0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
263 tayangan23 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan perjanjian internasional, meliputi cara pembentukannya, persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi, siapa yang dimaksud dengan negara, dasar hukum pembuatan perjanjian internasional di Indonesia, serta kewenangan lembaga-lembaga dalam proses pembuatan perjanjian internasional.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan perjanjian internasional, meliputi cara pembentukannya, persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi, siapa yang dimaksud dengan negara, dasar hukum pembuatan perjanjian internasional di Indonesia, serta kewenangan lembaga-lembaga dalam proses pembuatan perjanjian internasional.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan perjanjian internasional, meliputi cara pembentukannya, persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi, siapa yang dimaksud dengan negara, dasar hukum pembuatan perjanjian internasional di Indonesia, serta kewenangan lembaga-lembaga dalam proses pembuatan perjanjian internasional.
FH UNDIP Cara Pembentukan Masih tergantung pd kebiasaan masing2 negara sesuai dengan ketentuan konstitusi masing2 Tidak ada keseragaman ttg tata cara (prosedur) pembentukan PI Persyaratan 1. Harus dilakukan oleh wakil yg berkuasa penuh untuk dapat berunding, menerima dan mengesahkan suatu PI atas nama negara yg diwakilinya dan dalam hal apa diperlukan adanya full powers 2. Hrs mll tahap perundingan dan perlu ditentukan ttg caara penerimaan dan pengesahan naskah perjanjian Persyaratan (lanjutan) 3. Hrs dinyatakan scr tegas ttg cara suatu negara dapat menyatakan persetujuan (consent)nya untuk mengikatkan diri pd suatu perjanjian, yaitu dng penandatanganan (signature), pertukaran instrumen ratifikasi, pernyataan ikut serta (accession), dll 4.Harus ditentukan perihal waktu antara penandatanganan dan mulai berlakunya perjanjian Siapa yg dimaksud dengan Negara
Piagam PBB dan Konvensi Jenewa mengenai
HK Laut : State for the purpose of International Law (tanpa menutup kemungkinan suatu negara bagian turut serta dalam pembentukan suatu PI yg bersifat umum, sejauh Hnnya memperbolehkan) Dalam hal ini termasuk dependent State (sejauh kapasitasnya untuk turut serta diakui oleh HI) Dapatkah suatu negara menyatakan keberatan atas persetujuan yg telah diberikan oleh wakil yg berkuasa penuh dng alasan bhw persetujuan tsb bertentangan dng ketentuan2 hukum nasionalnya sendiri? Lihat Pasal 46 Konvensi (menolak tindakan dari suatu neg untuk menggunakan peraturan2 hk nasionalnya sbg alasan untuk menolak persetujuan yg telah diberikan oleh wakilnya itu, kec bila persetujuan (consent) itu melanggar suatu peraturan hk nasional yg sangat fundamental Untuk menentukan peraturan HK nasional yg mana yg bersifat fundamental, diserahkan pd penilaian negara2 ybs Dasar Hukum Pasal 11 UUD 1945 : Pembuatan PI merupakan kewenangan Presiden sbg Kepala Negara UU NO. 24 Tahun 2000 tentang PI, meskipun tdk sepenuhnya memuat seluruh kaidah yang hidup di dunia internasional berdasarkan Konvensi Wina 1969 (sifatnya saling melengkapi) Pembuatan PI termasuk pengikatan diri thd PI dilakukan oleh pemerintah RI (tdk membedakan antara Kepala Pemerintahan dengan Kepala Negara) Kewenangan membuat PI Dalam lingkup NKRI : Pemerintah RI (Pemerintah saja yg memiliki kewenangan mewakili negara dalam rangka menjalin komitmen dengan subjek HI lainnya).lihat Pasal 4 ayat (1) Kewajiban bagi para pihak pada perjanjian untuk melaksanakan perjanjian dengan itikad baik (lihat juga Pasal 26 Konvensi Wina 1969) Pasal 4 ayat (2) UU NO. 24 thn 2000 : prinsip