Pengantar
Perpajakan
2020 Perpajakan
2 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Pengantar Perpajakan
PENDAHULUAN
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali,
yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. (oleh Prof Dr
PJA Adriani – Univ. Amsterdam).
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum,
dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal
yang individual, maksudnya untuk membiayai pengeluaran Pemerintah. (oleh Prof Dr MJH
Smeets – De Economische Betekenis der Belastingen, 1951).
Ciri-Ciri Pajak :
Fungsi Pajak :
2020 Perpajakan
3 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
4) Fungsi distribusi yang kaya membayar pajak 1 buah besar dari yang miskin
- menciptakan keadilan
2020 Perpajakan
4 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
- meningkatkan pemerataan
PENDEKATAN PAJAK
1. segi ekonomi (berhubungan dengan penghasilan, pola konsumsi, harga pokok, permintaan,
penawaran, dll).
2. segi pembangunan (berhubungan dengan adanya tabungan pemerintahan untuk
pembangunan dari pembayaran pajak, fiscal policy).
3. segi penerapan praktis (berhubungan dengan siapa yang dikenakan pajak, apa yang
dikenakan pajak, berapa besarnya, bagaimana mengenakan, dsb).
4. segi hukum (berhubungan dengan perikatan, hak dan kewajiban dengan perikatan, hak dan
kewajiban, subyek pajak dalam hubungannya dengan subyek hukum, utang pajak,
pengenaan sanksi perpajakan, penagihan pajak, dsb).
HUKUM PAJAK
Pengertian
2020 Perpajakan
5 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
- tarif pajak sebanyak/sebesar apa harus dibayar
1) Pemerintah
2) Masyarakat
1. Hukum Perdata
2. Hukum Pidana
2020 Perpajakan
6 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Pidana
1. Hukum Pajak Formal : norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan dan peristiwa
yang harus dikenakan pajak (mendukung) pelaksanaan hukum
pajak material).
2. Hukum Pajak Material : hukum pajak yang memuat subjek pajak, objek pajak, tarif pajak.
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan
pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan
pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak
secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang
adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk
mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada
Majelis Pertimbangan Pajak.
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini membeirkan jaminan
hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.
2020 Perpajakan
7 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
3. Tidak menganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)
sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih
rendah dari hasil pemungutannya.
Contoh :
* Bea Meterai disederhanakan dari 167 macam tariff menjadi 2 macam tarif.
* Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10%.
2020 Perpajakan
8 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
TEORI-TEORI YANG MENDUKUNG PEMUNGUTAN PAJAK
Atas dasar apakah negara mempunyai hak untuk memungut pajak? Terdapat beberapa teori
yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian hak kepada negara untuk memungut
pajak. Teori-teori tersebut antara lain adalah :
1. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu
rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena
memperoleh jaminan perlindungan tersebut.
2. Teori Kepentingan
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai
dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2
pendekatan yaitu :
* Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh
seseorang.
* Unsur subjektif, dengan memperlihatkan besarnya kebutuhan materiil yang harus
dipenuhi.
Contoh :
Tuan A Tuan B
2020 Perpajakan
9 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
-------------------------------------------------------------------------------------
Dengan 3 anak
Secara objektif PPh untuk tuan A sama besarnya dengan tuan B, karena mempunyai
penghasilan yang sama besarnya.
Secara subjektif PPh untuk tuan A lebih kecil dari pada tuan B, karena kebutuhan
materiil yang harus dipenuhi tuan A lebih besar.
4. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya.
Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran
pajak adalah sebagai suatu kewajiban.
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak
berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara.
Selanjutnya negara akan menyalurkannya kembali kemasyarakat dalam bentuk
pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh
masyarakat lebih diutamakan.
PENGELOMPOKAN PAJAK
1. Menurut golongannya
2020 Perpajakan
10 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain.
2. Menurut sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam
arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara.
2020 Perpajakan
11 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah.
a. Pajak Daerah Tingkat I (Propinsi), contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor.
1. Stelsel Pajak
2020 Perpajakan
12 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
b. Stelsel anggapan (fictieve stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-
undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya
pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak
dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir tahun.
Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada
keadaan yang sesungguhnya.
c. Stelsel campuran
stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada
awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada
akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila
besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut anggapan,
maka Wajib Pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya
dapat diminta kembali.
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun
dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.
b. Asas sumber
2020 Perpajakan
13 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya
tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
c. Asas kebangsaan
Ciri-cirinya :
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib
Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya :
1) wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak
sendiri,
2020 Perpajakan
14 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang,
Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
1. Ajaran Formil
Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Ajaran ini
diterapkan pada official assessment system.
2. Ajaran Materiil
Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Seseorang dikenai pajak karena
suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self assessment system.
2020 Perpajakan
15 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
1. Pembayaran,
2. Kompensasi,
3. Daluwarsa,
1. Perlawanan pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain :
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
2. Perlawanan aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan
kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak.
2020 Perpajakan
16 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-
undang.
b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-
undang (menggelapkan pajak).
TARIF PAJAK
1. Tarif sebanding/proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang
dikenai pajak.
Contoh :
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 10%.
2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
2020 Perpajakan
17 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Contoh :
Besarnya tarif Bea Meterai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun
adalah Rp. 6.000,-
3. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin
besar.
Tarif WP Badan :
2020 Perpajakan
18 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Dengan demikian, tarif pajak menurut pasal 17 Undang-undang PPh tersebut di atas
termasuk tarif progresif progresif.
4. Tarif degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin
besar.
2020 Perpajakan
19 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Daftar Pustaka
BUKU:
INTERNET:
www.pajak.go.id
www.ortax.org
2020 Perpajakan
20 Islamiah Kamil, SE., M.Ak, CAPM, CAPF PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id