dimaksud di atas merupakan suatu kenyataan, karena
orang-orang pemerintah yang menangani pajak belum tentu menguasai asas-asas
dan teori-teori pajak.

• Skema :
Tentang (Contoh) Penerapan Pajak Bumi Dan Bangunan

Sejarah
Hak atas bumi Pasal 5
Orang/badan dan bangunan Tarif 0,5 %
Pasal 4 (1) Pasal 4 (1)

TPS/PNG
Pajak bumi
dan bangunan
UU No. 12 Bumi dan
Tahun 1986 bangunan Administrasi
perpajakan

Pasal 1 (1), 1 (2), pasal 2


(1), penjelasan umum, Keberatan
Pasal 1 (1) pasal 1 (2)

Pembebasan
objek pajak
Pasal 3 (1), (2), (3)
jo. pasal 1 (1)

Penjelasan :
- Objek pajak :
Pasal 2 (1); bumi dan bangunan.
Pasal 1 (1); bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 28


Campus in Compact – Hukum Pajak
Pasal 1 (2); bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam/diletakkan secara
tetap pada tanah dan atau Perairan.
Penjelasan umum pasal 1 (1); Permukaan bumi meliputi tanah dan Perairan
Pedalaman serta laut wilayah Indoncsia.
Penjelasan umum pasal 1 (2); yang termasuk bangunan adalah jalan tol, galangan
kapal (dermaga), kolam renang, dsb.
Komentar : Dalam hal tersebut di atas, penjelasan umum memperluas UU
(harusnya tidak boleh).
Dalam pasal UU; bangunan adalah konstruksi teknik,
Dalam penjelasan umum; tanaman termasuk konstruksi teknik (ini tidak benar).
Penjelasan umum bertujuan memperluas UU dengan yang tidak jelas
(membolehkan menafsirkan secara luas).
- Pembebasan objek pajak :
Bumi dan bangunan yang oleh UU tidak dianggap objek pajak tidak dikenai pajak.
Pasal 3 (1) :
1. Bumi dan bangunan yang digunakan semata-mata untuk kepentingan budaya,
kesehatan, pendidikan, dan yang bukan komersil.
2. Bumii dan bangunan yang digunakan untuk purad → peninggalan purbakala.
3. Bumi dan bangunan yang rnerupakan hutan lindung, taman nasional dan tanah
negara yang belum dibebani hak.
4. Tanah, bumi dan bangunan yang dipergunakan oleh perwakilan, diplomat dan
konsulat berdasarkan asas timbal balik/reprositas.
Pasal 3 (2) :
Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintahan;
pemungutan pajaknya diatur oleh PP.
Komentar :
Pasal ini mubazir, karena pemerintah tidak akan pernah membayar pajak untuk
pemerintah sendiri.
Pasal 3 (3) ;
Batas nilai jual bangunan tidak kena pajak adalah Rp. 8.000.000,-, ini

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 29


Campus in Compact – Hukum Pajak
diperuntukkan bagi golongan ekonomi yang sangat lemah agar mereka (rakyat RI
yang tinggal di rumah sangat sederhana tidak perlu membayar pajak bumi dan
bangunan.
- Taatbestand :
Menurut UU adalah orang/badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi
atau memperoleh manfaat atas bumi dan/atau memiliki dan menguasai atau
memperoleh manfaat bangunan.
- Tarif :
Rumusannya; 20 % x NJOP = NJKP, dan 0,5 % x NJKP = beban pajak.
Pasal 6 dan 7;
NJOP = Nilai Jual Objek Pajak, dan
NJKP = Nilai Jual Kena Pajak.
TPG dan penagihan :
TPG = Tempat Pajak Terutang.
- Administrasi perpajakan :
Orang dan badan yang mempunyai pajak bumi dan bangunan harus mengisi laporan
berdasarkan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), selanjutnya keluar Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Apabila SPPT tidak dibayar maka keluar
Surat Ketetapan Pajak (SKP), dan bila tidak diindahan pula, maka keluar Surat
Tagihan Pajak (STP).
Apabila STP juga tidak diindahkan, maka ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya
Surat Paksa (SP) selanjutnya sita kemudian lembaga lelang.
- Keberatan :
Keberatan/banding; jika subjek memperoleh SPPT/SKP dan merasa berat, maka ia
mengajukan keberatan kepada Direktorat Wajib Pajak Depkeu RI.
- Dari skema di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan (mengenai ciri PBB),
antara lain :
Berdasarkan :
1. Golongan; langsung (ada kohir),
2. Sifat; kebendaan (tidak mempermasalahkan status),

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 30


Campus in Compact – Hukum Pajak
3. Wewenang; pusat (PBB lahir dari UU).
PBB merupakan pajak pusat, karena ia lahir dari UU, merupakan pajak pusat tetapi
hasilnya untuk pemerintah daerah Tingkat II (alasannya lihat sejarah).

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 31


Campus in Compact – Hukum Pajak
REFERENSI

Asas dan Dasar Perpajakan I, Asas dan Dasar Perpajakan 2, oleh Rochmat Soemitro, S.H.
Pajak Bumi dan Bangunan,
Pajak dan Pembangunan,
Pajak Pertambahan Nilai 1984,
Pajak Penghasilan 1984,
Pengantar Ilmu Hukum Pajak, oleh R. Santoso, B., S.H.
Dll.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 32


Campus in Compact – Hukum Pajak

Anda mungkin juga menyukai