kesetaraan, persamaan kedudukan bagi para pihak dalam perjanjian, saling menguntungkan, berpedoman kpd kepentingan nasional dan memperhatikan keberlakuan HN dan HI Tahapan Pembuatan PI Dasar Hukum : Pasal 6 UU No. 24 Thn 2000 1. Penjajagan 2. Perundingan 3. Perumusan Naskah Perjanjian 4. Penerimaan 5. Penandatanganan Lembaga Pemrakarsa Pasal 5 UU No. 24 Thn 2000 : Lembaga Pemrakarsa haruslah Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah , baik departemen maupun non-departemen , di tk pusat dan daerah yg memiliki rencana untuk membuat PI Amandemen UUD 1945 : lembaga pemrakarsa tdk lagi ,merujuk pd satu lembaga namun dapat lebih dr satu lembaga Lembaga Pemrakarsa (lanjutan) Prakarsa/inisiatif membuat PI bukan berasal dr institusi pemerintah dlm arti umum, tetpi berasal dr unit2 atau lembaga2 yg mjd bagian pemerintahan Lembaga Pemerintah : tdk hanya lembaga pd tk pusat , tetapi jg daerah ( sblm dikonsultasikan dan dikoordinasikan dengan Menlu, hrs lebih dulu memenuhi prosedur internal di daerah ) Prakarsa membuat PI perlu mendapat pertimbangan dan pendapat DPRD terkait Untuk kerjasama internasional oleh Pemda hrs terlebih dulu mendapatkan persetujuan DPRD tsb Persoalan Pasal 4 UU No. 24/2000 : Pemerintah RI membuat PI dengan satu neg atau lebih, OI , atau subjek HI lain Apakah lembaga non-eksekutif dpt bertindak atas nama neg untuk mjd pihak dalam PI? (neg tdk lg mjd lembaga tunggal pembuat PI?) Praktik : sifat PI yg dibuat administrative Agreements ( kerjasama administrasi, pengembangan kapasitas, pertukaran informasi) yg mjd tupoksi dr kesekjenan lembaga ybs Menggunakan kaidah pembuatan PI mnrt UU no. 24/2000 (kewenangan msh berada kewenangan Pem RI) Penentuan Lembaga Pemrakarsa Jk materi suatu perjanjian mrpkn kewenangan dr suatu kementerian, mk kementerian tsb yg mjd lembaga pemrakarsa Jk materi bersifat lintas kementerian mk dipilih kementerian yg plg tinggi bobot keterlibatan fungsinya dlm pelaksanaan perjanjian Jk materi perjanjian bukan milik kementerian atau lembaga non kementerian , mk Kementerian Luar Negeri akan bertindak sbg lembaga pemrakarsa KOORDINASI Maksud : menyamakan persepsi dlm menghadapi pihak asing agar selaras dng politik LN dan kepentingan nasional Untuk mengkoordinasikan inisiatif2 tsb, UU menetapkan Menlu sbg pelaksana hubungan politik LN untuk berfungsi sbg lembaga konsultasi dalam pembuatan PI yg diprakarsai oleh lembaga2 pemerintah Untuk PI yg dibuat oleh Daerah : hrs terlebih dulu memenuhi prosedur internal (lihat UU ttg Pemda) Lihat Pasal 5 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2000 tentang PI PERSOALAN : BGMN SEBENARNYA KEDUDUKAN MENLU? FUNGSI KEMLU dlm MEKANISME KONSULTASI DAN KOORDINASI 1. POLITIS : perjanj tdk bertentangan dng Politik LN dan kebijakan LN Pemerintah Pusat pd umumnya 2. KEAMANAN : Perjanjian tdk berpotensi mengancam stabilitas dan keamanan DN 3. YURIDIS : perjanjian tsb dpt dipertanggungjawabkan scr yuridis, baik mnrt HN maupun HI 4. TEKNIS : perjanjian tdk bertentangan dng kebijakan teknis dr pemerintah Kedudukan Menlu berkaitan dng PI Menlu bersama2 dng Kepala Negara dan Kepala Pemerintah memiliki status khusus dan ditandai dengan imunitas yg bersifat melekat pd jabatan tsb (ratio personae) Pasal 7 (2) Konvensi Wina 1969 : kedudukan khusus Menlu untuk mengikatkan negaranya pd PI diakui oleh HI Menlu adalh pejabat yg tdk memerlukan Full Power (surat kuasa) dlm membuat PI Menlu tdk semata2 sbg bag dr pem, namun jg sbg Menteri yg melaks kewenangan Presiden sbg Kepala Negara !!! SURAT KUASA (FULL POWERS) Lembaga Full Powers mrpkn pemberian kuasa oleh negara ( Presiden sbg Kepala Negara) dan bukan oleh Pemerintah RI Dlm hukum Pi tdk dikenal adanya praktik bhw negara dpt mendelegasikan kpd subjek HI lain untuk bertindak atas nama negara tsb dlm suatu PI yg materinya mjd wewenang neg tsb Contoh: Persoalan TREATY MAKING POWERS oleh ASEAN FULL POWERS mnrt KONVENSI WINA 1969 Mencakup perbuatan untuk berunding dan otentifikasi naskah yg tdk dicakup dlm UU (krn UU membedakan Surat Kuasa dengan CREDENTIALS yg diartikan sbg untuk menghadiri, merundingkan dan/atau menerima hasil akhir suatu pertemuan internasional) Konvensi tdk mengenal instrumen CREDENTIALS krn sdh tercakup dlm SURAT KUASA Konvensi tdk mensyaratkan Kepala Perwakilan (Dubes) untuk mendapatkan Surat Kuasa krn Dubes sdh memiliki Surat Kuasa yg bersumber dr Surat Credentials yg diserahkan kpd Kepala Negara Akreditasinya (shg dianggap sah mewakili neg-nya) FULL POWERS mnrt UU NO. 24 thn 2000 UU membedakan Surat Kuasa dan Credentials UU tdk menempatkan Kepala Perwakilan (Dubes) sbg pejabat yg tdk membutuhkan Surat Kuasa untuk menerima naskah PI yg dibuat oleh Indonesia dng negara/OI akreditasinya UU tdk mensyaratkan adanya Surat Kuasa jk PI tsb menyangkut kerjasama teknis sbg pelaksanaan dr perjanjian yg sdh berlaku dan materinya berada dlm lingkup kewenangan suatu lembaga negara atau lembaga pemerintah, baik departemen maupun non- departemen. Kewenangan ASEAN 1. Hubungan antara seluruh anggota ASEAN dng pihak ketiga dimana status negara anggota adalah sbg subjek HI yg berdiri sendiri a. PI yg dibuat dlm kerangka ini adalah perjanjian multilateral antar negara2 anggota yg personalitasnya berdiri sendiri dng neg pihak ketiga b. Consent to be bound tdk mungkin didelegasikan kpd Sekjen ASEAN Contoh : (7 Maret 1980) the Cooperation Agreement between the Member Countries of ASEAN and the EEC Kewenangan ASEAN (lanjutan) 2.Hubungan antara ASEAN sbg subjek HI (ASEAN SECRETARIAT) yg terlepas dr negara anggotanya dng pihak ketiga a. Kedudukan negara anggota ASEAN sbg komponen organ ASEAN b. ASEAN sbg satu organisasi yg terpisah dr personalitas negara2 anggotanya dpt membuat PI atas namanya sendiri dan scr prinsip tdk mengikat neg2 anggota c. Jika materi perjanjian bersentuhan dng kewenangan negara anggota, mk neg anggota dilibatkan sbg pihak pd perjanjian (MIXED AGREEMENTS) Argumentasi : di satu pihak tdpt kewenangan neg anggota yg sdh didelegasikan kpd organisasi, di sisi lain pihak organisasi tdk memenuhi syarat untuk mengemban seluruh hak dan kewajiban yg timbul dr perjanjian tsb Penyimpangan Terdapat perjanjian dng pihak ketiga yg mengikat seluruh negara ASEAN tetapi ditandatangani oleh Sekjen/Pejabat salah satu anggota untuk dan atas nama negara2 anggota (pelanggaran thd Prinsip PI) Contoh : ASEAN-China MoU on Cultural Cooperation (ditandatangani oleh Sekjen ASEAN) MoU between the Governments of the Member Countries of the ASEAN and the Government of Australia on the ASEAN-Australia Economic Cooperation Programme (AAECP) (ditandatangani oleh Surin Pitsuwan, Deputy Minister of Foreign Affairs, Acting Minister of Foreign Affairsnof Thailand) Pelanggaran Prinsip PI 1. Pacta Tertiis nec nosent nec prosunt ( mengakibatkan persyaratan consent to be bount by a treatyoleh Indonesia sesuai ketentuan Pasal 11 Konvensi Wina 1969 blm terpenuhi) 2. Prinsip Full power for expressing the consent of the state to be bound by a treaty ( maka berarti Sekjen ASEAN hrs memperoleh full power dr Indonesia) bertentangan dng UU NO. 24/2000 3. Prinsip Kedaulatan dan Yurisdiksi Negara ( neg2 anggota tdk dlm kapasitas hk untuk meratifikasi PI yg tdk ditandatangani oleh Pem RI dan sbg neg pihak tdk memiliki kewenangan scr lsg untuk melakukan tindakan hkm yg berkaitan dng perjanjian tsb)